You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mahasiswa merupakan individu yang bersekolah di perguruan
tinggi selama kurun waktu tertentu dan memiliki tugas untuk
berusaha keras dalam studinya. Persepsi masyarakat terhadap
mahasiswa dan periode yang dijalaninya menyebabkan mahasiswa
memiliki berbagai tuntutan akademik. (Bertens, 2005)
Mengingat pentingnya tidur bagi kebutuhan tubuh manusia, maka mereka
yang seringkali tidur larut malam, dengan sendirinya harus siap menghadapi berbagai
macam risiko yang harus dia terima akibat kurang tidur. Dampak negatif dari tidur
larut malam atau kurang tidur tersebut diantaranya adalah:
1. Konsentrasi Berkurang
Siklus tidur dapat menguatkan memori dalam pikiran yang membantu seseorang
dalam berkonsentrasi. Sehingga mereka yang sering tidur larut malam akan terganggu
konsentrasinya, penalarannya, kewaspadaannya, juga kemampuannya dalam
memecahkan masalah.
2. Berdampak pada Kesehatan
Karena tidur berperan dalam melancarkan peredaran darah, memperbaiki sel-sel
tubuh, serta membantu produksi enzim dan hormon, maka mereka yang kurang tidur
dengan sendirinya akan berisiko terserang gangguan kesehatan. Bahkan, jika kurang
tidur tersebut terjadi terus menerus dan berada pada tahap kronis, maka gangguan
kesehatan yang akan muncul juga sangat serius, seperti:
tekanan darah tinggi,
penyakit jantung,
stroke,
diabetes, dan sebagainya.
3. Menjadi Pelupa
Sebuah study yang dilakukan di Perancis dan Amerika menemukan bahwa sharp
wave ripples atau peristiwa otak bertanggung jawab dalam menguatkan memori
otak, dan mentransfer data yang ada dari hipokampus menuju ke neokorteks yang ada
di otak, dimana semua kenangan jangka panjang tersimpan. Sharp wave ripples
tersebut pada umumnya terjadi disaat tidur. Itu sebabnya, mereka yang seringkali tidur
larut malam pada masa tertentu akan menjadi pelupa.
4. Penyebab Depresi
Perasaan sedih, marah, stress, dan mental lelah akan dialami oleh mereka yang
selama 7 hari berturut-turut tidurnya kurang dari 5 jam. Itu sebabnya menurut hasil
penelitian, mereka yang mengidap insomnia, memiliki kemungkinan 5 kali lebih besar
untuk terserang depresi.
5. Obesitas
Kelebihan berat badan juga mengancam mereka yang seringkali tidur larut malam.
Mereka yang dalam sehari semalam tidurnya kurang dari 6 jam, hampir 30% memiliki
kecenderungan menjadi gemuk dibanding mereka yang memiliki waktu tidur 7 9
jam perhari. Hal ini disebabkan karena pada waktu tidur terjadi penurunan leptin
(pemberi sinyal kenyang ke otak serta merangsang nafsu makan), dan peningkatan
ghrelin (perangsang rasa lapar). Mereka yang sering tidur larut malam, bukan hanya
nafsu makannya saja yang terangsang, tapi juga timbul hasrat yang kuat untuk
menyantap berbagai jenis makanan tanpa terkontrol, seperti makanan berlemak atau
makanan berkabohidrat tinggi.
6. Berpengaruh pada Kesehatan Kulit
Tidak hanya mata yang cekung, mereka yang kurang tidur juga akan terlihat pucat,
dengan kulit yang kusam, disertai garis-garis halus pada kulit wajah. Hal ini
disebabkan karena pada saat kurang tidur, tubuh akan lebih banyak melepaskan
hormon kortisol atau hormon stress. Padahal hormon kortisol dalam jumlah yang
berlebihan dapat memecahkan kolagen kulit, sementara fungsi dari kolagen itu sendiri
untuk menjaga kehalusan kulit dan untuk membuat kulit tetap elastis.
7. Meningkatkan Risiko Kematian
Dampak dari kurang tidur yang paling menakutkan adalah meningkatnya risiko
kematian.Menurut peneliti Inggris, Whitehall, mereka yang tidur kurang dari 5 7
jam sehari, akan mengalami risiko kematian yang meningkat akibat berbagai faktor,
dan mengalami risiko kematian dua kali lebih besar akibat penyakit kardiovaskuler.
8. Cepat Tua
Tidur adalah waktu tubuh membuang toxin atau racun yang seharian kita peroleh dan
memulihkan stamina dan fungsi kulit kita. Tidur larut malam akan membuat kinerja
tubuh tidak maksimal dalam membuang racun yang menyebabkan kita cepat tua.

Tuntutan akademik yang dihadapi mahasiswa menjadi stressor


bagi mahasiswa. Stressor ini berasal dari dalam diri mahasiswa
ataupun dari luar mahasiswa. Lubis & Nurlaila (2010) dan Robotham
(2008) mengatakan bahwa dalam menyelesakan akademiknya
mahasiswa dihadapkan pada kondisi ujian, kondisi adaptasi
terhadap perubahan kehidupan perkuliahan, kondisi perbedaan
bahasa yang digunakan, dan dalam hal biaya perkuliahan. Kondisi
ini juga dihadapi oleh mahasiswa tingkat akhir. Hali ini dapat
diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Maritapiska
(2003) menyatakan bahwa mahasiswa sering mengalami stressor
dalam menyelesaikan tugas akhir, baik dari dalam maupun luar diri.
Stressor dari dalam diri yang dihadapi mahasiswa tingkat
akhir seperti kesulitan mendapatkan referensi, keterbatasan waktu
penelitian, proses revisi yang berulang-ulang, kesulitan dalam hal
mencari tema, judul, sampel dan alat ukur. Sedangkan stressor yang
berasal dari luar diri seperti keterbatasan dana, dosen pembimbing
sibuk dan sulit ditemui, lamanya umpan balik dari dosen
pembimbing dan kurangnya konsultasi dengan dosen pembimbing
ketika menyelesaikan tugas akhir. (Maritapiska, 2003). Selain itu,
mahasiswa tidak hanya dituntut untuk lulus dari perguruna tinggi,
tetapi juga dituntut mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
yang tinggi ketika lulus. (Bertens, 2005).
Stressor yang dihadapi mahasiswa tingkat akhir tidak hanya
menyebabkan mahasiswa rentan stress tetapi juga rentan
mengalami gangguan tidur. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian
Gaultney (2010) terhadap 1.845 mahasiswa yang menyebutkan
27% mengalami setidaknya satu jenis gangguan tidur dan yang
paling sering dialami adalah jenis narkolepsi, hipersomnia, obstruktif
henti nafas saat tidur, dan insomnia. Hasil studi lain yang dilakukan
oleh Kushida, Simon, Grauke, Hyde & Dement (2000) terhadap 1254
responden yang mengalami gangguan tidur menyatakan bahwa
terdapat tiga jenis gangguan tidur yang paling sering terjad yaitu
insomnia, sindrome henti nafas saat tidur dan sindrome kegelisahan
saat tidur.
Stress dan gangguan tidur yang terus berlangsung dapat
mengganggu mahasiswa tingkat akhir untuk mencapai kesuksesan
akademik, yaitu lulus dengan IPK tinggi. Hal ini didukung oleh hasil
penelitian Robotham (2008) yang mencatat bahwa individu yang
mengalami stress akan merasakan dampak negatif stress seperti
sulit berkonsentrasi, mudah lupa, depresi, sakit kepala dan
berperilaku negatif, misalnya minum minuman beralkohol.
Gangguan tidur mengakibatkan perubahan kognitif, persepsi,
perhatian, suasana hati dan peningkatan resiko kecelakaan (Cabrera
& Schub, 2011). Gangguan tidur berdampak pada proses belajar,
seperti penurunan konsentrasi, motivasi belajar, kesehatan fisik,
kemampuan berpikir kritis, kemampuan berinteraksi dengan
individu atau lingkungan di kampus, dan penurunan kemampuan
menyelesaikan tugas. (Gaultney, 2010, Mayoral, 2006).
Gaultney (2010) juga menjelaskan bahwa 22% mahasiswa
yang beresiko mengalami gangguan tidur juga beresiko memiliki
Grade Point Average (GPA) rendah (GPA <2.0). Selain itu Gaultney
(2010) juga menjelaskan bahwa prestasi akademik mahasiswa
mengalami gangguan tidur lebih rendah daripada mahasiswa yang
cukup tidur.
Dilihat dari data diatas, maka penulis ingin melakukan
penelitian Hubungan Tingkat Stress Dengan Gangguan Tidur Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir di Poltekkes Kemenkes Jurusan
Keperawatan DIII Palembang Tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian, yaitu belum diketahuinya Hubungan Tingkat
Stress Dengan Gangguan Tidur Pada Mahasiswa Tingkat Akhir di
Poltekkes Kemenkes Jurusan Keperawatan DIII Palembang Tahun
2015

1.3 Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan
penelitiannya adalah :
1.3.1 Bagaimana gambaran tingkat stress pada mahasiswa
yang sedang menyelesaikan tugas akhir di Poltekkes Kemenkes
Jurusan Keperawatan DIII tahun 2015?
1.3.2 Bagaimana intensitas kejadian gangguan tidur pada
mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir di
Poltekkes Kemenkes Jurusan Keperawatan DIII Palembang tahun
2015?
1.3.3 Bagaimana hubungan tingkat stress dan gangguan tidur
pada mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir di
Poltekkes Kemenkes Jurusan Keperawatan DIII Palembang
tahun 2015?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
stress dengan gangguan tidur pada mahasiswa tingkat akhir
yang sedang menyeksaikan tugas akhir di Poltekkes Kemenkes
Jurusan Keperawatan DIII Palembang tahun 2015
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1Mengetahui gambaran tingkat stress pada
mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir di
Poltekkes Kemenkes Jurusan Keperawatan DIII
Palembang Tahun 2015
1.4.2.2 Mengetahui intensitas kejadian gangguan tidur
pada mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas
akhir di Poltekkes Kemenkes Jurusan Keperawatan DIII
Palembang
1.4.2.3 Mengetahui hubungan antara tingkat stress dan
gangguan tidur pada mahasiswa yang sedang
menyelesaikan tugas akhir di Poltekkes Kemenkes
Jurusan Keperawatan DIII Palembang Tahun 2015

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Poltekkes Kemenkes Jurusan Keperawatan
DIII Palembang
Menambah informasi kepada pendidik, mahasiswa dan staf
karyawan mengenai hubungan antara tingkat stress dengan
gangguan tidur.
1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai referensi di
perpustakaan institusi dan sebagai data awal untuk penelitian
selanjutnya.
1.5.3 Bagi Peneliti
Mendapat pengalaman langsung dalam melakukan penelitian,
memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan memperkaya pengetahuan mengenai
tingkat stres dan gangguan tidur.

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola tidur yaitu :

Aktivitas Selain
Kuliah

Tingkat Gangguan
Stress Tidur

Gambar 3.1

Peneliti memilih variabel tingkat stress untuk diteliti karena pada


kenyataannya banyak ditemukan kasus bahwa tingkat stress yang dialami
mahasiswa semakin bertambah ketika menjadi mahasiswa tingkat akhir.

Peneliti memasukkan juga kebiasaan aktivitas selain kuliah diantara


variabel tingkat stress dan variabel gangguan tidur karena dalam hal
tersebut tingkat stress tidak langsung dapat mempengaruhi pola tidur.
Jika seorang mahasiwa hanya berfokus pada kuliah dan tidak ada aktivitas
selain kuliah maka gangguan tidur kemungkinan tidak akan terjadi.

3.2 Hipotesis

Ha :Ada hubungan antara tingkat stress dengan gangguan tidur


pada mahasiswa tingkat akhir di Poltekkes Kemenkes Jurusan
Keperawatan DIII Palembang Tahun 2015

Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan gangguan tidur


pada mahasiswa tingkat akhir di Poltekkes Kemenkes Jurusan
Keperawatan DIII PalembangTahun 2015

3.3 Variabel

3.3.1 Variabel independen : Tingkat Stres

3.3.2 Variabel dependen : Gangguan Tidur

3.3.3 Variabel Prakondisi : Aktivitas Selain Kuliah

3.4 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

N Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala


o Operasional Ukur Ukur
1. Ganggua Ketidaknorm Kuesioner Kuesion 1. Tidak Ordinal
n Tidur alan tidur terdiri dari er mengala
yang dialami, 10 mi
baik secara pertanyaan ganggua
kuantitas tertutup n tidur
maupun dengan jika nilai
kualitas pilihan mean
2. Mengala
jawaban
mi
yang
ganggua
memiliki
n tidur
tingkat
penilaian jika nilai
mulai dari 1 mean
hingga 5
2. Tingkat Keadaan Kuesioner Kuesion 1. Stres Rasio
Stress atau skala stress er ringan
perasaan yang terdiri jika nilai
yang dari 10 0-10
2. Stres
mengancam pertanyaan
sedang
kesejahteraa likert dengan
jika nilai
n individu rentang
11-20
pilihan
3. Stress
jawaban :
berat
1. Tidak
jika nilai
pernah
21
2. Jarang
3. Selalu

3. Aktivitas Kegiatan Pertanyaan Kuesion 1. Kerja Nomin


Selain rutin yang pilihan er freelanc al
Kuliah dilakukan dengan e/fulltim
selama menceklis e
2. Olahrag
tingkat akhir jawaban
a
3. Organis
asi
4. Hanya
kuliah
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Desain penelitian adalah seluruh perencanaan dalam penelitian
untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis
penelitian (Polit & Hungler, 1999). Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan
cross sectional karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran hubungan antara tingkat stress dengan gangguan tidur
pada mahasiswa tingkat akhir di Poltekkes Kemenkes Jurusan
Keperawatan DIII Palembang Tahun 2015

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poltekkes Kemenkes Jurusan
Keperawatan DIII Palembang.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 Desember hingga 12
Desember 2015.
4.3 Cara Pengukuran Data
4.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer.
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh
peneliti dengan menyebarkan kuesioner pada mahasiswa
tingkat akhir yaitu tingkat 3.
4.3.2 Instrument Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pedoman observasi yang menggunakan lembar checklist
mengenai aktivitas selain kuliah pada mahasiswa tingkat akhir
dan juga menggunakan instrument kuesioner mengenai tingkat
stres dan gangguan tidur pada mahasiswa tingkat akhir.
4.4 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoadmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
tingkat akhir semester 5 di Poltekkes Kemenkes Jurusan Keperawatan
DIII Palembang Tahun 2015 yang berjumlah 89 mahasiswa.

4.5 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang
karateristiknya akan diukur dan dianggap mewakili seluruh populasi.
Sedangkan jumlah sampling yang diambil berdasarkan dengan rumus
Slovin sebagai berikut :

N keterangan: N = Besar populasi


n= n = Sampel yang
diinginkan
1 + N (d2) d = Tingkat kepercayaan
(10%)
CI = Derajat kepercayaan
(90%)

89
n=
1 + (89) (0,12)

89
n =
.1.89

n = 47.08

(dibulatkan menjadi 47)

Hasil penghitungan diatas diperoleh jumlah sampel 47 mahasiswa.


Penelitian melakukan koreksi atau penambahan jumlah sampel ebagai
antisipasi dalam menghindari data bias. Koreksi atau penambahan jumlah
sampel berdasarkan prediksi sampel drop out dari penelitian. Formula
yang digunakan untuk koreksi jumlah sampel adalah (Sastroasmoro,
2008) :

n
n =
1f
Keterangan :

n : besar sampel setelah dikoreksi

n : jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya

f : prediksi presentase sampel drop out

Jadi sampel minimal setelah ditambah dengan perkiraan sampel drop out
adalah sebagai berikut :

47
n =
10,1

n = 52 sampel

4.6 Teknik Sampling


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan Probabilitas Sampling dengan teknik random sampling.

4.7 Analisa Data

4.7.1 Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara


variabel independen tingkat stres dengan variael dependen gangguan
tidur. Dalam penelitian ini analisa data dengan bantuan program
komputer. Uji statistik yang digunakan adalah uji Kai Kuadrat (Chi Square),
dengan keputusan sebagai berikut :

1. Jika p value , Ho ditolak, berarti data sampel mendukung


adanya perbedaan atau hubungan yang bermakna (signifikan)
2. Jika p value > , Ho gagal ditolak, berarti data sampel tidak
mendukung adanya perbedaan atau hubungan yang bermakna
(signifikan) (Hastono,2001)

Dengan nilai adalah 5% (0,05)

You might also like