Professional Documents
Culture Documents
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Guillain Barre Syndrom (GBS) adalah penyakit langka yang menyebabkan tubuh
menjadi lemah kehilangan kepekaan yang biasanya dapat sembuh sempurna dalam
hitungan minggu, bulan atau tahun.
GBS mengambil nama dari dua Ilmuwan Perancis, Guillain (baca Gilan) dan
Barr (baca Barre), yang menemukan dua orang prajurit perang di tahun 1916 yang
mengidap kelumpuhan kemudian sembuh setelah menerima perawatan medis.
Penyakit ini menjangkiti satu dari 40,000 orang tiap tahunnya. Bisa terjangkit di
semua tingkatan usia mulai dari anak-anak sampai dewasa, jarang ditemukan pada
manula. Lebih sering ditemukan pada kaum pria. Bukan penyakit turunan, tidak dapat
menular lewat kelahiran, ternfeksi atau terjangkit dari orang lain yang mengidap GBS.
Namun, bisa timbul seminggu atau dua minggu setelah infeksi usus atau tenggorokan.
2. Etiologi
Karena banyak syaraf yang terserang termasuk syaraf immune sistem maka
sistem kekebalan tubuh kita pun akan kacau. Dengan tidak diperintahakan dia akan
menngeluarkan cairan sistem kekebalan tubuh ditempat-tempat yang tidak diinginkan.
Dengan pengobatan maka sistem kekebalan tubuh akan berhenti menyerang
syaraf dan bekerja sebagaimana mestinya.
3. Patofisiologi
Akibat tersering dari kejadian ini dalam petologi adalah bahwa kejadian
pencetus (virus atau proses inflamasi) merubah dalam sistem saraf sehingga
sistem imun mengenali sistem tersebut sebagai sel asing. Sesudah itu, limfosit T
yang tersensitisasi dan amkrofag akan menyerang mielin. Selain itu limfosit
mengiduksi limfosit B untuk menghasilkan antibody yang menyerang bagian
tertentu daris selubung mielin, menyebabkan kerusakan mielin (NINDS,2000).
Pada GBS, gejala sensorik cenderung ringan dan dapat terdiri dari rasa nyeri,
geli, mati rasa, serta kelainan sensasi getar dan posisi. Namun, polineuropati
merupakan motorik dominan dan temuan klienis dapat bervarisasi mulai dari
kelemahan otot hingga paralisis otot pernapasan yang membutuhkan penanganan
ventilator. Kelemahan otot rangka sering kali sangat akut sehingga tidak terjadi
atrofi otot, namun tonus otot hilang dan mudah terdeteksi arefleksia. Kepekaan
biasnya dirangsang dengan tekanan yang kuat dan pemerasan pada otot. Lengan
dapat menjdi kurus atau otot lengan kurang lemah dibandingkan dengan otot
tungkai. Gejala autonom termasuk hipotensi postural, takikardi sinus, dan tidak
kemampuan untuk berkeringat. Bila saraf kranial terlibat, paralisis akan
menyerang otot wajah, okular, dan otot orofaringeal biasanya setelah keterlibatan
lengan. Gejala saraf kranial adalah palsi wajah dan kesulitan bicara, gangguan
visual dan kesulitan menelan. Istilah palsi bulbar kadang-kadang digunakan secara
khusus untuk peralisis rahang, faring, dan otot lidah yang disebabkan oleh
kerusakan saraf kranial IX, X, dan XI, yang berasal dari medula oblongata dan
biasa disebut bulb.
4. Manifestasi klinik
Gejala awal antara lain adalah: rasa seperti ditusuk-tusuk jarum diujung jari
kaki atau tangan atau mati rasa di bagian tubuh tersebut. Kaki terasa berat dan
kaku atau mengeras, lengan terasa lemah dan telapak tangan tidak bisa
menggenggam erat atau memutar seusatu dengan baik (buka kunci, buka kaleng
dll)
Gejala-gejala awal ini bisa hilang dalam tempo waktu beberapa minggu,
penderita biasanya tidak merasa perlu perawatan atau susah menjelaskannya pada
tim dokter untuk meminta perawatan lebih lanjut karena gejala-gejala akan hilang
pada saat diperiksa.
Gejala tahap berikutnya disaaat mulai muncul kesulitan berarti, misalnya: kaki
susah melangkah, lengan menjadi sakit lemah, dan kemudian dokter menemukan
syaraf refleks lengan telah hilang fungsi.
1. kelumpuhan
2 gangguan sensibilitas
parastesia biasanya lebih jelas pada bagian distal eksremitas, muka juga
bisa di kenai dengan distribusi sirkumolar. Defesit sensori objektif
biasanya minimal. Rasa nyeri otot sering di temui seperti rasa nyeri setelah
suatu aktivitas fisik
3. saraf kranilis
yang paling sering di kenal adalah N.VI. kelumpuhan otot sering di mulai
pada satu sisi tapi kemudian segera menjadi bilateral sehingga bisa di
temukan berat antara kedua sisi. Semua saraf kranialis bisa di kenai
kecuali N.I dan N.VIII. diplopia bisa terjadi akibat terkena N.IV atau N.III.
bila N.IX dan N.X terkena akan menyebabkan gangguan sukar menelan
disfonia dan pada kasus yang berat menyebabkab pernapasan karena
paralis dan laringeus
5. kegagalan pernapasan
6. papiledema
5. pemeriksaan diagnostik
6. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ada pengotan spesifik untuk GBS, pengobatan terutama
secara simtomatis, tujuan utama pengobatan adalah perawatan yang baik dan
memperbaiki prognosisnya.
b. pertukaran plasma
c. kortikostiroid
B. KONSEP KEPERAWATAN
Gejala : Adanya kelemahan dan paralisis secara simetris, yang biasanya dimulai pada
ekstremitas bagian bawah dan selanjutnya berkembang dengan cepat
kearah atas.
Sirkulasi
Distrimia, takikardia/bradikardia
Integritras ago
Gejala : perasaan cemas dan terlalu berkonsentrasi pada masalah yang dihadapi
Tanda : tampak takut dan bingung
Eliminasi
Makanan/cairan
Neurosensori
Gejala : kebas, kesemutan yang dimulai dari kaki atau jari-jari kaki dan selanjutnya
terius naik (distribusi stoking atau sarung tangan)
Perubahan rasa terhadap posisi tubuh, fibrasi, sensasi nyeri, sensasi suhu.
Perubahan
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri tekan otot, seperti terbakar, sakit, nyeri (terutama pada bahu, pelvis,
pinggang, punggung dan bokong). Hipersensitif terhadap sentuhan.
Pernapasan
Tanda : pernapasan perut, menggunakan otot bantu napas, apnea. Penurunan atau
hilangnya bunyi napas
Pucat/sianosis
Keamanan
Gejala : infeksi virus nonspesifik (seperti infeksi saluran pernapasan atas) kira-kira
dua minggu sebelum munculnya tanda serangan
Tanda : suhu tubuh yang berfluktuasi (sangat tergantung pada suhu lingkungan)
Interaksi sosial
Penyuluhan pembelajaran
Pertimbangan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan atau paralisis otot
pernapasan
Tujuan/kriteria hasil :
Intervensi
Mandiri
c. Catat adanya kelelahan pernapasan selama berbicara kalau pasien masih dapat
berbicara.
d. Auskultasi bunyi napas, cata tidak adanya bunyi atau suara tambahan seperti
ronchi
R/ : peningkatan resistensi jalan napas dan atau akumulasi sekret akan
megganggu proses difusi gas dan akan mengarah pada komplikasi pernapasan
(seperti pneumonia)
e. Tinggikan kepala tempat tidur atau letakan pasien pada posisi duduk bersandar
Kolaborasi
f. Lakukan pemantaan terhadap analisa gas darah, oksimetri nadi secara teratur
Tujuan/kriteria hasil :
Intervensi
Mandiri
a. pantau status neurologis secara periodik seperti kemampuan berespon terhadap perintah yang sederhana
dan berspon terhadap stimulasi nyeri
b. berikan lingkungan yang aman( penghalang tempat tidur proteksi terhadap trauma
termal)
c. berikan kesempatan untuk istrahat pada daerah yang tidak mengalami gangguan
dan berikan aktivitas lain yang sesuai pada batas kemampuan pasien.
e. berikan stimulasi sensori yang sesuai, meliputi suara musik yang lembut,
televisi( berita atau pertunjukan )
R/ : pasien (biasanya sadar ) merasa terisolasi total karena terjadi paralisis dan
selama fase penyembuhan
f. sarankan orang terdekat untuk berbicara dan memberikan sentuhan pada pasien dan
untuk memelihara keterikatan dengan apa yang terjadi pada keluarga
kolaborasi
g. rujuk keberbagai sumber untuk membantu terapi wicara
j. berikan obat sesuai kebutuhan, seperti : gammma globin dosis tinggi melalui intra
vena.
R/ : hal ini dapat meningkatkan respon antibodi dalam keadaan penyakit yang
berat
Tujuan/kriteria hasil :
mempertahankan perfusi dengan tanda vital stabil, distritmia jantung terkontrol atau
tidak ada.
Intervensi
Mandiri
R/; perubahan pola tonus vasomotor menimbulkan kesulitan pada regulasi suhu
( seperti ketidakmampuan berkeringat).
Kolaborasi
e. berikan pengobatan :
- heparing
Tujuan/kriteria hasil :
Intervensi
Mandiri
Kolaborasi
Tujuan/kriteria hasil :
Intervensi
Mandiri
d. catat makanan yang di sukai/ tidak disukai oleh pasien dan termasuk dalam
pilihan diet yang di kehendakinya. Berikan makanan setengah padat/cair
R/ :meningkatkan rasa kontrol dan mungkin juga dapat meningkatkan usaha untuk
makan. Makanan lunak/ setengah padat mkmenurunkan resiko terjadinya aspirasi
Kolaborasi
R/ dapat di berikan jika pasien tidak mampu untuk menelan( jika refleks menelan
mengalami gangguan untuk pemasukan makanan, kalori , elektrolit dan mineral.
Tujuan/kriteria hasil :
Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat di atasi
Intervensi
Mandiri
Kolaborasi
Tujuan/kriteria hasil :
Mandiri
Kolaborasi
R/ : untuk menghilangkan rasa nyeri ketika metode lain yang telah di coba tidak
memberikan hasil yang memuaskan. Narkotik( kecuali kodein yang memiliki
efek yang lebih keci) harus di hindari jika masih mungkin karena obat-obat
tersebut dapat menekan pernapasan dan mempunyai efek samping terhadap
saluran pencernaan
Intervensi
Mandiri
R/ : pengetahuan dasar merupakan suatu hal yang penting untuk membuat pilihan
informasi dan berpatisipasi dalam upya rehabilitasi
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Vol.3 Edisi
8. EGC :Jakarta