You are on page 1of 13

Faktor- Faktor Penentu Kurikulum 2013

Tugas Mata Kuliah Kurikulum Pendidikan Ips

Dosen : Prof. Dr. Gatot

Semester : IID

Disusun Oleh :

Nama : A. Yani Hendra

NPM : 20167370147

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

FAKULTAS PASCA SARJANA

2017

KATA PENGANTAR

1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Faktor penentu kurikulum 2013.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Jakarta, Maret 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................1


B. Rumusan Masalah..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian kurikulum...................................................................................2
B. Perkembangan Kurikulum...........................................................................3
C. Factor Faktor yang mempengaruhi Kurikulum 2013................................4
D. Analisis.........................................................................................................5
BAB III PENUTUP .

A. Kesimpulan ...........................................................................................................9

B. Saran......................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belekang
Sejak Indonesia merdeka kurikulum telah mengalami beberapa kali perubahan
secara berturut-turut yaitu pada tahun 1947, tahun 1952, tahun 1964, tahun 1968,
tahun 1975, tahun 1984, tahun 1944, dan tahun 2004, serta yang terbaru adalah
kurikulum tahun 2006. Pada saat ini telah dan sedang dilaksanakan Uji Publik
kurikulum 2013 sebagai pengembangan dari kurikulum 2006 atau KTSP.
Dinamika tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem
politik, sosial budaya, ekonomi, dan IPTEK dalam masyrakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi
di masyarakat.

Pengembangan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan


capaian pendidikan disamping kurikulum, terdapat sejumlah faktor diantarnya:
lama siswa bersekolah, lama siswa tinggal disekolah, pembelajaran siswa aktif
berbasis kompetensi. Peranan guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan.

Secara konseptual draft kurikulum 2013 dicita-citakan untuk mampu


melahirkan generasi masa depan yang cerdas komprehensif yakni tidak hanya
cerdas intelektualnya, tetapi juga cerdas emosi, sosial, dan spiritualnya. Hal itu
tampak dengan terintegrasikannya nilai-nilai karakter kedalam proses
pembelajaran, tidak lagi menjadi suplemen seperti dalam kurikulum 2006.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, dan agar
permasalahan lebih mudah untuk dibahas, maka dalam makalah ini penulis
merumuskan permasalahan pada faktor-faktor apakah yang mempengaruhi upaya
pengembangan kurikulum 2013 ?

BAB II PEMBAHASAN
1
A. Kurikulum 2013
Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggungjawab sekolah atau
lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Menurut Hamalik (1995:18)
dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Ahli kurikulum Hilda Taba
sebagaimana dikutip oleh Nasution (2001:7) berpendapat bahwa pada
hakikatnya tiap kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar
berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakat. Tiap
kurikulum, bagaimanapun polanya, selalu mempunyai komponen-komponen
tertentu, yakni pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan organisasi
bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar dan mengajar, dan akhirnya
evaluasi hasil belajar. Perbedaan kurikulum terletak pada penekanan pada unsur-
unsur tertentu.
Secara umum, kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

B. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013


Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan
daftar mata pelajaran.
2. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan,
jenjang pendidikan, dan program pendidikan.
3. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan
kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan
keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
4. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan

2
Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning)
sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan
aktif dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
budaya, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar
kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni
berkembang secara dinamis..
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
9. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
10. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki
pencapaian kompetensi

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum 2013


Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya
mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Kurikulum disusun untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengam memperhatikan tahap
perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan. Sesuai
dengan jenjang dan jenis masing masing satuan pendidikan. Perlu ditambahkan
bahwa pendidikan nasional juga berakar pada kebudayaan nasional, dan
pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
Berdasarkan ketentuan dan konsep tersebut, pengembangan kurikulum agar
berlandaskan faktor faktor sebagai berikut:
a.Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk
merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan
dlama merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
b. Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.
3
c.Perkembangan peserta didik, yang menunjukkan pada karakteristik
perkembangan peserta didik.
d. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi
(interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural),
lingkungan hidup (bioekologi) serta lingkungan alam (geo ekologis).
e.Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan
dibudang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.
f. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem
nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.[7]

D. Analisis
Kurikulum merupakan hal yang urgen dalam pendidikan. Sebagai calon
pendidik, sudah menjadi kewajiban kita untuk mengetahui bagaimana kurikulum
yang baik dan sesuai dengan keadaan di lingkungan belajar. Selain itu juga kita
sebagai pelaksana kurikulum, guru hendaknya mampu menciptakan situasi belajar
yang aktif dan mampu mendorong kreatifitas siswa.
Dalam pengembangan kurikulum, hendaknya pihak-pihak yang berperan
(administrator pendidikan, ahli pendidikan, guru dan orangtua siswa) duduk
bersama untuk dapat menghasilkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik/siswa dan daerah.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum,
yaitu meliputi: Pergururan Tinggi, Masyarakat dan Sistem Nilai. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, harus menimaliskan faktor yang
bersifat negatif. Oleh karena itu bagi pengembang kurikulum diharapkan dapat
bekerjasama dengan kelompok lain dan adanya ujicoba agar faktor negatif dapat
diminimaliskan.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan-hambatan
antara lain: kurangnya partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum, datang
dari masyarakat, dan masalah biaya. Hal ini tentu menjadi evaluasi bagi
pengembangan kurikulum supaya pengembangan kurikulum kedepannya menjadi
kurikuluum yang baik yang bisa mengarahkan peserta didiknya ke arah yang lebih
baik.

4
Masyarakat dan bangsa Indonesia memiliki keragaman sosial,
budaya, aspirasi politik, dan kemampuan ekonomi. Keragaman
tersebut berpengaruh langsung terhadap kemampuan guru dalam
melaksanakan kurikulum, kemampuan sekolah dalam menyediakan pengalaman
belajar, dan kemampuan siswa dalam berproses dalam belajar serta mengolah
informasi menjadi sesuatu yang dapat diterjemahkan sebagai hasil belajar.
Keragaman itu menjadi suatu variabel bebas yang memiliki kontribusi sangat
signifikan terhadap keberhasilan kurikulum baik sebagai proses maupun
kirikulum sebagai hasil. Oleh karena itu, keragaman tersebut harus menjadi
faktor yang diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam penentuan filsafat, teori,
visi, pengembangan dokumen, sosialisasi kurikulum, dan pelaksanaan
kurikulum. Pengembangan kurikulum di Indonesia harus didasarkan pada faktor-
faktor keragaman sosial budaya secara nasional, lingkungan unit pendidikan, dan
kebudayaan daerah.
a. Keragaman Sosial Budaya Nasional Menjadi Dasar Dalam Mengembangkan
Berbagai Komponen Kurikulum Seperti Tujuan, Konten, Proses, Dan
Evaluasi;
Pengembangan kurikulum untuk negara yang besar, penuh ragam,
dan miskin, seperti Indonesia, bukanlah suatu pekerjaan mudah. Keragaman
sosial, budaya, aspirasi politik, dan kemampuan ekonomi memberikan tekanan
yang sama, kalau tidak dapat dikatakan lebih kuat dibandingkan perbedaan
filosofi, visi, dan teori yang dianut para pengambil keputusan mengenai
kurikulum. Perbedaan filosofi, visi, dan teori pengambil keputusan seringkali
dapat diselesaikan melalui jenjang otoritas yang dimiliki seseorang walaupun
dilakukan dalam suatu proses deliberasi yang paling demokratis sekali
pun. Ketika perbedaan filosofi, visi, dan teori itu terselesaikan maka proses
pengembangan dokumen kurikulum dapat dilakukan dengan mudah. Tim yang
direkrut adalah tim yang diketahui memiliki filosofi, visi, dan teori yang sejalan
atau bahkan mereka yang tidak memiliki ketiga kualitas itu tetapi ahli dalam
masalah konten yang akan dikembangkan sebagai konten kurikulum.

5
Kebudayaan merupakan keseluruhan totalitas cara manusia hidup dan
mengembangkan pola kehidupannya sehingga ia tidak saja menjadi landasan di
mana kurikulum dikembangkan tetapi juga menjadi target hasil pengembangan
kurikulum.
Keragaman sosial, budaya, aspirasi politik, dan kemampuan
ekonomi adalah suatu realita masyarakat dan bangsa Indonesia. Realita
tersebut memang berposisi sebagai objek periferal dalam proses
pengembangan kurikulum nasional. Posisi sebagai objek ini tidak
menguntungkan karena ia seringkali diabaikan oleh para otoritas
pengembang kurikulum. Sayangnya, kedudukannya yang menjadi objek berubah
menjadi subjek dan penentu dalam implementasi kurikulum tetapi tetap
tidak dijadikan landasan ketika guru mengembangkan kurikulum.
Padahal keragaman itu berpengaruh langsung terhadap kemampuan guru
dalam melaksanakan kurikulum, kemampuan sekolah dalam menyediakan
pengalaman belajar, dan kemampuan siswa dalam berproses dalam belajar
serta mengolah informasi menjadi sesuatu yang dapat diterjemahkan
sebagai hasil belajar. Artinya, keragaman itu menjadi suatu variabel bebas yang
memiliki kontribusi sangat signifikan terhadap keberhasilan kurikulum baik
sebagai proses (curriculum as observed, curriculum as experienced, curriculum
as implemented, curriculum as reality) tetapi juga kurikulum sebagai hasil.
Posisi keragaman sebagai variabel bebas memang berada pada
tataran sekolah dan masyarakat di mana suatu kurikulum dikembangkan
dan diharapkan menjadi pengubah yang tangguh sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang dapat diperkirakan (perceived needs of a
society). Secara nyata pengaruh tersebut berada pada diri guru
yang bertanggungjawab terhadap pengembangan kurikulum dan pada siswa
yang menjalani kurikulum. Dengan perkataan lain, pengaruh tersebut
berada pada tataran yang tak boleh diabaikan sama sekali di mana
studi kurikulum memperlihatkan kerentanan, dan kemungkinan besar
kurikulum berubah atau bahkan berbeda sama sekali dengan apa yang
telah direncanakan dan diputuskan (Waring, 1982). Oleh karena itu, keragaman
sosial, budaya, ekonomi, dan aspirasi politik harus menjadi faktor yang

6
diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam penentuan filsafat, teori, visi,
pengembangan dokumen, sosialisasi kurikulum, dan pelaksanaan kurikulum.
Masyarakat sebagai sumber belajar harus dapat dimanfaatkan
sebagai sumber konten kurikulum. Oleh karena itu, nilai, moral,
kebiasaan, adat/tradisi, dan cultural traits tertentu harus dapat
diakomodasi sebagai konten kurikulum. Konten kurikulum haruslah tidak
bersifat formal semata tetapi society and cultural-besed, dan open to
problems yang hidup dalam masyarakat. Konten kurikulum haruslah
menyebabkan siswa merasa bahwa sekolah bukanlah institusi yang tidak
berkaitan dengan masyarakat, tetapi sekolah adalah suatu lembaga sosial
yang hidup dan berkembang di masyarakat. Selanjutnya, konten
kurikulum harus dapat menunjang tujuan kurikulum dalam mengembangkan
kualitas kemanusiaan peserta didik. Selain agama, kesusateraan,
bahasa, olahraga, dan kesenian merupakan konten yang dapat
menunjang pengembangan kemanusiaan siswa.

b. Lingkungan Unit Pendidikan Yaitu Guru, Sumber Belajar Dan Objek Belajar
Yang Merupakan Bagian Dari Kegiatan Belajar Siswa;
Pengembangan kurikulum sebagai proses terjadi pada unit
pendidikan atau sekolah. Pengembangan ini haruslah didahului oleh
sosialisasi agar para pengembang (guru) dapat mengembangkan kurikulum dalam
bentuk rencana pelajaran/satuan pelajaran, proses belajar di kelas, dan evaluasi
sesuai dengan prinsip multikultural kurikulum. Sosialisasi yang dilakukan
haruslah dilakukan orang-orang yang terlibat paling tidak dalam proses
pengembangan kurikulum sebagai dokumen apabila orang yang terlibat dalam
pengembangan ide tidak mungkin secara teknis. Jika terjadi perluasan tim
sosialisasi maka anggota tim yang baru haruslah yang sepenuhnya faham dengan
karakteristik kurikulum multikultural. Pada fase ini, target utama adalah para
guru faham dan berkeinginan untuk mengembangkan kurikulum multikultural
dalam kegiatan belajar yang menjadi tanggungjawabnya).
Sekolah bersama dengan komite sekolah dapat bersama-sama merumuskan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi lingkungan

7
sekolah. Sekolah dapat bermitra dengan stakeholder pendidikan, misalnya, dunia
industri, kerajinan, pariwisata, petani, nelayan, organisasi profesi, dan sebagainya
agar kurikulum yang dibuat oleh sekolah benar-benar sesuai dengan kebutuhan di
lapangan. Betapa pun sempurna sebuah kurikulum, bila potensi dan motivasi guru
dan siswa tidak memadai maka proses pembelajaran tidak akan terjadi secara
optimal. Sebaliknya, bila guru dan murid mempunyai komitmen tinggi untuk
melakukan kegiatan pembelajaran yang sebaik-baiknya, dengan kurikulum yang
seadanya pun hasil pembelajaran siswa akan diperoleh secara maksimal.

c. Kebutuhan Daerah
Berlakunya Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi
daerah tidak akan secara langsung menjadikan pendekatan multikultural
berlaku dalam pengembangan kurikulum di Indonesia. Undang-undang tersebut
memberikan wewenang pengelolaan pendidikan kepada pemerintah
daerah mungkin saja akan menghasilkan berbagai kurikulum sesuai dengan
visi, misi, dan persepsi para pengembang kurikulum di daerah.

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-


faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum adalah:
1. Keragaman sosial budaya nasional menjadi dasar dalam
mengembangkan berbagai komponen kurikulum seperti tujuan, konten,
proses, dan evaluasi.
Keragaman sosial, budaya, aspirasi politik, dan kemampuan ekonomi adalah
suatu realita masyarakat dan bangsa Indonesia. Realita tersebut memang
berposisi sebagai objek periferal dalam proses pengembangan kurikulum nasional.

8
2. Lingkungan unit pendidikan yaitu guru, sumber belajar dan objek belajar
yang merupakan bagian dari kegiatan belajar siswa.
Pengembangan kurikulum sebagai proses terjadi pada unit pendidikan atau
sekolah. Pengembangan ini haruslah didahului oleh sosialisasi agar para
pengembang (guru) dapat mengembangkan kurikulum dalam bentuk rencana
pelajaran/satuan pelajaran, proses belajar di kelas, dan evaluasi yang
sesuai. Sekolah bersama dengan komite sekolah dapat bersama-sama merumuskan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi lingkungan
sekolah.
3. Kebutuhan daerah.
Kurikulum sebagai ide harus dikembangkan pada tingkat nasional sedangkan
kurikulum dalam bentuk dokumen dapat dikembangkan di daerah.
Keputusan tentang jenis informasi, bentuk format GBPP, dan komponen
kurikulum (tujuan, materi, proses belajar, dan evaluasi) ditentukan pada
tingkat daerah pula.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hamid Hasan, 2007, Pendekatan Multikultural untuk Penyempurnaan Kurikulum


Nasional, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung

Mulyasa, Encang. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Remaja Rosda Karya:


Bandung.

Mulyasa, Encang. 2006. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan. Remaja Rosda


Karya: Bandung.

Surjanto Budiwalujo, 2006, Mengembangkan Kurikulum


Visioner, www.hamline.basisdata.com

Yamin, Martinis, 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Gaung


Persada: Jakarta.

Pusat Kurikulum, 2001, Kebijaksanaan Umum Pendidikan Dasar dan


Menengah, Badan Penelitian dan Pengembangan Departement Pendidikan
Nasional, Jakarta.

You might also like