Professional Documents
Culture Documents
1.1 Identitas
Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 41 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
b. Status Generalis
Kepala-Leher :
Kepala : Tidak terdapat hematom, maupun luka robek
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Hidung : Sekret (-), Darah (-)
Telinga : Sekret (-), Darah (-)
Leher : Tidak keterbatasan gerak
Thorax :
Paru :
o Inspeksi : Bentuk dan Gerak Simetris
o Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
o Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
o Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
Jantung :
o Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
o Palpasi : Ictus cordis tak teraba
o Perkusi : Tidak pembesaran jantung
o Auskultasi : S1/S2 reguler, bising jantung (-)
Abdomen :
Inspeksi : Tampak datar.
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Hepar dan lien tak teraba, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Extremitas :
Ekstremitas Atas
o Dextra : DOTS (-)
o Sinistra: Status lokalis
Ekstremitas Bawah
o Dextra : DOTS (-)
o Sinistra: DOTS (-)
1.6 Diagnosis
Fraktur tertutup 1/3 medial humerus.
1.9 Tindakan
Dilakukan tindakna ORIF pada tanggal 24-06-2011
Hasil
1.10 Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
2.2 Klasifikasi
a. Berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang fraktur dengan
dunia luar :
Fraktur tertutup
Fraktur terbuka : terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
Derajat Fraktur
1 - Luka < 1 cm
- Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk
- Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kominutif ringan
- Kontaminasi minimal
2 - Luka > 1cm
- Kerusakan jaringan lunak tidak luas, flap/avulse
- Fraktur kominutif sedang
- Kontaminasi sedang
Keterangan :
A. Fisura tulang disebabkan oleh cedera tunggal hebat atau oleh cedera
terus-menerus yang cukup lama, seperti juga ditemukan pada retak
stress pada struktur logam
B. Patah tulang sederhana oblik/serong
C. Patah tulang sederhana tranversal/lintang
D. Patah tulang komunitif oleh cedera hebat
E. Patah tulang segmental karena cedera hebat
F. Patah tulang dahan hijau greenstick, periosteum tetap utuh
G. Patah tulang kompresi akibat kekuatan besar pada tulang pendek atau
epifisis tulang pipa
H. Patah tulang impaksi, kadang juga disebut inklavasi
I. Patah tulang impresi
J. Patah tulang patologis akibat tumor tulang atau proses destruktif lain
Tabel 2.2 Jenis Fraktur dan Contoh Tulang yang Terkena
2.3 Diagnosis
Diagnosis patah tulang juga di mulai dengan anamnesis, adanya
trauma tertentu, seperti jatuh, terputar, tertumbuk, dan berapa kuatnya trauma
tersebut. Dalam persepsi pasien trauma yang terjadi bisa dirasa berat
meskipun ringan dan sebaliknya bisa dirasakan ringan meskipun sebenarnya
berat. Selain riwayat trauma, biasanya didapati keluhan nyeri meskipun patah
tulang yang fragmen patahannya stabil, kadang tidak menimbulkan keluhan
nyeri. Banyak patah tulang mempunyai cedera yang khas.
Pemeriksaan untuk menentukan ada atau tidaknya patah tulang terdiri
atas empat langkah: tanyakan, lihat, raba, dan gerakkan.
Pada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan inspeksi dan terlihat
pasien kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang patah,
terdapat pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, terputar,
pemendekan, dan juga terdapat gerakkan yang tidak normal. Selain pada
anamnesis nyeri juga didapatakan papa palpasi, nyeri berupa nyeri tekan yang
sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu pada waktu menekan atau atau
menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah searah sumbunya.
Keempat nyeri ini didapatkan pada lokalisasi yang tepat sama. Gerakan
antarfragmen harus dihindari pada pemeriksaan karena dapat menimbulkan
nyeri dan mengakibatkan cedera ringan. Pemeriksaan gerak persendian secara
aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin patah tulang.
Pemeriksaan klinis untuk mencari trauma di bagian lain tidak boleh
dilupakan, untuk mencari kelainan lain seperti pneumotorakas, cedera otak,
seperti komplikasi vaskuler dan neurologis dari patah tulang yang
bersangkutan. Hal ini penting karena komplikasi tersebut perlu penanganan
yang segera.
Pada pemeriksaan radiologis dengan pembuatan foto rontgen ddua
arah 90o didapatkan gambaran garis patahan. Pada patah yang fragmennya
mengalami dislokasi, gambaran garis patah biasanya jelas.
Foto rontgen harus memenuhi beberapa syarat, yaitu letak patah
tulang harus di pertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini secara
tegek lurus karena foto rontgen merupakan foto gambar bayangan. Harus
selalu dibuat dua lembar foto dengan arah yang saling tegak lurus. Pada
tulang, panjang persendian proksimal maupun yang distal harus ikut di foto.
Bila diperlukan, dibuat foto yang sama dari bagian anggota gerak yang sehat
sebagai perbandingan.
Pemeriksaan khusus seperti CT scan kadang diperlukan, misalnya
dalam hal patah tulang vertebra dengan gejala neurologis.
2.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada fraktur tetap dimulai dari penilaian jalan napas
(airway), proses pernapasan (breathing), dan sirkulasi (circulation), apakah
terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru
dilakukan penatalaksanaan pada fraktur itu sendiri.
Untuk frakturnya sendiri, prinsipnya adalah mengembalikan posisi
patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu
selama masa penyembuhan fraktur (imobilisasi). Reposisi yang dilakukan
tidak harus mencapai keadaan sepenuhnya seperti semula karena tulang
mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan bentuknya kembali seperti
bentuk semula (remodeling/proses swapugar). Kelayakan reposisi suatu
dislokasi fragmen ditentukan oleh adanya dan besarnya dislokasi ad aksim, ad
peripheriam, dan kum kontraktione, yang berupa rotasi, atau perpendekan.
Secara umum, angulasi dalam bidang gerak sendi sampai kurang lebih
20-30 derajat akan dapat mengalami swapugar, sedangkan angulasi yang
tidak dalam bidang gerak sendi tidak akan mengalaminya. Akan tetapi, rotasi
antara 2 fragmen tidak pernah terkoreksi sendiri oleh proses swapugar. Ada
tidaknya rotasi fragmen tidak dapat diketahui dari foto Rontgen, melainkan
harus diketahui dari pemeriksaan klinis. Cara yang termudah untuk
memeriksa rotasi ini adalah dengan membandingkan rotasi anggota yang
patah dengan rotasi anggota yang sehat. Pemendekan anggota yang patah
disebabkan oleh tarikan tonus otot sehingga fragmen patahan tulang berada
sebelah menyebelah. Pemendekan anggota atas pada orang dewasa dan
pemendekan pada anggota atas maupun bawah pada anak, umumnya tidak
menimbulkan masalah.