You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan, salah

satunya adalah di bidang teknologi.Berbagai teknologi saat ini diberbagai

bidang mulai giat-giatnya melakukan berbagai riset dan penelitian tak

terkecuali dalam bidang farmasi.

Farmasi merupakan suatu cabang ilmu pada kesehatan dimana

farmasi mengkaji tentang obat-obatan.Farmasi merupakan salah satu

bidang profesional kesehatan yang mempunyai kombinasi dari ilmu

kesehatan dan ilmu kimia. Dalam farmasi tidak hanya mempelajari cara

membuat, mencampur, meracik formulasi obat, dan mengidentifikasi

bahan obat, tetapi juga mempelajari ilmu kimia. Salah satu ilmu kimia

yang dipelajari oleh seorang farmasis adalah kimia analisis.


Analisis Farmasi merupakan cabang dari ilmu kimia yang mempelajari

teori dan cara-cara melakukan analisis kimia baik kualitatif maupun

kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui senyawa-

senyawa yang terkandung dalam sampel yang dianalisis, sedangkan

analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui kadar yang terkandung

dalam suatu sampel.


Pada farmasi biasanya analisis farmasi dilakukan untuk

mengidentifikasi dan mengukur kadar dari suatu zat aktif atau sediaan

farmasi sebelum dipasarkan. Sediaan-sediaan yang beredar di pasaran

tidak diketahui berapa kadar senyawa aktif yang terkandung di dalamnya

karena suatu sediaan tidak hanya mengandung zat aktifnya saja tetapi

juga mengandung bahan tambahan lainnya yang berfungsi untuk menjaga

kestabilan dari sediaan tersebut agar dapat memberikan efek farmakologi

yang baik.
Salah satu zat aktif yang biasa digunakan dalam farmasi adalah

antibiotik. Antibiotik adalah agen yang digunakan untuk mencegah dan

mengobati suatu infeksi karena bakteri. Akan tetapi, istilah antibiotik

sebenarnya mengacu pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam

organisme, terutama fungi, yang menghambat pertumbuhan atau

membunuh organisme yang lain.


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penentuan kadar antibiotic golongan antibiotic

golongan beta lactam secara kuantitatif?


2. Bagaimana cara penentuan kadar antibiotic golongan antibiotic

golongan beta lactam secara kualitatif?


C. Tujuan
Untuk mengetahui uji kuantitatif dan kualitatif penentuan kadar beta

lactam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Antibiotik

Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh

mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan

secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan

bakteri dan organisme lain sedangkan Antimikroba adalah obat yang

digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia.

Antibiotika merupakan segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik,

yamg mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses suatu

proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi

oleh bakteri.

Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh

mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan

secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan

bakteri dan organisme lain sedangkan Antimikroba adalah obat yang

digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia.

Antibiotika merupakan segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik,

yamg mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses suatu

proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi

oleh bakteri.
1. Golongan Beta-Laktam

Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem,

meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim,

sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan

golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).Salah satu contoh dari

golongan beta-laktam ini adalah golongan sefalosporin dan golongan

sefalosporin ini ada hingga generasi ketiga dan seftriakson merupakan

generasi ketika dari golongan sefalosporin.

a. Golongan Penisilin
Penisilin G
Nama Umum : Benzilpenisilin
Rumus Molekul : C16H18N2O4S (BM: 334,3901)

Nama IUPAC: (2S,5R,6R) -3 ,3 dimethyl 7 ox o 6

[(2-phenylacetyl) amino]-4-thia-1-

Azabicyclo [3.2.0] heptanes - 2 -

carboxylic

Struktur :

Sifat : Potensi benzylphenicilin tidak kurang dari


1090 dan tidak lebih dari 1272 unit

benzylphenicilin tiap mg.

Pemeriaan : Serbuk hablur, putih:tidak berbau.;Sukar

larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol.

Aktifitas : Benzilpenisilin merupakan salah satu

antibiotik berspektrum sempit. Menghambat

sintesis dinding sel bakteri selama terjadinya

aktifitas penggandaan diri bakteri, yang akan

mengakibatkan kematian dinding sel bakteri dan

berefek juga sebagai bakterisidal pada bakteri

yang sensitif.
Penisilin V

Nama Umum : Fenoksimetil Penisilin (Penisilin V)

Rumus Molekul : C16H18N2O5S (BM: 350,40)

Nama IUPAC: Asam (2S,5R,6R) 3 ,3 dimetil 7 okso-

6- (2-fenoksiasetamido) 4 tia 1 -Azobiksol

[3,2,0 ] heptana - 2- karboksilat [87-08-1]

Struktur :

Sifat : Potensi penisilin V tidak kurang dari 1525 dan tidak

lebih dari 1780 unit penisilin V tiap mg.;Pemerian

serbuk hablur, putih:tidak berbau.;Tidak larut dalam


minyak lemak: sangat sukar larut dalam air, mudah

larut dalam etanol dan dalam aseton.

Aktifitas : Fenoksimetilpenisilin tahan asam dan memiliki

spektrum kerja yang dapat disamakan dengan

benzilpenisilin, tetapi kuman gram-negatif 5-10 kali

lebih lemah. Menghambat sintesis dinding sel bakteri

dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan penisilin-

protein (PBPs = Protein binding penisilins), sehingga

menyebabkan penghambatan pada tahapan akhir

transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam ;dinding sel

bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel terhambat,

dan sel bakteri menjadi pecah (lisis)

Ampisilin

Nama Umum : Ampisilin, Ampicillinum

Rumus Molekul : C16H19N3O4S (BM:349,41)

Nama IUPAC: Asam (2S,5R,6R)-6-[(R)-2-amin2

fenilacetamido] 33dimetil7okso-4-tia-1-

azabisiklo[3,2,0]-heptana-2-karboksilat [69-53-4]

(Trihidrat [7177-482])

Struktur :
Sifat : Ampisilin berbentuk anhidrat atau trihidrat

mengandung tidak kurang 900 g tiap milligram

C16H19N3O4S dihitung terhadap zat

anhidrat.;Secara komersial, sediaan ampisilin

tersedia dalam bentuk trihidrat untuk sediaan

oral dan garam natrium untuk sediaan injeksi.

;Potensi ampisilin trihidrat dan natrium penisilin

dihitung berdasarkan basis anhidrous. Ampisilin

trihidrat berwarna putih, praktis tidak berbau ,

serbuk kristal, dan larut dalam air. Ampisilin

trihidrat mempunyai kelarutan dalam air sekitar 6

mg/mL pada suhu 200C dan 10 mg/mL pada

suhu 40 0C.;Ampisilin sodium berwarna hampir

putih, praktis tidak berbau, serbuk kristal, serbuk

hidroskopis, sangat larut dalam air,

mengandung 0.9% natrium klorida. ;Pelarutan

natrium ampicilin dengan larutan yang sesuai,

maka 10 mg ampicilin per mL memiliki pH 8-

10.;Jika dilarutkan secara langsung ampisillin

trihidrat oral suspensi memiliki pH antara 5-7.5


Aktifitas : Ampisilin tahan-asam dan lebih luas spectrum

kerjanya, yang meliputi banyak kuman gram-

negatif yang hanya peka terhadap pen-G dalam

dosis i.v tinggi. Kuman gram-negatif memiliki

membran fosfolipid di bagian luar yang dapat

menghindari akses obat ke dinding sel, tapi

ampisilin dapat melewatinya melalui pori-pori.

Ampisilin efektif terhadap E. coli, H. influenza,

Salmonella dan beberapa suku Proteus.

Khasiatnya terhadap kuman gram-positif lebih

ringan daripada pen-G.

Amoksisilin

Nama Umum : Amoksisilin

Rumus Molekul : C16H19N3O5S (BM: 365.4)

Nama Kimia : (2S,5R,6R)-6-[[(2R)-2-Amino-2-(4-

hydroxyphenyl)

acetyl]amino]-3,3-dimethyl-7oxo-4-thia-1-

azabicyclo [3.2.0] heptane-2- carboxylic acid

trihydrate

Struktur :
Sifat : Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau, sukar

larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam

benxena, karbon tetraklorida, dan kloroform

Aktifitas : Antibakteri spektrum luas yang bersifat

bakterisid, efektif terhadap bakteri gram positif

dan beberapa gram-negatif yang patogen.

Bakteri patogen yang sensitif terhadap

amoxicillin adalah Staphylococcus,

Streptococcus, Enterecoccus, S.pneumoniae,

N.gonorrhoeae, H.influenza, E.coli dan

P.mirabilis. Amoksisilin kurang efektif terhadap

spesies shigella dan bakteri penghasil beta-

laktamase.

b. Golongan Sefalosporin

Sefadroksil

Nama Umum : Sefadroksil

Rumus Molekul : C16H17N3O5S (BM: 363.3883)


Nama Kimia : (6R,7R)-7-[[(2R)-2-Amino-2-(4-hydroxyphenyl)

acetyl]amino]-3-methyl-8-oxo-5-thia-1-

azabicyclo [4.2.0]oct-2-ene-2-carboxylicacid

monohydrate

Sifat : Serbuk putih atau hampir putih, larut dalam air,


sangat larut dalam etanol 96 %.

Struktur :

Aktivitas : Bersifat bakterisid dengan jalan menghambat

sintesis dinding sel bakteri, aktif terhadap

Streptococcus beta-hemolytic, Staphylococcus

aures, Streptococcus pneumoniae, E.coli,

Proteus mirabilis, Klebsiella sp dan Moraxella

catarrhalis.

Sefuroksim

Nama Umum : Sefuroksim, Cefuroxime, Cefuroxima;

Cfuroxime; Cefuroximum Kefuroksiimi


Rumus Molekul : C16H16N4O8S (BM: 424,385)

Nama IUPAC : (Z)-3-Carbamoyloxymethyl-7-[2-(2-furyl)-2-

methoxyiminoacetamido]-3-cephem-4-carboxylic

acid

Struktur :

Sifat : Serbuk putih atau hampir putih. Sedikit larut dalam air

dan alkohol; larut dalam aseton, dalam etil asetat, dan

metil alkohol. Simpan dalam wadah kedap udara.

Lindungi dari cahaya

Aktifitas : Spektrum luas golongan sefalosporin, resisten

terhadap beta-laktamase. Digunakan untuk infeksi dengan

bakteri gram-negatif dan gram-positif, gonore, dan

Haemophilus. Bersifat bakterisida. Cefuroxime efektif

terhadap bakteri berikut: aerobik Mikroorganisme Gram-


positif: Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,

Streptococcus pyogenes. Mikroorganisme Aerobik Gram-

negatif: Escherichia coli, Haemophilus influenzae (termasuk

beta-laktamase-memproduksi strain), Haemophilus

parainfluenzae, Klebsiella pneumoniae, Moraxella catarrhalis

(termasuk beta-laktamase-memproduksi strain), Neisseria

gonorrhoeae (termasuk beta- laktamase-memproduksi strain).

Spirochetes: Borrelia burgdorferi.

Seftriakson

Nama Umum : Seftriakson, Ceftriaxone

Rumus Molekul : C18H18N8O7S3 (BM: 554.58)

Nama IUPAC: (6R,7R)-7-[(2Z)-2-(2-amino-1,3-thiazol-4-yl)-2

(methoxyimino)acetamido]- 3-{[(2-methyl-5,6-

dioxo-1,2,5,6 tetrahydro -1,2,4-triazin-3- yl)

sulfanyl ]methyl} -8-oxo-5-thia-1-

azabicyclo[4.2.0]oct-2-ene-2-carboxylic acid

Struktur :
Sifat : Serbuk kristal putih kekuningan-oranye. Bebas larut

dalam air; sangat sedikit larut dalam alkohol; sedikit

larut dalam metil alkohol. PH dari larutan 10% dalam

air adalah antara 6,0 dan 8,0. Simpan dalam wadah

keda udara.

Aktivitas : Spektrum luas golongan antibiotik sefalosporin

dengan waktu paruh yang sangat panjang dan

penetrasi yang tinggi untuk meninges, mata dan telinga

bagian dalam. Untuk pengobatan infeksi (pernapasan,

kulit, jaringan lunak, infeksi saluran urine, THT) yang

disebabkan oleh S. pneumoniae, H. influenzae,

staphylococci, S. pyogenes (streptokokus grup A beta-

hemolitik), E. coli, P. mirabilis, Klebsiella sp, koagulase-

negatif Staph.

Sefatoksim

Nama Umum : Sefatoksim

Rumus Molekul : C16H16N5NaO7S2 (BM: 455,46)

Nama Kimia : (7R) -7 - [ (Z) -2- (aminothiqzol -4- yl )-2

(methoxyimino) acetamido] cephalosporonate


Struktur :

Sifat : Serbuk berwarna putih atau hampir kuning,

higroskopik.Larut baik dalam air, larut sebagian

dalam metil alkohol.

Aktivitas : Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan

berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein -

penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs) yang

selanjutnya akan menghambat tahap

transpeptidasi sintesis peptidoglikan dinding sel

bakteri sehingga ;menghambat biosintesis

dinding sel. Bakteri akan mengalami lisis karena

aktivitas enzim autolitik (autolisin dan murein

hidrolase) saat dinding sel bakteri terhambat.

Sefepim

Nama Umum : Sefepim,cefepime

Rumus Molekul : C19H24N6O5S2 (BM: 480.56)

Nama IUPAC : 7-aminocephalosporanic acid


Struktur :

Sifat : Generasi keempat dari cephalosporin dan

merupakan

suatu molekul zwitter ion. Kebanyakan turunan

semisintetik dan strukturnya berhubungan

dengan analog rumus bangunnya yang telah

diidentifikasi sebagai dasar molekul

cephalosporin (7-aminocephalosporanic acid),

yang terdiri dari suatu cincin hexagonal

(dihydrothiaziolidine) yang dipadukan ke dalam

cincin betalactam. Molekul dasar ini adalah

sebagai inti cephem. Penggantian pada posisi

3 dan 7 telah dibuat untuk meningkatkan

spektrum antimikrobial dan sifat farmakokinetik

dari cephalosporins

Aktivitas : Cefepime telah terbukti kemampuan

bakterisidalnya melalui analisis time- kill (killing-

curves) dan penentuan minimum bactericidal

concentrations (MBC) pada berbagai jenis

bakteri. Rasio MBC/MIC cefepime adalah < 2

untuk lebih dari 80% dari seluruh isolat spesies

gram positif dan gram negative yang diuji.


Cefepime juga sinergis dengan aminoglikosida

secara in vitro, terutama pada isolat

Pseudomonas aeruginosa.Konsentrasi cefepime

terdistribusi luas pada berbagai jaringan & cairan

tubuh yang spesifik sehingga ideal sebagai

pilihan terapi empiris berbagai kasus infeksi.

Metabolisme Hepatik 15%, Waktu Paruh 2 jam,

Ekskresi Renal 7099%.

B. Reaksi Pendahuluan
sifat higroskopis
keasaman
bentuknya : penicillin garam N dan K, tetrasiklin garam HC
lreaksi warna :

Untuk zat yang tidak berwarna :

1. 2 cc lart. + 2cc H2SO4


2. 2 cc lart. + 2 cc Na OH +m4 cc piridin panakan
3. 2 cc lart.+ 5 tetes Cu(NH3)2 (NO3)2diamkan 2 menit kemudian

panaskan
4. 2cc lart. + 1 tetes NaOH 10% panaskan, netralkan dengan HCl +

1tetes FeCl3
5. 2cc lart. + 5 tetes reagen Nessler + Na Nitroprusid + NaOH
6. reduksi dengan Zn + HCl panaskan + NaOH 10% kocok + ureum +

naphtol dalam NaOH

Untuk zat yang memberi warna dalam air :

1. 2 cc lart + 10 tetes HNO3 kocok panaskan dalam air

2. 2 cc lart + 10 tetes H2SO4 kocok dan panaskan 2 menit


3. 2 cc lart + 2 tetes FeCL3 kocok kemudian panaskan

4. 2 cc lart + 2 tetes Cu(NH3)2(NO3)2 kocok panaskan

5. 2 cc lart + 2 cc NaOH 40% pyridine panaskan 2 menit

reaksi warna dengan H2SO4

reaksi kristal ; yang paling baik adalah reaksi krista dengan aceton air

Beberapa antibiotika yang sering dijumpai :

1. Penisilin:
Bau spesifik

+ 5 tetes Cu(NH3)Nitrat, panaskan : hijau kuning

+ H2SO4 pekat + resorsin, panaskan : kuning hijau

C. Uji Kualitatif dan Kuantitatif golongan beta-laktam

Prinsip uji kualitatif pada golongan antibiotic berdasarkan Reaksi

oksidasi-reduksi (amoxicillin). Titrasi-titrasi redoks berdasarkan pada

perpindahan elektron antara titran dan analit. Jenis titrasi ini biasanya

menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir, meskipun

demikian penggunaan indikator yang dapat berubah warnanya dengan

adanya kelebihan titran juga sering digunakan.

Uji kuantitatif:

1. Titrasi alkalimetri
2. Titrasi bebas air
3. High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
4. Spektrofotometri UV
Dasar dari metode spektrofotometri UV untuk penetapan kadar

sefadroksil ini adalah adanya gugus fenil yang berlaku sebagai

kromofor dan gugus hidroksil yang berfungsi sebagai

auksokrom.Penetapan kadar sefadroxil secara spektrofotometri visibel

menggunakan pereaksi etil asetoasetat dan formaldehid. Metode

spektrofotometri visibel dapat digunakan sebagai alternatif untuk

menentukan kadar sefadroksil dalam sediaan farmasi. Metode ini

didasarkan pada terbentuknya produk berwarna kuning (maks 367

nm) dari reaksi antara sefadroksil dengan hasil kondensasi 2 mol etil

asetoasetat dan 1 mol formaldehid dalam suasana asam (pH 3,5) pada

45C selama 20 menit.


5. Penetapan Kadar Amoxicilin dengan Titrasi Iodometri Metode titrasi

iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu

larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri)

adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi

kimia Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses

iodometri adalah natrium thiosulfat. Garamini biasanya


1. Analisis Penisilin
Penetapan kadar Penisilin-V menurut farmakope III

Penisilina jumlah pereaksi yang digunakan harus terlindung

dari kontaminasi dengan jasad renik yang menghasilkan penisilinase

pada 90 mg ditimbang seksama dan tambahkan 2 ml larutan jenuh

natrium bikarbonat P dan 4 ml air, biarkan selama 5 sampai 10 menit


hingga melarut sempurna sambil sewaktu-waktu dikocok. Tambahkan

80 ml air dan sambil tetap dikocok, 1 ml asam klorida 1 N, encerkan

dengan air secukupnya hingga 100,0 ml.

Penetapan kadar penisilin-V menurut farmakope IV

Lakukan penetapan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi

seperti yang tertera pada kromatografi. Fase gerak buat campuran air-

asetetonitril P-asam asetat glasial P (650:350:5,75), saring dan

awaudarakan, jika perlu lakukan penyusaian menurut kesesuaian

system seperti yang tertera pada kromatografi.

Larutan baku timbang seksama sejumlah kalium penisilin V

BPFI larutkan dalam fase gerak gerak hingga kadar lebih kurang 2,5

mg per ml. Larutan uji timbang seksama lebih kurang 125 mg zat uji

masukkan kedalam labu tentu ukur 50-ml, encerkan dengan fase

gerak sampai tanda. Larutan resolusi, buat larutan dalam fase gerak

yang mengandung 2,5 mg kalium penisilin G dan 2,5 mg kalium

penisilin V per ml.


System kromatografi lakukan yang seperti tertera pada

kromatografi. Kromatografi cair kinerja tinggi lengkapi dengan detector

254 nm dan kolom 4 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju aliran

lebih kurang 1 ml permenit. Lakukan kromatografi terhadap larutan

resolusi, rekam respon puncak yang tertera pada prosedur: waktu

retensi relative penisilin G dan penisilin V masing-masing adalah lebih


kurang 0,8 dan 1,0, efisiensi kolom yang ditentukan dari puncak

penisilin V tidak kurang dari 1800 lempeng teoritis, dan resolusi, R,

antara puncak penisilin G dan penisilin V tidak kurang dari 3,0.

Lakukan kromatografi terhadap larutan baku, rekam respon puncak

seperti yang tertera pada prosedur: simpangan baku relative pada

penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.


Metode titrasi iodometri
Sampel dilarutkan dalam air dan larutan dicairkan hingga

mengandung sekitar 2,5 mg penicillin dalam 5 ml. Selanjutnya 5 ml

aliquot, B dan S, dipipet kedalam labu iodin secara terpisah. 5 ml

laruan buffer dan 10 ml larutan iodin ditambahka kedalam labu yang

mengandung B. Labu ditutup dan ditempatkan ditempat gelap selama

20 menit pada suhu ruangan. Setelah itu kelebihan iodin dititrasi

dengan 0,01 N tiosulfat dengan amilum sebagai indikator. Aliquot S

ditambahkan 1 ml NaOH 1 N. Setelah 20 menit pada suhu ruangan, 5

ml buffer dan 10 ml larutan iodin ditambahka dan campuran

ditempatkan ditempat gelap selama 20 menit dan kemudian dititrasi

dengan 0,01 N tiosulfat.


Masalah stabilitas yang utama dalam senyawa-senyawa

penisilin adalah hidrolisis cincin - laktam. Jika cincin - laktam

terbuka, maka akan mengkonsumsi iodium. Tiap 1 mol cincin -

laktam yang terbuka akan bereaksi dengan 8 ekuivalen iodium,

sementara cincin - laktam yang utuh tidak akan bereaksi dengan


iodium dalam jenis titrasi ini, iodium berlebihan ditambahkan pada

sampel penisilin dan iodium sisa (yang tidak bereaksi) dititrasi kembali

dengan larutan baku natrium tiosulfat.


Cincin -laktam pada penisilin dipecah oleh alkali atau

penisilinase menjadi asam penisiloat yang dapat ditetapkan kadarnya

karena asam ini dapat mengikat iod sedangkan penisilin tidak dapat

mengikat iod. Selain itu penisilin dapat menggunkan metode asidi-

alkalimetri, Setiap molekul panisilin membentuk satu gugus karboksil

yang dapat dititrasi dengan baku alkali.

Pada metode spektrofotometri, spektrum absorbansi dari

penisilin pada daerah ultraviolet disebabkan oleh kromofor pada gugus

R. Benzil penisilin menunjukkan panjang gelombang maksimal 257

dan 263 nm. Hal ini disebabkan adanya gugus benzyl pada

molekulnya
DAFTAR PUSTAKA

Journal of Pharmaceutical and Biomedical.Vol 7 N0.12, 1998.Determination

of residues oftetracycline antibiotics in animal tissues by high-

performance liquid chromatography.

Susidarti dkk. 2008. Penetapan Kadar Sefadroxil Secara Spektrofotometri

Visibel Menggunakan Pereaksi Etil Asetoasetat Dan Formaldehid.

Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.

Windiarti,Rai Devi. 2013. Penetapan Kadar Tetrasiklin HCL Dengan Metode

Spektrofotometri Uv-Vis. Tasikmalaya: STIKES Bakti Tunas Husada.

Yuningsih. 2010. Keberadaan Residu Antibiotika Dalam Produk Peternakan

(Susu Dan Daging). Bogor: Balai Penelitian Veteriner

Journal of Pharmaceutical and Biomedical.Vol 7 N0.12, 1998.Determination

of residues oftetracycline antibiotics in animal tissues by high-

performance liquid chromatography.


Susidarti dkk. 2008. Penetapan Kadar Sefadroxil
Secara Spektrofotometri Visibel Menggunakan
Pereaksi Etil Asetoasetat Dan Formaldehid.
Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada.
Windiarti,Rai Devi. 2013. Penetapan Kadar Tetrasiklin HCL Dengan Metode

Spektrofotometri Uv-Vis. Tasikmalaya: STIKES Bakti Tunas Husada.

Yuningsih. 2010. Keberadaan Residu Antibiotika Dalam Produk Peternakan

(Susu Dan Daging). Bogor: Balai Penelitian Veteriner

You might also like