You are on page 1of 9

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KELAINAN SEKSUAL FETISISME

Disusun Oleh :

KELOMPOK V

DWI RABIATUL ADWIYAH ALI


MELISHA BATJO
NURNANINGSI GAGU
YUSTICIA ALI

KELAS 1B. DIV KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


GORONTALO
T.P 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KELAINAN SEKSUAL FETISISME
ini dengan baik, meskipun masih terdapat kekurangan didalamnya.

Kami menyadari sepenuhnya, bahwa di dalam penyusunan makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah ini, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Gorontalo, Juni 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Latar belakang dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kebutuhan Dasar Manusia ( KDM ). Makalah ini membahas tentang Asupan keperawatan
dengan kelainan seksual fetitisme. yang didalamnya berisi tentang definisi masalah seksual
fetitisme, beserta asuhan keperawatannya. Apa yang berada dalam makalah ini sangat
bermanfaat dan berguna terutama bagi seorang perawat. Sebagai pemberi asuhan
keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses
penyembuhan.

Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistic,


meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan
memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien dengan menggunakan energy dan
waktu yang minimal. Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan,
perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya
dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.

B. TUJUAN

Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa / mahasiswi memiliki kemampuan
konsep pemahaman sebagai tenaga perawat professional di bidang Keperawatan, sehingga
mampu menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif yang mencakup
bio, psiko, sosio, dan spiritual.

BAB II
TINJAUAN TEORI
DEFINISI FETISISME

Fetisisme merupakan kelainan yang menggunakan benda non-seksual, benda mati


atau bagian dari tubuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seks. Dengan menggunakan
benda-benda mati seperti pakaian, stoking, sepatu bertumit tinggi atau alat kelamin bagian
tubuh individu, untuk mendapat kepuasan seksual.

Penyebab Fetisisme

Penyebab fetisisme tidak jelas dipahami. Beberapa teori pembelajaran percaya bahwa
itu berkembang dari pengalaman anak usia dini, di mana objek dikaitkan dengan bentuk yang
sangat kuat dari gairah seksual atau gratifikasi. Teori belajar lainnya tidak akan fokus pada
anak usia dini saja, tetapi pada masa kanak-kanak kemudian dan remaja dan pengkondisian
yang terkait dengan aktivitas masturbasi. Para peneliti telah menunjukkan bahwa dalam
fetishists umum memiliki keterampilan sosial yang kurang berkembang, cukup terisolasi
dalam kehidupan mereka dan memiliki kapasitas berkurang untuk membangun keintiman.

Gejala Fetitisme

Tindakan seksual fetishists memiliki karakteristik depersonalized dan diobjekkan. Fokus


perhatian secara eksklusif pada fetish, sedangkan non-fetishists mungkin di berbagai kali
membuat bagian tubuh tertentu atau suatu bagian objek gairah seksual mereka secara umum
dan ekspresi dengan orang lain, tetapi tidak terpaku pada itu.

BAB III
TINJAUAN ASUPAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pa pasien (Nursalam,2001)

Tahap pengkajian terdiri dari:


1. Pengumpulan data
Merupakan kegiatan dalam penghimpunan informasi (data-data) dari klien yang meliputi
biopsiko spiritual yang kompeherensif.
a. Gejala Fetitisme: memperoleh kepuasan dengan menggunakan benda-benda mati.
Gejala Froteurisme: memperoleh kepuasan dengan menggesek-gesekkan alat kelamin.
b. Penyebab Fetitisme: Penyebab fetisisme tidak jelas dipahami.
Penyebab Froteurisme:
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas:
Pertimbangan Perkembangan
Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan
Peran dan Hubungan
Konsep Diri
Budaya, Nilai dan Keyakinan
Agama
Etik
2. Pengelompokan Data
Data data yang telah di kumpulkan selanjutnya dikelompokan salah satu cara nya adalah teori
Abraham Maslow yang berpendapat bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan dasar
umum yang terdiri dari beberapa tingkatan,dimana tingkatan kebutuhan dasar fisik harus
terpenuhi lebih dahulu sebelum kebutuhan tingkat yang lebih tinggi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien yang
nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien
dapat di tanggulangi atau dikurangi.
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh, penganiayaan
fisik (seksual), depresi
Tidak adanya hasrat untuk aktivitas seksual
Perasaan jijik, ansietas, panik sebagai respons terhadap kontak genital
Tidak adanya pelumasan atau sensasi subjektif dari rangsangan seksual selama aktivitas
seksual
Kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis selama aktivitas seksual
Ketidakmampuan untuk mencapai orgasme atau ejakulasi
Ejakulasi prematur
Nyeri genital selama koitus
Kontriksi vagina yang mencegah penetrasi penis

C. INTERVENSI
1. Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam hubungan seksual.

Rasional: Hal ini menetapkan suatu data dasar untuk bekerja dan memberikan dasar untuk tujuan

2. Kaji persepsi pasien trehadap masalah

Rasional: Ide pasien tentang apa yang merupakan suatu masalah mungkin berbeda dari ide
perawat.ide adalah persepsi pasien yang darinya tujuan perawatan harus ditetapkan.

3. Bantu pasien menetapkan dimensi waktu yang berhubungan dengan awaitan masalah dan
diskusikan apa yang terjadi dalam situasi kehidupannya pada waktu itu.

Rasional: Stress pada beberapa are kehidupan mempengaruhi fungsi seksual. Pasien mungkin
tidak menyadari hubungan antara stress dan disfungsi seksual.

4. Kaji alam perasaan dan tingkat energi paien.

Rasional: Depresi dan kelelahan menurunkan hasrat dan antusisme untuk berpartisipasi dalam
aktifitas seksual.

5. Tinjau aturan pengobatan dan observasi efek samping.

Rasional: Banyaknya obat-obatan dapat mempengaruhi fungsi seksual. Evaluasi terhadap obat
dan respon individu adalah penting untuk memastikan apakah obat tersebut mungkin
menambah masalah.

6. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan proses penyakit yang mungkin menambah disfungsi
seksual. Pastikan bahwa pasien menyadari ada altrenatif metode pencapaian kepuasan seksual
dan dapat dilepajari melalui konseling seks jika pasien dan pasangannya berhasrat untuk
malakukannya juga.

Rasional: pasien mungkin tidak menyadari bahwa kepuasan perubahan dapat dibuat dalam
kehidupan seksnya. Dia mungkin juga tidak menyadari adanya sarana konseling seks.
7. Dorong pasien untuk menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan seksual dan fungsi yang
mungkin menysahkan dirinya. Peningkatan pengetahuan dan membenarkan kesalahan konsep
dapat menurunkan perasaan tidak berdaya dan ansietas dan memudahkan solusi masalah.

8. Buat rujukan keterapi seks jika dibutuhkan.

D. Evaluasi berdasarkan kriteria hasil/pasien pulang:


1. Pasien mampu menghubungakan faktor-faktor fisik atau psikososial yang mengganggu
fungsi seksual.
2. Pasien mampu berkomunikasi dengan pasanganya tentang hubungan seksual mereka tanpa
merasa tidak nyaman.
3. Pasien dan pasangannya mengatakan keingan dan hasrat untuk mencari bantuan dan terapist
seks profesional.
4. Pasien mengatakan kembali bahwa aktivitas seksualnya ada pada tahap yang memuaskan
dirinya dan pasangan.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asuhan keperawatan pada klien dengan kelainan seksual fetitisme, dilakukan dengan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan dan intervensi.
Pada umumnya berbagai macam bentuk kelainan seksual dipengaruhi oleh Pertimbangan
Perkembangan, Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan, Peran dan Hubungan,
Konsep Diri, Budaya, Nilai dan Keyakinan, Agama, dan Etik.

B. SARAN

Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran khususnya dalam mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia, Selain itu diperlukan
lebih banyak referensi dan penyusunan makalah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
-http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/03/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
penyimpangan-seksual/

-www.google.com

You might also like