You are on page 1of 2

Baliberkarya.com-Bangli.

Ratusan petani di enam subak kawasan Tukad Melangit, Bangli


lagi-lagi dibuat resah dan pasrah. Pasalnya, belakangan serangan hama kera alias bojog kian
mengganas lagi.

Dampaknya, setidaknya ratusan hektar lahan pertanian dan tegalan di tempat ini dibiarkan
terlantar dan tidak produktif lagi Sebab, semua hasil pertanian langsung ludes diserbu
kawanan bojog.

Salah satu banjar di subak kawasan itu yang penduduknya sangat resah adalah Banjar
Pembungan, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Bangli.

Kelihan Dinas Br.Pembungan, Ngakan Made Adnyana, Senin (8/8/2016), memperkirakan


populasi bojog di wilayahnya sudah mencapai 1.000 ekor lebih.Jika benar sebanyak itu,
berarti 3 kali lipat dari jumlah penduduk Br.Pembungan yang hanya 350 jiwa.

Setahun lalu, menurut Adnyana, sudah ditempuh upaya niskala dengan menggelar upacara
Nangluk Mrana untuk menyikapi serbuan bojog yang meresahkan warga. Namun, dalam
beberapa waktu terakhir ini, aksi bojog-bojog itu berulang kembali.

Dituturkan, setiap hari bojog-bojog itu harus bersaing dengan manusia untuk mendapatkan
makanan. Mereka juga berebut makanan dengan hewan piaraan seperti babi.

Tak jarang bojog-bojog itu menyelinap ke dapur mencuri makanan. Belum lagi menggasak
habis hasil ladang dan perkebunan, ujar Adnyana.

Warga Br.Pembungan kini makin bingung, bagaimana cara mengatasi hama bojog tersebut.
Sudah diupacarai sesuai petunjuk sulinggih, hasilnya juga tak maksimal. Memberi makanan
berupa buah-buahan atau makanan lain, masyarakat kewalahan. Ada ide untuk melakukan
pengurangan populasi dengan membunuh, warga juga terganjal peraturan perundang-
undangan.

Pihak pemerintah sendiri sebenarnya sudah pernah melakukan upaya mengatasi hama bojog
ini. Pada Februari 2015, pernah ada pertemuan yang melibatkan Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Perhutanan dan juga Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, BKSDA dan
dinas terkait kabupaten Bangli untuk penanggulangan hama bojog tersebut.

Dalam pertemuan tersebut, juga hadir para kelian subak dan puluhan petani setempat.
Menurut sejumlah petani, serangan hama bojod telah dikeluhkan para petani sejak jaman
orba.
Namun hingga saat ini, belum ada upaya penanggulangan yang konkrit dilakukan dinas
terkait. Sampai saat ini, serangan bojog kian menjadi-jadi. Bahkan menurut Kelian Subak
Tegalalang, sebanyak 300-an hektar lahan sawah dan perkebunan dikawasan Tukad Melangit
yang menjadi habitat hama kera itu, tak mendatangkan hasil. Bahkan sebagian lahan
persawahan dibiarkan terlantar.

Disebutkan juga, gerombolan hanya kera ini, juga kian berani menyerang hingga ke rumah-
rumah penduduk, mencuri telor dan makanan warga. Karena itu, dalam pertemuan itu, pihak
petani menginginkan serangan monyet itu bisa ditangani secara cepat, entah itu dengan cara
eliminasi maupun penangkaran.

Ada pula yang menyampaikan solusi jangka panjang, dengan menanam pohon yang bisa
menghasilkan buah di sekitar habitat monyet. Namun, dari petugas provinsi berpendapat
bahwa penanaman pohon hingga menghasilkan buah membutuhkan waktu yang lama.

Sebagai tindak lanjut, petugas provinsi menganggap penanganan monyet itu harus dilakukan
pengkajian terlebih dahulu, seperti memahami habitat monyet, terlebih dengan adanya
pemerhati hewan. Penanganan monyet ini harus direncanakan sematang mungkin. Selain itu,
pihak provinsi juga memandang, identifikasi ini perlu melihat sisi sekala dan niskala.Kendati
berlangsung alot, akhirnya tercapai kesepakatan antara petugas dan petani.

Tahun 2015, Kabid Kesehatan Hewan Provinsi Bali, Drh.IKG Nata Kesuma,
mengungkapkan, menindaklanjuti serangan kera itu akan dilakukan dengan cara identifikasi
terlebih dahulu. Identifikasi habitat direncanakan melibatkan 6 tim dari Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan dengan jumlah personil sebanyak 120 orang. Selain itu, juga melibatkan
TNI, BPBD dan petani di subak setempat.

Untuk sementara upaya penanggulangan hama kera akan kita lakukan identifikasi terlebih
dahulu sekaligus menghalau keberadaan kera tersebut secara massal, tegasnya.

Hanya saja, upaya tersebut masih menunggu dewasa ayu. Sebelumnya, atur piuning juga
akan dilakukan pada hari tilem, bulan ini untuk memohon kelancaran pelaksanaan identifikasi
dan penghalauan massa hama kera di sejumlah Pura setempat secara niskala. (BB)

You might also like