You are on page 1of 7

MASTECH (MASTITIS DETECTION TECHNOLOGY) METODE DETEKSI

MASTITIS BERBASIS BIOSURFAKTAN ASAL Pseudomonas sp

Faizal Agung Pratomo1), Paura Rangga Zobda2), Farras Shanda3), Muhamad Wildan4), Dimas Rizky
Eerste Putra5)
1
Prodi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya
email : pratomo_faizalagung@yahoo.com
2
Prodi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya
email : paurazobda@yahoo.com
3
Prodi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya
email : dafys_shanda@yahoo.com
4
Prodi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya
email : m.wildan25@yahoo.com
5
Prodi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya
email : dimasputra78@yahoo.com

Abstract

Today, the needs of milk in Indonesia is increasing, while in terms of quality cant meet national
needs. One reason is mastitis disease. Mastitis is inflammation of udder that marked changes in
physical and chemical milk with or without pathological of the mammary gland. Mastitis detection
currently used is California Mastitis Test (CMT), CMT weakness is expensive and use of chemicals.
so that, necessary new methods, one of which uses biosurfactants. The advantages of using
biosurfactants are environment receiving, as biodegradable and non-toxic. Biosurfactants have
potential in management and protection of the environment, so it could be mastitis detection tool.

Keywords: Milk, mastitis, CMT, biosufactants, Pseudomonas sp.

1. PENDAHULUAN kualitas (Rosena, 2010). Salah satu penyakit


Susu berperan penting dalam yang berdampak terhadap produksi susu
memenuhi kebutuhan protein hewani bagi adalah mastitis atau radang ambing.
masyarakat Indonesia. Permintaan susu dari Mastitis merupakan suatu peradangan
waktu ke waktu semakin meningkat, hal ini pada jaringan interna kelenjar susu atau
terjadi karena jumlah penduduk yang terus ambing yang ditandai oleh perubahan fisik
meningkat dan pendapatan masyarakat juga maupun kimia air susu dengan disertai atau
meningkat. Produksi susu secara nasional tanpa disertai patologis pada kelenjar
belum dapat mencukupi kebutuhan susu dalam mammae (Morin and Hurley, 2003; Salasia
negeri karena permintaan susu secara nasional dkk, 2004) dan merupakan penyakit yang
dari segi kuantitas mungkin dapat terpenuhi banyak sekali menimbulkan kerugian pada
tetapi secara kualitas belum dapat memenuhi peternakan sapi perah di seluruh dunia
keinginan produsen susu dan konsumen, (Subronto, 2003). Mastitis disebabkan oleh
sehingga produksi susu dalam negeri baru bermacam-macam penyebab (Blood and
dapat diterima sebanyak 40 % sedangkan 60 Henderson, 2007), di antaranya karena trauma
% lainnya dipenuhi dari susu impor. atau gangguan fisiologis (Andrews, 2000),
Ketidakmampuan dalam memenuhi tetapi kerugian ekonomi penyakit ini
permintaan susu tersebut dikarenakan seringkali disebabkan adanya infeksi bakteri
produktivitas sapi perah Indonesia rata-rata (Dodd and Booth, 2001), diantaranya
masih rendah baik secara kuantitas maupun Staphylococcus aureus, Streptococcus
agalactiae, Streptococcus dysgalactiae, mastitis subklinis yang bisa digunakan di luar
Streptococcus uberis (Quinn et al., 2002, tubuh sapi. Reaksi CMT harus dinilai selama
Subronto, 2003). Staphylococcus aureus 15 detik pencampuran karena reaksi lemah
menjadi perhatian khusus karena merupakan akan menghilang setelah itu (Ruegg, 2002).
patogen utama dari penyebab mastitis pada Reagen CMT adalah detergen plus bromcresol
sapi perah (Prescott et al., 2003). purple (sebagai indicator pH). Reagen terdiri
Menurut Sudono, Rosdiana, Setiawan dari alkyl aryl sulfonate 3%, NaOH 1,5%, dan
(2003) mastitis yang sering menyerang sapi indicator Broom kresol purple. Alkyl aryl
perah ada 2 macam yaitu mastitis klinis dan sulfonat merupakan sebuah deterjen yang
subklinis. Mastitis klinis tanda-tandanya dapat merupakan bahan kimia yang terdapat dalam
dilihat secara kasat mata seperti susu yang reagen Scalm Mastitis Test dan
abnormal adanya lendir dan penggumpalan mengandung pH indicator. Alkyl aryl sulfonat
pada susu, puting yang terinfeksi terasa mempunyai sensitivitas yang besar pada pH
panas,bengkak dan sensitive bila disentuh saat susu (Subronto, 2004). Sehingga diperlukan
pemerahan. Sedangkan mastitis subklinis adanya metode baru untuk mengurangi
tanda-tanda yang menunjukkan keabnormalan penggunaan bahan kimia, salah satunya
susu tidak kelihatan kecuali dengan alat bantu dengan penggunaan biosurfaktan. Keuntungan
atau metode deteksi mastitis. yang paling signifikan penggunaan bakteri
Mastitis subklinis adalah peradangan ambing surfaktan dibanding kimia surrfaktan adalah
yang tidak menunjukkan gejala klinis tetapi penerimaan lingkungan, karena kemampuan
pada pemeriksaan susu secara mikroskopik biodegradasi dan tidak beracun untuk
terdapat peningkatan jumlah sel somatik lebih lingkungan. Beberapa keuntungan dari
besar dari 400 000 sel setiap ml susu biosurfaktan diantaranya adalah toksisitas
(Sudarwanto et al. 2006; IDF 1999). Sapi yang yang rendah, biodegradibilitas, selektif,
menderita mastitis subklinis mengalami aktivitas spesifik dalam suhu ekstrem, pH, dan
penurunan produksi kualitas dan komposisi Salinitas, serta produksi melalui fermentasi.
susu. Mastitis subklinis di Indonesia mencapai Hal ini memiliki potensi dalam perlindungan
97% dari keseluruhan kejadian mastitis. dan manajemen lingkungan (Abouseoud,
Mastitis subklinis merupakan penyakit 2007).
kompleks yang dapat disebabkan oleh bakteri, Biosurfaktan dihasilkan oleh
virus, khamir dan kapang (Subronto, 2003). mikroorganisme, adanya keanekaragaman
Mastitis subklinis dianggap lebih sumber mikroorganisme menghasilkan
berbahaya karena tidak diketahui gejalanya biosurfaktan dengan struktur kimia, fungsi dan
dan menimbulkan kerugian yang sangat manfaat yang berbeda. Parra et al. (1989)
tinggi. Mastitis subklinis menyebabkan menyatakan bahwa bakteri penghasil
penurunan produksi susu mencapai 15%. biosurfaktan banyak ditemukan pada daerah
Kerugian lain disebabkan peningkatan biaya yang tercemar minyak maupun lemak. Oleh
produksi untuk pengobatan, terkadang sapi karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
yang terkena mastitis subklinis juga harus memperoleh isolat bakteri penghasil
dikeluarkan dari peternakan lebih awal karena biosurfaktan asal susu yaitu Pseudomonas sp.
biaya pemeliharaaan yang lebih tinggi dari
produksinya. Kerugian ekonomis karena 2. METODE
mastitis subklinis dapat mencapai Rp. 10 000 Rancangan penelitian
000/ekor/tahun (Rahayu 2009). Untuk Penelitian ini menggunakan desain
mengurangi kerungian akibat mastitis true experimental laboratory secara deskriptif
subklinis, siperlukan adanya alat deteksi yang bertujuan untuk mengisolasi bakteri
mastitis. penghasil biosurfaktan asal susu. Data yang
California Mastitis Test (CMT), diperoleh disajikan dalam nilai rataan atau
merupakan satu-satunya screening test untuk disajikan secara kualitatif jika uji yang
dilakukan berkaitan dengan karakterisasi Prosedur Penelitian
isolat yang diteliti. 1. Isolasi Bakteri Pseudomonas sp.
Analisis data dilakukan secara Isolasi diambil dari sampel susu segar.
deskriptif kualitatif dari hasil karakterisasi Sampel diambil berupa susu segar yang
fenotipe untuk mengetahui isolat bakteri yang berasal dari peternak rakyat dan diambil pada
di koleksi dan analisis statistik deskriptif pemerahan pukul 05.30 pagi. Pengenceran
untuk mengetahui karakterisasi profil protein. susu dilakukan dengan media pengenceran
Buffer Peptone Water 10 % menggunakan
Lokasi Penelitian micropipette. Penanaman dilakukan pada
Penelitian ini dilakukan di pengenceran 10-4, 10-5 dan 10-6 dengan
Laboratorium Mikrobiologi Program metode pour ke media TSA. Setelah inkubasi
Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya dan pada 300C selama 48 jam, dilakukan
Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH) penghitungan koloni bakteri dan seleksi
Universitas Brawijaya Malang. Sampel susu bakteri untuk pemurnian (jumlah koloni 25-
diambil langsung dari peternak disekitar 250). Kemudian dilanjutkan pemurnian ke
Malang Raya. Pelaksanaan penelitian di media TSA dengan metode streak dari koloni
laboratorium berlangsung selama 5 bulan. biakan pertama. Dilakukan inkubasi pada
300C selama 48 jam dan persiapan pembuatan
Alat dan bahan media TSA miring. Setelah 48 jam, dilakukan
Alat yang diperlukan antara lain : streak koloni bakteri single colony ke media
Cawan petri, tabung reaksi, objek TSA miring untuk memperoleh seed culture.
glass, jarum ose, Bunsen, beacker glass, 2. Uji Identifikasi Bakteri
erlenmeyer, gelas ukur, pegaduk kaca, oven, Seed culture Pseudomonas sp. yang
vortex, kulkas, timbangan elektrik, timbangan diperoleh dilakukan uji identifikasi dan
analitik, sentrifugator, inkubator, autoklaf, biokimia, yang terdiri dari pewarnaan Gram,
lampu UV, dan Laminar Air Flow (LAF). indol, MR-VP, citrate, H2S, glukosa, sukrosa,
laktosa, oksidase dan katalase.
Bahan yang diperlukan, antara lain : 3. Produksi Biosurfaktan
1. Bahan yang dibutuhkan untuk isolasi Dilakukan penanaman bakteri pada
bakteri Pseudomonas sp. adalah sampel susu minimum media yang berisi limbah tahu,
segar dari peternak dan KUD dan media TSA. vegetable oil, tetes tebu dan limbah keju
2. Bahan yang dibutuhkan untuk identifikasi (whey),dan limbah minyak goreng. Dilakukan
bakteri Pseudomonas sp. adalah media agar dengan 15 kombinasi pada nutrient broth.
(NA nutrien), oksidase stick, pepton water Penanaman ini menggunakan kadar bahan 0%,
0,1%, reagen H2O2 3 %, Kaldu MR-VP, 25%, 50%, 75% dan 100% serta dilakukan
media TSIA, medium tripton cair, media pada masa inkubasi 28, 48 dan 72 jam dengan
Simmon sitrat , bahan-bahan untuk pewarnaan 15 kombinasi.
Gram (kristal violet, safranin, acetone alkohol) 4. Uji Potensi Biosurfaktan berbasis
akuades, alkohol 70%, desinfektan. Pseudomonas sp.
3. Bahan yang dibutuhkan untuk produksi Blood Haemolysis Test
biosurfaktan adalah minimum media yang Fresh culture dari isolat yang sudah
berisi limbah tahu, vegetable oil, tetes tebu dan murni di-streak pada Blood Agar Plate dan
limbah keju (whey), Blood Agar Plate, diinkubasi 48-72 jam pada suhu 37oC. Koloni
medium Davis Minimal Broth (DMB), dan bakteri yang diamati akan terlihat clearing
minyak. zone di sekitarnya.
4. Bahan yang dibutuhkan dalam uji fungsi
deteksi mastitis adalah susu mastitis sub klinis
dan klinis. Uji Drop Collapse
Setetes suspensi sel ditempatkan pada sinar UV dan melihat koloni yang membentuk
permukaan yang dilapisi minyak dan dapat flouresensi sebagai salah satu ciri spesifik
diamati langsung kemampuan suspensi sel bakteri Pseudomonas sp. Kemudian koloni
untuk memecah lapisan permukaan minyak. yang membentuk flouresensi di bawah UV
Hasil positif menunjukan tetesan yang langsung di amati di bawah mikroskop dengan
mengandung biosurfaktan akan hancur, cara pewarnaan Gram. Dan di dapati bakteri
sedangkan tetesan non-surfaktan tetap stabil. dengan bentuk basil dengan gram negatif.
Tegangan Permukaan dengan Metode Setelah diketahui karakteristik morfologi,
Cincin Du Nouy dilakukan karakterisasi biokimia dari isolat
Seleksi bakteri penghasil penghasil bakteri berdasarkan Manual for the
biosurfaktan dilakukan menurut metoda Identification of Medical Bacteria (Barrow &
Nielsen et al., (2002) dengan cara Feltham, 1993) (tabel 1), indol, MR-VP,
menumbuhkan isolat terpilih dalam 5 ml citrate, H2S, glukosa, sukrosa, laktosa,
medium Davis Minimal Broth (DMB) yang oksidase dan katalase.
mengandung 2mM laktosa, inkubasi pada
suhu 200C selama 2 hari. Aktifitas Tabel 1. Hasil Uji Biokimia
biosurfaktan dari kultur bakteri dianalisa Uji In M V Si T G S L O K
dengan mengukur tegangan permukaan Bio d R P tr SI l u a k a
menggunakan tensiometer Du-Nouy. ki ol at A u k k s t
Selanjutnya isolat yang menunjukan mampu mia
menurunkan tegangan permukaan akan dipilih Ha - + - + H - - - + +
sil 2S
sebagai kandidat bakteri sumber biosurfaktan.
:-
Ket. : (+) menunjukkan hasil positif dan (-)
5. Uji Fungsi Deteksi Mastitis
menunjukkan hasil negatif
Dalam pengujian kandidat bakteri
penghasil biosurfaktan, kami akan melakukan
Hasil semua uji tersebut dan
simulasi dengan melihat sifat deterjen yang
dibandingkan dengan literatur yang ada bahwa
akan dihasilkan oleh kandidat bakteri
bakteri yang di dapatkan adalah Pseudomonas
penghasil biosurfaktan. Simulasi
sp,yang kemudian bakteri tersebut diisolasi
menggunakan metode kocok pada tabung
dan dimurnikan sehingga di peroleh isolat
reaksi berisi air. Tabung reaksi (1) berisi air
murni Pseudomonas sp. Penelitian ini didasari
tanpa supernatan sebagai control negatif,
dari penggunaan surfaktan sintetik sebagai
tabung reaksi (2) berisi air yang ditambahkan
bahan dasar utama untuk menguji mastitis.
deterjen sintetik sebagai kontrol positif,
Dalam penggunaan surfaktan sintetik dapat
sedangkan tabung reaksi (3) berisi air yang
berbahaya bagi makhluk hidup yang ada di
ditambahkan supernatan bakteri. Perlakuan
sekitarnya karena sifatnya yang susah di
yang dilakukan dilihat berdasar kekentalan,
degradasi oleh lingkungan dan mikroba
jenis mastitis (klinis/subklinis) dan
lainnya. Surfaktan atau deterjen ini dapat
konsentrasi biosurfaktan.
menyebabkan rusaknya membran sel dan inti
sel, melalui ikatan yang dibentuk melalui sisi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil isolasi bakteri pada sampel hidrofobik deterjen dengan protein dan lemak
susu segar yang di ambil dari peternakan sapi pada membran, membentuk senyawa lipid
perah rakyat di daerah Karang Ploso Malang protein-deterjen komplek. Senyawa tersebut
Jawa Timur. Sampel di tanam pada media dapat terbentuk karena protein dan lipid
TSA. hasil yang didapat koloni bakteri yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik,
terpisah dan di dapati 5 koloni bakteri yang demikian juga dengan deterjen, sehingga
berbeda pada setiap pengencerannya. Dari 5 dapat membentuk suatu ikatan kimia.
jenis koloni dilakukan pengamatan dibawah Rusaknya membran sel menyebabkan
keluarnya DNA dari inti sel kemudian 50%
surfaktan akan mendenaturasi histon yang 75%
mengikat DNA menyebabkan viskositas 100%
susu/DNA/surfaktan meningkat sehingga susu Keterangan : (+) menyebar dipermukaan dan
akan terlihat lebih kental (Xia, 2006). (-) tidak menyebar dipermukaan
konsentrasi dari surfaktan memiliki peranan
penting dalam proses lisis membran. Lisis
membran hanya akan terjadi bila konsentrasi Tabel 3. Hasil uji BAP dan Cincin Du Nuoy
surfaktan cukup tinggi. Berdasarkan cara kerja 24 Jam 48 Jam
Minimum
surfaktan tersebut penelitian ini di lakukan. NO Cincin Du
Media
Hasil penananam isolat bakteri BAP Nuoy
Pseudomonas sp pada 4 media yaitu limbah 1 Vegetable oil
25% + +
tahu (25%; 50%; 75%; 100%), limbah keju
50% - -
(25%; 50%; 75%; 100%), vegetable oil (25%;
Keterangan : BAP : (+) zona bening
50%; 75%; 100%) dan minyak goreng (25%;
dipermukaan dan (-) tidak ada zona bening di
50%; 75%; 100%) dengan waktu 24, 48 dan
permukaan
72 jam setelah dilakukan uji drops collapse,
Cincin Du Nuoy : (+) menyebar dipermukaan
blood agar plate dan cincin du Nuoy
dan (-) tidak menyebar di permukaan
menunjukkan bahwa media yang paling
efektif menghasilkan biosurfaktan asal
Hasil uji aktivitas biosurfaktan
Pseudomonas sp. adalah pada media vegetable
menunjukkan bahwa hasil biosurfaktan yang
oil 25% dengan waktu inkubasi selama 24 jam
terbaik yaitu pada media vegetable Oil 25%.
(Tabel 2 dan tabel 3).
Setelah diketahui hasil terbaik yaitu
supernatan/biosurfaktan yang berasal dari
Tabel 2. Hasil Uji Aktifitas Biosurfaktan
media vegetable Oil maka langsung dilakukan
Pada Minimum Media Yang Digunakan
24 Jam 48 Jam 72 Jam
uji terhadap susu yang terkena mastitis,dan
Minimum membandingkannya dengan Reagan pabrikan
NO Drops Drops Drops
Media yang sudah sering digunakan peternak sapi
Collapse Collapse Collapse
Limbah perah yaitu Carlifornia Mastitis Test. Pada uji
1 CMT (California Mastitis Test) menggunakan
Tahu
25% - - - dosis 1:1 antara Reagen dengan susu,
50% - - - kemudian untuk Reagen biosurfaktan
75% - - - dicobakan dengan dosis 0,1 ml,0,2 ml,0,3
100% - - - ml,sampai terbentuk reaksi yang sama dengan
Limbah Reagan CMT terhadap susu. Pada
2
Keju biosurfaktan susu yang di gunakan adalah
25% - - - sebanyak 2 ml per sekali uji. Hasil uji
50% - - - biosurfaktan (MASTECH) terhadap susu
75% - - - mastitis dan normal di lihat dari viskositas
100% - - -
yang terlihat (Tabel 4).
Vegetable
3
Oil
25% + + -
Tabel 4. Hasil Uji Dosis Biosurfaktan
50% + + - Terhadap Susu Di Bandingkan dengan Uji
75% - - - CMT 1:1
100% - - - NO Dosis Susu Susu
Minyak Biosurfaktan Normal Mastitis
4 (MASTECH)
Goreng
25% 1 0,1 ml +++ -
2 0,2 ml +++ + Microbiology, Thanthai Hans Roever
3 0,3 ml +++ + College, Peramabalur 621 212.
4 0,4 ml +++ +++ Tamilnadu., India.
Keterangan : (-) : sampel susu dengan Andrews, A.H. 2000. The Health of Dairy
biosurfaktan tidak sama dengan menggunakan Cattle. Blackwell Publishing. USA.
CMT Blood, D.C. and J.A. Henderson. 2007.
(+) : sampel susu dengan biosurfaktan Disease Associated with Bacteria. In : E.
hampir sama dengan menggunakan CMT H. Marth and J.L Steele. Veterinary
(++) : sampel susu dengan biosurfaktan Medicine. A Textbook of the Disease
mendekati sama dengan Bailliere Tindall, London
menggunakan CMT Barrow dan Feltham. 1993. Manual for
(+++) : sampel susu dengan biosurfaktan identification of medical bacteria. 3rd
sangat mirip dengan menggunakan CMT Edn. Cambridge University Press,
Cambridge, London.
Dari tabel diatas diatas maka dosis Dodd, F.H. and J.M. Booth. 2001. Mastitis
yang digunakan untuk mendeteksi mastitis and Milk Production. In : E. H. Marth and
adalah 0,4 ml untuk 2 ml susu atau dengan J.LSteele. Applied Dairy
perbandingan 0,4:2 (gambar 1). Terbukti Microbiology.2nd ed. Marcell Dekker
penggunaan biosurfaktan terbukti lebih aman Inc. USA.
dan ramah lingkungan karena sifatnya yang [IDF] International Dairy Federation. 1999.
mudah di degradasi oleh lingkungan dan Suggested interpretation of mastitis
beberapa mikroba. terminology. Bull Int Dairy Fed 33: 3-26.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di
Laboratorium. Edisi pertama. P.T. Raja
C Grafindo Persada. Jakarta.
B Morin, D.E. and W.L. Hurley. 2003. Mastitis
Lesson B. University of Illinois, USA
A Parra, J. L., J. Guinea, M. A. Manresa, M.
Robert, M. E. Mercade, F. Comelles and
Gambar 1. (A).Susu mastitis + biosurfaktan M. P. Bosch. 1989. Chemical
0,4 ml, (B). Susu matitis + Reagan CMT 2ml, Characterization and Physicochemical
(C). Susu mastitis + biosurfaktan 0,4ml + Behavior of Biosurfactant. J. Am. Oil
methylen blue 0,1 ml. Chem. Soc. 66: 141-145.
Quinn, P.J., B.K. Markey, M.E. Carter, W.J.
Donnely and F.C. Leonard. 2002.
4. KESIMPULAN Veterinary Microbiology and Microbial
Pseudomonas sp yang berasal dari susu segar Disease. Blackwell Science Ltd. UK. 63.
mampu menghasilkan biosurfaktan. Roosena, Yusuf. 2010. Kandungan protein
Biosurfaktan mampu bereaksi dengan susu susu sapi perah friesian holstein akibat
mastitis dengan terbentuknya viskositas. pemberian pakan yang mengandung
Biosurfaktan mampu di jadikan sebagai tepung katu (Sauropus androgynus (L.)
deteksi mastitis pada sapi perah. Merr) YANG BERBEDA. Samarinda:
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
5. REFERENSI Universitas Mulawarman
Anandaraj, B and P.Thivakaran. 2010. Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak
Isolation and Production of Biosurfactant (Mamalia) I. Edisi Kedua. Gajah Mada
Producing Organism from Oil Spilled University Press. Yogyakarta.
Soil. Journal Bioscient Technology, vol 1 Sudarwanto M. 1999. Usaha peningkatan
(3),2010,120126 p.g. Department of produksi susu melalui program
pengendalian mastitis subklinis. Di
dalam: Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap
Ilmu Kesehatan Masyarakat Veteriner;
Bogor, 22 Mei 1999. Bogor: FKH IPB.
Sudono, A. Rosdiana, F. R, Setiawan, R. S.
2003. Beternak Sapi Perah
SecaraIntensif. AgroMedia Pustaka.
Jakarta
Xia, Stephen S. 2006. The rheology of gel
formed during the California Mastitis
Test. The University of Waikato

You might also like