Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Penulisan ini dilakukan karena penulis menemukan kemampuan anak dalam menulis cerita
bergambar, desain yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2
dilakukan di SD Gandaria Selatan 01 dengan subjek penelitian kelas III tahun Penelitian 2016
2017 pada tanggal hasil penelitian menunjukan bahwa penulis masih menemui kelemahan yaitu
kurangnya ketelitian dalam menulis bercerita dan terdapat juga kelebihan yaitu menggunakan
tehnik yang tepat dan media yang menarik buat anak. hasil lainnya anak lebih tertarik ketika
bercerita melalui gambar yang sudah disediakan. Dengan metode bercerita melalui gambar dan
hasil akhir menunjukan bahwa dengan bercerita melalui gambar imajinasi anak dapat di
tingkatkan secara optimal. Hal ini dapat ditunjukan dengan 50 % anak sudah dapat memenuhi
kebutuhan yang ditetapkan kata kunci : Meningkatkan kemampuan anak dalam menulis cerita
bergambar.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejarah kemajuan suatu bangsa dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan
kebudayaannya. sebuah tulisan atau karangan yang merupakan salah satu dari peninggalan
kebudayaan adalah sumber sejarah yang otentik, sebuah tulisan atau karangan dapat
melukiskan peristiwa-peristiwa melalui tulisan atau karangan diwarisi dari satu generasi ke
generasi berikutnya :
Bila kita berbicara mengenai tulisan atau karangan, sebelumnya kita pasti berfikir
tentang bahasa, Penulisan sebuah karangan erat sekali hubungannya dengan bahasa,
dalam bahasa tulis. Hal ini perlu, agar gagasan-gagasan penulis dapat secara tepat diterima
dan dipengaruhi oleh pembaca. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat komponen yaitu
bahasa tulis seorang harus dapat berkata-kata dalam bentuk kalimat yang efektif, agar
pembaca mengerti apa yang dimaksud penulis menurut Abdul Razak 1992 dalam bukunya
kalimat yang efektif dapat dikenal karena ciri-cirinya berikut : Keutuhan, Perpautan,
Pemusatan, Perhatian dan Keringkasan, ciri Keutuhan perhatian dan keringkasan ciri
keutuhan itu nyata Jika seluruh kata dalam kalimat merupakan bagian yang terpadu,
Perpautan berkenaan dengan kata hubungan antara unsur kalimat pemusatan ini tercapai
dengan menepatkan bagian terpenting pada awal atau akhir kalimat. Ciri keringkasan
kehematan dalam pemakaian kata. Keutuhan dalam kalimat ialah adanya subjek dan predikat
dalam sebuah kalimat. Keutuhan dalam kalimat dapat dirusak oleh ketiadaan subjek atau oleh
adanya kerancuan. Perpautan dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis dan jelas
antara subjek dan predikat. Pemusatan perhatian dapt diletakkan pada awal atau pada akhir
kata. Keringkasan dalam kalimat dapat dilihat dengan tidak adanya kata-kata yang
berlebihan.
Kalimat yang baik dapat dengan mudah mengatarkan pembaca pada maksud yang
dipaparkan penulis.
Betapapun bagus pikiran, gagasan dan pengalaman yang dipaparkan dalam sebuah
penelitian tidak akan menarik minat menulis, apabila kalimatnya tidak disusun secara efektif.
Setiap manusia mempunyai kemauan untuk mengekspresikan pikiran, gagasan dan
sikapnya. Pengekspresian tersebut dapat saja ingin diwujudkan dalam bentuk artikel, sketsa,
puisi maupun karangan berbentuk artikel, sketsa, puisi maupun karangan berbentuk lain.
Sayang walaupun tiap manusia mempunyai keinginan demikian, namun tidak semua manusia
perasaannya kepada orang lain secara lisan dan tulisan. Agar ekspresinya dapat diwujudkan
dalam sebuah tulisan yang baik maka perlu diadakan latihan-latihan. Keterampilan menulis
tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak
dan teratur. Untuk itulah keterampilan menulis sudah dilatih sejak di Sekolah Dasar, dimulai
kurangnya latihan-latihan mengarang yang diberikan guru, sehingga siswa tidak dapat
yang disusun siswa dalam sebuah karangan sering kali tidak efektif dan rancu.
Tujuan pengajaran menulis di sekolah ialah agar siswa memahami cara menulis lanjut
dengan menggunakan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide atau pesan secara
tertulis.
Dalam perkembangan jaman yang semakin maju dewasa ini keterampilan menulis
sangat dibutuhkan untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Sehubungan dengan hal tersebut,
ciri dari orang yang terpelajar. Menulis digunakan oleh orang terpelajar untuk
maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat
menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan itu tergantung pada
teratur. Dengan banyaknya latihan yang terakhir maka siswa menjadi terlatih dan dapat
mengekpresikan pikiran, perasaan dan sikapnya dalam bentuk tulisan yang efektif.
Menurut Jos Daniel Parera dalam bukunya sebagai berikut : tulisan yang efektif
berarti tulisan itu informatif dan komunikatif, sebuah tulisan yang informatif berisikan pesan,
2. Identifikasi Masalah
Keberhasilan anak dalam belajar di pengaruhi oleh bagaimana cara guru menjelaskan
materi penjelaskan melalui metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang menarik
karena karakteristik anak usia SD menurut Prof. Dr. Rampubolon (1991:50) bercerita kepada
anak memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan
membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan fikiran anak dapat merangkai,
menulis, menyimak sesuai dengan latar belakang dan cara belajar anak.
3. Analisi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ditentukan maka rumusan masalah sebagai berikut:
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis di atas peneliti merumuskan masalah yang menjadi fokus
Bagaimana meningkatkan kemampuan siswa kelas III dalam menulis cerita bergambar di
Meningkatkan kemampuan siswa kelas III dalam menulis cerita bergambar di SDN
1. Anak
a. Meningkatkan kemampuan bercerita bergambar.
b. Melatih anak dalam bercerita bergambar.
c. Memperkenalkan anak cara bercerita melalui gambar.
2. Guru
a. Memberikan pengetahuan bagaimana memberikan pengetahuan bercerita melalui
gambar.
b. Memahami kebutuhan anak dan memfasilitasinya.
c. Memberikan kesempatan pada anak untuk memecahkan masalahnya sendiri dalam
A. PENGERTIAN
Keterampilan berasal dari kata terampil yang bermakna cakap atau mampu dan cekatan.
Kata terampil mendapat imbuhan ke- -an menjadi keterampilan yang bermakna kecakapan
atau kemampuan dan kecekatan. Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan
dan menulis.
Telah kita ketahui bahwa fungsi nama bahasa adalah sebagai alat komunikasi baik lisan
maupun tulis. Dengan demikian, terampil berbahasa Indonesia artinya terampil menggunakan
bahasa Indonesia dalam komunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Keterampilan
berbahasa lisan meliputi menyimak dan berbicara, sedangkan keterampilan berbahasa tulis
meliputi membaca dan menulis. Dilihat dari sifatnya, keterampilan menyimak dan membaca
bersifat reseptif yaitu menerima atau memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara
atau penulis, sedangkan berbicara dan menulis bersifat produktif, artinya menghasilkan
dan tanpa media penghubung (telepon). Keterampilan berbahasa tulis dilakukan tanpa tatap
B. KETERAMPILAN RESEPTIF
1. Menyimak
Menyimak atau dalam kurikulum sekolah digunakan istilah mendengarkan adalah
kegiatan berbahasa dengan tujuan memahami pesan yang disampaikan pembicara. Dapat
segala macam bunyi dan suara dengan baik, artinya alat dengar berfungsi membantu
setiap makhluk (manusia dan hewan) mendengar bunyi-bunyi yang keluar dari berbagai
sumber dan Arab. Jika ada bunyi benda meledak tidak hanya manusia yang dapat
mendengar, hewan yang ada disekitar benda yang meledak tersebut pun dapat mendengar
bunyi ledakan itu. Suara kicauan burung di hutan tidak hanya dapat didengar oleh
mendengar ujaran orang lain, artinya dia hanya mendengar bunyi-bunyi ujar tersebut
tanpa tahu maksud atau makna yang terkandung di dalamnya. Lalu apa bedanya dengan
dengar, namun seperti yang diungkapkan di atas bahwa menyimak memiliki tujuan
didengarnya, tetapi tidak disimaknya. Para orang tua pun sering menasehati putra-
putrinya sebagai berikut Kalau orang tua berbicara jangan hanya sekedar didengar,
masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Artinya, jika orang tua memberi nasihat
mendengarkan adalah to hear, sedangkan menyimak adalah to listen atau hearing dan
listening.
Di dalam menyimak orang tidak hanya mengaktifkan pendengarannya, tetapi juga
maupun bahan pembicaraan. Sikap positif terhadap bahan simakan atau pembicaraan
mendengar saja atau menjadi menyimak pasif. Hal yang sama akan terjadi jika penyimak
tidak menyukai pembicaraannya. Apapun yang disampaikan pembicara akan dinilai tidak
baik oleh penyimak, sehingga kegiatan menyimak pun menjadi tidak efektif.
Menyimak bersifat interaktif dan noninteraktif. Menyimak interaktif adalah
menyimak yang lain. Artinya kegiatan menyimak interaktif dapat dilakukan secara dua
arah dan multi arah. Kegiatan menyimak interaktif sering kita saksikan atau kita lakukan.
Menyimak noninteraktif adalah kegiatan menyimak yang tidak disertai dengan
tanya jawab atau interaktif antara pembicara dan penyimak. Kegiatan ini kita lakukan
ketika mendengarkan siaran radio atau televisi. Pada kegiatan tatap muka juga sering kita
memahami pesan. Jika pada penyimak pesan yang berusaha di pahami disampaikan
berbahasa tulis.
Banyak keterampilan membaca yang dapat dimiliki oleh setiap orang, namun
pada mata kuliah ini keterampilan yang akan dipelajari dan terlatih, keterampilan yang
mengetahui isi sebuah kemunikasi atau gagasan yang dikomunikasikan baik dalam
bentuk lisan maupun tulis. Di dalam pemahaman terdapat unsur tujuan, sikap dan respon
a. Pemahaman literal
b. Interpretatif
c. Kritis
d. Kreatif
C. KETERAMPILAN PRODUKTIF
1. Berbicara
Kegiatan berbicara yang dimaksudkan disini berkaitan dengan kegiatan ilmiah,
mengobrol atau kongko-kongko kata orang Jakarta. Berbicara yang diuraikan pada bahan
ajar ini adalah kegiatan berbicara dalam rangka memperoleh dan menyampaikan
dengan media bahasa lisan. Suhendra (1992: 20) mendefinisikan, berbicara adalah proses
melakukan kegiatan berbicara. Alat utama yang digunakan orang dalam melakukan
kegiatan berbicara adalah alat-alat ucap yang meliputi seluruh bagian mulut (bibir, lidah,
langit-langit keras, langit-langit lunak, gigi, tenggorokkan, anak tekak, pita suara), paru-
paru dan juga hidung. Jika satu dari sekian alat-alat ucap tersebut ada yang tidak sehat
tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Pada tahap persiapan, pembicara
kerangka, dan melakukan latihan. Pada tahap pelaksanaan, pembicara melalui tahapan
dapat dilakukan dengan cara mendengarkan kembali kegiatan berbicara jika dibuat
rekaman ketika berbicara atau meminta masukan dari pendengar, khususnya teman yang
kemampuan berfikir yang memadai. Setiap orang dapat memiliki keterampilan berbicara
berbicara dan melakukan latihan secara berkesinambungan. Pada modal berikutnya yaitu
modal yang khusus membahasa tentang keterampilan berbicara, anda akan mempelajari
dan berlatih berbicara yang berkaitan dengan kepentingan anda sebagai mahasiswa.
2. Menulis
Menulis adalah keterampilan berbahasa kedua yang bersifat produktif. Jika pada
keterampilan berbicara orang menyampaikan pesan, gagasan atau buah pikiran dengan
menggunakan bahasa lisan, dalam menulis pesan disampaikan penulis melalui bahasa
tulis. Seperti halnya pada berbicara, menulis juga memerlukan proses. Untuk
memperoleh tulisan yang baik penulis, penulis juga harus melalui tahapan-tahapan yaitu
Tahap pra penulisan atau tahap persiapan, pada tahap ini penulis harus melakukan
penulisan, penulis mulai menyusun tulisan atau melakukan kegiatan menulis. Tulisan
penulis pada tahap ini masih dalam bentuk draf atau buram. Setelah tulisan dianggap
selesai, penulis masuk pada tahap pasca penulisan, yaitu membaca ulang tulisan,
memperbaikinya dengan cara menambah atau mengurangi dan memperbaiki tulisan yang
Pada waktu menulis, seseorang memerlukan lebih banyak waktu untuk berfikir,
menuangkan ide-idenya di atas kertas dengan cara mengembangkan topik, memilih kata-
memperbaikinya.
Keterampilan menulis tidak didapatkan seseorang dengan cara yang mudah atau
sekali jadi. Richek, dkk. (1997) mengungkapkan bahwa Penulis yang baik tidak
menghasilkan tulisan dengan cara yang mudah atau sekali jadi, melainkan melalui
tahapn-tahapan yang panjang. Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Hock
(1999) Menulis atau mengarang adalah suatu kemahiran yang berbeda dengan
diperoleh seseorang melalui latihan-latihan yang intensif. Sebagai suatu proses menulis
Menulis adalah menginstruksikan dan menuliskan adalah usaha untuk belajar untuk
memperoleh keterampilan menulis seperti yang diungkapkan oleh Gere yang artinya
bahwa untuk menjadi penulis yang baik di tuntut untuk memiliki beberapa pengetahuan
menimbulkan kontroveksi mengandung unsur baru, aktual, cukup sempit dan terbatas.
rumuskan dan bentuk kalimat yang lengkap disusun berdasarkan topik yang lebih di
tehnikan. Ciri-ciri tema yang baik dirumuskan dalam kalimat yang jelas, menulis suatu
gagasan melalui gagasan sensual, terarah, mengandung unsur keaslian dan keharuan.
Kerangka karangan adalah rencana kerja yang memuat garis besar suatu
pengetahuan tambahan yang berkaitan dengan tema karangan. Pengumpulan data dapat
pengamatan lapangan.
pola-pola tertentu.
ruangan. Misal dari yang depan ke belakang, dari yang terdekat ke yang terjauh,
dsb.
c. Urutan Klimaks atau Anti Klimaks
Bila bagian penting di tempatkan pada bagian akhir disebut urutan klimaks.
Sebaliknya, bila bagian penting ditemukan pada awal pembahasan disebut urutan
anti klimaks.
d. Urutan Kausalitas
Mencakup dua pola yaitu, urutan sebab akibat dan urutan akibat sebab. Pada pola
yang pertama, masalah yang utama dianggap sebagai sebab kemudian di lanjutkan
membuat kerangka. Cerita ialah suatu rencana kerja yang berisi garis besar dari suatu cerita yang
akan ditulis.
Menurut Prof. Dr. Rampubolon (1991: 50) bercerita kepada anak memainkan permainan
penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca dan pikiran anak dan
dapat merangkai, menulis, menyimak sesuai dengan latar belakang dan cara belajar anak.
Mengapa bercerita itu penting? Siswa banyak sekali melakukan tulis menulis hampir
tiap waktu menggunakan bahasa, tulis, catatan atau latihan yang sering sekali anak harus sudah
dapat menguasai keterampilan menulis cerita. Apalagi keterampilan cerita adalah tetap berguna
di dalam hidupnya.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
01 Jakarta Selatan. Jumlah siswa sebanyak 25 siswa yang terdiri atas 11 siswa perempuan
Waktu yang digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini yaitu
sebagai berikut :
bercerita melalui gambar di kelas. Jenis penelitian ini dapat digolongkan dalam Penelitian
Penelitian tindakan kelas (classroom action research) dilaksanakan dalam bentuk siklus.
Menurut Elliot (melalui Wiriaatmadja, 2006:12), penelitian tindakan kelas adalah sebagai kajian
dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi
social tersebut. Dipihak lain, Carrdan Kemmis (melalui Madya, 2006:9) menjelaskan bahwa
penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh
peserta-pesertanya dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik
pendidikan dan praktik social mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik dan
untuk menghasilkan perubahan social (Bodgan dan Biklen melalui Madya, 2006:9). Menurut
Burns (melalui Madya, 2006:9), penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada
pemecahan masalah dalam situasi social dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas
tindakan yang dilakukan di dalamnya. Penelitian tindakan melibatkan kolaborasi dan kerjasama
Penelitian tindakan kelas memiliki enam karakteristik, yaitu: (a) kritik reflektif, (b) kritik
dialektis, (c) kolaboratif, (d) risiko, (e) susunan jamak, dan (f) internalisasi teori dan praktik.
Untuk mewujudkan tujuan penelitian tindakan kelas dilaksanakan proses pengkajian berdaur
yang terdiri dari empat tahap, merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan merefleksi.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan kali ini menggunakan desain tindakan menurut
model Kemmis dan Taggart (melalui Wiriaatmadja, 2006:66) yang dapat digambarkan sebagai
berikut.
Perencanaan yang dibuat dengan faktor penelitian yaitu upaya meningkatkan hasil
pengamatan tindakan dibuat berdasarkan acuan teori-teori yang telah dibahas pada Bab
sebelumnya, sedangkan penyusunan instrumen kemampuan Bahasa Indonesia, RPP, dan
2 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan setiap siklus dilakukan 2 minggu. Pada tahap pelaksaan
pembelajaran dengan memberikan pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan materi.
Dalam pelaksanaan tindakan penelitian ini, peneliti mengikuti petunjuk yang telah
merekam, dan mendokumentasikan seluruh proses dan hasil yang dicapai yang
1. Pra Siklus
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti membuat perencanaan tindakan yang meliputi :
a. Peneliti merancang rencana kegiatan pembelajaran (RPP)
b. Skenario pembelajaran
dibuat berdasarkan acuan teori-teori yang telah dibahas pada bab sebelumnya,
(KTSP).
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan setiap siklus dilakukan 3 hari. Pada tahap pelaksaan
Selanjutnya peneliti merefleksi dan mengamati aspek yang di cermati adalah nilai
hasil belajar siswa yang sangat rendah yakni pada mata pelajaran Bahasa
2. Siklus I
a. Perencanaan
prasiklus
Menyiapkan sistematika laporan siklus 1
Mempersiapkan alat peraga berupa gambar untuk menjelaskan materi
pembelajaran
Menyusun Lembar Kerja Siswa yang sesuai dengan pendekatan belajar yang
dimaksud.
b. Pelaksanaan
1. Kegiatan awal :
Apresepsi/ Motivasi :
Mengisi daftar kelas, berdoa, mempersiapkan materi ajar, model, alat
peraga
Memperingatkan cara duduk yang baik ketika menulis cerita
2. Kegiatan Inti :
Eksplorasi
belajar
c. Pengamatan
telah dilakukan. Setelah diamati ternyata hasil belajar siklus 1 belum sesuai
d. Refleksi
tetapi hasil belajar siswa belum maksimal, untuk itu perlu mengadakan perbaikan
Selain ke-4 point tersebut, hal lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah
masih kurangnya keseriusan siswa dan keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran.
4. Siklus II
a. Perencanaan
praiklus
Menyiapkan sistematika laporan siklus II
Metode pembelajaran ditambah dengan metode kerja kelompok
Menyusun Lembar Kerja Siswa yang sesuai dengan pendekatan belajar yang
dimaksud.
b. Pelaksanaan
1. Kegiatan awal :
Apresepsi/ Motivasi :
Mengisi daftar kelas, berdoa, mempersiapkan materi ajar, model, alat peraga
Memperingatkan cara duduk yang baik ketika menulis atau cerita
Mengumpulkan tugas
2. Kegiatan Inti :
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi guru :
Mengamati gambar yang akan di gambar
Membuat kalimat yang sudah ditulis agar dapat diperbaiki bila ada
kesalahan
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi guru :
Menyebutkan beberapa tentang gambar
Menceritakan tentang gambar yang akan diceritakan
Konfirmasi
belajar.
c. Pengamatan
berikut :
Atas dasar data diatas dan temuan mitra peneliti telah terdapat perbaikan
bergambar pembelajaran.
Atas dasar hasil refleksi (berupa diskusi antara peneliti/ guru dan teman
Siswa sudah terbiasa untuk tidak bertanya bahkan banyak siswa yang
merasa malu bertanya serta takut kalo pertanyaannya salah. Oleh karenanya
d. Refleksi
Setelah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan guru
yang dilakukan pada siklus II telah mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan.
selanjutnya adalah siklus II. Pada siklus ke-2 kegiatan belajar dilakukan dengan
yang lebih menekankan tanggung jawab individu. Pada tahap ini telah terlihat
adanya pertumbuhan motivasi belajar siswa, hal tersebut terbukti dari data hasil
pengamatan yang dilakukan mitra peneliti dan berdasarkan data hasil post test.
1. Secara kualitatif, yaitu data dikumpulkan dalam penelitian ini adalah wawancara dan
observasi
2. Data secara kuantitatif hasil belajar Bahasa Indonesia tentang bercerita melalui
gambar.
Untuk melihat presentase keberhasilan kemampuan Bahasa Indonesia tentang
sekolah dasar yaitu jumlah skor pencapaian yang diperoleh dibagi dengan jumlah
skor maksimum.
Rumus Presentase Kenaikan = Jumlah siswa sampel X 100%
Jumlah siswa keseluruhan
Apabila indikator yang ditetapkan sudah memenuhi ketuntasan dengan jumlah nilai
siswa yang sesuai dengan KKM atau lebih mencapai 80% maka dapat disimpulkan
peningkatan.
BAB IV
Dari penelitian yang telah dilaksanakan dapat dilaporkan adanya peningkatan kemampuan
mengajar pada guru dan peningkatan pemahaman isi bacaan melalui pendekatan konstektual
pada siswa kelas III SDN Gandaria Selatan 01 Jakarta Selatan. Peningkatan kemampuan
1. Kebiasaan mengajar yang membiasakan guru aktif menjelaskan dan menerangkan mulai
permasalahan.
3. Setiap akhir pelajaran, siswa memperoleh hasil belajar (produk) selama proses belajar
Hasil penelitian dalam proses analisis data berupa peningkatan hasil belajar
menulis dengan pendekatan konstektual di kelas III SDN Gandaria Selatan 01 Jakarta
1. Prasiklus
Berikut ini akan disajikan data hasil belajar prasiklus atau sebelum
Untuk lebih jelasnya, hasil data pemahaman nilai tempat pada pra siklus
70
60
50
40
KKM
Series 3
30
20
10
0
Grafik 4.1 Nilai Pra Siklus Siswa
Pada Tabel dan grafik prasiklus dapat dilihat bahwa hampir semua siswa
kelas III belum mencapai nilai yang sesuai dengan KKM dengan temuan ini
2017.
2. Siklus 1
maka dapat ditentukan jumlah siswa yang mendpat nilai sama. Secara lengkap
hasil analisis data terhadap pemahaman siswa terhadap isi cerita siswa kelas III
Untuk lebih jelasnya, hasil data pemahaman nilai tempat pada Siklus 1
80
70
60
50
Pra
Series 3
40
30
20
10
adalah 65, hasil penelitian pada siklus 1 menunjukkan bahwa pemahaman siswa
kelas III dalam memahami menulis cerita masih belum maksimal. Oleh karena
3. Siklus 2
jumlah siswa yang mendapat nilai yang sama. Secara lengkap hasil analisis data
nilai siswa kelas III SDN Gandaria Selatan 01 Jakarta Selatan diuraikan sebagai
berikut :
Untuk lebih jelasnya, hasil data pemahaman nilai tempat pada Siklus 2
100
80
60
Pra
Series 3
40
20
kelas III dalam menulis kembali cerita dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
sudah banyak mengalami peningkatan yang bermakna atau signifikan. Nilai yang
diperoleh juga sesuai dan melebihi KKM yang ditentukan. Oleh karena itu, tujuan
terlihat jelas ada peningkatan pemahaman materi menulis kembali teks dengan
menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada siswa kelas III SDN Gandaria
Selatan 01 Jakarta Selatan. Peningkatan tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut ini:
Tabel 4.3. Perbandingan Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
100
80
60 Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
40
20
isi cerita dengan pendekatan konstektual dan hampir seluruh siswa mengalami peningkatan yang
BAB V
A. Kesimpulan
Setelah adanya kegiatan perbaikan pembelajaran dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dengan menggunakan metode cerita, ternyata mampu meningkatkan
materi bercerita melalui gambar siswa kelas III SDN Gandaria Selatan 01
pada materi membaca isi cerita, maka prestasi siswa pun juga ikut meningkat.
pendidikan lain, peneliti tetap berharap agar hasil penelitian ini tetap dapat
siswa dalam bercerita. Hal demikian perlu dilakukan, karena dengan penggunaan