You are on page 1of 7

Tugas Individu

Pembiakan Invitro

TUGAS KEEMPAT

Disusun Oleh :

Nama : Amrah
Nim : G111 14 002
Kelas : A

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
1. Berikan contoh unsur hara (makro dan mikro) apa saja yang dibutuhkan dalam
pembiakan secara in vitro
Jawaban :
unsur hara (makro dan mikro) yang dibutuhkan dalam pembiakan secara in
vitro yaitu :
Unsur Hara Makro
1) Nitrogen (N) diberikan dalam bentuk NH4NO3, NH2PO4, NH2SO4.
2) Fosfor (P), diberikan dalam bentuk KH2PO4
3) Kalium (K), diberikan dalam bentuk CaCl2.2H2O
4) Kalsium (Ca), diberikan dalam bentuk CaCl2.2H2O
5) Sulfur (S)
6) Magnesium (Mg), diberikan dalam bentuk MgSO4.7H2O.
7) Besi (Fe), diberikan dalam bentuk Fe2(SO4)3;FeSO4.7H2O
Unsur Hara Mikro
1. Klor (Cl), diberikan dalam bentu KI.
2. Mangan (Mn), diberikan dalam bentuk MnSO4.4H2O.
3. Tembaga (Cu), diberikan dalam bentuk CuSO4.5H2O.
4. Kobal (CO), diberikan dalam bentuk CoCl2.6H2O.
5. Molibdenun (Mo), diberikan dalam bentuk NaMoO4.2H2O.
6. Seng (Zn), diberikan dalam bentuk ZnSO4.4H2O.
7. Boron (B), diberikan dalam bentuk H3BO3.

2. Berikan contoh senyawa organik apa saja yang sering digunakan dalam
pembiakan secara in vitro .
Jawaban :
Senyawa organik apa saja yang sering digunakan dalam pembiakan secara in
vitro yaitu sitokinin BA atau kinetin, dan penggunaan thidiazuron
(TDZ). Thidiazuron merupakan senyawa organik yang banyak digunakan dalam
perbanyakan in vitro karena aktivitasnya menyerupai sitokinin. Thidiazuron
berpotensi memacu frekuensi regenerasi pada kacang tanah (Arachis hipogaea)
secara in vitro, dan memacu pembentukan tunas adventif pada beberapa jenis
tumbuhan.

3. Berikan contoh minimal lima jenis media dasar yang dapat digunakan dalam
pembiakan secara in vitro .
Jawaban :
Menurut George dan Sherington (1984) ada media dasar yang pada umumnya
diberi nama sesuai dengan nama penemunya, antara lain:
1. Medium dasar Murashige dan Skoog (MS), digunakan hamper pada semua
macam tanaman terutama herbaceous. Media ini memiliki konsentrasi garam-
garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+.
2. Medium dasar B5 atau Gamborg, digunakan untuk kultur suspense sel kedelai,
alfafa dan legume lain.
3. Medium dasar white, digunakan untuk kultur akar. Medium ini merupakan
medium dasar dengan konsentrasi garam-garam mineral yang rendah.
4. Medium Vacint Went (VW), digunakan khusus untuk medium anggrek.
5. Medium dasar Nitsch dan Nitsch, digunakn untuk kultur tepung sari (Pollen) dan
kultur sel.
6. Medium dasar schenk dan Hildebrandt, digunakan untuk tanaman yang berkayu.
7. Medium dasar Woody Plant Medium (WMP), digunakan untuk tanamn yang
berkayu.
8. Medium dasar N6, digunakan untuk tanaman serealia terutama padi, dan lain-
lain.

4. Berikan contoh vitamin dan zat pengatur tumbuh apa saja yang sering
digunakan dalam pembiakan secara in vitro.
Jawaban :
Pada beberapa media kultur juga sering ditambahkan vitamin-vitamin seperti
biotin, asam folat, asam askorbat, asam panthotenat, vitamin E (tokoperol),
riboflavin, dan asam p-aminobenzoik. Meskipun vitamin-vitamin tersebut bukan
merupakan faktor pembatas pertumbuhan, tetapi sering memberikan keberhasilan
dalam kultur sel dan jaringan tanaman. Biasanya penambahan vitamin-vitamin
tersebut ke dalam media dilakukan apabila konsentrasi thiamin dianggap dibawah
taraf yang diinginkan atau apabila jumlah populasi sel-sel yang tumbuh masih rendah.
Terdapat empat klas zat pengatur tumbuh (ZPT) yang penting dalam kultur
jaringan tanaman, yaitu: auksin, sitokinin, giberelin dan asam absisik. g penting
dalam kultur jaringan tanaman, yaitu: auksin, sitokinin, giberelin dan asam absisik.
Skoog dan Miller adalah yang pertama melaporkan bahwa perbandingan auksin dan
sitokinin menentukan jenis dan berapa besar proses organogenesis dalam kultur
jaringan tanaman. Auksin dan sitokinin yang ditambahkan kedalam media kultur
mempunyai tujuan untuk mendapatkan morfogenesis, meskipun perbandingannya
untuk mendapatkan induksi akar dan tunas bervariasi baik ditingkat genus, spesies
bahkan kultivar.

5. Jelaskan perbedaan antara komposisi media dasar yang satu dengan media
dasar yang lainnya.
Jawaban :
1. Media Murashige & Skoog (media MS)
Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur, merupakan
perbaikan komposisi media Skoog, Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS
dibuat untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan
untuk kultur jaringan jenis tanaman lain Media MS mengandung 40 mM N dalam
bentuk NO3 dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih
tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media
tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga
ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya
konsemtrasinya dinaikkan sedikit. Pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS,
dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS tersebut, antara lain media :
1. Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah dari komposisi unsur makro
MS, dan memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan
KH2 PO4 yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. Larutan senyawa makro
dari media Lin & Staba, kemudian digunakan oleh Halperin untuk penelitian
embryogenesis kultur jaringan wortel dan juga digunakan oleh Bourgin & Nitsch
(1967 dalam Gunawan 1988) serta Nitsch & Nitsch (1969 dalam Gunawan 1988)
dalam penelitian kultur anther.
Modifikasi media MS yang lain dibuat oleh Durzan et alI (1973 dalam
Gunawan 1988) untuk kultur suspensi sel white spruce dengan cara mengurangi
konsentrasi K+ dan NO3-, dan menambah konsentrasi Ca2+ nya. 3. Chaturvedi et al
(1978) mengubah media MS dengan menurunkan konsentrasi NO3-, K+, Ca2+,
Mg2+ dan SO4-2 untuk keperluan kultur pucuk Bougainvillea glabra.
2. Media Schenk & Hildebrant (media SH)
Merupakan media yang juga cukup terkenal, untuk kultur kalus tanaman
monokotil dan dikotil (Trigiano & Gray, 2000). Konsentrasi ion-ion dalam komposisi
media SH sangat mirip dengan komposisi pada media Gamborg dengan perbedaan
kecil yaitu level Ca2+, Mg2+, dan PO4-3 yang lebih tinggi. Schenk & Hildebrant
mempelajari pertumbuhan jaringan dari 37 jenis tanaman dalam media SH dan
mendapatkan bahwa: 32 % dari spesies yang dicobakan, tumbuh dengan sangat baik,
19% baik, 30% sedang, 14% kurang baik, dan 5% buruk pertumbuhannya. Tetapi
karena zat tumbuh yang diberikan pada tiap jenis tanaman tersebut berbeda. Media
SH ini cukup luas penggunaannya, terutama untuk tanaman legume.
3. Media WPM (Woody Plant Medium)
Dikembangkan oleh Lioyd & Mc Coen pada tahun 1981, merupakan media
dengan konsentrasi ion yang lebih rendah dari media MS. Media diperuntukkan
khusus tanaman berkayu, dan dikembangkan oleh ahli lain, tetapi sulfat yang
digunakan lebih tinggi dari sulfat pada media WPM. Saat ini WPM banyak
digunakan untuk perbanyakan tanaman hias berperawakan perdu dan pohon-pohon.
4. Media Nitsch & Nitsch
Menggunakan NO3- dan K+ dengan kadar yang cukup tinggi untuk
mengkulturkan jaringan tanaman artichoke Jerussalem. Penambahan ammonium
khlorida sebanyak 0.1 mM, menghasilkan pertumbuhan jaringan yang menurun.
Mereka mengambil kesimpulan, bahwa NH4+ sangat menunjang pertumbuhan kalus
tembakau (Miller et al, (1956 dalam Gunawan 1988).
5. Media Knop
Dapat juga digunakan untuk menumbuhkan kalus wortel. Kultur kalus,
biasanya ditumbuhkan pada media dengan kosentrasi garam-garam yang rendah
seperti dalam kultur akar dengan penambahan suplemen seperti glucosa, gelatine,
thiamine, cysteine-HCl dan IAA (Dodds and Roberts, 1983)
6. Media White
Dikembangkan oleh Hildebrant untuk keperluan kultur jaringan tumor bunga
matahari, ditemukan bahwa unsur makro yang dibutuhkan kultur tersebut, lebih tinggi
dari pada yang dibutuhkan oleh kultur tembakau. Unsur F, Ca, Hg dan S, pada media
untuk tumor bunga matahari ini, sama dengan media untuk jaringan normal yang
dikembangkan kemudian.
Konsentrasi NO3- dan K+ yang digunakan Hildebrant ini lebih tinggi dari
media white, tetapi masih lebih rendah dari pada media-media lain yang umum
digunakan sekarang.
7. Media Knudson dan media Vacin and Went
Media ini dikembangkan khusus untuk kultur anggrek. Tanaman yang
ditanam di kebun dapat tumbuh dengan baik dengan pemupukan yang hanya
mengandung N dari Nitrat. S Knudson pada tahun 1922, menemukan penambahan
7.6 mM NH4+ disamping 8.5 mM NO3-, sangat baik untuk perkencambahan dan
pertumbuhan biji anggrek. Penambahan NH4+ ternyata dibutuhkan untuk
perkembangan protocorm
8. Media B5(Gamborg)
Dalam metode kultur in vitro dikenal beberapa macam jenis media dasar
diantaranya media Murashige dan Skoog (MS) dan Gamborg (B5). Media B5
dikembangkan oleh Gamborg et al. pada tahun 1968 untuk kultur suspensi kedelai.
Pertama kali dikembangkan untuk kultur kalus kedelai dengan konsentrasi nitrat dan
amonium lebih rendah dibandingkan media MS. Untuk selanjutnya media B5
dikembangkan untuk kultur kalus dan suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar
untuk meregenerasi seluruh bagian tanaman. Pada masa ini media B5 juga digunakan
untuk kultur-kultur lain.
Media ini dikembangkan dari komposisi PRL-4, menggunakan konsentrasi
NH4+ yang rendah, karena konsentrasi yang lebih tinggi dari 2 mM menghambat
pertumbuhan sel kedelai. Tetapi peneliti lain melaporkan bahwa konsentrasi NH4+
yang tinggi sampai 20 mM berpengaruh baik dalam kultur jaringan seperti pada
kultur kalus tembakau Konsentrasi fosfat yang diberikan pada media tersebut adalah
1mM , Ca+ antara 1-4 mM, dan Mg antara 0,5-4 mM lebih mengutamakan
kandungan ammonium dibandingkan media MS.
Meskipun media B5 pada awalnya digunakan untuk menginduksi kalus atau
diutamakan sebagai kultur suspensi, tetapi dapat digunakan pula sebagai media dasar
bagi perbanyakan tanaman pada umumnya. Gamborg (1991) menyatakan bahwa
kadar hara anorganik yang dikandung media dasar Gamborg (B5) umumnya lebih
rendah dari pada media dasar MS. Hal tersebut sering kali lebih baik bagi sel spesies
tertentu. Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk kultur kalus dan suspensi,
serta sangat baik sebagai media dasar untuk meregenerasi seluruh bagian tanaman.

You might also like