You are on page 1of 10

TINJAUAN TEORISTIS

KONSEP DASAR
1. Pengertian anemia
Menurut Corwin (2009. Hal 410), Anemia adalah penurunan kuantitas sel sel
darah merah dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah
merah, atau keduanya. Menurut Baughman, (2000. Hal 22) Anemia adalah
keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin (HB) atau
hematokrit (HT) dibawah normal.

Menurut Mansjoer (2000. Hal 547) menyatakan anemia defesiensi besi adalah
suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan/atau hitung ertrosit lebih rendah dari
harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila hemoglobin < 14 g/dl dan
hematokrit < 41% pada pria atau hemoglobin < 12 g/dl dan hematokrit < 37%
pada wanita.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa


anemia adalah Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel darah
merah atau hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada
di bawah normal.

2. Etiologi Anemia/penyebab anemia


Penyebab Anemia menurut Tarwoto (2008. Hal 36) ialah sebagai berikut:
a. Genetik; hemoglobinopati, thalasemia, abnormal enzim glikolitik, fanconi
anemia.
b. Nutrisi; defisiensi besi, defisiensi asam folat, defisiensi cobal/vitamin B12,
alkoholis, kekurangan nutrisi/malnutrisi.
c. Perdarahan.
d. Immunologi.
e. Infeksi; hepatitis, cytomegalovirus, parvovirus, clostridia, sepsis gram negatif,
malaria, toksoplasmosis.
f. Obat obatan dan zat kimia; agen chemoterapi, anticonvulsant, antimetabolis,
kontra sepsi, zat kimia toksik.
g. Trombotik trombositopenia purpura dan syndrome uremik hemolitik.
h. Efek fisik; trauma, luka bakar, gigitan ular.
i. Penyakit kronis dan malgna; penyakit ginjal dan hati, infeksi kronis, neoplasma.
3. Klasifikasi dari Anemia
Menurut Mansjoer (2000. Hal 547) Anemia terbagi kedalam beberapa kategori
yaitu :
a. Anemia mikrositik hipokrom dibagi atas dua bagian yaitu;
1) Anemia defisiensi besi; Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat
berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong
yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.
2) Anemia penyakit kronis; Penyakit kronis sering menyebabkan anemia, terutama
pada penderita usia lanjut. Keadaan-keadaan seperti infeksi, peradangan dan
kanker, menekan pembentukan sel darah merah di sumsum tulang. Karena
cadangan zat besi di dalam tulang tidak dapat digunakan oleh sel darah merah
yang baru, maka anemia ini sering disebut anemia penggunaan ulang zat besi
b. Anemia makrositik dibagi kedalam dua bagian yaitu;
1) Defisiensi vitamin B12; kekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oleh faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik kekurang B12 akibat faktor instrinsik terjadi karena
gangguan karena gangguan absorbsi vitamin yang merupakan penyakit herediter
autoimun. Kekurangan vitamin B12 karena faktor instrinsik ini tidak dijumpai
diindonesia. Yang lebih sering dijumpai di Indonesia adalah penyebab instrinsik
karena kekurangan masukan vitamin B12 dengan gejala-gejala yang tidak berat.
2) Defisiensi asam folat; asam folat terutama terdapat dalam daging, susu dan daun
daun yang hijau umumnya berhubungan dengan mal nutrisi.
c. Anemia karena perdarahan; anemia pendarahan terbagi atas pendarahan akut dan
pendarah kronis.
d. Anemia hemolitik; pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah
(normal 120 hari) baik sementara atau terus menerus.
e. Anemia aplastik; terjadi karena ketidak sanggupan sumsum tulang untuk
membentuk sel-sel darah.
4. Patofisiologi Anemia
Menurut Tarwoto (2008. Hal 43), Patofisiologi pada klien anemia ialah Zat besi
masuk dalam tubuh melalui makanan. Pada jaringan tubuh besi berupa : senyawa
fungsional seperti hemoglobin, mioglobin dan enzimenzim, senyawa besi
transportasi yaitu dalam bentuk transportasi dan senyawa besi cadangan seperti
ferritin dan hemosiderin. Besi ferri dari makanan akan menjadi ferro jika dalam
keadaan asam dan bersifat mereduksi sehingga mudah untuk diabsorpsi oleh
mukosa usus. Dalam tubuh besi tidak terdapat bebas terapi berikatan dengan
molekul protein menbebtuk ferritin, komponen proteinnya disebut apoferritin,
sedangkan dalam bentuk transport zat besi dalam bentuk ferro berikatan dengan
protein membentuk transferin, komponen proteinnya disebut apotransferin, dalam
darah disebut serotransferin.

Zat besi yang berasal dari makanan seperti daging, hati, telor, sayuran hiaju dan
buah buahan diabsorpsi di usus halus. Rata rata dari makanan yang masuk
mengandung 10 15 mg zat besi, tetapi hanya 5 10 % yang dapat diabsorpsi.
Penyerapan zat besi ini dipengaruhi oleh faktor adanya protein hewani dan
vitamin C. sedangkan yang menghambat serapan adalah kopi, the, garam kalsium
dan magnesium, karena bersifat mengikat zat besi. Menurut asupan zat besi yang
merupakan unsur utama pembentuk hemoglobin maka kadar/produksi hemoglobin
juga akan menurun.
5. Gambaran klinis Anemia
Tanda dan gejala umum anemia disebabkan penurunan pengaturan oksigen ke
jaringan tubuh dan kerusakan metabolisme serta peningkatan kebutuhan oksigen
pada sistem tubuh. Tanda dan gejala tersebut, di antaranya : Lemah dan letih.
Sesak nafas, terutama adanya usaha napas. Pusing. Takikardia dan palpitasi.
Angina pektoris dan gagal jantung kongestif, terutama pada lansia. Kulit dan
membrane mukosa pucat, terutama membran konjungtiva. Kulit pucat sangat
terlihat pada orang berkulit putih, sedangkan pada individu berkulit gelap, pucat
hanya dapat di identifikasi pada membran mukosa. Pengaruh, tanda, dan gejala
umum lainnya ditentukan oleh jenis anemia tertentu. Sebagai contoh, kuku
berbentuk sendok pada seseorang yang mengalami anemia defisiensi zat besi
berat (Broker 2009. Hal 122).
6. Penatalaksanaan Anemia
Menurut Tarwoto (2008 Hal 45), penatalaksanaan pada setiap kasus anemia perlu
diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini :
a. Pemberian diet tinggi zat besi.
b. Atasi penyebab seperti cacingan, pendarahan.
c. Pemberian preparat zat besi seperti sulfas ferosus ( dosis : 3 x 200 mg ), ferro
glukonat 3 x 200 mg / hari.
d. Iron dextran mengadung fe 50 mg / ml dengan IM, kemudian 100 250 mg tiap 1
2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan.
e. Pemberian vitamin C ( dosis : 3 x 100 mg / hr ).
f. Transfusi darah jika diperlukan.
7. Pemeriksaan diagnostik Anemia
Menurut Tarwoto (2008. Hal 40), pemeriksaan laboratorium pada klien dengan
anemia adalah sebagai berikut.
a. Hitung sel darah yaitu jumlah sebenarnya dari unsur darah ( sel darah merah, sel
darah putih dan tronbosit ) dalam volume darah tertentu, dinyatakan sebagai
jumlah sel per millimeter kubik ( mm3 ).
b. Hitung jenis sel darah yaitu menentukan karakteristik morfologi darah maupun
jumlah sel darah.
c. Pengukuran hematokrit ( Hct ) atau volume sel padat, menunjukkan volume darah
lengkap ( sel darah merah ). Pengukuran ini menunjukkan presentasi sel darah
merah dalam darah, dinyatakan dalam mm3 / 100ml.
d. Mean Corpuscular Hemoglobin ( MCH ) atau konsentrasi hemoglobin rata rata
adalah mengukur banyaknya hemoglobin yang terdapat dalam satu sel darah
merah. MCH ditentukan dengan membagi jumlah hemoglobin dalam 100 ml
darah dengan jumlah sel darah per millimeter kubik darah. Nilai normalnya kira
kira 27 31 pikogram / sel darah merah.
e. Mean Corpuscular volume ( MCV ) atau volume eritrosit rata rata merupakan
pengukuran besarnya sel yang dinyatakan dalam micrometer kubik, dengan batas
normal 81 96 um 3, apabila ukurannya kurang dari 81 mm maka menunjukkan
sel sel mikrositik, apabila lebih besar dari 96 menunjukkan sel sel makrositik.
f. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration ( MCHC ) atau konsentrasi
hemoglobin eritrosit rata rata, mengukur banyaknya hemoglobin dalam 100 ml
sel darah merah padat. Normalnya 30-36 g / ml darah.
g. Hitung leukosit adalah jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah.
h. Hitung trombosit adalah jumlah trombosit dalam 1 mm3 darah.
i. Pemeriksaan pada sumsum tulang yaitu dengan melakukan aspirasi dan biopsy
pada sumsum tulang, biasanya pada sternum, prosesus spinosus vertebra, Krista
iliaka anterior atau posterior. Pemeriksaan sumsum dilakukan jika tidak cukup
data data yang diperoleh untuk mendiagnosa penyakit pada sistem hemotologik.
j. Pemeriksaan biokimiawi, pemeriksaan untuk mengukur kadar unsur unsur yang
perlu bagi perkembangan sel sel darah merah seperti kadar besi ( Fe ) serum,
vitamin B12 dan asam folat.

A. Konsep Asuhan Keperawatan


Menurut Doengoes (2000. Hal 569) asuhan keperawatan pada klien dengan
anemia meliputi pengkajian, diagnosa dan perencanan adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian Anemia
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produtivitas,
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/takipnea; dispnea pada bekerja atau istirahat. Letargi, menarik
diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot dan
penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis; perdarahan GI kronis, menstruasi
berat (DB); angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis
infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD ; peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar; hipotensi postural. Distrimia; Abnormalis EKG, mis; depresi segmen ST
dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung ; murmur
sistolik (DB). Ekstremitas (warna): pucat pada kulit dan menbran mukosa
(konjungtiva, mulut, faring, bibir)dan dasar kuku. (Catatan; pada pasien kulit
hitam, pucat tampak sebagai keabu abuan); kulit seperti berlilin, pucat (aplastik,
AP) atau kuning lemon terang (PA). Sklera: Biru atau putih seperti mutiara (DB).
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokontriksi
kompensasi). Kuku; mudah patah, berbentuk seperti sendok (koikologikia) (DB).
Rambut; kering, udah putus, menipis; tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas ego
Tanda : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, mis;
penolakan transfuse darah.
Gejala : depresi.
d. Eleminasi
Gejala : riwayat piclonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemasis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine
Tanda ; distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukkan produk
sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan.
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi
cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal.
Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-
lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi,
tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen: sakit kepala (DB)
h. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina
pucat.

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Pada Penderita Anemia


Perencanaan dilakukan sesuai dengan diagnosa yang telah ditentukan, adapun
perencanaan menurut Doengoes (2000. Hal 573) adalah sebagai berikut :
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel kemungkinan
dibuktikan oleh palpitasi, angina. Kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku
dan ramput rapuh. Ektremitas dingin, penurunan haluaran urine, mual/muntah dan
distensi abdomen.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
Intervensi Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane
mukosa, dasar kuku. Rasional : memberikan informasi tentang
derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan
intervensi.
Intervensi Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. Rasional :
meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan
seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
Intervensi Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi
adventisius. Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung
karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
Intervensi Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi. Rasional : iskemia seluler
mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
Intervensi Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu
air mandi dengan thermometer. Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal
karena gangguan oksigen.
Intervensi Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel
darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi. Rasional :
mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
Intervensi Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional : memaksimalkan
transport oksigen ke jaringan.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan kemungkinan dibuktikan oleh kelemahan
dan kelelahan, mengeluh penurunan toleransi aktivitas, lebih banyak memerlukan
istirahat/tidur, palpitasi takikardia, peningkatan TD/respon pernapasan dengan
kerja ringan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas
sehari-hari) - menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,
pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Intervensi Kaji kemampuan ADL pasien. Rasional : mempengaruhi pilihan
intervensi/bantuan.
Intervensi Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan
kelemahan otot. Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi
vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
Intervensi Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas. Rasional :
manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
Intervensi Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara
bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan. Rasional : meningkatkan
istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan
jantung dan paru.
Intervensi Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila
terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa memaksakan diri). Rasional : meningkatkan aktivitas secara
bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan.
Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah kemungkinan dibuktikan
oleh penurunan berat badan/berat badan dibawah normal untuk usia tinggi dan
bangun badan, penurunan lipatan trisep, perubahan pada gusi dan membran
mukosa mulut.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan
nilai laboratorium normal. - tidak mengalami tanda mal nutrisi. - Menununjukkan
perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang sesuai. Intervensi Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang
disukai. Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
Intervensi Observasi dan catat masukkan makanan pasien. Rasional : mengawasi
masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Intervensi Timbang berat badan setiap hari. Rasional : mengawasi penurunan
berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
Intervensi Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan
diantara waktu makan. Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan
pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
Intervensi Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain
yang berhubungan. Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia
(hipoksia) pada organ.
Intervensi Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah
makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci
mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka. Rasional : meningkatkan nafsu
makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan
kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
Intervensi Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet. Rasional : membantu
dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Intervensi Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium. Rasional :
meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi
yang dibutuhkan.
Intervensi Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi. Rasional : kebutuhan
penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang
buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah
cedera dermal.
Intervensi Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna,
hangat local, eritema, ekskoriasi. Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh
sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung
untuk infeksi dan rusak.
Intervensi Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien
tidak bergerak atau ditempat tidur. Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua
kulit, membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
Intervensi Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.
Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik
untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara
berlebihan.
Intervensi Bantu untuk latihan rentang gerak. Rasional : meningkatkan sirkulasi
jaringan, mencegah stasis.
Intervensi Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur
tekanan udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal sesuai indikasi. (kolaborasi)
Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan
terhadap permukaan kulit.
e. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan
proses pencernaan; efek samping terapi obat kemungkinan dibuktikan oleh
perubahan pada frekuensi karaktristik dan jumlah feses, mual/ muntah dan
penurunan napsu makan, gangguan bunyi usus.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan
sebagai penyebab, factor pemberat.
Intervensi Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah. Rasional :
membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.
Intervensi Auskultasi bunyi usus. Rasional : bunyi usus secara umum meningkat
pada diare dan menurun pada konstipasi.
Intervensi Awasi intake dan output (makanan dan cairan). Rasional : dapat
mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam pengidentifikasi
defisiensi diet.
Intervensi Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.
Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan
membantu memperthankan status hidrasi pada diare.
Intervensi Hindari makanan yang membentuk gas. Rasional : menurunkan
distress gastric dan distensi abdomen Kaji kondisi kulit perianal dengan sering,
catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan.
Intervensi Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
Intervensi Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk.
Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam
alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk,
yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.
Intervensi Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk
atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi) Rasional :
mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
Intervensi Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan
atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).
Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi. .
f. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi. - meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema,
dan demam.
Intervensi Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan
pasien. Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan :
pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
Intervensi Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
Intervensi Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat. Rasional :
menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
Intervensi Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan
napas dalam. Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan
membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
Intervensi : Tingkatkan masukkan cairan adekuat. Rasional : membantu dalam
pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah
stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
Intervensi Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
Intervensi Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau
tanpa demam. Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
Intervensi Amati eritema/cairan luka. Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan :
pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.
Intervensi Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan
mempengaruhi pilihan pengobatan.
Intervensi Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi). Rasional :
mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.
g. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi kemungkinan dibuktikan
oleh pertanyaan meminta informasi, pernyataan salah persepsi, tidak akurat
mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic
dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan
penatalaksanaan penyakit. Mengidentifikasi factor penyebab. Melakukan
tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
Intervensi Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan
bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia. Rasional : memberikan
dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
Intervensi Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic. Rasional :
ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya
meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
Intervensi Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya.
Intervensi Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang. Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien
dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
Intervensi Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
Intervensi Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang
telah diberikan. Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan
keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
3. Implementasi keperawatan pada anemia
Menurut Carpenito (2009. Hal 57). komponen implementasi
dalam proses keperawatan mencakup penerapan ketrampilan
yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi
keperawatan. Ketrempilan dan pengetahuan yang diperlukan
untuk implementasi biasanya berfokus pada: Melakukan aktivitas
untuk klien atau membantu klien. Melakukan pengkajian
keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau
memantau status masalah yang telah ada Memberi pendidikan
kesehatan untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan
yang baru tentang kesehatannya atau penatalaksanaan
gangguan. Membantu klien membuat keptusan tentang layanan
kesehatannya sendiri. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada
profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang
tepat. Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan,
mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan. Membantu
klien melakukan aktivitasnya sendiri, membantu klien
mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang
tersedia.
4. Evaluasi pada kasus anemia
Menurut Asmadi (2008. Hal 178) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara
hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan klien
dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan
dan criteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebalinya,
kajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditunjukkan untuk : Melihat
dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Menetukan apakah tujuan
keperawatan telah tercapai atau belum. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan
keperawatab belum tercapai.

Daftar Pustaka Askep Anemia

Asmadi (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC

Baughman, D. C., & Hckley, J.C. (2000) Keperawatan Medikal-


Bedah : alih bahasa : yasmin asih. Editor : Monica Ester. Jakarta :
EGC.

Brasher, V, (2008). Aplikasi klinis patofisiologi. Alih bahasa :


Kuncara. Jakarta : EGC.

Broker, C. (2009) Ensiklopedia Keperawatan. Editor edisi bahasa


Indonesia Estu Tiar. Jakarta : EGC.

Carpenito, L.J. (2009) Diagnosis Keperawatan: aplikasi pada


praktik klinis. Edisi ke Sembilan. Jakarta :EGC

Corwin, E.J, (2009) Buku Saku Patofisiologi, Edisi Ke 3. Jakarta :


EGC

Doengoes E. M. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi


Kedua. Jakarta :EGC

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga Jilid


Satu. Jakarta :Media Aesculapius
Riskesdas (2008). Riset kesehatan dasar laporan nasional.

Tarwoto. (2008) Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem


Hematologi. Jakartka : TIM.

You might also like