You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT HIPOTIROID

Nama : Rida Aryani

NIM : 34403515107

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)
Jln. Pasir Gede Raya No. 19 Telp. (0263) 267206 Fax. 270953Cianjur 4321
2016

1. Definisi
Hipotiroid adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi
hormone tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur. Hipotirod merupakan
keadaan kurang aktifnya kelenjar tiroid yang menyebabakan sekresi hormon
tiroid tidak terjadi atau mengalami penurunan. Hipotiroid adalah suatu
penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid yang dikikuti tanda dan gejala
yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Faktor penyebabnya akibat
penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau seiring
perkembangan usia. Pada kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan
konsentrasi hormon tiroid dalam darah disebabkan peningkatan kadar TSH
(Tyroid Stimulating Hormon).
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif
dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroid yang sangat berat
disebut miksedema.

2. Etiologi
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu :
a. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis
hormone yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat
anti tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme,
penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan
sarcoidosis.
b. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak
memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid
stimulating hormone (TSH) meningkat, ini mungkin awal dari suatu mal
fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh
resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
c. Hipotiroid tertier / pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk
memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat
distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan
dengan suatu tumor / lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus. Ada dua
bentuk utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Giter
endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini
mengalah pada "goiter belt" dengan karakteristik area geografis oleh
minyak dan air yang berkurang dan iodine.
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya
disebabkan oleh :
Kelainan genetik yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang
salah
Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang
menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai, buah persik,
bayam, kacang polong, strowbery, dan lobak. Semuanya mengandung
goitogenik glikosida
Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas (propylthiracil) thocarbomen,
(aminothiazole, tolbutamid).
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah Tiroiditis Hashimoto.

Pada Tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan


hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah
kelenjar yang masih berfungsi.
Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap
hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung
menyebabkan hipotiroidisme. Kekurangan yodium jangka panjang dalam
makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif
(hipotiroidisme goitrosa).

3. Klasifikasi Hipotiroid
Klasifikasi Hipotiroid menurut penyebabnya :
a. Hipotiroidime primer (tiroidal)
hipotiroidime primer (tiroidal) ini mengacu kepada difungsi kelenjer tiroid
itu sendiri. lebih dari 95% penderita hipotiroidime mengalami
hipotiroidime tipe ini.
b. Hipotiroidime sentral (hipotiroidime sekunder/pituitaria)
adalah disfungsi tiroide yang disebabkan oleh kelenjer hipofisis,
hipolatamus, atau keduanya.
c. Hipotiroidime tertier (hipotalamus)
ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi tsh
tidak adikuat aktibat penurunan stimulasi TRH.
(Brunner&Suddarth:1300)
Klasifikasi hipotiroid menurut usia :
a. Kretinisme (Hipotiroidisme congietal)
adalah difisiensi tiroid yang diderita sebelum atau segera sesudah lahir.
pada keadaan ini, ibu mungkin juga menderita difisiensi tiroid.
b. Hipotiroidisme juvenilis
Timbul sesudah usia 1 atau 2 tahun
c. Miksedema
adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan supkutan dan
intersisial lainnya. Meskipun meksedema terjadi pada hipotiroidime yang
sudah berlangsung lama dan bera, istilah tersebut hanya dapat digunakan
untuk menyatakan gejala ekstrim pada hipotiroidime yang berat
(Suddart, 2000)
Smeltzer & Bare : Brunner and Suddart Textbook Of Medical Surgical
Nursing, Philadel-Phia :

4. Manifestasi klinis
a. Kulit dan rambut
- Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
- Pembengkakan tangan, mata dan wajah
- Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
- Tidak tahan dingin
- Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
b. Muskuloskeletal
- Volume otot bertambah, glosomegali
- Kejang otot, kaku, paramitoni
- Artralgia dan efusi sinovial
- Osteoporosis
- Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
- Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
- Kadar fosfatase alkali menurun
c. Neurologik
- Letargi dan mental menjadi lambat
- Aliran darah otak menurun
- Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian
kurang, penurunan reflek tendon)
- Ataksia (serebelum terkena)
- Gangguan saraf (carfal tunnel)
- Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
d. Kardiorespiratorik
- Bradikardi, disritmia, hipotensi
- Curah jantung menurun, gagal jantung
- Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
- Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukan mendatar/inverse
- Penyakit jantung iskemic
- Hipotensilasi
- Efusi pleural
- Dispnea
e. Gastrointestinal
- Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
- Obstruksi usus oleh efusi perioneal
- Aklohidra, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
f. Renalis
- Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
- Retensi air (volume plasma berkurang)
- Hipokalsemia
g. Hematologi
- Anemia normokrom normositik
- Anemia mikrositik/makrositik
- Gangguan koagulasi ringan
h. Sistem endokrin
- Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/ masa
menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dan
hiperprolektemi
- Gangguan fertilitas
- Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis
terhadap insulin akibat hipoglikemia
- Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
- Insufisiensi kelenjar adernal autoimun
- Psikologis atau emosi: apatis, agitasi, derpesi, paranoid,menarik diri,
perilaku maniak
Manifestasi klinis lain berupa: edema perordita, wajah seperti bulan (moon
face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas
terhadap opioid, haluaran urine menurun, lemah, ekspresi wajah kosong
dan lemah

5. Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan
pada pengobatan tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis
kelenjar tiroid dan atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik. Prevalensi
penderita hipotiroidisme meningkat pada usia 30-60 tahun, empat kali lipat
angka kejadiannya pada wanita dibandingkan pria. Hipotiroidisme congenital
dijumpai satu orang pada empat ribu kelahiran hidup.
Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan
berkompensasi untuk meningkatkan kompensesi untuk meningkatkan
sekresinya sebagai sebagai respons terhadap rangsangan hormone TSH.
Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme
basal yang akan mempengaruhi semua system tubuh. Proses metabolik yang
dipengaruhi antara lain:
a. Penurunan produksi asam lambung (Aclorhidria)
b. Penurunan motolitas usus
c. Penurunan detak jantung
d. Gangguan fungsi neurologic
e. Penurunan produksi panas
Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana
akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien
berpotensi mengalami atherosclerosis. Akumulasi proteoglicans hidropilik di
rongga pleura, cardiak dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Pembentukan erosit yang tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya
hormone tiroid memungkinkan klien mengalami anemia.
6. Pathway Defisiensi lodium, disfungsi hipofisis, disfungsi THR hipotalamus
7. Penekanan prod. H. Tiroid (hipotiroidisme)

Gangguan metabolic lemak


TSH merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresi
Laju BMR lambat

Penurunan produksi panas Peningkatan kolestrol dan trigliserida

Kel. Tiroid a/ membesar


gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Peningkatan arteriosklerosis

Menekan struktur dileher dan dada


achlorhydria
Oklusi pembuluh darah
Perubahan suhu tubuh hipotermi
Kekurangan vit. B12 dan asam folat
Disfagia gangguan respirasi Penurunan mortilitas usus

Suplai darah ke jaringan otak menurun


Depresi ventilasi Pembentukan eritrosit tidak optimal
Penurunan fungsi GI
8. Pemeriksaan penunjang
9. Pemeriksaan laboratoruim yang didapat pada pasien hipotiroidisme
Aliran darah turun terus-menerus
didapatkan hasil sebagai berikut:
a. T3 dan T4 serum menurun.
b. TSH meningkat pada hipotiroid primer.
c. TSH rendah pada hipotiroid sekunder.
- Kegalan hipofisis: respon TSH terhadap jantung
Kontraksi TRH mendatar.
Ketidakefektifan
menurun pola napas
- Penyakit Hipotalamus: TSH dan TRH meningkat.
d. Titer autoantibody tiroid tinggi pada >80% kasus.
e. Peningkat kolestrol.
f. Pembesaran jantung pada sinar X dada.
g. EKG menunjukan sinus Penurunan
bradikardi rendahnya
curah voltase kompleks QRS dan
jantung
gelombang T datar atau inverse.
10.
11. Komplikasi
a. Koma miksedema
12. Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai
oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk
hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan
penurunan kesadaran hingga koma. Dalam keadaan darurat (misalnya koma
miksedema), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Kretinisme)
13. Jika hipotiroidisme yang berat sudah terjadi sewaktu hidup fetal, maka kita
akan mendapatkan penderita yang cebol dan mungkin imbesil. Pada waktu
lahir tidak ditemukan kelainan tetapi pada umur 2-3 bulan sudah bisa
timbul gejala lidah tebal dan jarak antara ke dua mata lebih besar dari
biasanya. Pada waktu ini kulit kasar dan warnanya agak kekuningan.
Kepala anak besar, mukanya bulat dan raut mukanya (ekspresi) seperti
orang bodoh sedangkan hidungnya besar dan pesek, bibirnya tebal,
mulutnya selalu terbuka dan juga lidah yang tebal dikeluarkan.
Pertumbuhan tulang juga terlambat. Sedangkan keadaan psikis berbeda-
beda biasanya antara agak cerdik dan sama sekali imbesil.
c. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua
gejala dengan segera.
d. Penyakit Hashimoto
14. Disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat otoantobodi yang merusak
jaringan tiroid. Ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar
TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal.
e. Gondok Endemic
15. Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-
sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk
menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah
akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan
balik.
f. Karsinoma Tiroid
16. Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat
penekan TSH atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan
tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan proliferasi dan hiperplasia sel
tiroid.
17. (Long, Barbara.C,2000:261 dan Hudak and Gallo,1996:479)
18.
19. Penatalaksanaan
20. Pada pasien yang sudah mendapatkan suplementasi levotiroksin
sebelumnya, dilakukan penilaian status fungsional tiroidnya. Selain dapat
diketahui dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, dapat pula dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Pada pasien yang baru dicurigai adanya
hipotiroidisme pada saat praoperasi, maka dilakukan pemeriksaan konsentrasi
FT4 dan TSH, juga perlu ditentukan apakah hipotiroidismenya tersebut ringan,
sedang atau berat. Pada hipotiroidisme yang berat, ditandai adanya koma
miksedema, gangguan status mental, gagal jantung atau konsentrasi hormon
tiroksin yang sangat rendah, maka sebaiknya operasi ditunda sampai kondisi
hipotiroidisme beratnya teratasi. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan
kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat
mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang
lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
21. Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon
tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek
samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH
kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti
hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan tumor
susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau
pembedahan.Penggantian hormon tiroid : levotiroksin ( Syinthroid), liotironin
(Cytomel), tiroglobulin, liotrix (Thyrolar), aktivitas : berhati-hati dengan
olahraga kontak atau pekerjaan fisik yang berat dan monitoring tanda vital,
asupan / keluaran cairan dan hasil laboratorium (kadar T3, T4 dan Natrium).
22.
23. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas klien
24. Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur,
jenis kelamin, agama, suku bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang
dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat.
2. Keluhan utama
25. Keluhan utama yaitu kurang energi, manifestasinya sebagai
lesu, lamban bicara, mudah lupa, obstipasi. Metabolisme rendah
menyebabkan bradikardia, tidak tahan dingin, berat badan naik dan
anoreksia. Kelainan psikologis meliputi depresi, meskipun nervositas
dan agitasi dapat terjadi. Kelainan reproduksi yaitu oligomenorea,
infertil, aterosklerosis meningkat.
3. Riwayat penyakit sekarang
26. Pada orang dewasa, paling sering mengenai wanita dan
ditandai oleh peningkatan laju metabolik basal, kelelahan dan letargi,
kepekaan terhadap dingin, dan gangguan menstruasi. Bila tidak
diobati, akan berkembang menjadi miksedema nyata.
27. Pada bayi, hipotiroidisme hebat menimbulkan kretinisme.
28. Pada remaja hingga dewasa, manifestasinya merupakan
peralihan dengan retardasi perkembangan dan mental yang relatif
kurang hebat serta miksedema disebut demikian karena adanya
edematus, penebalan merata dari kulit yang timbul akibat penimbunan
mukopolisakarida hidrofilik pada jaringan ikat di seluruh tubuh.
4. Riwayat penyakit dahulu
29. Hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi perlahan
selama berbulan-bulan, sehingga pada awalnya pasien atau
keluarganya tidak menyadari, bahkan menganggapnya sebagai efek
penuaan. Pasien mungkin kedokter ketika mengalami keluhan yang
tidak khas seperti lelah dan penambahan berat badan. Dokter akan
meminta pemeriksaan laboratorium yang tepat, yaitu kadar T4 rendah
dan TSH yang tinggi, sehingga diagnosis hipotirodisme dapat
diketahui pada tahap awal ketika gejalanya masih ringan.
5. Pola Fungsi Kesehatan Gordon
a) Pola Persepsi dan Manajemen
Kesehatan
30. Ketidaktahuan klien tentang informasi dari penyakit yang
dideritanya. Secara umum, hipotiroid ini adalah akibat dari
menurunnya fungsi kelenjar tiroid dalam mamproduksi hormone
tiroid. Penyakit ini termasuk dalam autoimun yang menghasilkan
antibody yang dapat menurunkan produksi hormone tiroid secara
bebas. Kurangnya pengetahuan klien tentang penyebab dan
factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipotiroid.
b) Pola Nutrisi-Metabolik
31. Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti
amenore/ masa menstruasi yang memanjang, menoragi dan
galaktore dan hiperprolektemi, gangguan hormone pertumbuhan
dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat
hipoglikemia, gangguan sintesis kortison, kliren kortison
menurun, Insufisiensi kelenjar adernal autoimun, nafsu makan
berkurang, anoreksia.
c) Pola Aktivitas dan Latihan
32. Sering terjadi Kejang otot, kaku saat beraktifitas gerakan
tubuh lamban, lemah, pusing, capek, pucat, sakit pada sendi atau
otot, produksi keringat berkurang.
d) Pola Kognitif dan Persepsi
33. Perseptual ada kekhawatiran karena pusing, kesemutan,
gangguan penglihatan, penglihatan ganda, gangguan koordinasi,
Pikiran sukar berkonsentrasi.
e) Pola Eleminasi
34. Pasien dengan hipotiroid akan mengalami konstipasi,
anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen, haluaran urine
menurun.
f) Pola Persepsi-Konsep diri
35. Gangguan citra diri akibat perubahan struktur anatomi,
pembengkakan tangan, mata dan wajah, rambut rontok,
alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk, kulit kering,
pecah-pecah, bersisik dan menebal, pertumbuuhna kuku buruk,
kuku menebal kelenjar gondok membesar (struma nodosa),
kurus.
g) Pola Tidur dan Istirahat
36. Pasien dengan hipotiroid cenderung mengalami insomnia
sehingga sulit untuk berkonsentrasi, menyebabkan pola istirahat
dan tidur terganggu.
h) Pola Peran-Hubungan
37. Psikologis atau emosi: apatis, agitasi, depresi,
paranoid,menarik diri, perilaku maniak, nervus, tegang, gelisah,
cemas, mudah tersinggung. Bila bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungan maka tidak akan menjadi masalah dalam
hubungannya dengan orang lain, anggota keluarga maupun
masyarakat.
i) Pola Seksual-Reproduksi
38. Penurunan libido, hipomenore, amenore dan impoten, Haid
menjadi tidak teratur dan sedikit, kehamilan sering berakhir
dengan keguguran, gangguan fertilitas.
j) Pola Toleransi Stress-Koping
39. Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik.
Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
k) Pola Nilai-Kepercayaan
40. Nilai kepercayaan pasien tergantung pada kebiasaan, ajaran
dan aturan dari agama yang dianut oleh individu tersebut.
6. Pemeriksaan Fisik
41. Head to toe
a) Kepala
1) Rambut
42. Inspeksi: rambut kering, kasar, dan rontok.
2) Mata
43. Inspeksi: mata exofthalmus
b) Leher
44. Palpasi: ada benjolan pada leher depan, dan ada nyeri
tekan.
c) Dada
1) Paru
45. Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri
dan kanan, frekuensi napas pasien ireguler.
46. Palpasi : vokal fremitus normal
47. Auskultasi : dipsneu
48. Perkusi : sonor
2) Jantung
49. Inspeksi: denyutan jantung tidak normal
(bradikardi)
50. Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
51. Auskultasi: Bunyi jantung normal S1 dan S2
52. Perkusi: terdengar pekak di sepanjang batas ICS 3-5
toraks sinistra karena terdapat kardiomegali (pembesaran
jantung)
d) Abdomen
53. Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit
disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak
terdapat kolostomi.
54. Auskultasi: peristaltik usus 3 x/ menit
55. Perkusi: timpani
e) Otot
56. Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan,
penurunan refleks tendon
f) Integumen
57. Inspeksi: pucat, kering, bersisik, dan menebal
58. Palpasi : kulit dingin
59. CRT : Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
g) Persyarafan
1) Tingkat kesadaran: Letargi
2) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Motorik : mengikuti perintah 6
(3) Verbal: Orientasi lama, 4
60. Total GCS: Nilai 14
7. Pemeriksaan penunjang
61. Hasil pemeriksaan penunjang pada pasien dengan
hipotiroid yaitu kadar T3 15 pg/dl, dan kadar T4 20 g/dl dan kadar
TSH pada pasien tersebut yaitu <0,005 IU/ml.
62.
b. Diagnosa
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan volume
sekuncup akibat bradikardi dan arteriosklerosi arteri koronia.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.
3. Resiko Tinggi Terhadap Konstipasi berhubungan dengan Faktor
Penurunan peristaltik, penurunan tingkat aktivitas.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor
penurunan metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan faktor penurunan
metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme.
6. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme
dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
63.
c. Intervensi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan volume
sekuncup akibat bradikardi dan arteriosklerosi arteri koronia.
64. Tujuan :
65. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam,
diharapkan fungsi kardiovaskuler tetap optimal yang ditandai dengan
tekanan darah, irama jantung dalam batas normal.
66. Kriteria hasil :
67. Denyut nadi klien normal.
68. Intervensi:
1) Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk
mengidentifikasi kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik
jantung seperti hipotensi.
69. R/ : Memudahkan menilai fungsi kardiovaskuler.
2) Catat warna kulit dan kaji kualitas nadi
70. R/ : Sirkulasi perifer turun jika curah jantung turun.
Membuat kulit pucat atau warna abu-abu dan menurunnya
kekuatan nadi
3) Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
71. R/ : Penghematan energy membantu menurunkan beban
jantung
4) Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian
obat-obatan anti disritmia
72. R/ : Untuk hasil penunjang dan pengobatan lebih lanjut.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.
73. Tujuan :
74. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam
diharapkan perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas
menjadi normal.
75. Kriteria hasil :
76. Memperlihatkan perbaikan status pennafasan dan
pemeliharaan pola pernafasan yang normal, menarik nafas dalam dan
batuk ketika di anjurkan, menunjukan suara nafas yang normal tanpa
bising tambahan pada auskultasi.
77. Intervensi:
1) Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut
nadi dan gas darah arterial.
78. R/ : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk
memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas
intervensi.
2) Ubah posisi secara periodik
79. R/ : Meningkatkan pengisian udara seluruh segment paru
3) Tinggikan posisi kepala 30o.
80. R/ : Mendorong pengembangan diafragma/ ekspansi paru
optimal & meminimalkan tekanan isi abdomen pada rongga thorak
4) Berikan oksigen tambahan
81. R/ : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran dan
penurunan kerja napas
3. Resiko Tinggi Terhadap Konstipasi berhubungan dengan Faktor
Penurunan peristaltik, penurunan tingkat aktivitas.
82. Tujuan :
83. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam
diharapkan konstipasi tidak terjadi.
84. Kriteria hasil :
85. Peristaltic usus normal, pasien dapat BAB 1 kali sehari
86. Intervensi:
1) Intruksikan pasien untuk:.
a) Minum sedikitnya 2-3 liter cairan setiap hari
b) Meningkatkan masukan makanan tinggi serat (buah mentah,
sayuran, roti dari gandum, sereal, jus prem)
c) Gunakan pelunak fases bentuk bulk seperti Metamucil
d) Gunakan laksatif bila terjadi defekasi pada tiga hari
87. R/ : Tindakan-tindakan ini membantu melunakkan fases.
Konstipasi menetap dapat menandakan perlunya evaluasi lebih
lanjut untuk menentukan bila dosis obat harus di tingkatkan..
2) Tinjau ulang semua obat-obatan lain yang ditentukan untuk pasien
untuk menentukan potensial obat menyebabkan konstipasi
88. R/ : Banyak obat-obatan dapat menyebabkan konstipasi.
Orang dengan hipotiroidisme mempunyai toleransi rendah terhadap
obat-obatan karena penurunan metabolisme
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor
penurunan metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme.
89. Tujuan :
90. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam,
diharapkan kebutuhan nutrisi klien adekuat.
91. Kriteria hasil :
92. Tidak terjadi penurunan berat badan, melaporkan
peningkatan masukan makanan,
93. Intervensi:
1) Pantau:
a) Laporan JDL, khususnya SDM, hemoglobin, hematokrit
b) Presentase makanan yang dikonsumsi pada setiap makan
c) Berat badan setiap minggu.
94. R/ : Untuk mengevaluasi keefektifan terapi.
2) Pertahankan ruangan tetap hangat agar tidak mengalami hipotermi.
Biarkan pasien mengetahuibahwa toleransi dingin berkurang
setalah obat-obatan hormon tiroid mulai menunjukkan efeknya,
biasanya 2-3 minggu.
95. R/ : Untuk mencegah kehilangan panas. Pada
hipotiriodisme, produksi panas kurang karena penurunan
metabolisme
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan faktor penurunan
metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme.
96. Tujuan :
97. setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
diharapkan pasien dapat toleran terhadap aktivitasnya.
98. Kriteria hasil :
99. Klien dapat beraktifitas secara bertahap, JDL menunjukkan
tak ada anemia
100. Intervensi:
1) Pantau :
a) Hasil laporan JDL, khususnya JDL, dan hematokrit
b) Hasil kadar T3 dan T4 serum.
101. R/ : Untuk mengevaluasi keefektifan terapi.
2) Anjurkan aktivitas-aktivitas sesuai toleransi. Anjurkan pasien
untuk istirahat dengan interval selama sehari. Jelaskan bahwa
penggantian hormon tiroid mulai menunjukkan efeknya
102. R/ : Pada hipotiroidisme, penurunan laju metabolisme
menyebabkan penurunan produksi energi, meningkatan kelelahan
istirahat membantu menghemat energi. Frustrasi kurang mungkin
terjadi bila pasien merasakan mampu menyeleseikan aktivitas
6. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme
dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
103. Tujuan :
104. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam
diharapkan proses berpikir klien kembali ketingkat yang optimal.
105. Kriteria hasil :
106. Pasien memahami tentang proses penyakit yang terjadi
pada dirinya.
107. Intervensi:
1) Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian
disekitar dirinya.
108. R/ : Meningkatkan pola pikir dan daya ingat klien tentang
sesuatu.
2) Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang tidak
bersifat mengancam
109. R/ : Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi
pasien terhadap stres
3) Beri penjelasan tentang proses penyakit yang dialami oleh pasien.
110. R/ : Memperbaiki proses berpikir dan menambah
pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
4) Kolaborasi dengan ahli Psikologi tentang terapy yang cocok untuk
masalah Proses Berpikir
111. R/ : Memperbaiki proses berpikir dan menambah
pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
112.
d. Implementasi
113. Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun
sebelumnya.
114.
e. Evaluasi
1. fungsi kardiovaskuler tetap optimal.
2. Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas menjadi
normal.
3. konstipasi tidak terjadi.
4. kebutuhan nutrisi klien adekuat.
5. toleran terhadap aktivitas.
6. proses berpikir klien kembali ketingkat yang optimal.
115. DAFTAR PUSTAKA
116.
117. Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.
118. Hartono, Andri. 2012. Medikal Bedah Buku Saku Keperawatan Pasien
dengan Gangguan Fungsi Endokrin. Tangerang Selatan : BINAPURA
AKSARA publisher.
119. Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta : Media Action.
120. Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Endokrin. Bandung : EGC.

You might also like