Professional Documents
Culture Documents
REPRODUKSI KEPUTIHAN
MAKALAH
Oleh
152310101153
UNIVERSITAS JEMBER
2017
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM
REPRODUKSI KEPUTIHAN
MAKALAH
Oleh
152310101153
UNIVERSITAS JEMBER
2017
ii
PRAKATA
DAFTAR ISI
iii
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................ ii
PRAKATA................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULAUAN.................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Tujuan....................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum.................................................................. 2
1.2.2 Tujuan Khusus.................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI.................................................................... 3
2.1 Definisi....................................................................................... 3
2.2 Penyebab................................................................................... 3
2.3 Tanda dan Gejala.....................................................................
.................................................................................................7
2.4 Penatalaksanaan....................................................................... 7
2.5 Pathway..................................................................................... 9
BAB 3 APLIKASI KEPERAWATAN ...................................................
.....................................................................................................10
3.1 Gambaran Kasus..................................................................... 10
3.2 Pengkajian................................................................................ 10
3.3 Diagnosa ...................................................................................
...............................................................................................20
...................................................................................................
3.4 Intervensi ............................................................................... 20
3.5 Implementasi............................................................................ 22
3.6 Evaluasi.....................................................................................
...............................................................................................23
BAB 4. PENUTUP................................................................................... 25
4.1 Simpulan.................................................................................. 25
4.2 Saran........................................................................................ 25
iv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
BAB 1. PENDAHULUAN
1
mencapai 35%. Pada leukorrhea disebabkan oleh bakteri seperti (gonococcus,
chlamydia,trichomatis, gardanella, treponea pallidum, adanya infeksi jamur seperti candida
dan adanya infeksi parasit seperti trichcomonas vaginalis. Oleh karena itu untuk menentukan
penyakit harus dilakukan pemeriksaan cairan yang keluar.
1.2 Tujuan
2.1 Pengertian
2
Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus, yaitu
keluarnya cairan dari vagina. Leukore adalah semua pengeluaran cairan dari alat genetalia
yang bukan darah tetapi merupakan manifestasi klinik berbagai infeksi,keganasan atau tumor
jinak organ reproduksi (Manuaba, 2001).
Keputihan atau leukorea yaitu keluarnya cairan yang berlebihan dari vagina yang
terkadang disertai perasaan gatal, nyeri, rasa terbakar di bibir kemaluan, atau kerap juga
disertai bau busuk dan rasa nyeri sewaktu berkemih atau bersenggama. Pengertian lebih
khusus keputihan merupakan infeksi jamur kandida pada genetalia wanita dan disebabkan
oleh organisme seperti ragi yaitu candida albicans (Clayton, 1998).
Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal (fisiologis) dan
keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan
sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 saat menstruasi, juga terjadi
melalui rangsangan seksual. Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua alat genitalia
(infeksi bibir kemaluan, liang senggama,mulut rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan
pada infeksi penyakit hubungan seksual) (Manuaba, 1999).
2.2 Penyebab
Keputihan bukan suatu penyakit tetapi hanya suatu gejala penyakit, sehingga
penyebab pastinya perlu ditetapkan melalui berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari alat
genitalia tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi pewarnaan gram (untuk infeksi
jamur), preparat basah (infeksi trikomonas), preparat KOH (infeksi jamur), kultur atau
pembiakan (menentukan jenias bakteri penyebab), dan pap smear (untuk menentukan adanya
sel ganas) (Manuaba, 1999).
Menurut Ababa (2003), penyebab paling sering dari keputihan tidak normal adalah infeksi.
Organ genitalia pada perempuan yang dapat terkena infeksi adalah vulva, vagina, leher rahim,
dan ronggarahim. Infeksi ini dapat disebabkan oleh :
a. Bakteri (kuman)
1. Gonococcus
Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubunganseksual, yang paling sering
ditemukan yaitu gonore. Pada laki-laki penyakit ini menyebabkan kencing nanah,
sedangkan pada perempuan menyebabkan keputihan.
2. Chlamydia trachomatis
Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu banyak dan lebih encer bila
dibandingkan dengan penyakit gonore.
3
3. Gardnerella vaginalis
Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putihkeruh keabu-abuan, agak
lengket dan berbau amis seperti ikan,disertai rasa gatal dan panas pada vagina.
b. Jamur Candida
Candidia merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan vagina. Bila jamur
candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak dapat menyebabkan keputihan yang
dinamakan kandidosis vaginalis. Gejala yang timbul sangat bervariasi,tergantung dari berat
ringannya infeksi. Cairan yang keluar biasanya kental, berwarna putih susu, dan bergumpal
seperti kepalasusu atau susu pecah, disertai rasa gatal yang hebat, tidak berbau dan berbau
asam. Daerah vulva (bibir genitalia) dan vagina meradang disertai maserasi, fisura , dan
kadang-kadang disertai papulopustular.
Keputihan akibat Candida terjadi sewaktu hamil maka bayi yang dilahirkan melalui saluran
vagina pun akan tertular. Penularan terjadi karena jamur tersebut akan tertelan dan masuk
kedalam usus. Dalam rongga mulut, jamur tersebut dapat menyebabkan sariawan yang serius
jika tidak diberi pengobatan. Pada suatu saat jamur yang tertelan tadi akan menyebar ke organ
lain, termasuk kealat kelamin dan menimbulkan keputihan pada bayi perempuan.
c. Parasit
Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan trikomoniasis. Infeksi akut akibat
parasit ini menyebabkan keputihan yang ditandai banyaknya keluar cairan yang
encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih menyerupai air sabun, dan baunya tidak enak.
Meskipun dibilas dengan air, cairan ini tetap keluar. Keputihan akibat parasit ini tidak begitu
gatal, namun vagina tampak merah, nyeri bila ditekan, dan pedih bila kencing. Terkadang
terlihat bintik perdarahan seperti buah strawberry. Bila keputihan sangat banyak, dapat timbul
iritasi dilipat paha dan sekitar bibir genitalia. Pada infeksi yang telahmenjadi kronis, cairan
yang keluar biasanya telah berkurang danwarnanya menjadi abu-abu atau hijau muda sampai
kuning.
Parasit lain yang juga menyebabkan keputihan adalah cacing kremi. Cacing ini biasanya
menyerang anak perempuan umur 2-8 tahun. Infeksi terjadi akibat sering bermain di tanah,
atau penjalaran cacing dari lubang dubur ke alat genital. Keputihan akibat cacing kremi
dasertai rasa gatal, sehingga anak sering menggaruk genitalianya sampai menimbulkan luka.
d. Virus
Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes Simplex (VHS) tipe 2
dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV telah terbukti dapat meningkatkan
4
timbulnya kanker serviks, penis, dan vulva. Sedangkan virus herpes simpleks tipe 2 dapat
menjadi faktor pendamping. Keluhan yang timbul pada infeksi VHS tipe 2 berupa rasa
terbakar, nyeri, atau rasa kesemutan pada tempat masuknya virus tersebut.
Pada pemeriksaan tampak gelembunggelembung kecil berisi vesikel (cairan),
berkelompok, dengan dasar kemerahan yang cepat pecah dan membentuk tukak yang basah.
Kelenjar limfe setempat teraba membesar dan nyeri. Pada perempuan, penyakit ini dapat
disertai keluhan nyeri sewaktu kencing, keputihan, dan radang di mulut rahim. Pencetus
berulangnya penyakit ini adalah stres, aktivitas seks, sengatan matahari, beberapa jenis
makanan, dan kelelahan.
Penyebab lain keputihan selain infeksi (Dalimartha, 1999) antara lain :
a. Benda asing dalam vagina
Benda asing di vagina akan merangsang produksi cairan yang berlebihan. Pada anakanak,
benda asing dalam vagina berupa bijibijian atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada
perempuan dewasa benda asing dapat berupa tampon, kondom yang tertinggal didalam akibat
lepas saat melakukan senggama, cincin pesarium yang dipasang pada penderita hernia organ
kandungan (prolaps uteri), atau adanya IUD pada perempuan yang KB spiral. Cairan yang
keluar mulamula jernih dan tidak berbau. Tetapi jika terjadi luka dan infeksi dengan jasad
renik normal yang biasanya hidup di vagina, keputihan menjadi keruh dan berbau, tergantung
penyebab infeksinya.
b. Penyakit organ kandungan
Keputihan juga dapat timbul jika ada penyakit di organ kandungan, misalnya peradangan,
tumor ataupun kanker. Tumor, jernih, dan tidak berbau. Pada kanker rahim atau kanker
serviks (leher rahim), cairan yang keluar bisa banyak disertai bau busuk dan kadang disertai
darah.
c. Penyakit menahun atau kelelahan kronis
Kelelahan, anemia (kurang darah), sakit yang telah berlangsung lama, perasaan cemas,
kurang gizi, usia lanjut, terlalu lama berdiri di lingkungan yang panas, peranakan turun
(prolapse uteri), dan dorongan seks tidak terpuaskan dapat juga menimbulkan keputihan.
Keputihan juga berhubungan dengan keadaan lain seperti penyakit kencing manis (diabetes
mellitus), kehamilan, memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen progesteron seperti pil
KB atau memakai obat steroid jangka panjang.
d. Gangguan keseimbangan hormon
5
Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina, kehidupan Lactobacilli
doderleins, dan proliferasi (ketebalan) sel epitel skuamosa vagina sehingga membran mukosa
vagina membentuk barier terhadap invasi bakteri. Dengan demikian tidak mudah terkena
infeksi. Halhal diatas dapat terjadi karena dalam sel epitel vagina yang menebal banyak
mengandung glikogen. Lactobacilli doderlein yang dalam keadaan normal hidup di vagina,
akan memanfaatkan glikogen tadi selama pertumbuhannya dan hasil metabolismenya akan
menghasilkan asam laktat. Timbulnya suasana asam laktat akan menyuburkan
pertumbuhan Lactobacilli dan Corynebacteria acidogenic, tetapi mencegah pertumbuhan
bakteri lainnya. Proses diatas akan mempertahankan pH vagina yang dalam keadaan normal
memang bersifat asam, yaitu sekitar 3,54,5.
Keluarnya mucus servix (lender leher rahim) sehingga vagina tidak terasa kering juga
dipengaruhi oleh stimulasi estrogen. Hormon estrogen yang dihasilkan oleh indung telur akan
berkurang pada perempuan menjelang dan sesudah menopause (tidak haid). Akibatnya
dinding vagina menjadi kering, produksi glikogen menurun dan Lactobacilli menghilang.
Keadaan tersebut menyebabkan menghilangnya suasana asam sehingga vagina dan
uretra mudah terinfeksi dan sering timbul gatal. Akibat rasa gatal di vagina, maka garukan
yang sering dilakukan menyebabkan terjadinya luka-luka yang mudah terinfeksi dan
menyebabkan keputihan.
Kekurangan atau hilangnya estrogen juga dapat diakibatkan dibuangnya kedua ovarium
(indung telur) akibat kista atau kanker, atau karena radiasi (penyinaran) indung telur yang
terserang kanker. Pada masa pubertas, remaja putri masih mengalami ketidakseimbangan
hormonal. Akibatnya mereka juga sering mengeluh keputihan selama beberapa tahun sebelum
dan sesudah menarche (haid pertama).
e. Fistel di vagina
Terbentuknya fistel (saluran patologis) yang menghubungkan vagina dengan kandung
kemih atau usus, bias terjadi akibat cacat bawaan, cedera persalinan, kanker, atau akibat
penyinaran pada pengobatan kanker serviks. Kelainan ini akan menyebabkan timbulnya
cairan di vagina yang bercampur feses atau air kemih. Biasanya mudah dikenali karena bau
dan warnanya
2.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala leukorea atau yang biasa disebut dengan keputihan adalah sebagai
berikut :
1. Gejala pada keputihan fisiologis :
6
Menurut Stiaputri (2009), gejala keputihan fisiologis yaitu :
a. Cairan tidak berwarna (bening)
b. Tidak berbau
c. Tidak berlebihan
d. Tidak menimbulkan keluhan
2. Gejala pada keputihan patologis :
Menurut Abidin (2009) , gejala keputihan patalogis yaitu :
a. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri
b. Sekret vagina yang bertambah banyak
c. Rasa panas saat kencing
d. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
e. Sekret berwarna putih keabu-abuan atau kuning
f. Sekret berbau
2.4 Penatalaksanaan
Menurut Nenk (2009) penatalaksanaan klien dengan keluhan keputihan adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan pemeriksaaan dengan alat tertentu untuk mendapatkan gambaran alat
kelamin yang lebih baik, seperti melakukan pemeriksaan kolposkopi yang berupa alat
optic untuk memperbesar gambaran leher rahim, liang senggama dan bibir kemaluan.
2. Merencanakan pengobatan setelah melihat kelainan yang ditemukan.
3. Memberikan obat-obat penawar misalnya betadine vaginal kit, intima, detol, yang
sekadar membersihkan cairan keputihan dari liang senggama, tapi tidak membunuh
kuman penyebabnya. Selain itu dapat dilakukan penyinaran dengan radioaktif atau
penyuntikan sitostatiska, sedangkan obat pemusnah misalnya vaksinasi, tetrasiklin,
penisilin, thiamfenikol, doksisklin, eritromisin, flukoonazole, metronidazole, enystatin
dan sebagainya. Karena itu, lebih baik mencegah daripada mengobati.
Sering kali wanita merasa mampu mengenali sendiri sedang menderita flour
albus tanpa merasa perlu memeriksakan diri ke dokter untuk memperoleh pemeriksaan
secara lebih detail, namun langsung diobati sendiri dengan obat-obatan flour albus
yang dijual bebas. Pada kasus ini, tindakan tersebut cukup beresiko, karena apabila
kurang tepat dalam pengenalan penyakitnya dapat menyebabkan kurang tepat pula
obat yang dipilih, sehingga selain efektifitas terapi tidak tercapai juga akan beresiko
pada munculnya resistensi sehingga jamur semakin kebal dengan obat (Nenk, 2009).
7
Sedangkan menurut Abidin (2009) rencana asuhan atau penatalaksanaan yang
diberikan pada gangguan reproduksi dengan keputihan adalah diantaranya:
a. Menjelaskan pada klien tentang kondisinya.
b. Memberikan KIE tentang keputihan
c. Menjelaskan bagaimana cara membersihkan daerah pribadi dan
genetalianya agar tetap bersih dan kering.
d. Menjelaskan pemakaian celana dalam dengan benar.
e. Menjelaskan untuk tidak sering menggunakan pencuci vagina.
f. Memberikan terapi pada keputihannya.
2.5 Pathway
Peningkatan
konsentrasi flora
Candida albican Hygine kurang
normal
Ig E Stimulation Vaginitis
8
SRS-A Prostaglandin
Lesi
Gangguan rasa
nyaman
Ketidaktahuan
penanganan
Ansietas
9
berumur 3 tahun. Ny. D tidak memakai alat kontrasepsi sesudah melahirkan dan ia tidak
memiliki riwayat penyakit keterunan keluarga. Ny. D sejak tanggal 2 Mey 2017 merasakan
keputihan disertai gatal-gatal pada organ reproduksinya. Awalnya keluhan muncul ketika
banyak berkeringat sehabis membersihkan rumah, tetapi kemudian gatal-gatal jadi sangat
menggangu terutama pada malam hari. Keluar keputihan yang lebih banyak dari biasanya,
berbau amis dan agak asam seperti susu basi 3-4 hari ketika gejala itu muncul. Klien mencoba
minum ramuan tradisional (daun sirih) tetapi tidak sembuh.
3.2 Pengkajian
A. IDENTITAS
Nama pasien : Dwi Ema Agustiana Nama suami : Mas Yudi
B. RIWAYAT KAPERAWATAN:
1. RIWAYAT OBSTETRI
A. Riwayat Menstruasi
Menarche : Umur 14 tahun Siklus : normal setiap bulan
Banyaknya : 50-100 ml / hari Lamanya : 7-10 hari
HPHT : Keluhan : nyeri saat haid
10
B. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu:
No Tahu Umur penyu Jeni penol penyu lasera infe perdara Jeni BB PJ
n kehamil lit s ong lit si ksi han s
an
C. Genogram :
11
Keterangan:
Perempuan
Laki-laki
Ny A
Tn X
D. Postpartum Sekarang
1. Riwayat persalinan sekarang : normal
2. Tipe persalinan : spontan / bantuan
3. Lama Persalinan :
Kala I : 4,5 jam
Kala II : 1,5 jam
Kala III : 15 menit
Kala IV : 2 jam
12
Nutrisi : klien tidak memiliki
Senam nifas : tidak dilakukan ketika hamil
KB : tidak menggunkan KB
Menyusui : tidak menyusui anaknya sejak anak berusia 1 minggu
karena anaknya tidak mau negenyot puting susu ibunya
2. Riwayat Keluarga Berencana
Melaksanakan KB : ( ) ya ( ) tidak
Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan: -
Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : -
Masalah yang terjadi : -
3. Riwayat Kesehatan
Penyakit yang pernah dilami ibu : sekarang ibu mengalami penyakit keputihan
Pengobatan yang didapat : ibu mengonsumsi obat dari dokter untuk mengatasi
penyakit keputihan
Riwayat penyakit keluarga : -
( ) penyakit diabetes melitus
( ) penyakit jantung
( ) penyakit hipertensi
4. Riwayat Lingkungan :
Kebersihan : rumah tampak bersih
Bahaya : tidak ada benda berbahaya yang berserakan
Lainnya sebutkan :
5. Aspek Psikososial :
a. Persepsi ibu setelah bersalin : dia bahagia memili anak tetapi ia cemas atas keputihan
yang ia alami
b. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari ? bila ya
bagaimana : cemas dan sering bertanya apakah penyakit yang ia alami berbahaya atau
tidak
13
c. Harapan yang ibu inginkan setelah bersalin : anaknya sehat dan kondisinya kembali
normal
d. Ibu tinggal dengan siapa : suami dan mertua
e. Siapa orang yang terpenting bagi ibu : anak
f. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : menyarankan untuk segera berobat
ke dokter
g. Kesiapan mental untuk menjadi ibu : ( ) ya ( ) tidak
6. Kebutuhan Dasar Khusus:
1. Pola Nutrisi
a. frekuensi makan : 3 x/hari
b. nafsu makan : ( ) baik ( ) tidak nafsu,
alasan
c. Jenis makanan rumah : nasi, sayur, lauk pauk.
d. Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan : -
2. Pola Eliminasi
BAK
Frekwensi :.
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : normal Kesadaran : compos metis
Tekanan Darah : 110/70 Nadi : 80 x/mnt
Respirasi : 20 x/menit Suhu : 37 C
BB : 45 kg tinggi badan : 150 cm
15
Kepala : Bentuk : simetris
Keluhan : -
Mata
Hidung
Reaksi alergi :-
Sinus :-
Lainnya sebutkan :-
Sirkulasi jantung
Abdomen
Mengecil : normal
Linea & striae : tidak ada
Luka bekas operasi :-
TFU :-
Kontraksi :-
Lainnya, sebutkan : adanya nyeri di bagian bawah perut
Genitourinary
Perineum : normal
Lokhea :-
Vesika urinaria : kosong
Lainnya Sebutkan : vulva terlihat ada lendir kental dan berbau agak amis
17
Ekstremitas ( integumen/Muskuloskeletal )
F. Data Penunjang
1. Laboratorium : -
2. USG : -
3. Rontgen : -
4. Terapi yang didapat : -
G. Data tambahan
.
ANALISA DATA
yang dangkal
Vaginitis
DS :
DS : Gatal
penyakit
Ansietas
DS :
19
3.3 Diagnosis Keperawatan
.
3.4 Intervensi Keperawatan
3.6 Evaluasi
BAB 4. PENUTUP
3.1 Simpulan
Keputihan atau leukorea yaitu keluarnya cairan yang berlebihan dari vagina yang
terkadang disertai perasaan gatal, nyeri, rasa terbakar di bibir kemaluan, atau kerap juga
disertai bau busuk dan rasa nyeri sewaktu berkemih atau bersenggamadapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis).
Keputihan bukan suatu penyakit tetapi hanya suatu gejala penyakit, sehingga penyebab
pastinya perlu ditetapkan melalui berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari alat genitalia
tersebut. Akan tetapi keputihan muncul biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
parasit, benda asing dalam vagina, ketidakseimbangan hormon, penyakit kronis, penyakit
pada organ kandungan dan adanya fistel pada vagina. Gejala dari keputihan sendiri tergantung
dari jenis keputihannya jika keputihan fisiologis cairan berwarna putih, tidak bau, tidak terasa
gatala dan tidak menimbulkan nyeri. Sedangkan keputihan patologis ditandai dengan
keluranya lendir berwarna putih keruh kekuning-kuningan disertai rasa gatal, nyeri, dan
berbau amis. Penatalaksanaannya sendiri yaitu dengan melakukan pemeriksaan untuk
mengetahuai jenis keputihan dan mengkonsultasikan ke dokter untuk pengobatanya. Tetapi
yang paling penting yaitu tetap menjaga pola kebersihan diri untuk mencegah keputihan
24
timbul kembali.
3.2 Saran
Pembaca diharapkan mencari sumber referensi lebih lagi tentang masalah keputihan
mengingat keterbatasan dari penulis. Untuk tenaga kesehatan terutama perawat diharapkan
mampu memiliki pengetahuan yang luas dan komunikasi yang tepat untuk melakukan asuhan
keperawatan bagi penderita keputihan. Perawat juga dapat mengedukasi para wanita untuk
melakukan kebersihan pada reproduksi agar terhindar dari keputihan dan klien diharapkan
untuk lebih berhati-hati menggunakan alat atau bahan yang bisa menyebabkan infeksi pada
reproduksi. Kita sebagai perawat harus mengedukasi kepada masyarakat agar masalah
penyakit keputihan dikalangan wanita dapat terselesaikan dan dapat dicegah sejak dini.
25
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G. 2001. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi. Cetakan II. Jakarta :
EGC