Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. Gerry Panjaitan, Sp.THT-KL
1.2. Tujuan
1. Kasus tertelan benda asing di esophagus merupakan masalah penting dan
dapat berakibat fatal, sehingga diperlukan pemahaman untuk dapat menangani
kasus ini dengan baik
2. Memenuhi tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium THT.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
II.1. Anatomi Esofagus
Esofagus adalah saluran makanan bagian atas yang terletak antara faring
dan lambung, yaitu setinggi vertebra C6 sampai Th11, pada orang dewasa
panjangnya kurang lebih 25 cm.
Terdiri dari 1/3 atas otot serat lintang yang erat hubungannya dengan otot-
otot faring dan berakhir dibawah muskulus konstriktor faringeal. Dan pada 2/3
bawah terdiri atas otot polos, yang terdiri dari otot sirkular dan otot longitudinal.
Dan pada bagian batas bawah esofagus terdapat sfingter esofageal bawah.
Terdapat dua macam sfingter yaitu sfingter anatomi pada permulaan
esofagus dan sfingter fisiologis waktu esofagus masuk ke lambung.
Pada dinding lumen esofagus terdapat tiga penyempitan :
1. Pada setinggi kartilago krikoid dan vertebra C6 dengan diameter kurang lebih
sekitar 14 mm dan jarak dari insisivus kurang lebih 15 cm.
2. Pada setinggi persilangan esofagus dan arkus aorta dari bronkus kiri dengan
diameter kurang lebih 15-17 mm yang jarak dari insisivus kurang lebih 25 cm.
3. Pada setinggi hiatus diafragmatika (Th 11) dengan diameter kurang lebih 16-19
mm, dan jarak dari insisivus kurang lebih 40 cm.
2
Gambar 2. Esofagus tampak anterior
3
Proses menelan dapat dibagi dalam tiga fase : fase oral, fase faringal dan
fase esofagal. Gerakan menelan dimulai dengan naiknya bagian posterior lidah
yang akan mendorong segumpal makanan atau cairan ke arah faring posterior.
Secara bersamaan laring superior dan anterior berpindah tempat dan posisi
epiglotis menjadi sedemikian rupa sehingga melindungi saluran udara laring,
sementara itu nasofaring tertutup oleh palatum molle dan uvula. Sfingter esofagus
superior berelaksasi dan otot konstriktor faring mendorong makanan ke dalam
esofagus sehingga timbul gelombang peristaltik pertama yang mendorong
makanan ke dalam lambung.
Gelombang kedua biasanya dimulai dengan distensi lokal dan berperan
untuk mengosongkan esofagus dari sisa-sisa makanan atau isi lambung. Kedua
gelombang ini mengosongkan esofagus dengan upaya berupa gerakan mendorong.
Sebaliknya gelombang tersier yang terjadi pada satu sampai tiga cm bagian distal
esofagus tidak mendorong, namun meningkatkan tonus dan berperan sebagai
sfingter esofagus bagian bawah yang mencegah refluks.
II.3. Etiologi
Etiologi dari adanya Benda asing pada esophagus, antara lain:
1. Usia
Anak-anak lebih sering mengalami hal ini, karena mereka sering kali
memasukkan makanan maupun mainan ke dalam mulutnya, dan makan sambil
bermain merupakan faktir yang mendukung.
2. Hilangnya mekanisme
Penggunaan gigi palsu bagian atas menghalangi sensasi taktil dan jika ada,
benda asing yang terdeteksi, tidak akan terdeteksi. Hilangnya kesadaran, kejang
epilepsy, deep sleep atau intoksikasi alcohol juga merupakan factor lainnya.
3. Kurangnya perhatian
Buruknya dalam mengunyah makanan, terburu-buru dalam makan dan
minum.
4. Sempit lumen esophagus
Pada kasus striktur esophagus ataupun kanker esophagus, makanan harusnya
dikunyah sangat lama, menjadi bagian-bagian yang kecil. Gejala awal dari
4
kanker esophagus adalah mulai ada sumbatan pada kerongkongan karena
makanan.
5. Psikotik
Benda asing dapat ditelan oleh proses percobaan bunuh diri
Faktor predisposisi antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat
menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum
sempurna pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, gangguan
pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik lain yang mendasarinya.
II.5. Patogenesis
Benda asing yang berada lama di esofagus dapat menimbulkan berbagai
komplikasi, antara lain jaringan granulasi yang menutupi benda asing, radang
periesofagus. Benda asing tertentu seperti baterai alkali memiliki toksisitas
intrinsik lokal dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi lokal, terutama bila
terjadi pada anak-anak.
Batu baterai (disc battery) mengandung elektrolit, baik natrium atau
kalium hidroksida dalam larutan kaustik pekat (concentrated caustic solution).
Pada penelitian binatang invitro dan invivo, bila baterai berada dalam lingkungan
yang lembab dan basah, maka pengeluaran elektrolit akan terjadi dengan cepat,
sehingga terjadi kerusakan jaringan (tissue saponification) dengan ulserasi lokal,
perforasi atau pembentukan striktur. Absorbsi bahan metal dalam darah
5
menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh karena itu benda asing batu baterai harus
segera dikeluarkan.
II.7. Diagnosis
Diagnosis benda asing di esofagus ditegakkan berdasarkan anamnesis,
gambaran klinis dengan gejala dan tanda, pemeriksaan radiologi dan endoskopi.
Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.
Diagnosis tertelan benda asing, harus dipertimbangkan pada setiap anak
dengan riwayat rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging),
batuk, muntah. Gejala-gejala ini diikuti dengan disfagia, berat badan menurun,
demam dan gangguan napas. Harus diketahui dengan baik ukuran, bentuk dan
jenis benda asing dan apakah mempunyai bagian yang tajam. Tetapi pada anak-
anak sering kali kita tidak mengetahui kejadiannya.
6
esofagus torakal. Dilaporkan 48 % kasus benda asing yang tersangkut di daerah
esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi lokal.
Gambar 4. Berbagai macam benda asing yang dapat menyebabkan sumbatan pada
esofagus.
Gejala-gejala akibat tertelan benda asing terjadi dalam tiga tahap. Pada
tahap pertama gejala-gejala awal, serangan hebat dari batuk atau muntah. Hal ini
terjadi ketika benda asing pertama tertelan. Pada tahap kedua adalah interval tidak
7
ada gejala. Benda asing telah tersangkut, serta gejala-gejala tidak lagi ditimbulkan.
Tahap kedua ini dapat berlangsung sementara. Pada tahap ketiga terdiri dari gejala-
gejala yang ditimbulkan oleh komplikasi, kemungkinan timbul rasa tidak nyaman,
disfagia, sumbatan atau perforasi esofagus hingga mediastinitis.
Disfagia bervariasi tergantung pada ukuran benda asing. Disfagia lebih
berat bila telah terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan, sehingga
timbul rasa sumbatan esofagus yang persisten. Gejala lain ialah odinofagia yaitu
nyeri menelan makanan atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah. Kadang-
kadang ludah berdarah.
Nyeri di punggung menunjukkan tanda perforasi atau mediatinitis.
Gangguan napas dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis terjadi akibat
penekanan trakea atau laring oleh benda asing. Nyeri demam dan syok dapat terjadi
jika perforasi.
Pemeriksaan fisik didapatkan bila benda asing terjepit akibat edema yang
timbul progresif. Bila benda asing irreguler menyebabkan perforasi akut,
didapatkan tanda pneumomediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi
terdengar suara getaran di daerah prekordial atau interskapula. Bila terjadi
mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat dideteksi.
Pada anak-anak, gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi
ludah dan pada pemeriksaan fisik didapat ronkhi, mengi (wheezing), demam, abses
leher atau tanda emfisema subkutan. Tanda lanjut, berat badan menurun dan
gangguan pertumbuhan. Benda asing yang berada di daerah servikal esofagus dan
di bagian distal krikofaring dapat menimbulkan gejala obstruksi saluran nafas
dengan stridor, karena menekan dinding trakea bagian posterior
(tracheoesophageal party wall), radang dan edema periesofagus.
8
seperti tulang, kulit telur dan lain-lain cenderung berada pada posisi koronal dalam
esofagus, sehingga lebih mudah dilihat pada posisi lateral. Benda asing radiolusen
seperti plastik, alumunium dan lain-lain, dapat diketahui dengan tanda inflamasi
periesofagus datau hiperinflamasi hipofaring dan esofagus bagian proksimal (1).
Foto rontgen toraks dapat menunjukkan gambaran perforasi esofagus
dengan emfisema servikal, emfisema mediastinal, pneumotorakas, pyotoraks,
mediastinitis, serta aspirasi pneumonia.
Foto rongten leher pada posisi lateral dapat menunjukkan tanda perforasi
dengan trakea dan laring tergeser ke depan, gelembung udara di jaringan, adanya
bayangan cairan atau abses, bila perforasi telah berlangsung beberapa hari.
Foto polos sering tidak menunjukkan gambaran benda asing seperti daging
dan tulang ikan, sehingga memerlukan pemeriksaan esofagus dengan kontras
(esofagogram). Risiko lain adalah terjadi aspirasi bahan-bahan kontras. Bahan
kontras barium lebih baik daripada zat kontras yang larut di air (water soluable
contrast), seperti gastrografin karena sifatnya kurang toksis terhadap saluran nafas
bila terjadi aspirasi kontras, sedangkan gastrografin bersifat mengiritasi paru. Oleh
karena itu pemakaian kontras gastrografin harus dihindari terutama pada anak-
anak.
9
Xeroradiografi dapat menunjukkan gambaran penyangatan (enhancement)
pada daerah pinggir benda asing. CT scan esofagus dapat menunjukkan gambaran
(8)
inflamasi jaringan lunak (mediastinitis) dan abses. MRI (magnetic resonance
imaging) dapat menunjukkan gambaran semua keadaan patologik esofagus. Tanpa
adanya bukti radiologik diagnosis benda asing di esofagus belum dapat
disingkirkan
II.11. Komplikasi
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan, perforasi
lokal dengan abses leher atau mediastinitis. Perforasi esofagus dapat menimbulkan
selulitis lokal, fistel trakeo-esofagus. Benda asing bulat atau tumpul dapat juga
menimbulkan perforasi, sebagai akibat sekunder dari inflamasi kronik dan erosi.
Jaringan granulasi di sekitar benda asing timbul bila benda asing berada di
esofagus dalam waktu yang lama.
Gejala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal oleh karena benda
asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi kulit di
daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil,
gelisah, nadi dan pernafasan cepat, nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal
dan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke pleura dapat timbul pneumotoraks atau
pyotoraks
II.12. Penatalaksanaan
Terdapat empat cara untuk memindahkan benda asing dari esofagus yakni
1.Menggunakan esofagoskopi rigid atau fleksibel 2. Ekstraksi dengan
menggunakan balon kateter 3. Mendorong benda asing ke dalam lambung dengan
menggunakan bougie 4. Temporisasi (konservatif), jika benda asing halus dan
sudah berada di esofagus distal. Pemilihan cara tergantung tipe benda asing,
lamanya benda asing tertahan dan pengalaman praktisi dalam melakukan tekhnik
tersebut. Kesuksesan pemindahan benda asing dari esofagus ialah 95 100 % baik
dengan tekhnik apapun.
10
Gambar 6. Endoskopik pada penganbilan benda asing berupa sikat gigi yang tertelan.
11
Tekhnik lain untuk mengeluarkan uang logam yang tersangkut di esofagus
ialah dengan balon kateter. Tekhnik ini dilakukan apabila benda asing tumpul,
tersangkut selama kurang dari 24 jam, lokasi tersangkutnya masih tinggi yakni
pada otot krikofaring (thoracic inlet). Cara melakukan tekhnik ini ialah sebagai
berikut masukkan kateter Foley sampai melewati uang logam dengan kontrol
fluoroskopi, balon dikembangkan dan kateter serta uang logam ditarik bersama-
sama. Cara ini memiliki banyak kerugian karena objek tidak dilhat secara
langsung, apabila terjadi gangguan esofagus akibat benda asing maupun prosedur
ekstraksi tidak dapat dideteksi secara dini, risiko trauma pada anak-anak, saluran
nafas pun tidak diproteksi. Keuntungan tekhnik ini ialah harganya yang lebih
murah dan tidak memerlukan anastesi umum.
Bouginasi esofagal (Hurst Bougie dilator) lebih jarang digunakan
dibandingan tekhnik lainnya. Terdapat kriteria yang harus dipenuhi untuk
melakukan bouginasi yakni benda asing halus, durasi tertelannya benda asing
kurang dari 24 jam.
12
Berikut merupakan algoritme manajemen penatalaksanaan pada pasien yang
dicurigai tertelan benda asing.
13
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Ny.Ni
Usia : 35 tahun
Agama : Islam
3.2 Anamnesis
Riwayat Sakit Sekarang : Nyeri menelan dirasakan pasien sejak 4 jam Sebelum
MRS. Sebelumnya pasien makan krupuk kemudian gigi pasien terlepas dan tertelan
terikut bersamaan dengan makanan yang dimakan. Pasien merasakan ada yang
mengganjal di tenggorokan, terasa mual dan muntah 1 kali (jumlahnya sedikit, isinya air
liur dan sisa makanan, darah tidak ada) Pasien berusaha memuntahkan gigi palsu
tersebut namun tidak dapat dikeluarkan. Pasien tidak mengalami sesak napas ataupun
demam.
14
Tidak terdapat riwayat keluarga dengan gangguan menelan, penyakit alergi,
diabetes dan tekanan darah tinggi
Tanda Vital:
Status Generalis:
Thorax :
Perkusi : sonor
Abdomen:
Perkusi : timpani
15
Ektremitas : edema (-/-), akral hangat
Hidung Luar Radang (-), deformitas (-), Radang (-), deformitas (-),
massa (-) massa (-)
Fetor (-) (-)
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Mukosa ronggga Pucat (-), hiperemis (-), Pucat (-), hiperemis (-),
nasi massa (-) massa (-)
Konka nasi Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
FARING
Fetor - -
Tonsil T1, hiperemi (-), kripta (-), T1, hiperemi (-), kripta (-),
detritus (-), permukaan rata detritus (-), permukaan rata
Uvula Simetris, hiperemi (-), oedem (-)
Palatum mole Simetris, hiperemi (-)
Dinding faring Mukosa halus, hiperemi (-), refleks muntah +/+
Regio Fasialis:
16
Mukosa bukal : warna mukosa merah muda, hiperemi (-)
Laboratorium :
Leukosit : 10.600
Hb : 12
HCT : 35,9
Plt : 254.000
Ureum : 22,9
17
Creatinin : 1,3
CT : 3
BT : 9
GDS : 71
HbSAg : (-)
3.5 Diagnosis
1. Terapi farmakologis:
Infus Ringer laktat 20 tpm
Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
Ranitidin 2x1 ampl
2. Edukasi
Pemasangan gigi palsu yang benar
3. Pembedahan
Esofagoskopi ekstraksi benda asing
3.7 Prognosis
Ad bonam
Tanggal : 2-04-2016
18
Diagnosis post-op : Benda asing pada esophagus (gigi palsu)
Terapi post-operasi :
- Infus RL 20 tpm
- Diet dengan NGT sampai 5 hari
- Ciprofloxasin 2x200 mg (iv)
- Ranitidin 2x 1 ampul (iv)
19
3.9 Follow up harian
20
BAB IV
PEMBAHASAN
21
status lokalis terdapat nyeri pada leher (+), terdapat benjolan padat (+). Terapi
farmakologis yang diberikan pada pasien ini adalah Ceftriaxone 2x1 gr (iv) dan Asam
mefenamat 500 mg 3x1 tablet. Diberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi
namun pasien alergi saat di ruangan sehingga digantikan dengan ciprofloxasin.
Ranitidin diberikan untuk mengurangi rasa nyeri tersebut. Kemudian pasien diminta
puasa untuk persiapan dilakukan operasi esofagoskopi ekstraksi benda asing. Bila
dicurigai adanya perforasi yang kecil atau perlukaan segera dipasang pipa nasogaster
agar penderita tidak menelan, baik makanan maupun ludah dan diberikan antibiotika
berspektrum luas selama 7-10 hari untuk mencegah timbulnya sepsis.
Pada pasien diberikan edukasi mengenai pemakaian gigi palsu yang benar dan
rutin memeriksakan ke poli gigi dan mulut.
Prognosis pada pasien ini adalah ad bonam karena setelah diatasi penyebab dan
dilakukan terapi farmakologis yang adekuat diharapkan kondisi pasien membaik.
22
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan seorang perempuan usia 35 tahun datang dengan keluhan nyeri
menelan. Keluhan disertai muntah, rasa mengganjal di tenggorokan. Pada pemeriksaan
fisik tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan gambaran radioopak.
Sehingga didiagnosa benda asing di esofagus berupa gigi palsu. Penatalaksanaan pada
pasien ini berupa esofagoskopi ekstraksi dengan pemberian antibiotik dan obat nyeri.
Prognosis pada pasien ini adalah ad bonam.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
25