You are on page 1of 6

Asuhan Keperawatan Eksema

Diposting oleh eka wahyuni di 23.48

BAB I
KONSEP MEDIS

1.1 Pengertian
Eksema adalah peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang umumnya dimulai
pada awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak tertahankan,
peradangan dan gangguan tidur. Penyakit ini dialami sekitar 10-20% anak.

1.2 Etiologi
Penyebab eksema tidak diketahui, namun jika salah satu atau lebih anggota keluarga
mengalami eksema, asma atau rhinitis alergika, maka kemungkinan besar anak itu akan
mengalami eksema. Sebagian anak yang mengalami eksema juga mengalami asma dan rhinitis
alergika.
Eksema dapat dipicu oleh beberapa hal, antara lain :
1. Keringnya kulit
2. Iritasi eleh sabun, detergen, pelembut pakaian dan bahan kimia lain.
3. Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya membungkus anak dengan
pakaian yang berlapis-lapis.
4. Alergi atau intoleransi terhadap makanan-makanan tertentu
5. Alergi terhadap tungau, debu, serbuk sari tanaman atau bulu hewan.
6. Virus atau infeksi lain.
7. Perjalanan ke Negara dengan iklim berbeda.

1.2 Patofisilogi
Eksema merupakan reaksi alergi tipe 4 yakni respon lambat tipe tuberculin yang
bersifat cell mediated reaksi spesifik memerlukan beberapa jam mencapai maksimum. Klinis
biasanya baru tampak respon sesudah 24 48 jam. Pada reaksi antara antigen dan antibody
terjadi pembebasan berbagai mediator farmakologik. Misalnya histamine, serotonin, bradikinin,
asetikoline, heparin, dan anafilaktosin.

1.3 Penyimpangan KDM

Multifaktor
(invasi virus, alergi, iritasi)

Reaksi hipersensitivitas
Peningkatan sel mast

Histamin dilepaskan

Menghambat kemotaksis dan menekan produksi sel T

Gangguan Integritas
Kulit Produksi berlebihan Ig E

Eritema, lesi vesikel Erupsi kulit

Perubahan penampakan kulit Pruritus/Gatal

Gangguan Citra Tubuh Gangguan Pola Tidur

1.4 Manifestasi Klinik


Lesi eksematosa.
Eritema.
Pruritus.
Vesikel lokal.
Likenifiksasi.
Perubahan pigmentasi.

1.5 Pemeriksaan Diagnostik


1. Darah perifer ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE
2. Dermatografisme putih penggoresan pada kulit normal akan menimbulkan tiga respons , yakni
berturut-turut akan terlihat garis merah ditempat penggoresan selama 15 detik, warna merah
disekitarnya selama beberapa detik, dan edema timbul sesudah beberapa menit. Penggoresan
pada pasien atopik akan bereaksi berlainan. Garis merah tidak disusul warna kemerahan, tetapi
kepucatan selama 2-5 menit, edema tidak timbul. Keadaan ini disebut dermatografisme putih.
3. Percobaan asetilkolin. Suntikan secara IC 1/5000 akan menyebabkan hiperemi pada orang
normal. Pada orang dengan eksema akan timbul vasokonstriksi, terlihat kepucatan selama 1 jam.
4. Percobaan histamin. Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi, eritema akan berkurang
dibandingkan dengan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat tersebut disuntikkan parenteral
tampak eritema pada kulit normal.

1.6 Penatalaksanaan
1. Hindari iritan atau alergen.
2. Pemberian antihistamin untuk mengontrol rasa gatal.
3. kompres dingin untuk mengurangi peradangan.
4. Steroid topikal dosis rendah untuk mengurangi peradangan dan memungkinkan penyembuhan.
5. Pertahankan higene kulit.

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
A. Aktifitas dan istrahat
Gejala:
Pola hidup mononton
Kelelahan, perasan tidak berdaya setela menggaruk
Gatal apabila berkerigat
Sering terbangun pada malam hari
Tanda:
Adanya lesi kulit

B. Sirkulasi
Gejala:
Menunjukan kegelisaan dan peningkatan frekuensi pernafasan setelah menggaruk.
Tanda:
Sering menggaruk
Distrimia
Nampak kemerahan pada kulit
Dingin
C. Makanan / cairan
Gejala:
Tidak menunjukan gangguan
D. Integritas ego
Gejala:
Stressor kerja
Tanda:
Ketakutan dan muda marah
Timbul isolasi diri
Kurang bergaul
E. Nyeri/ ketidak nyamanan
Gejala:
Nyeri bila di garuk menyebar ke rahang
Kualitas: ringan sampai sedang (..) berat () tertekan () terjepit()
Durasi: kurang dari 15 menit (..) lebih dari 30 menit (..)
Tanda:
Waja murung
Gelisah
Sering menggaruk
F. Pernafasan
Gejalah:
Sispnea saat menggaruk
Tanda:
Peningkatan frekuensi
Gangguan kedalaman
G. Sistem Integumen
Pada pemeriksaan kulit terdapar gangguan pada epidermis, dan kulit agak kemerahan
serta danya lesi dan terkadang klien merasa gatal pada daerah yang ada kerusakan integritas
tersebut.
H. Sistem Pencernaan
Pola makan klien tidak menunjukan ganguan, pola makan klien sama sebelum dan pada
saat sakit, berat badan klien tidak menunjukan tanda tanda penurunan.
I. Sistem Kardiovaskuler
Pada pemerikssan kardiovaskuler pasien tidak menunjukan ganguan hal ini di tunjukan
dengan tanda tanda fital yang normal.

J. Sistem Muskuleskeletal
Tidak menunjukan adanya gangguan yang signifikan.
K. Sistem Persarafan
Terkadang pasien merasa syok akibat gatal yang berlebihan hingga pasien menggaruk
dengan keras yang menimbulkan pembesaran lesi atau kerusakan kulit.
L. Sistem Eliminasi
Pada sistem eliminasi terutama pada pengeluaran keringat sangat mempengaruhi tingkat
integritas kulit dimana menambah rasa gatal pada daerah yang terkena lesi eksema.
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi kulit, ditandai dengan gangguan jaringan
epidermis, kulit klien tampak kemerahan, adanya lesi.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus/gatal, ditandai dengan : orang tua klien
mengatakan bahwa anaknya gatal-gatal klien tampak sukar tidur klien tampak gelisah dan sering
menggaruk waktu tidur klien berkurang klien tampak letih pada pagi hari.
3. Resiko gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampakan kulit, ditandai dengan
: ruam kulit.

2.3 Intervensi Keperawatan


Diagnose I
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terbentuknya lesi nodular
Tujuan : kerusakan integritas kulit dapat berkurang / teratasi dengan kriteria :
Lesi, ruam, krusta dan gumpalan keras pada kulit hilang
Warna kulit normal
Intervensi :
a. Kaji tingkat kerusakan integritas kulit
Rasional : sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya
b. Pertahankan kebersihan kulit sekitar lesi
Rasional : mencegah infeksi lokal pada kulit
c. Anjurkan pasien untuk menghindari pemakaian krim kulit ataupun salep dan bedak tanpa izin
dokter
Rasional : krim / salep yang tidak di anjurkan mungkin dapat menyebabkan iritasi
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat topikal
Rasional : di berikan untuk mencegah infeksi lokal.
Diagnosa II.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan menurunnya tidur REM ditandai dengan: klien merasa
tegang, gelisah, pusing. Klien nampak susah tidur.
Tujuan: klien akan menunjukan pola tidur yang baik secara kualitas maupun kuantitas dengan
kriteria:
Klien tidur dengan nyenyak
Tidak terjaga pada malam hari
Intervensi :
a. Kaji pola tidur pasien.
Rasional : akan membantu dalam mengetahui cukup atau tidaknya waktu tidur klien dalam
sehari.
b. Ciptakan lingkungan sekitar menjadi tenang dengan mengurangi pembesuk.
Rasional : dapat memberi ketenangan dan kenyamanan pada klien untuk beristrahat dan tidur.
c. Anjurkan kepada klien agar tidak menggaruk.
Rasional : menggaruk dapat meningkatkan hiper sentifitas.
d. anjurkan kepada klien agar selalu mempertahankan personal higiene.
Rasional : dapat memungkinkan percepatan penyembuhan.
Diagnosa III.
3. Resiko gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya perubahan penampakan kulit.
Tujuan : klien dapat menerima keadaannya sekarang
dengan kriteria :
Mengembangkan peningkatan kemauan menerima keadaan sendiri
Klien membantu dalam proses perawatan dan pengobatan
Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien memandang perubahan dirinya dan adanya perilaku menarik diri
Rasional : sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya
b. Dorong klien untuk mendiskusikan perasaan mengenai perubahan dirinya
Rasional : memberikan jalan untuk mengekspresikan perasaannya
c. Jelaskan tentang keadaan penyakitnya dan prosedur pengobatannya
Rasional : pemahaman klien tentang penyakitnya dapat meningkatkan percaya diri klien
d. Libatkan klien dalam menyusun rencana pengobatan dan perawatan
Rasional : klien dapat menerima dan menjalankan rencana tindakan.

DAFTAR PUSTAKA
,Jakarta. Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, EGC. Jakarta.2001
Mochtar, Sinopsis Obstetri Fisiologi & Patologi, EGC, Jakarta.
Syaifuddin, Anatomi Fisiologi, EGC, Jakarta. 1997.
Marylynn. E.Doengus. (2000). Rencana Asuhan keperawatan, edisi 3, penerbit buku kedokteran

You might also like