You are on page 1of 40

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN PARTUS PREMATURUS IMMINENS (PPI)

DI RUANG VK IRD IRD LT. 2 RSUD DR, SOETOMO SURABAYA

Oleh Kelompok IV :

1. Aline Mayoretza
2. Raesita Rachmawati
3. Novita Wati
4. Bella Ayunda
5. Andhika Cahya

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO

SURABAYA

TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO kematian ibu adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42
hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Angka Kematian Ibu (AKI) di negara
berkembang merupakan masalah yang besar dimana jumlah kematian maternal masih tinggi,
diperhitungkan terhadap 1.000 atau 10.000 kelahiran hidup bahkan dibeberapa negara terhadap
100.000 kelahiran hidup. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari
585.000 meninggal saat hamil atau bersalin (Depkes RI, 2007).

Menurut data dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007tingkat
kematian ibu saat melahirkan di Indonesia masih sangat tinggi atau hampir setiap satu jam, dua
ibu melahirkan meninggal dunia. Indonesia merupakan negara dengan Angka Kematian Ibu
(AKI) tertinggi se-ASEAN yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Pada target nasional Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, AKI akan turun dari
228/100.000 kelahiran hidup menjadi 102/100.000 kelahiran hidup begitu juga dengan Angka
Kematian Bayi (AKB) turun menjadi 23/1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu pada tahun


2010 kematian ibu berjumlah 45 orang dan tahun 2011 turun menjadi 40 orang, akan tetapi
secara Angka Kematian Ibu di provinsi Bengkulu Tahun 2011 meningkat yaitu sebesar 120 per
100.000 kelahiran hidup, dibandingkan pada tahun 2010 Angka Kematian Ibu hanya 115,2 per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian bayi (AKB) pada tahun 2011 berdasarkan
data profil kesehatan Kab/Kota sebanyak 33.343 kelahiran hidup di provinsi Bengkulu, jumlah
kematian bayi sebesar 319 dimana 205 bayi lahir mati. Angka kematian Bayi per 1000 kelahiran
hidup di Provinsi Bengkulu, pada tahun 2010 sebesar 5,2 per 1000 kelahiran hidup dan pada
tahun 2011 meningkat menjadi 9,6 per 1000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Ibu (AKI) Kota Bengkulu Tahun 2011 adalah 185,1 per 100.000
kelahiran hidup atau 10 orang kematian ibu karena melahirkan. Kematian ibu karena melahirkan
di Kota Bengkulu tahun 2011 terjadi pada ibu berusia 20-34 tahun sebanyak 9 orang dan pada
usia diatas 35 tahun 1 orang, kematian ibu karena perdarahan 2 orang, hypertensi 2 orang dan
lain-lain 6 orang. Angka kematian ibu karena melahirkan ini masih di bawah angka kematian
secara nasional yang mencapai 262 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Kematian Bayi
tahun 2011 berjumlah 64 orang dan bayi lahir mati berjumlah 25 orang. Adapun penyebab
kematian neonatal atau kematian bayi sebelum mencapai usia satu minggu adalah BBLR
berjumah 12 orang, asfiksia 4 orang dan lain-lain 11 orang. Angka Kematian Bayi tahun 2011
sebesar 11,8 per 1000 kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 sebesar
8,4 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Kota Bengkulu, 2011).

Tingkat kematian secara umum berhubungan erat dengan tingkat kesehatan walaupun
penyebab kematian dapat dibedakan sebagai penyebab secara langsung maupun tidak langsung.
Penyebab langsung tingginya AKI adalah perdarahan, terutama perdarahan post partum (28%),
keracunan kehamilan/eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi masa puerperieum (8%),
persalinan macet (5%), abortus (5%) dan lain-lain (11%) ........( penyebab AKB+persen)
sedangkan penyebab tidak langsung tingginya AKI adalah karena kondisi masyarakat seperti
pendidikan, sosial-ekonomi, dan budaya serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap
(Depkes RI, 2007).

Persalinan prematur berpotensi meningkatkan kematian perinatal sekitar 65-67%,


umumnya berkaitan dengan berat badan lahir rendah (Nugroho, 2010). Indonesia memiliki angka
kejadian partus prematurus sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal
(Manuaba, 2009). Partus prematurus dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang
disertai dengan perdarahan dan dilatasi serviks serta turunnya kepala bayi pada wanita hamil
yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (Oxorn, 2010).

Berdasarkan pengertian partus prematurus di atas dapat disimpulkan bahwa Partus


Prematurus Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya
tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat
badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat Partus Prematurus Iminens pada ibu yaitu dapat
menyebabkan infeksi endometrium sehingga menyebabkan sepsis dan lambatnya penyembuhan
luka episiotomi (Nugroho, 2010). Sedangkan pada bayi memiliki resiko yang lebih tinggi
seperti gangguan resprasi, gagal jantung kongesif, perdarahan intraventrikel dan kelainan
neurologik, hiperbilirubinemia, sepsis dan kesulitan makan (Benson, 2012)

Data dari RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu pada tahun 2010 dari 1643 jumlah persalinan
terdapat 81 (4,93%) kasus PPI dan 64 kasus partus prematur, tahun 2011 dari 1857 jumlah
persalinan terdapat 132 (7,10%) kasus PPI dan 66 kasus partus prematur dan pada tahun 2012
dari 1307 jumlah persalinan terdapat 151 (11,55%) kasus PPI dan 38 kasus partus prematur,
sedangkan pada tahun 2013 mulai dari bulan januari sampai maret dari 239 jumlah persalinan
terdapat 44 (18,41%) kasus PPI. Dari data diatas dapat dilihat bahwa angka kejadian Partus
Prematurus Iminens (PPI) di RSUD dr. M. Yunus bengkulu mengalami peningkatan setiap
tahunnya.

Berdasarkan data diatas penulis tertarik mengambil kasus dengan judul Asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan Partus Prematurus Iminens (PPI) di Ruang VK IRD Lt. 2
RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2016 dengan menerapkan manajemen kebidanan SOAP.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum

Untuk dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam memberikan


asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan partus prematurus iminens sesuai teori manajemen
kebidanan yang diaplikasikan dalam asuhan kebidanan menurut SOAP.

2. Tujuan Khusus

Penulis mampu :

a. Melakukan pengkajian data Subjektif pada ibu hamil dengan partus prematurus iminens.

b. Melakukan pengkajian data Objektif pada ibu hamil dengan partus prematurus iminens.

c. Menganalisa dan merumuskan diagnosa pada ibu hamil dengan partus prematurus iminens.

d. Melaksanakan rencana tindakan serta evaluasi rencana tindakan asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan partus prematurus iminens.

e. Membuat pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan partus prematurus
iminens

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dalam penerapan proses manajemen asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan Partus Prematurus Iminens. Hasil studi kasus ini dapat
digunakan sebagai masukan dalam pengembangan studi kasus berikutnya.

2. Manfaat praktis

Dapat menambah keterampilan dan kemampuan penulis dalam memberikan asuhan kebidanan
kepada ibu hamil dengan partus prematurus iminens

BAB II
KONSEP DASAR KEHAMILAN

1. Definisi

a. Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir
(HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati. Yang menandai awal periode antepartum.
(Varney, 2006)
b. Kehamilan adalah suatu keadaan dimana dalam rahim seorang wanita terdapat hasil konsepsi
(pertemuan ovum dan spermatozoa) (Rustam Mochtar, 1998).
c. Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang
memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan
seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinanya
akan mengalami kehamilan (Mandriwati, 2007).

2. Proses Kehamilan

Proses kehamilan menurut Rustam Mochtar (1998), adalah :

a. Ovum (Sel Telur)

Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi digenital ridge.

Urutan pertumbuhan ovum (oogenesis):

1) Oogonia

2) Oosit pertama

3) Primary ovarian follicle

4) Liquar folliculi

5) Pematangan pertama ovum

6) Pematangan kedua ovum pada waktu sperma membuahi ovum

b. Spermatozoa (Sel Mani)

Sperma bentuknya seperti kecebong terdiri atas 4 bagian yaitu kepala yang berisi inti (nukleus),
leher, bagian tengah dan ekor yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat,
urutan pertumbuhan sperma : spermatogonium membelah dan spermatosit pertama membelah
dua, spermatosit kedua membelah dua, spermatid tumbuh menjadi spermatozoon.

c. Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi)

Pembuahan adalah suatu peristiwa persatuan antara sel mani dengan sel telur dituba fallopi.

Hanya satu sperma yang telah mengalami proses kapasitasi dapat melintasi zona pellusida masuk
ke villetus ovum. Setelah itu zona pellusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui
sperma lain. Persatuan ini dalam prosesnya diikuti oleh persatuan pronuklei, keduanya yang
disebut zygot yang terdiri dari atas acuan genetik dari wanita dan pria.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zygot yang berjalan lancar dan
dalam 3 hari sampai dalam stadium morula. Hasil konsepsi ini dengan urutan tetap bergerak ke
arah rongga rahim. Hasil konsepsi sampailah dalam kavum uteri dalam peringkat blastula.

d. Nidasi (Implantasi)

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi dalam endometrium. Blastula
diselubungi oleh simpai yang disebut trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan
jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan endometrium berada pada masa
sekresi. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua, yaitu sel-sel besar yang
banyak mengandung glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas.

Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell-mass) akan mudah masuk
kedalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Itulah
sebabnya pada saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua (Tanda Hartman).
Umumnya nidasi terjadi pada dinding depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri.

Bila nidasi telah terjadi, dimulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel lebih kecil yang terletak
dekat ruang exocoeloma membentuk entoderm dan yolk sac. Sedang sel-sel yang lebih besar
menjadi endoderm dan membentuk ruang amnion. Maka terbentuklah lempeng embrional
(embryonal plate) diantara amnion dan yolk sac.

Sel-sel trofoblas mesodermal yang tumbuh sekitar mudigah (embrio) akan melapisi bagian dalam
trofoblas. Maka terbentuklah sekat korionik (chorionic membrane) yang telah menjadi korion.
Sel-sel trofoblas tumbuh menjadi 2 lapisan yaitu sitotrofoblas yang disebelah dalam dan
sinsitiotrofoblas yang disebelah luar.

Villi korionik yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh bercabang-cabang dan disebut
korion profundus. Sedangkan yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat
makanan sehingga akhirnya menghilang disebut chorion leave.

e. Plasentasi

Pertumbuhan dan perkembangan desidua sejak terjadi konsepsi karena pengaruh hormon terus
tumbuh sehingga makin lama menjadi tebal. Desidua adalah mukosa rahim pada kehamilan yang
terbagi atas :

1) Desidua basalis

Terletak diantara hasil konsepsi dan dinding rahim, disini plasenta terbentuk.

2) Desidua kapsularis

Meliputi hasil konsepsi kearah rongga rahim yang lama kelamaan bersatu dengan desidua
vera kosena obliterasi.

3) Desidua vera

Meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya.

3. Diagnosa Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280
hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi
dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua
dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan
(Saifuddin, 2002).

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial dalam
keluarga. Menurut Armi (2006), bahwa :

a. Tanda-tanda dugaan hamil adalah :


1). Amenorea (tidak mendapat haid). Gejala ini sangat penting karena umunnya wanita hamil
tidak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat
ditentukan tuanya kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.

2). Mual dan muntah. Umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, keadaan ini
sering terjadi pada pagi hari tetapi tidak selalu dan keadaan ini disebut morning sickness.
Dalam batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologis, tetapi bila terlalu sering dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan yang biasa disebut hiperemesis gravidarum.

3). Sering kencing. Keadaan ini terjadi pada kehamilan bulan-bulan pertama disebabkan uterus
yang membesar menekan pada kandung kemih, gejala ini akan hilang pada trimester
kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini akan kembali terjadi karena kandung kemih
ditekan oleh kepala janin.

4). Mammae membesar, tegang dan sedikit nyeri. Disebabkan oleh pengaruh estrogen dan
progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih
membesar (Rustam Mochtar, 1998).

5). Striae dan hiperpigmentasi kulit. Pada pipi, hidung dan dahi tampak deposit pigmen yang
berlebihan yang dikenal dengan cloasma gravidarum. Areola mammae menghitam. Pada linea
alba tampak menjadi lebih hitam.

6). Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid
(Hanifa, 2005).

7). Epulis adalah suatu hipertrofi papilla gingivae. Sering terjadi pada triwulan pertama (Hanifa,
2005).

8). Varises. Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat pada daerah genetalia eksterna,
fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida kadang-kadang varises ditemukan
pada kehamilan yang terdahulu, timbul kembali pada triwulan pertama (Hanifa, 2005).

b. Tanda-tanda kemungkinan hamil adalah :

1). Tanda hegar


Dengan meletakkan 2 jari pada forniks posterior dan tangan lain di dinding perut diatas simpisis
pubis, maka terasa korpus uteri seakan-akan terpisah dengan serviks ( istmus sangat lembek
pada kehamilan). Pada kehamilan 6 8 minggu dengan pemeriksaan bimanual sudah dapat
diketahui tanda hegar ini (Hanifa, 2005).

2). Tanda piskacek

Tanda piskacek adalah suatu pembesaran uterus yang tidak rata hingga menonjol jelas kejurusan
uterus yang membesar (uterus dalam keadaan hamil tumbuh cepat pada tempat implantasinya)
(Armi, 2006).

3). Tanda Braxton hicks

Uterus pada saat hamil bila dirangsang mudah berkontraksi. Kontraksi yang tidak teratur tanpa
nyeri disebut kontraksi Braxton Hicks. Adanya kontraksi Braxton Hicks ini menunjukkan
bahwa kehamilan bukan kehamilan ektopik (Armi, 2006).

4). Tanda ballotement

Pada kehamilan muda (kira-kira 20 minggu) air ketuban jauh lebih banyak sehingga dengan
menggoyangkan uterus atau sekonyong-konyong uterus ditekan maka janin akan melenting
dalam uterus, keadaan inilah yang disebut dengan ballottement (Hanifa, 2005).

5). Tanda Chadwick adalah warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu (Hanifa, 2005).

c. Tanda-tanda pasti kehamilan adalah sebagai berikut :

1). Gerakan janin dalam rahim

a). Terlihat atau teraba gerakan janin

b). Teraba bagian-bagian janin


2). Denyut jantung janin

a).Didengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotokografi, alat dopler.

b).Dilihat dengan ultrasonografi.

c).Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin, ultrasonografi.

Untuk membantu membuat diagnosa kehamilan sedini-dininya dapat dilakukan beberapa


pemeriksaan berdasarkan adanya khoriogonadotropin (human chorionic gonadotropin = HCG)
yang dihasilkan oleh plasenta (Armi, 2006).

4. Perubahan Fisiologis dan Psikologis

a. Perubahan fisiologis ibu hamil

1). Rahim atau uterus

Rahim yang besarnya sejempol atau beratnya 30gram akan menjadi 1000gram
saat akhir kehamilan (Rustam Mochtar, 1998).

2). Vagina (liang senggama)

Vagina dan vulva akan mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh
estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan.

3). Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum


gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna
pada umur kehamilan 16 minggu.

4). Payudara

Payudara menjadi lebih besar, glandula Montgomery makin tampak, areola


payudara makin hiperpigmentasi (menghitam), putting susu makin menonjol.

5). Sirkulasi darah


Sel darah makin meningkat jumlahnya untuk mengimbangi pertumbuhan janin
dalam rahim. Serum darah (volume darah) meningkat sebesar 25-30% sedangkan sel
darah bertambah sekitar 20% (manuaba, 1998).

6). Berat badan ibu hamil bertambah

Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama hamil
atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg/minggu (Rustam Mochtar, 1998).\

b. Perubahan psikologis

1). Perubahan psikologis trimester I

Segera setelah konsepsi kadar harmon estrogen dan progesterone kehamilan akan
meningkat dan ini akan menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah
dan menyebabkan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali
membenci kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan
kesedihan. Sering kali biasanya pada awalkehamilannya ibu berharap untuk tidak hamil.

Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih
meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan
selalu diperhatikan dengan seksama, karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia
seorang ibu yang mungkin diberitahukannya pada orang lain atau dirahasiakannya
(PusDikNaKes, 2003).

2). Perubahan psikologis trimester II

Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan
kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Perut ibu
belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya
dan mulai dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini
pula ibu dapat merasakan gerakan bayinya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya bagi
seorang diluar dari dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan, rasa
tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya
libido.
3). Perubahan psikologis trimester III

Trimester ketiga sering kali disebut periode menuggu dan waspada sebab pada saat itu
ibu merasa tidak sabar menuggu kelahiran bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasakan takut
akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman
akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh
dan jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dengan bayinya dan
kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan
dukungan dari suami, keluarga dan bidan.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan

Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan yaitu faktor fisik, faktor psikologis, dan faktor
sosial budaya dan ekonomi.

a. Faktor Fisik

Seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi tersebut. Status kesehatan
dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat,
puskesmas, rumah bersalin atau poliklinik kebidanan. Selain itu status gizi ibu hamil juga
merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja
akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia,
sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janinnya akan terhambat,
sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak
kelebihan gizi pun ternyata dapat berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin. Janin
akan tumbuh besar melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan saat proses persalinan.

b. Faktor Psikologis

a. Stess
Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Janin
dapat mengalami keterlambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti jika stress
pada ibu tidak tertangani dengan baik.

b. Dukungan keluarga

Merupakan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh
keluarga mengharapkan kehamilan., mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam
berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam
menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.

c. Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi

Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan
tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu
hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap rokok, kapan dan
dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus di perhatikan, terutama yang berhubungan
dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang di pantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil,
maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. Yang tak kalah penting adalah
personal hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian
dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara, dan pakaian
yang menyerap keringat.

Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga
dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin,
merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik.
Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin,
maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik.

6. Kebutuhan Ibu Hamil

a. Kebutuhan ibu hamil trimester I


1). Diet dalam kehamilan

Ibu dianjurkan untuk makan makanan yang mudah dicerna dan makan makanan yang
bergizi untuk menghindari adanya rasa mual dan muntah begitu pula nafsu makan yang
menurun. Ibu hamil juga harus cukup minum 6-8 gelas sehari.

2). Pergerakan dan gerakan badan

Ibu hamil boleh mengerjakan pekerjaan sehari-hari akan tetapi jangan terlalu lelah
sehingga harus di selingi dengan istirahat. Istirahat yang dibutuhkan ibu 8 jam pada malam hari
dan 1 jam pada siang hari.

3). Hygiene dalam kehamilan

Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan untuk mengurangi kemungkinan infeksi,
kebersihan gigi juga harus dijaga kebersihannya untuk menjamin pencernaan yang sempurna.

4). Koitus

Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-
hati. Pada akhir kehamilan, sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan
perdarahan. Pada ibu yang mempunyai riwayat abortus, ibu dianjurkan untuk koitusnya di tunda
sampai dengan 16 minggu karena pada waktu itu plasenta telah terbentuk.

5). Ibu diberi imunisasi TT1 dan TT2.

b. Kebutuhan ibu hamil trimester II

1). Pakaian dalam kehamilan

Menganjurkan ibu untuk mengenakan pakaian yang nyaman digunakan dan yang
berbahan katun untuk mempermudah penyerapan keringat. Menganjurkan ibu untuk tidak
menggunakan sandal atau sepatu yang berhak tinggi karena dapat menyebabkan nyeri pada
pinggang.

2). Nafsu makan meningkat dan pertumbuhan yang pesat, maka ibu dianjurkan untuk
mengkonsumsi protein, vitamin, juga zat besi.

3). Ibu diberi imunisasi TT3.


c. Kebutuhan ibu hamil trimester III

1). Mempersilahkan kelahiran dan kemungkinan darurat

a) Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk mempersiapkan rencana
kelahiran, termasuk mengidentifikasi penolong dan tempat persalinan, serta perencanaan
tabungan untuk mempersiapkan biaya persalinan.

b) Bekerja sama dengan ibu, keluarganya dan masyarakat untuk mempersiapkan rencana jika
terjadi komplikasi, termasuk :

- Mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi untuk mencapai tempat tersebut.

- Mempersiapkan donor darah.

- Mengadakan persiapan financial.

- Mengidentifikasi pembuat keputusan kedua jika pembuat keputusan pertama tidak ada
ditempat.

2). Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan

a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil
pada servik.

c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d) Pada pemeriksaan dalam: servik mendatar dan pembukaan telah ada (Rustam Mochtar,
1998).

7. Tujuan Asuhan Kehamilan

Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Ante Natal Care (ANC)
tersebut adalah :

a) Memantau kemajuan kehamilan, dengan demikian kesehatan ibu dan janin pun dapat
dipastikan keadaannya.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu, karena dalam
melakukan pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan (bidan atau dokter) akan selalu
memberikan saran dan informasi yang sangat berguna bagi ibu dan janinnya.

c) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama kehamilan dengan melakukan pemeriksaan pada ibu hamil dan janinnya.

d) Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat. Dengan mengenali kelainan
secara dini, memberikan informasi yang tepat tentang kehamilan dan persalinan pada ibu hamil,
maka persalinan diharapkan dapat berjalan dengan lancar, seperti yang diharapkan semua pihak.

e) Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal. Jika kehamilan dan persalinan dapat
berjalan dengan lancar, maka diharapkan masa nifas pun dapat berjalan dengan lancar.

f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi. Bahwa salah satu faktor
kesiapan dalam menerima bayi adalah jika ibu dalam keadaan sehat setelah melahirkan tanpa
kekurangan suatu apapun.

Tujuan utama ANC adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu dan bayinya
dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi
yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan.

Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal
selama kehamilan (PusDikNaKes, 2003).

8. Kunjungan Antenatal

Standar pelayanan antenatal ada 14 T yaitu:

a. Tanya dan sapa ibu.

b. Timbang BB dan ukur TB.

c. Ukur tekanan darah.

d. Temukan kelainan.

e. Tekan payudara.

f. Ukur TFU.
g. Test Leopold dan DJJ.

h. Test laboratorium.

i. Imunisasi TT.

j. Pemberian tablet Fe.

k. Tingkatkan senam hamil.

l. Tingkatkan pengetahuan.

m. Temu wicara.

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu 1
kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III (Saifuddin, 2002).

Dengan antenatal care harus diusahakan agar:

a. Wanita hamil sejak awal sampai akhir kehamilan kesehatan fisik maupun mental.

b. Mengurangi penyulit-penyulit atau kelainan fisik dan psikologis serta menemukan dan
mengobati secara dini.

c. Persalinan berlangsung tanpa kesulitan dan anak yang dilahirkan sehat serta ibu dalam
kondisi sehat pasca persalinan (Armi, 2006).

9. Proses Pencapaian Peran Ibu

Menurut teori Rubin mengenai pencapaian peran ibu ada suatu proses dari aktivitas Taking On,
Taking In, dan Letting Go yaitu:

a. Aktivitas Taking On: Mimicry/ meniru dan bermain peran/ role play

Mimicry adalah meniru perbuatan atau sikap orang lain yang menjadi role model baginya (missal
wanita lain yang sedang hamil) dan belajar dari berbagai sumber tentang hal-hal yang akan
dihadapinya nanti, (missal: apa yang aka terjadi dan bagaimana rasanya melahirkan, atau
bagaimana bayi itu pada masa-masa awal setelah lahir), yang disukai akan diadopsi dan yang
tidak disukai akan dihindari.

b. Aktivitas Taking In: Fantasi dan Introyeksi-Proyeksi-Rejeksi


Dalam fantasi, seorang wanita membayangkan dirinya nanti. Misalnya: akan seperti apa nanti
saat melahirkan, baju apa yang akan dipakaikan ke bayinya, hubungannya dengan suami dan
anggota keluarga lain setelah persalinan. Fantasi ini memungkinkan si wanita mengembangkan
pemahaman tentang bagaimana ia kan berperilaku.

c. Aktivitas Letting Go: Griefwork

Mereview, mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan peran diri sebelumnya dan
melepaskan peran yang tidak lagi sesuai atau tidak memungkinkan lagi dilakukan. Pengalaman,
hubungna interpersonal dan situasi yang berkaitan dengan diri yang lalu dapat actual atau hanya
harapan, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Hal ini membantu melepaskan secara
perlahan-lahan kelekatannya dengan mantan dirinya. ()

10. Standar Pelayanan Antenatal

Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal dari 25 standar pelayanan kebidanan
seperti berikut ini:

a. Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil

Pernyataan standar:

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong
ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini secara teratur.

b. Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Pernyataan standar:

Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan


pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung
normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,
hipertensi, PMS/ infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat, dan penyuluhan
kesehatan serta tugaas terkit lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data
yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan. Mereka harus mampu mengambil
tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
c. Standar 5: Palpasi Abdominal

Pernyataan standar:

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melkakan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamailan; serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi,
bagian terendah janin dan masukna kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan sera melakukan rujukan tepat waktu.

d. Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Pernyataaan standar:

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/ atau rujukan semua kasus
anemia pada kehamialn sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e. Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Pernyataan standar:

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali
tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

f. Standar 8: Persiapan Persalinan

Pernyataan standar:

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester
ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang
menyenangkanakan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan
kunjungan rumah untuk hal ini. (Departemen Kesehatan RI, 1999)
BAB III

KONSEP DASAR PPI

A. Definisi
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan
sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau dilatasi
servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37
minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir. Menurut Nugroho (2010)
persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500
gram. Partus preterm adalah kelahiran setelah 20 minggu dan sebelum kehamilan 37 minggu
dari hari pertama menstruasi terakhir (Benson, 2012). Menurut Rukiyah (2010), partus
preterm adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan
lahir antara 500-2499 gram.
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diketahui bahwa Partus Prematurus Iminens
(PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda-tanda
persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat badan
lahir bayi kurang dari 2500 gram.

B. Etiologi dan Faktor Resiko


Faktor resiko PPI menurut Wiknjosastro (2010) yaitu :
1. Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum, KPD,
pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli, polihidramnion
2. Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk uterus,
riwayat partus preterm atau abortus berulang, inkompetensi serviks, pemakaian obat
narkotik, trauma, perokok berat, kelainan imun/resus
Namun menurut Nugroho (2010) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan
partus prematurus yaitu :
1. Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka
lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar/memendek kurang dari 1
cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat
persalinan pretem sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat
operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
2. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah
kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari,
riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
Sedangkan menurut Manuaba (2009), faktor predisposisi partus prematurus adalah
sebagai berikut:
1. Faktor ibu : Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak
hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti; hipertensi, jantung,
ganguan pembuluh darah (perokok), faktor pekerjaan yang terlalu berat.
2. Faktor kehamilan : Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum,
komplikasi hamil seperti pre eklampsi dan eklampsi, ketuban pecah dini.
3. Faktor janin : Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

C. Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang bertanggung
jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan atau adanya
gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani jalur persalinanan
normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini. Empat jalur terpisah,
yaitu stress, infeksi, regangan dan perdarahan (Norwintz, 2007).
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah ke
plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang menimbulkan
kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin,
menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas jaringan
pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang menyebabkan resiko cidera
pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkan ansietas
dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk
merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.

D. Tanda dan Gejala


Partus prematurus iminen ditandai dengan :
1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
2. Rasa berat dipanggul
3. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
4. Keluarnya cairan pervaginam
5. Nyeri punggung
Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari
kewaspadaan tenaga medis.
Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda
klinik sebagai berikut :
1. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam
2. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlunakan
sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks.

E. Diagnosis
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman PPI (Wiknjosastro, 2010),
yaitu:
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari,
2. Kontraksi uterus (his) teratur, yaitu kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit
sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit,
3. Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa tekanan
intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain),
4. Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah,
5. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau telah
terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm,
6. Selaput amnion seringkali telah pecah,
7. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika.
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The American
Collage of Obstetricians and Gynecologists (1997) untuk mendiagnosis PPI ialah sebagai
berikut:
1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau delapan kali
dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks,
2. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm,
3. Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendukung ketepatan diagnosis PPI :
1. Pemeriksaan Laboratorium: darah rutin, kimia darah, golongan ABO, faktor rhesus,
urinalisis, bakteriologi vagina, amniosentesis : surfaktan, gas dan PH darah janin.
2. USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin, kativitas biofisik, cacat
kongenital, letak dan maturasi plasenta, volume cairan tuba dan kelainan uterus
F. Komplikasi
Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi pada
ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi endometrium
sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Sedangkan
pada bayi prematur memiliki resiko infeksi neonatal lebih tinggi seperti resiko distress
pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventikuler.
Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan kesulitan
makan.
Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada persalinan
prematuritas adalah :
1. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
2. Gangguan respirasi
3. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan immaturitas
jaringan otak
4. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi aterm
5. Cerebral palsy
6. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi prematur
(meskipun banyak orangorang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).
G. Penatalaksanaan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas neonatus preterm ialah:
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu :
a. Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam
sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi berulang. dosis
maintenance 3x10 mg.
b. Obat -mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol dapat
digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping yang lebih kecil. Salbutamol,
dengan dosis per infus: 20-50 g/menit, sedangkan per oral: 4 mg, 2-4 kali/hari
(maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per infus: 10-15 g/menit, subkutan: 250
g setiap 6 jam sedangkan dosis per oral: 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance). Efek
samping dari golongan obat ini ialah: hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi,
takikardia, iskemi miokardial, edema paru.
c. Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv, secara bolus
selama 20-30 menit, dan infus 2-4gr/jam (maintenance). Namun obat ini jarang
digunakan karena efek samping yang dapat ditimbulkannya pada ibu ataupun janin.
Beberapa efek sampingnya ialah edema paru, letargi, nyeri dada, dan depresi
pernafasan (pada ibu dan bayi).
d. Penghambat produksi prostaglandin: indometasin, sulindac, nimesulide dapat
menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat cyclooxygenases (COXs)
yang dibutuhkan untuk produksi prostaglandin. Indometasin merupakan penghambat
COX yang cukup kuat, namun menimbulkan risiko kardiovaskular pada janin.
Sulindac memiliki efek samping yang lebih kecil daripada indometasin. Sedangkan
nimesulide saat ini hanya tersedia dalam konteks percobaan klinis.
Untuk menghambat proses PPI, selain tokolisis, pasien juga perlu membatasi
aktivitas atau tirah baring serta menghindari aktivitas seksual.
Kontraindikasi relatif penggunaan tokolisis ialah ketika lingkungan intrauterine
terbukti tidak baik, seperti:
a. Oligohidramnion
b. Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c. Preeklamsia berat
d. Hasil nonstrees test tidak reaktif
e. Hasil contraction stress test positif
f. Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan pasien stabil dan
kesejahteraan janin baik
g. Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
h. Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan beta-mimetik.
2. Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid,
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru
janin, menurunkan risiko respiratory distress syndrome(RDS), mencegah perdarahan
intraventrikular, necrotising enterocolitis, dan duktus arteriosus, yang akhirnya
menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia kehamilan
kurang dari 35 minggu.
Obat yang diberikan ialah deksametason atau betametason. Pemberian steroid ini
tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin terhambat. Pemberian siklus tunggal
kortikosteroid ialah:
a. Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.
b. Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.
Selain yang disebutkan di atas, juga dapat diberikan Thyrotropin releasing
hormone 400 ug iv, yang akan meningkatkan kadar tri-iodothyronine yang kemudian
dapat meningkatkan produksi surfaktan. Ataupun pemberian suplemen inositol, karena
inositol merupakan komponen membran fosfolipid yang berperan dalam pembentukan
surfaktan.
3. Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan antibiotik.
Mercer dan Arheart (1995) menunjukkan, bahwa pemberian antibiotika yang tepat
dapat menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis neonatorum.Antibiotika
hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko terjadinya infeksi, seperti pada
kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama
3 hari. Obat pilihan lainnya ialah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat
menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-
amoksiklaf karena risiko necrotising enterocolitis.

H. Pengkajian
Fokus pengkajian keperawatan yaitu :
1. Sirkulasi
Hipertensi, Edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK), penyakit
sebelumnya.
2. Intregitas Ego
Adanya ansietas sedang.
3. Makanan/cairan
Ketidakadekuatan atau penambahan berat badan berlebihan.
4. Nyeri/Katidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling
sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
5. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)
6. Seksualitas : Tulang servikal dilatasi, Perdarahan mungkin terlihat, Membran mungkin
ruptur (KPD), Perdarahan trimester ketiga, Riwayat aborsi, persalinan prematur, riwayat
biopsi konus, Uterus mungkin distensi berlebihan, karena hidramnion, makrosomia atau
getasi multiple.
7. Pemeriksaan diagnostik
Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500 gram)
Tes nitrazin : menentukan KPD
Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan adanya
infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S) mendeteksi
fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik
Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus/status janin.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik, biologis, kimia, psikologis), kontraksi
otot dan efek obat-obatan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipersensitivitas otot/seluler, tirah baring,
kelemahan
3. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan atau
aktual pada diri dan janin.
4. Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan dan prognosis
berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui
sumber-sumber informasi.
5. Resiko kelahiran premature
J. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan a. Pain a. Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen Level, secara komprehensif termasuk
injuri (fisik, b. pain lokasi, karakteristik, durasi,
biologis, control, frekuensi, kualitas dan faktor
kimia, c. comfort presipitasi
psikologis), level b. Observasi reaksi nonverbal
kontraksi Setelah dilakukan dari ketidaknyamanan
otot dan efek tinfakan keperawatan c. Bantu pasien dan keluarga
obat-obatan. selama . Pasien tidak untuk mencari dan
mengalami nyeri, dengan menemukan dukungan
kriteria hasil: d. Kontrol lingkungan yang dapat
a. Mampu mempengaruhi nyeri seperti
mengontrol nyeri suhu ruangan, pencahayaan
(tahu penyebab nyeri, dan kebisingan
mampu menggunakan e. Kurangi faktor presipitasi
tehnik nyeri
nonfarmakologi untuk f. Kaji tipe dan sumber nyeri
mengurangi nyeri, untuk menentukan intervensi
mencari bantuan) g. Ajarkan tentang teknik non
b. Melapor farmakologi: napas dala,
kan bahwa nyeri relaksasi, distraksi, kompres
berkurang dengan hangat/ dingin
menggunakan h. Berikan analgetik untuk
manajemen nyeri mengurangi nyeri: ...
c. Mampu i. Tingkatkan istirahat
mengenali nyeri j. Berikan informasi tentang
(skala, intensitas, nyeri seperti penyebab nyeri,
frekuensi dan tanda berapa lama nyeri akan
nyeri) berkurang dan antisipasi
d. Menyata ketidaknyamanan dari
kan rasa nyaman prosedur
setelah nyeri k. Monitor vital sign sebelum dan
berkurang sesudah pemberian analgesik
e. Tanda pertama kali
vital dalam rentang
normal
f. Tidak
mengalami gangguan
tidur

2. Intoleransi aktivitas
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Intoleransi NOC : NIC :
aktivitas a. Self a. Observasi adanya pembatasan
berhubungan Care : ADLs klien dalam melakukan aktivitas
dengan b. Tolera b. Kaji adanya faktor yang
hipersensitivita nsi aktivitas menyebabkan kelelahan
s otot/seluler, c. Konser c. Monitor nutrisi dan sumber
tirah baring, vasi eneergi energi yang adekuat
kelemahan Setelah dilakukan d. Monitor pasien akan adanya
tindakan keperawatan kelelahan fisik dan emosi secara
selama . Pasien berlebihan
bertoleransi terhadap e. Monitor respon kardivaskuler
aktivitas dengan terhadap aktivitas (takikardi,
Kriteria Hasil : disritmia, sesak nafas, diaporesis,
a. Berpar pucat, perubahan hemodinamik)
tisipasi dalam f. Monitor pola tidur dan lamanya
aktivitas fisik tanpa tidur/istirahat pasien
disertai peningkatan g. Kolaborasikan dengan Tenaga
tekanan darah, nadi Rehabilitasi Medik dalam
dan RR merencanakan progran terapi
b. Mamp yang tepat.
u melakukan h. Bantu klien untuk
aktivitas sehari hari mengidentifikasi aktivitas yang
(ADLs) secara mampu dilakukan
mandiri i. Monitor respon fisik, emosi,
c. Kesei sosial dan spiritual
mbangan aktivitas
dan istirahat

3. Ansietas

4. Kurang pengetahuan
Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Keperawatan Hasil
Kurang NOC: NIC :
pengetahuan a. Kowlw a. Kaji tingkat pengetahuan
mengenai dge : disease process pasien dan keluarga
persalinan b. Kowle b. Jelaskan patofisiologi dari
preterm, dge : health penyakit dan bagaimana hal ini
kebutuhan Behavior berhubungan dengan anatomi dan
tindakan dan Setelah dilakukan fisiologi, dengan cara yang tepat.
prognosis tindakan keperawatan c. Gambarkan tanda dan gejala
berhubungan selama . pasien yang biasa muncul pada penyakit,
dengan menunjukkan dengan cara yang tepat
kurangnya pengetahuan tentang d. Gambarkan proses penyakit,
keinginan untuk proses penyakit dengan dengan cara yang tepat
mencari informasi, kriteria hasil: e. Identifikasi kemungkinan
tidak mengetahui a. Pasien penyebab, dengan cara yang tepat
sumber-sumber dan keluarga f. Sediakan informasi pada
informasi. menyatakan pasien tentang kondisi, dengan
pemahaman tentang cara yang tepat
penyakit, kondisi, g. Sediakan bagi keluarga
prognosis dan informasi tentang kemajuan
program pengobatan pasien dengan cara yang tepat
b. Pasien h. Diskusikan pilihan terapi atau
dan keluarga mampu penanganan
melaksanakan i. Dukung pasien untuk
prosedur yang mengeksplorasi atau
dijelaskan secara mendapatkan second opinion
benar dengan cara yang tepat atau
c. Pasien diindikasikan
dan keluarga mampu j. Eksplorasi kemungkinan
menjelaskan sumber atau dukungan, dengan
kembali apa yang cara yang tepat
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya

5. Resiko kelahiran premature


Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Resiko kelahiran tindakan keperawatan NIC :
selama . Kelahiran a. Kaji adakah tanda tanda
premature
bayi premature tidak melahirkan pada ibu (HIS,
terjadi Kriteria Hasil : ketuban pecah, dll)
a. Rasa b. Beri HE tentang tanda tanda Ppi
Nyeri dan mules dan faktor penyebabnya
(HIS) tidak ada c. Ajarkan teknik relaksai- distraksi
b. DJJ nafas dalam saat HIS terjadi
norma d. Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat tokolitik guna
penundaan kelahiran
e. Kolaborasi dengan dokter
pemberian kortikosteroid guna
akselerasi pematangan paru
f. Monitor DJJ tiap 3 jam sekali

K. Implementasi
Pada tahap ini dimana saat dilakukan intervensi yang sudah dibuat berdasarkan diagnosa
dan analisa keperawatan yang ada.
L. Evaluasi
Tahap ini adalah tahap terakhir dimana kita bias menilai apakah intervensi yang kita
lakukan berhasil ataukah tidak.

BAB IV

TINJAUAN KASUS

Ruangan : Ruang VK IRD Lt. 2RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Tgl Pengkajian : 30 Juli 2016 pukul 11.30 WIB

Tgl MRS : 30 Juli 2016 Pukul 02.00 WIB

A. PENGKAJIAN
a. Biodata
Nama : Ny. P
Umur : 37 Th.
No. RM : 12. 52. 0X. XX
Alamat : Surabaya
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pembantu perawat
Dx. Medis : G2 P1001 28/29 Minggu + Letsu + PPI + BSC
Nama suami : Tn. M
Umur : 42 Th.
Alamat : Surabaya
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
b. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan utama
Klien mengatakan mules dan kenceng kenceng sejak jam 23.00 sampai saat dikaji

2. Riwayat Kehamilan Sekarang


Klien mengatakan pada 3 bulan pertama klien mengeluh mual mual tapi dengan
diberikan obat maag dari puskesmas hilang mual tersebut, pada 3 bulan ke dua
pasien tidak mengeluhkan apapun tetapi klien rajin memeriksakan kandungan baik
itu ke puskesmas, ke RS dan Posyandu. Pada usia kehamilan menginjak 28 minggu
klien mengeluh mules dan kenceng kenceng sejak pukul 23.00, klien mengira
hanya mules kenceng biasa akan tetapi 1 jam berlalu kok tidak reda reda akhirnya
klien memutuskan untuk cek ke RS Soewandhi akan tetapi selang beberapa menit
RS Soewandhie merujuk klien ke RSUD Dr. Soetomo dengan alas an kamar NICU
penuh dan bila melahirkan disana tidak ada tempat untuk bayinya. Akhirnya klien
di bawa ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya pukul 02.00 WIB.

3. Riwayat Obstetri/Kehamilan
Klien mengatakan kehamilan anak pertama mengidap PPI dengan kelahiran bayi
pada usia kehamilan 7 bulan, klien mengatakan klien tidak memiliki penyakit
menular maupun degenerative seperti HIV,DM, TBC, Hipertensi, Dl

.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan keluarga klien tidak mepunyai riwayat penyakit yang sama
dengan klien, serta tidak mempunyai penyakit menular dan degenerative

c. Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola Persepsi dan Tatalaksana Kesehatan
SMRS (saat hamil) : klien mengatakan mandi 2x sehri, ia biasa lari pagi 1x
seminggu,klien tidak merokok dan tidak minum alkhohol
MRS (saat hamil) : klien mengatakan tidak ada yang berubah saat masuk
rumah sakit, hanya saja ia mandi dengan cara menyeka karena harus bed rest
2. Pola aktivitas Latihan
SMRS (saat hamil) : klien mengatakan kesehariannya bekerja sebagai
pembantu perawat disebuah klinik gigi di Surabaya dan ibu rumah tangga, tapi
semenjak hamil bulan ke 7 klien cuti bekerja sehhingga beliau hanya mengerjakan
pekerjaan rumah ringan saja.
MRS (saat hamil) : klien bed rest di tempat tidur, tetapi klien dapat
mengerjakan aktivitas mandiri seperti makan, minum dan mengganti selimut
sendiri.
3. Pola Nutrisi Metabolik
SMRS (saat hamil) : klien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi yamg
cukup , klien biasa minum kurang lebih 2500 cc tiap hari
MRS (saat hamil) : klien makan sesuai diet yang diberikan oleh RS, klien
menghabiskan makanan yang diesediakan, klien minum 2500 cc perhari
4. Pola Eliminasi
SMRS (saat hamil) : klien mengatakan BAB 1x tiap hari dengan konsistensi
lembek dengan warna kuning kecoklatan, BAK klien sekitar 6-7x perhari dengan
warna kuning jernih dan bau khas urine
MRS (saat hamil) : tidak ada yang berubah dari pola eliminasi klien, klien
mengatakan tetap BAB 1x tiap hari dengan konsistensi lembek dengan warna
kuning kecoklatan, BAK klien sekitar 6-7x perhari dengan warna kuning jernih
dan bau khas urine
5. Pola Istirahat Tidur
SMRS (saat hamil) : klien mengatakan tidur pukul 10.00 malam hingga 4 pagi
klien tidak pernah tidur siang.
MRS (saat hamil) : klien mengatakan waktu tidurnya tidak berubah beliau
juga mengatakan tidak mengalami gangguan tidur
6. Pola Persepsi- Kognitif
Kognitif : klien tidak mengalami masalah dengan kelima indra yang yang ia
miliki
Persepsi : klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik, klien juga dapat
menyebutkan tempat, waktu, tanggal, hari dengan benar.
7. Pola Persepsi Konsep Diri
Klien mengatakan menerima kehamilan saat ini walau dengan perubahan bentuk
tubuh yang amat signifikan
8. Pola Hubungan dan Peran
Klien mengatakana peran sebagai ibu tidak terganggu ia dapat mengasuh anaknya
dan melyani sebagai istri dengan baik, semenjak MRS anakknya diasuh oleh
keluarga yang lain.

B. Data Objective
Keadaan Umum : Baik dengan GCS 456
TTV
Nadi : 84x per menit RR : 18x/menit
Suhu : 36, 6 C Tensi : 100/80 mmHg
Tinggi badan : 154 cm
BB sebelum dan sesudah hamil : 49 kg dan 69 kg
IMT :20,367 ( normal)
Pengkajian Fisik ( Head To Toe)
a. Kepala
- Rambut : rambut hitam gelap, bersih tampa ketombe, kulit kepala tidak ada lesi ,
jejas maupun oedem
- Muka : muka simetris, tidak ada luka maupun oedem
- Mata : mata klien simetris, tidak ada heperemi pada konjungtiva dan sclera putih
- Hidung : hidung simetris, tidak terdapat sinusitis dan tidak ada hambatan nafas
- Gigi dan Mulut : tidak ada karies pada gigi, tidak ada stomatitis, bibir lembab
berwarna merah
- Telinga : telinga simetris, tidak ada serumen
b. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis
c. Dada
Suara jantung S1 dan S2 tunggal, suara paru vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan, payudara klien agak kendur , tidak ada pembesaran payudara, putting
susu klien menonjol, tidak ada hiperpigmentasi pada puting susu.
d. Abdomen
Perut klien tidak ada jejas tidak ada lesi, bising usus klien 17x per menit, terdapat
linea nigra sepanjang 20cm, terdapat strie pada sekitar abdomen
- Palpasi Leopold
Lopold I
TFU klien 21 cm pada usia 28 minggu, teraba keras, melenting, menonjol sebelah
kanan atas.
Leopold II
Punggung janin bagian bawah perut ibu ( Bayi letak lintang) DJJ : 11-12-11
Leopold II
PAP masih kosong
e. Genetalia
Genetalia klien bersih, tiadak ada keputihan
f. Ekstremitas
g. Baik ekstremitas atas maupun bawah klien bekerja dengan baik tidaka da
gangguan, tiadak ada kesi, jejas dan odem pada kedua ekstremitas.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Hematologi Tgl 30 Juli 2016

N NAMA HASIL NILAI RUJUKAN


O
1 WBC 8 x 10^3uL 3,37-10,10
RBC 3,16 x10^6 uL 3,6-5,46
2
HGB 10,5 g/dl L: 13,-16,6
3 P: 11,0-14,7
HCT 28,9% L :41,3-52,1
P :35,7-46,7
4 MCV 91,5fL 86,7- 102,3
MCH 33,1pg 27,1-32,4
MCHC 36,1 dl 29,7-33,1
5 RDW 15,6% 0,00-0,00
PLT 196 x 10^6 uL 39,8-70,5
6
MPV 7,2 fL 23,1-49,9
7 NEUT% 69,6% 4,30-10,10
LHYMP% 15,5% 0,6-5,4
8
MONO% 5,4% 0,3-1,4
9 EOS% 7,4% 0,4
BASO% 0,4% 0,0-2,01
10
LUC% 1,6% 0,00-0,00
11 NRBC% 0% 0,00-0,00
NEUT# 5,64% 0,00-0,00
12
MONO# 0,44. 10^3 uL 0,00-0,00
13 EOS# 0,60. 10^3 uL 0,00-0,00
BASO# 0,03. 10^3 uL 0,00-0,00
14
LUC# 0,13. 10^3 uL 0,00-0,00
15 LHYMP# 1,26. 10^3 uL 0,00-0,00
16
17
18
19
20
21
22
23
2. Urine Lengkap Tgl 30 juli 2016

N NAMA HASIL NILAI RUJUKAN


O
1 GLU NEGATIVE NEGATIVE
2 BIL NEGATIVE NEGATIVENEGATIV
3 KET NEGATIVE
E
4 SG 1,015
1,010-1,015
5 BLD +/-
6 PH 7,0
6-8
7 PRO NEGATIVE
NEGATIVE
8 URO 3,2
<17
9 LEU 2+
NEGATIVE
10 NIT NEGATIVE
NEGATIVENEGATIV
11 COLOUR YELLOW
12 CLARITY CLEAR E
13 ERITROSIT 2-5 /LP NEGATIVE
14 LEUKOSIT 10- 20 /Lp 0-2
15 EPITEL BANYAK 0-5
16 KRISTAL Ca OKSALAT SEDIKIT
NEGATIVE

OBAT DAN TERAPI Tgl 30 Juli 2016


a. Bed rest
b. Tokolitik nifedipine 2 x 30 mg selang 8 jam lanj. Selang12 jam selama 2x24 jam
c. Inj. Dexametasone 2 x 6 mg i.m selang 12 jam selama 2 x 24 jam
d. Diet TKTP 2100 kkal

II. Proses Keperawatan

Analisa Data

Analisa data etiologi Problem


DS : Usia kehamilan <37 Resiko kelahiran premature
Klien mengatakan mules minggu
mules dan kenceng
kenceng sejak jam 23.00 HIS yang tak kunjung reda
DO :
Usia kehamilan 28 Resiko kelahiran premture
minggu

Rencana Keperawatan
Diagnosa Rencan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Resiko kelahiran tindakan keperawatan NIC :
selama 3 x 24 jam a. Kaji adakah tanda tanda
premature
Kelahiran bayi melahirkan pada ibu (HIS,
premature tidak terjadi ketuban pecah, dll)
Kriteria Hasil : b. Beri HE tentang tanda tanda Ppi
a. Rasa Nyeri dan dan faktor penyebabnya
mules (HIS) tidak c. Ajarkan teknik relaksai- distraksi
ada nafas dalam saat HIS terjadi
b. DJJ d. Kolaborasi dengan dokter
norma pemberian obat tokolitik guna
penundaan kelahiran
e. Kolaborasi dengan dokter
pemberian kortikosteroid guna
akselerasi pematangan paru
f. Monitor DJJ tiap 3 jam sekali
a Keperawatan

Evaluasi dan Implementasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Resiko kelehiran premature Tgl 30 juli 2016 Tgl 30 juli 2016
Pukul 12.00 S:
Kaji tanda tanda kelahiran Klien mengatakan
premature masih mules mules
dan kenceng
Pukul 12.30 kenceng
Menghitung DJJ
O:
Hasil : 11-12-11
DJJ janin baik (11-
Pukul 14.00 12-11)
Memberikan obat A:
nifedipine p.o Kelahiran
premature tidak
terjadi
P:
Lanjutkan intervensi (1-6)
Resiko kelehiran premature Tgl 31 Juli 2016 Tgl 31 Juli 2016

Pukul 10.00 S:
Kaji tanda tanda kelahiran Klien mengatakan
premature masih mules mules
Hasil: HIS masih terjadi dan kenceng
tetapi lebih ringan kenceng
intensitasnya O:
DJJ janin baik (11-
Pukul 10.30 13-11)
Menghitung DJJ klien A:
Hasil :11-13-11 Kelahiran
premature tidak
Pukul 11.00 terjadi
Inj. Dexamethasone 2 x 6 P:
mg i.m Lanjutkan
Hsail: tidak ada tanda intervensi (1-6)
alergi obat si (1-6)
Pukul 12.00
Memberikan obat tokolitik
nifedipine

Pukul 13.00
Beri HE tentang tanda dan
fator yang menyebabkan
PPI
Resiko kelahiran premature Tgl 1 Agustus 2016 Tgl 1 Agustus 2016
Pukul 10.00 S:
Kaji tanda tanda kelahiran sudah tidak mules
premature dan kenceng
Hasil: HIS tidak terjadi lagi kenceng lagi
O:
Pukul 10.30 DJJ janin baik (12-
Menghitung DJJ klien 12-11)
Hasil :12-12-11 A:
Kelahiran
Pukul 12.00 premature tidak
Memberikan obat tokolitik terjadi
nifedipine P:
Lanjutkan
Pukul 13.00 intervensi (1-6)
Beri HE tentang tanda dan
fator yang menyebabkan
PPI

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

SARAN
Untuk menghindari terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat partus prematurus,
dilakukan penatalaksanaan yang baik terhadap pasien dan janin. Diberikan dexamethasone
untuk pematangan paru janin jika sudah inpartu.

You might also like