Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
METODE MENGAJAR
A B C
JENIS KELAMIN
Laki-laki Perempuan
Sampel yang diajar dengan metode Sampel yang diajar dengan metode
A = 20 A = 20
B = 20 B = 20
C = 20 C = 20
Untuk analisis kita akan berhadapan dengan 120 kasus, sehingga dua kali
analisis kita akan menghadapi 240 kasus. Apabila analisis dilakukan
serentak (dengan ANOVA dua arah, maka kasus yang dihadapi hanya
sebanyak 120 kasus). Hal ini disebabkan karena saat kita menganalisis
perbedaan efek metode mengajar terhadap hasil belajar tercakup pula
analisis perpedaan pengaruh jenis kelamin terhadap asil belajar. Dengan
demikaian maka analisis yang sifatnya mengulang denagn data yang sama
dapat dihindari.
Hipotesis
Hopotesis dalam anova dua arah (dua variabel bebas) terdiri dari (untuk
ilustrasi diatas):
1. Yang berkaitan dengan pengaruh fator pertama (A), atau efek baris
H 0 : A1 = A2
Ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara
laki-laki dan perempuan.
H 0 : A1 A 2
Ini berarti bahwa terdapat perbedaan anatara hasil belajar laki-laki dan
perempuan
2. Yang berkaitan dengan pengaruh faktor kedua (B), atau efek kolom.
H 0 : B 1 = B 2 = B 3
Ini berarti bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar
dengan metode A, B, dan C
1
H 1 : paling sedikit salah satu
4 tidak sama dngan yang lainnya.
Ini berarti bahwa paling tidak salah satu rata-rata hasil belajar siswa
yang dididik dengan metode A, B, dan C tiak sama.
3. Interaksi A X B
H 0 : efek faktor A tidak tergantung pada faktor B, dan efek faktor B
Seperti halnya pada ANOVA satu arah, ANOVA dua arah menggunakan
f ratio dimana:
G2
SSt X 2
N
AB 2 G 2
SSb = n N
Dalam ANOVA dua arah mengandung asumsi yang agak berbeda dengan
ANOVA satu arah sehingga SSb terdiri dari 3 macam SS, yaitu:
dkSSB = q 1
atau = dk SS A x dk SSB
atau = (p 1)(q 1)
Mean Squares dalam ANOVA dua arah terdiri dari tiga macam disamping
MSw, karena pada ANOVA dua arah akan menguji tiga hipotesis.
SS A
MS A
dkSS A
SSB
MS B
dkSSB
SS AB
MS AB
dkSS AB
F ratio terdiri dari tiga macam yang dapat dihitung dengan rumus
MS A
FA =
MSW
MS AB
FB =
MSW
MS AB
FAB =
MSW
Langkah selanjutnya adalah membandingkan F tabel dengan F hitung,
apabila F tabel lebi besar daripada F hitung maka kita kan menerima Hipotesis
nol, demikian sebaliknya, jika F tabel lebih kecil dari pada F hitung maka
hipotesis nol akan ditolak.
Contoh: suatu eksperimen metode mengajar yang terdiri dari tiga macam
metode (A, B dan C) diterapkan untuk siswa SLTA denga memperhatikan
kemampuan siswa (intelegensi siswa) tinggi dan rendah. Dari hasil tes setelah
eksperimen selesai penyebaran skornya sebagai berikut:
Metode Mengajar
A (B1) B (B2) C (B3)
I 40 60 60
30 70 75
N Rendah 50 70 75
T 70 65 85
( A1 ) 50 50 90
E
A1B1 A 2 B2 A 3 B3
L =240 =315 =385
50 47 55
E 60 75 80
G 75 80 90
65 90 95
E Tinggi 60 70 80
N
( A2 )
S
A 2 B1 A 2 B2 A 2 B3
=310 =360 =400
I
Penyelesaian:
1. Perumusan hipotesis
H :
a. Pengaruh
0 A1 faktor
A2 intelegensi
H 0 : A1 A2
b. Pengaruh faktor metode mangajar
H 0 : B1 = B 2 = B 3
H1 =paling sedikit salah satu u tidak sama.
8. Tabel ANOVA
Sumber variance dk SS MS F
29 7580
9. Pengambilan Keputusan
a. Untuk faktor A, kita menerima hipotesis nol: tidak terdapat perbedaan
hasil belajar antara siswa yang mempunyai intelegensi tinggi dan
rendah. Ini berarti bahwa intelegensi tidak mempunyai perana yang
cukup signifikan terhadap hasil belajar sehingga perbedaan hasil
belajar siswa yang berintelegensi tinggi tidak berbeda dengan hasil
belajar siswa yang berintelegensi rendah.
b. Untuk faktor B, kita menolak hipotesis nol: paling tidak salah satu
rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode berbeda,
akan berbeda dengan yang lainnya. Ini berarti dari ketiga metode
mengajar paling tidak salah satu mempunyai efek yang berbeda
dengan yang lainnya. Tetapi, sampai saat ini kita belum memperole
informasi yang jelas tentang metode mana yang benar-benar
mempunyai efek berbeda dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita
masih menghadapi beberapa kemungkinan, yaitu:
1. B1 B 2 B3
2. B1 B 2 B3
3. B 2 B1 B3
4. B1 B 2 B3
1. Setiap skor dalam sel harus berdistribusi normal. Asumsi ini dapat sedikit
diabaikan jika sampel setiap sel cuku banyak.
2. Variasi skor pada setiap sel hendanya homogi atau sama.
3. Skor yang ada bebas dari pengaruh variabel yang tida diteliti. Hal ini bisa
dicapai dengan mengambil sampel acak daro populasi yang sudah
diklasifikasikan sesuai dengan sel yang ada. Disamping itu perlu
dilakukan kontrol atas terjadinya perembesan pengaru faktor lai maupun
antar kelompok itu sendiri.
Seperti halnya ANOVA satu arah, ANOVA dua arah pun bisa dilakukan untuk
jumlah sampel yang tidak sama antara sel yang satu dengan sel yang lain. Teapi
ANOVA dua arah denga jumlah sel yang berbeda, agak berbeda dengan uraian
diatas. Dalam kasus tersebut rata-rata hendaknya ditimbang, sehingga pengaruh
perbedaan jumlah sampel tidak mempengaruhi hasil analisis, hal ini juga akan
dibahas pada pembahasan selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
ANOVA dua arah digunakan peneliti untuk mengatasi perbedaan nilia variabel
terikat yang dikategorikan berdasarkan variasi bebas yang banyak dan masing-
masing variabel terdiri dari beberapa kelompok. ANOVA dua arah merupakan
penyempurna ANOVA satu arah.
ANOVA dua ara lebih efisien dari pada ANOVA satu arah, karena:
Langkah anova dua arah sama dengan langkah anova satu arah dan sigmifikasi
perbedaan diuji dengan F tes. Jika interaksi ternyata signifikan, maka penelitian
perlu melakukan analisis lanjutan dengan analisis elementer rata-rata digunakan
untuk mengetahui kombinasi mana yang sebenarnya berbeda dengan yang
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
5.