You are on page 1of 19

SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT

LABORATORIUM IGD

Dosen:
Dr. Boy Sabarguna, dr., MARS
Mukhlis Rasjid, Drs., MARS

Oleh :
Albert
(20090316019)
KELAS B

MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2017
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat

darurat. (Depkes, 2007). Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat

komplek, padat profesi dan padat modal. Rumah Sakit dapat melaksanakan fungsi

dengan baik, maka di rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia, sarana

dan prasarana perlatan yang memadai serta dikelola secara profesional (Depkes

RI, 2004). Menurut Sistem Kesehatan Nasional, fungsi utama rumah sakit adalah

menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan

dan pemulihan pasien. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

983/SK/XI/1992 rumah sakit umum memberikan pelayanan kesehatan yang

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat, sedangkan untuk rumah sakit khusus memberikan

pelayanan sesuai dengan kekhususannya.

Pelayanan rumah sakit mencakup pelayanan kesehatan dan pelayanan

administrasi. Pelayanan 2 kesehatan itu sendiri meliputi pelayanan medik,

pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik, dan pelayanan asuhan

keperawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit

rawat jalan dan unit rawat inap. Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang

membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan


kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009). Menurut Ritonga & Hasanbasri

(2007), sebuah rumah sakit dalam pelayanan kesehatannya baik itu dalam instalasi

rawat inap maupun instalasi rawat jalan, sangat didukung oleh keberadaan sebuah

unit instalasi gawat darurat (IGD) yang berfungsi sebagai front gate masuknya

pasien ke dalam rumah sakit. Sebagai unit gawat darurat, proses pelayanan pada

unit IGD harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Dalam mewujudkan pelayanan

yang cepat dan tepat tersebut, maka petugas IGD juga diharapkan dapat

melakukan penanganan pasien dengan cepat dan tepat pula. Terutama untuk

dokter IGD yang memiliki tanggung jawab penuh atas penanganan dan

pengambilan keputusan berdasarkan hasil diagnosis gejala penyakit yang dialami

pasien. Menurut Koeshartono (2000), dengan banyaknya hal yang harus

diperhatikan dalam proses diagnosis pasien maka dokter IGD harus memiliki

tingkat konsentrasi yang tinggi agar dapat menentukan penanganan yang tepat dan

cepat untuk setiap pasien. Namun tidak adanya standar medis dan dukungan

informasi lain yang memadai dan mudah diakses menyebabkan dokter kesulitan

dalam mengambil keputusan penanganan lanjutan pasien dengan cepat, tepat dan

tidak subyektif. 3 Rumah sakit sebagai suatu lembaga sosial yang memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki sifat sebagai suatu lembaga

yang tidak ditujukan untuk mencari keuntungan atau non profit organization.

Walaupun demikian kita tidak dapat menutup mata bahwa dibutuhkan sistem

informasi di dalam intern rumah sakit.

Dewasa ini, hampir seluruh rumah sakit berlomba - lomba

mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesehatan


dengan menerapkan sistem informasi rumah sakit berbasis komputer. Sistem

informasi tersebut untuk mendukung perubahan serta perbaikan bagi semua aspek

dan bidang yang terkait, baik dari segi sarana dan prasarana, finansial,

perlengkapan alat-alat medis maupun sumber daya manusia. Berdasarkan

Permenkes Nomor 1171/MENKES/PER/VI/2011, bahwa setiap rumah sakit wajib

melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan

rumah sakit dalam bentuk sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS).

Menurut Nugroho (2008) salah satu ciri khas rumah sakit dalam bidang sistem

informasi adalah transaksi data yang sangat tinggi dari hari ke hari, dimana

sumber transaksi antara lain instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, farmasi,

laboratorium dan lainnya. SIMRS bermanfaat untuk memberikan dukungan

informasi dalam merencanakan dan memantau kinerja organisasi(Ramani 2004).

Penelitian Aggelidis & Chatzoglou (2008), berpendapat bahwa pengenalan sistem

informasi terpadu di rumah sakit sangat mungkin untuk meng-upgrade layanan

yang diberikan kepada pasien, mendukung alokasilebih rasional dan penggunaan

sumber daya (dengan 4 menghemat sumber daya atau meningkatkan

produktivitas), dan juga untuk menciptakan produk dan layanan yang inovatif. Hal

tersebut dapat menjadi kendala jika informasi yang tersedia tidak mampu

memberikan informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.

Kecanggihan teknologi bukan merupakan suatu jaminan akan terpenuhinya

informasi, melainkan sistem yang terstruktur, handal dan mampu

mengakodomodasi seluruh informasi yang dibutuhkan yang sehingga dapat

menjawab seluruh permasalahan.


Integrasi Sistem Informasi Rumah Sakit merupakan aplikasi yang di

develop untuk kebutuhan manajemen Rumah Sakit baik swasta maupun negeri,

dimana sistem ini sudah didukung dengan fitur dan modul yang lengkap untuk

operasional Rumah Sakit. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan dapat membantu

operasional rumah sakit dan dapat meningkatkan pelayanan rumah sakit. Salah

satu faktor yang tak kalah penting adalah sumber daya manusia (SDM) yang

handal sebagai penggerak perangkat sistem informasi. Sistem Informasi

merupakan salah satu kebutuhan terbesar di rumah sakit, untuk menyelesaikan

masalah masalah yang biasa terjadi di rumah sakit. Permasalahan tersebut antara

lain, data data pasien yang tidak terorganisir dengan baik, kesalahan dalam

nomor antrian, resep obat salah, dan lain sebagainya. Dengan menggunakan

sistem informasi yang baik diharapkan 5 segala permasalahan dapat diatasi, atau

berkurang sehingga berdampak pada peningkatan mutu pelayanan rumah sakit

secara keseluruhan.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui sistem informasi laboratorium di unit gawat darurat


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Informasi

Sistem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang

mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang

bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu. Dalam

sistem informasi diperlukannya klasifikasi alur informasi, hal ini disebabkan

keanekaragaman kebutuhan akan suarti informasi oleh pengguna informasi.

Kriteria dari sistem informasi antara lain fleksibel, efektif dan efisien. Secara

garis besar komponen yang terkait dengan suatu sistem informasi dapat dilihat

pada gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Komponen Sistem Informasi

Pada

Laboratorium Patologi Klinik RSUD Cibabat Cimahi


Laboratorium klinik RSUD Cibabat Cimahi terletak di gedung C

lantai 1 sebagai labratorium yang melakukan kegiatan pemeriksaan sampel

selama 24 jam.

Laboratorium klinik Cibabat terbagi menjadi 5 ruangan. Ruang

pengambilan sampel yang berasal dari pasien rawat jalan berada di bagian

depan laboratorium yang berdampingan dengan ruang pendaftaran. Di

bagian tengah laboratorium terdapat ruang Kepala instansi dan Staf

Patologi Klinik yang bersebelahan dengan ruang Koordinator Teknis

Pelayanan Laboratarium dan ruang administrasi. Di bagian belakang

terdapat ruang pemeriksaan sampel dan terdapat ruang pencucian alat.

Ruang pemeriksaan sampel terbagu atas 5 sub bagian pemeriksaan yaitu :

1. Pemeriksaan Rutin
2. Pemeriksaan Hematologi
3. Pemeriksaan Kimia Klinik
4. Pemeriksaan Mikrobiologi
5. Pemeriksaan Imuno Serologi

Prosedur
1. Pasien datang diInstalasi Gawat Darurat, kemudian keluarga pasien
melakukan pendaftaran dibagian pendaftaran.

2. Dokter IGD melakukan pemeriksaan kepada pasien, apabila pasien


memerlukan pemeriksaan laboratorium, kemudian dokter menjelaskan kepada
pasien bahwa diperlukan pemeriksaan laboratorium.

3. Bila pasien telah setuju dilakukan pemeriksaan laboratorium, maka


perawat IGD menelpon ke instalasi Laboratorium untuk pemberitahuan
bahwa ada pasien IGD yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium.

4. Dokter IGD membuat surat pengantar untuk pasien yang memerlukan


pemeriksaan laboratorium.

5. Petugas laboratorium datang ke IGD melihat surat pengantar pemeriksaan


laboratorium dari dokter IGD dan melakukan pengambilan spesimen untuk
pasien IGD yang memerlukan pemeriksaan.

6 . Apabila hasil pemeriksaan laboratorium sudah selesai, petugas laboratorium


mengantar hasil pemeriksaan laboratorium ke IGD.Setelah seluruh pelayanan
selesai keluarga pasien atau pasien berobat jalan.

7. Untuk rawat inap pembayaran akan dilakukan setelah pasien mau pulang
dari rawat inap (pasca bayar)

VANSLab

Sistem informasi Laboratorium menggunakan software khusus yaitu

VANSLab. VANSLab adalah perangkat lunak Sistem Informasi laboratorium yang

dapat dengan mudah dikonfigurasi sesuai kebutuhan laboratorium modern.


Didesain untuk membantu pekerjaan rutin di laboratorium, meningkatkan quality

control, mengoptimalkan penggunaan instrument dan menyediakan data statistik

yang cepat. Berbasis teknologi Windows menjadikan program aplikasi mudah dan

intuitif. Disamping itu, dapat menyimpan data yang besar dengan menggunakan

database engine Firebird.

A. Pengguna Sistem Informasi Laboratorium

Pengguna dari sistem informasi labortorium terdiri dari 4 jenis, yaitu:

1. Administrator

2. Dokter

3. Staf Laboratorium

4. User

B. Tampilan antarmuka Sistem

1. User login

Yang dapat membatasi aktifitas pengguna dan mencatat aktfitas yang

dilakukan.
Gambar 3.1 Tampilan user login

2. Order Entry

a. Layar order entry yang User friendly.

b. Fungsi Quick mode yang memungkinkan pengguna memasukan

permintaan test terlebih dahulu dan memasukan data pasien

kemudian.

c. Menyediakan teks bebas untuk catatan pasien.


Gambar 3.2 Tampilan order entry

3. Result Entry

a. Memasukan hasil-hasil yang tidak terkoneksi dengan alat.

b. Membuat worklist.

c. Bentuk format hasil berupa numerik, nilai teks dan teks bebas.

d. Kumulatif data pasien.

e. Catatan untuk setiap test.

Gambar 3.3 Tampilan result entry

4. Quality Control
Data quality control dari instrument yang terkoneksi secara

automatis dapat ditampilkan berikut dengan grafik levey jenning di

setiap client secara online.

Gambar 3.4Tampilan quality control


Gambar 3.5 Tampilan quality control dilengkapai dengan grafik

5. Data Elektronik

Semua data hasil pemeriksaan dan sejarah klinis pasien

disimpan kedalam VANSLab database. Kebutuhan untuk mencari hasil

pasien satu persatu atau kumulatif dapat dilakukan kapan saja dengan

mudah dan secara elektronik.

a. Mempercepat kegiatan dan proses analisa dalam laboratorium.

b. Mencegah kesalahan dalam menyalin hasil dari Instrument

c. Barcode sistem, mempercepat dan mengurangi kesalahan

memasukan nomor laboratorium ke instrument.


d. Mempercepat pencarian hasil dan laporan statistik.

Gambar 3.6 Tampilan hasil pemeriksaan dan sejarah klinis pasien


6. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium

Gambar 3.7 Tampilan hasil pemeriksaaan (Output)

C. Prosedur Operasional

1. User Friendly dan desain berorientasi object


Dengan desain berorientasi objek yang mudah dipelajari dan

digunakan menjadikan VANSLab menambah efektifitas dan efesiensi.

2. Mengakomodasi kebutuhan Laboratorium

VANSLab memahami keunikan setiap organisasi laboratorium,

sistem menyediakan kode yang dapat didefinisikan oleh pengguna

sesuai kebutuhan laboratorium.

3. Test & profile

a. Test dan profile yang dapat didefinisikan pengguna.

b. Format hasil yang dapat dengan mudah dikonfigurasi.

c. Nilai normal pasien yang mendukung perbedaan jenis kelamin dan

usia.

D. Rancang Bangun Sistem

1. Standar teknologi

Menggunakan standar teknologi terbaru seperti Microsoft Windows

98/XP/2000, Firebird Relational Database, Borland Delphi dan lain-

lain. Adalah fakta bahwa dengan standarisasi dapat menyediakan

kebebasan dan kemungkinan berhubungan dengan sistem lain dan

perluasan dimasa depan.


2. Scalability

Dibuat dengan basis teknologi Client-Server. Sistem dapat diatur

untuk pengguna standalone atau multi user. Dalam penggunaan multi

user, koneksi antara client dan server dilakukan melalui jaringan

standar TCP/IP.

3. Interoperability

Menyediakan modul interface, yang memudahkan untuk

berkomunikasi dengan sistem informasi lain. Dengan file transfer

sistem pertukaran data dapat dilakukan dengan mudah.

Gambar 3.8 Rancang bangun sistem

4. Database server

Tempat menyimpan dan mengatur semua data di laboratorium. Ini

semacam jantung dari sistem LIS, tidak hanya menyimpan data tapi

juga mendukung komponen lain dalam jaringan.

5. Client
Digunakan untuk keperluan rutin di laboratorium seperti memasukan

permintaan pemeriksaan, memvalidasi hasil dari alat, memasukan hasil

pencetakan laporan dan pencarian hasil.

6. Interface server

Mengontrol komunikasi antara alat dengan sistem LIS, sehingga hasil

dapat diterima dan dilihat di LIS.

BAB III

Kesimpulan

III.1 Kesimpulan

Sistem Informasi Rumah Sakit yang optimal sangat dibutuhkan dalam


membantu terorganisirnya dan pemanfaatan informasi pada rumah sakit sehingga
tugas dan fungsi yang dijalankan pada instalasi laboratorium di IGD agar dapat
berlangsung dengan lancar, efisien dan menghasilkan mutu yang maksimal bagi
pengguna.

Dengan mempelajari sistem informasi pada contoh rumah sakit yang diambil
sebagai pembahasan diatas maka teori teori yang ada pada sistem informasi rumah
sakit dapat dipelajari setelah dijadikan suatu contoh bagi praktisi untuk
mengembangkan sistim yang lebih efisien dan maksimal.
III.2 Saran

Pembahsan ini masih terbatas pada satu contoh rumah sakit sehingga
belum ada perbandingan dan gambaran bagaimana sistem informasi yang bagus
dan efisien, sehingga diharapkan pembelajaran untuk sistem informasi rumah
sakit dapat lebih membahas kasus kasus pada rumah sakit lain.

Daftar Pustaka

1. KEMKES-RI, 2010, Pedoman Teknis Sarana dan Prasaranan Rumah Sakit


Kelas B, Jakarta. Diambil 6 September 2014, dari
www.rsstroke.com/files/peraturan/KEPMENKES
2. Sutabri, Tata, 2012, Konsep Sistem Informasi, Andi Offset, Yogyakarta.
3. AS, Rosa, 2011, Modul Pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak,
Modula, Bandung.
4. Madcoms, 2009, Aplikasi Program PHP dan MySQL untuk Membuat
Website Interaktif, Andi Offset, Yogyakarta.
5. Whitten, Jeffery L, Lonnie D. Bantley and Kevin C. Dittman, 2007,
System Analysis and Design Method 7, MC Gill Hill, New York

You might also like