You are on page 1of 16

ANALISIS BPJS

Pengertian BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan Badan


Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan
jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai
Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta
keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.

BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek)


merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak
tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014.
BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang dikelola oleh PT
Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Askes
Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk
untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. Sesuai Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merupakan badan
hukum nirlaba. Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan
menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi
jaminan kesehatan PT Askes Indonesia menjadi BPJS Kesehatan dan lembaga jaminan sosial
ketenaga kerjaan PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.[1] Transformasi PT Askes
dan PT Jamsostek menjadi BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan
menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi BPJS
Ketenagakerjaan. Lembaga ini bertanggung jawab terhadap Presiden. BPJS berkantor pusat
di Jakarta, dan bisa memiliki kantor perwakilan di tingkat provinsi serta kantor cabang di
tingkat kabupaten kota.
CAKUPAN BPJS

Rung lingkup dari Jaminan Sosial Tenaga Kerja meliputi :

1. Jaminan Kecelakaan Kerja

Program ini memberikan kompensasi/santunan dan pengantian biaya


perawatan bagi tenaga kerja yang mengalami kematian atau cacat karena kecelakaan
kerja baik fisik maupun mental, dimulai dari berangkat kerja sampai kembali ke
rumah atau menderita sakit akibat hubungan kerja.

Manfaat program JKK

a. Biaya Transport (Maksimum)

- Darat Rp 750.000,-

- Laut Rp 1.500.000,-

- Udara Rp 2.000.000,-

b. Bagi yang tidak mampu bekerja, peserta Jamsostek akan tetap mendapat upah

- Empat (4) bulan pertama, 100% upah

- Empat (4) bulan kedua, 75% upah

- Selanjutnya 50% upah

c. Biaya Pengobatan/Perawatan Rp 20.000.000,- (maksimum)

d. Santunan Cacat

- Sebagian-tetap: % tabel x 80 bulan upah

- Total-tetap

- Sekaligus : 70 % x 80 bulan upah


- Berkala (2 tahun) Rp 200.000,- per bulan

- Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan upah

e. Santunan Kematian

- Sekaligus 60 % x 80 bulan upah

- Berkala (2 tahun) Rp. 200.000,- per bulan

- Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-

f. Biaya Rehabilitasi: Patokan harga RS DR. Suharso, Surakarta ,ditambah 40 %

- Prothese anggota badan

- Alat bantu (kursi roda)

g. Penyakit akibat kerja, tiga puluh satu jenis penyakit selama hubungan kerja dan 3
tahun setelah putus hubungan kerja.

Iuran untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian
besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada
iuran.

Kelompok I = Premi sebesar 0,24% x upah kerja sebulan

Kelompok II = Premi sebesar 0,54% x upah kerja sebulan

Kelompok III = Premi sebesar 0,89% x upah kerja sebulan

Kelompok IV = Premi sebesar 1,27% x upah kerja sebulan

Kelompok V = Premi sebesar 1,74% x upah kerja sebulan.

2. Jaminan Kematian
Program ini memberikan pembayaran tunai kepada ahli waris dari tenaga kerja
yang meninggal dunia sebelum umur 55 tahun. Manfaat Program JK Program ini
memberikan manfaat kepada keluarga tenaga k erja seperti:

a. Santunan Kematian: Rp 10.000.000,-

b. Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,-

c. Santunan Berkala: Rp 200.000,-/ bulan (selama 24 bulan)

Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dengan
jaminan kematian yang diberikan adalah Rp. 12.000.000 terdiri dari Rp. 10.000.000
santunan kematian dan Rp. 2.000.000 biaya pemakaman dan santunan berkala.

3. Jaminan pemeliharaan Kesehatan

Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja, untuk itu program ini
memberikan pelayanan berupa rawat jalan, rawat inap, pemeriksaan kehamilan dan
pertolongan persalinan, penunjang diagnostik, pelayanan khusus dan gawat darurat
bagi tenaga kerja dan keluarganya yang menderita sakit. Setiap tenaga kerja yang
mengikuti program JPK, akan mendapatkan Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK)
sebagai bukti diri untuk mendapat pelayanan kesehatan. Cakupan pelayanan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan adalah :

a. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama

Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter umu atau dokter gigi di
Puskesmas, klinik, balai pengobatan atau dokter praktek.

b. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan

Pemeriksaan dan pengobatan yang dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar
rujukan dokter

c. Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit


Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta yang memerlukan perawatan
di ruang rawat inap Rumah Sakit

d. Pelayanan Persalinan

Pertolongan persalinan yang diberikan kepada tenaga kerja wanita berkeluarga/


istri tenaga kerja peserta program JPK maksimum sampai persalinan ketiga

e. Pelayanan Khusus

Pelayanan rehabilitasi atau manfaat yang diberikan untuk mengembalikan fungsi


tubuh

f. Gawat Darurat

Pelayanan yang memberikan pertolongan segera, yang bila tidak dilakukan dapat
membahayakan jiwa

Adapun iuran yang harus dibayarkan adalah sebagai berikut :

- 3 % dari upah tenaga kerja (maks Rp. 1.000.000 ) untuk tenaga kerja lajang

- 6% dari upah tenaga kerja (maks Rp. 1.000.000 ) untuk tenaga kerja
berkeluarga

- Dasar perhitungan persentase iuran dari upah setinggi-tingginya Rp.


1.000.000,-

Keempat program tersebut, 3 dalam bentuk jaminan uang (JKK, JK dan JHT), dan
1 dalam bentuk jaminan pelayanan (JPK).

4. Jaminan hari tua


Program ini adalah berupa tabungan selama masa kerja yang dibayarkan
kembali pada umur 55 tahun atau atau telah memenuhi persyaratan tertentu.

Iuran Program Jaminan Hari Tua:

a. Ditanggung Perusahaan = 3,7%

b. Ditanggung Tenaga Kerja = 2%

Premi jaminan hari tua (JHT) yang dibayar pemberi kerja tidak dimasukkan
sebagai penghasilan karyawan (tidak menambah penghasilan bruto karyawan).
Pengenaan pajaknya akan dilakukan pada saat karyawan yang bersangkutan
menerima Jaminan Hari Tua dari PT. Jamsostek. Premi jaminan hari tua yang dibayar
sendiri oleh karyawan merupakan pengurang penghasilan bruto bagi karyawan dalam
perhitungan PPh karyawan tersebut.

Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul


ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:

- Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap

- Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun dengan


masa tunggu 1 bulan

- Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI.

KASUS-KASUS BPJS YANG TERJADI AKHIR-AKHIR INI

Kasus Penolakan Pasien BPJS di Bogor

BOGORErma Yunada (27), warga Kampung Sudimampir, Desa Cimanggis,


Kecamatan Bojonggede, tidak diizinkan pulang oleh petugas Rumah Sakit Bersalin di
Kecamatan Tanah Sareal, pasca melahirkan, Minggu (15/11/2015).
Erma dan bayi perempuannya kini masih tertahan di rumah sakit tersebut. Kepada
Radar Bogor, kakak ipar Erma, Mora mengatakan, Erma dianjurkan bidan melahirkan di
rumah sakit. Sebab, Minggu (15/11/2015) pagi, air ketubannya pecah.

Menurut keterangan bidan yang merawatnya, jika Erma tak segera ditolong,
dikhawatirkan akan terjadi hal yang tidak diinginkan.

Oleh karena itu, kami memutuskan membawa dia ke rumah sakit ini. Sama petugas
rumah sakit, kami disuruh menandatangani berkas. Isi berkas itu, jika melahirkan caesar
maka Erma akan membayar Rp4 juta. Jika normal, diminta membayar kurang dari Rp7 juta.
Dalam keadaan kalut saya pun langsung menandatangani berkas itu, kata Mora.

Saat akan dilakukan pembayaran, Erma hanya bermodalkan kartu BPJS. Seketika petugas
rumah sakit menolaknya.

Mereka (pihak rumah sakit, red) mengatakan tidak menerima pembayaran


melahirkan normal menggunakan BPJS. Padahal sudah jelas di tagline rumah sakit itu ada
tulisan menerima pasien BPJS, keluhnya.

Ketika wartawan koran ini hendak mengonfirmasi ke pihak rumah sakit, sekuriti
rumah sakit tidak mengizinkan.

Itu peraturan rumah sakit, kata salah satu petugas sekuriti, Bugi.

Sementara itu, bagian verifikasi BPJS Center Bogor, Aulia mengaku bahwa pihaknya
belum menerima laporan dari pasien atas nama Erma Yunada. Ia mengatakan, harus
memeriksa terlebih dahulu apakah pasien tersebut masuk dari jalur umum atau BPJS.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga harus mengetahui data lengkap pasien, dan nomor BPJS-
nya. Setelah itu, baru diketahui apakah pihak rumah sakit yang salah, atau dari pihak korban.

TalukKuantan, Zamrudtv-- Penyidik Kejaksaan Negeri Kabupaten Kuantan Singingi,

Kasus Penghentian Pasien BPJS di RSUD, Kejari Kuansing Panggil Direksi RSUD
Provinsi Riau melakukan pemanggilan terhadap jajaran Direksi Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) dan instansi terkait. Pemanggilan itu dalam rangka meminta keterangan penyebab
terjadinya kekurangan obat sehingga tidak bisa melayani pasien BPJS.
"Kami memanggil inststansi terkait, agar jelas persoalannya dan membantu
mencarikan solusi terbaik agar polemik tidak berlarut - larut," kata Kepala Seksi Intelijen
Kejari Kuansing Revendra di Teluk Kuantan, Sabtu.

Ia mengatakan, Kejari ingin mengetahui apa sebenarnya yang terjadi sehingga pasien
BPJS tidak mendapatkan pelayanan pengobatan secara optimal di rumah sakit pemerintah,
sementara dana telah dianggarkan pada tahun 2016.

Penyidik akan melihat sejauhmana penggunaan dana yang telah di kucurkan melalui
APBD, khawatirnya terindikasi penyalahgunaan sehingga stock obat yang dibelikan tidak
mencukupi, selain mengklarifikasi persoalan yang terjadi akhir - akhir ini akibat tersebut.

"Kami baru meminta keterangan, jika terindikasi korupsi akan dilakukan


pendalaman," sebutnya.

Pasien peserta Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) semestinya dapat


dilayani dengan baik, karena kewajiban pasien telah disetor selama ini sehingga hak sebagai
anggota harus diberikan, agar persoalannya menjadi jelas penyidik meminta keterangan dari
berbagai pihak yang berakaitan langsung.

Kejari juga berharap ada solusi dari berbagai polemik itu sehingga persoalannya tidak
berlarut -larut dan merugikan masyarakat banyak, sementara PNS sendiri gajinya telah
dipotong langsung.

Salah satu warga Kuantan Singingi Yn (45) mengatakan, Pemerintah Daerah


Kuansing telah memotong langsung gaji PNS setiap bulan, mestinya dana itu disetor
langsung kepada BPJS, sehingga tidak ada persoalan yang dihadapi pengelola jasa kesehatan
itu dalam menyediakan obat - obatan.

"Uang PNS itu kemana, mengapa Pemkab tidak mengutamakan pembayaran itu,"
ujarnya dikutip antara. Menurutnya, polemik yang terjadi di RSUD harus bisa didalami oleh
penegak hukum, agar jelas persoalannya dan tidak saling menyalahkan hingga terjadi
konflikasi, masyarakat dirugikan.
PENDAPAT MUI KELUARKAN FATWA BPJS

Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada bulan Syaban 1436 H / Juni 2015 mengeluarkan
Fatwa yang menyatakan bahwa Program Ini Haram (terdapat sebagian ketentuan yang tidak
sesuai dengan prinsip syariah).

Fatwa MUI ini didasarkan hasil Ijtima Ulama Komisi Fatwa dengan alasan
pengelolaan BPJS tidak sesuai dengan Syariah Islam karena didalamnya terindikasi terdapat
unsur Riba (tambahan; al. biaya denda jika peserta terlambat membayar), Ghahar (penipuan;
al. kurangnya transparansi pengelolaan keuangan) dan Maisir (perjudian; al. peserta
mendapatkan dana yang lebih besar dari premi yang disetorkan atau tidak mendapatkan
kompensasi apa-apa jika tidak melakukan pemeriksaan atau tindakan medis) tetapi juga
disampaikan bahwa fatwa MUI bersifat legal opinion yang tidak mengikat dan program ini
masih dapat diperbolehkan selama kondisi mendesak seperti saat ini apalagi bagi ummat
Islam yang belum mampu, dan pemerintah diharapan segera untuk melakukan perbaikan agar
program baru pengganti yang memenuhi prinsip syariah.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) belum lama ini mengeluarkan fatwa BPJS
Kesehatan tidak sesuai syariah yang cukup mengejutkan banyak pihak. Dalam Surat
Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI yang diperoleh dari Sekretariat MUI di Jakarta,
Kamis (30/7/2015) disebutkan beberapa dasar penetapan fatwa tersebut. MUI menjelaskan
dalam Alquran ada beberapa surat yang dijadikan dalil fatwa itu, yaitu QS Al-Baqarah: 275-
280, QS Ali Imran: 130, QS An-Nisa: 36-39, QS Al-Baqarah: 177, QS At-Taubah: 71, dan QS
Al-Maidah: 2.

Selain dalil Alquran, MUI juga menyebut sepuluh hadis, ijma ulama dan beberap
fatwa DSN MUI sebelumnya juga menjadi pertimbangan dalam mengeluarkan fatwaBPJS
Kesehatan haram. Dari aspek dalil 'aqli, MUI menilai bahwa sistem jaminan sosial
seharusnya berpedoman pada asas tolong-menolong, individunya saling menjaamin satu sama
lain, dan wilayahnya merasakan kecintaan persaudaraan, serta itsar atau mendahulukan
kepentingan orang lain. Jika hal itu terjalin, maka masyarakat akan terbentuk secara kukuh,
kuat dan tidak terpengaruh oleh goncangan-goncangan yang terjadi. Dengan demikian wajib
bagi setiap individu umat Islam untuk memenuhi batas minimal kebutuhan hidup seperti
sandang, pangan, papan, pendidikan, sarana kesehatan, dan pengobatan.
Jika hal-hal pokok itu tidak terpenuhi, maka bisa jadi menyebabkan terjadinya
tindakan-tindakan kriminal, bunuh diri, dan terjerumus pada perkara-perkara yang hina dan
rusak, serta bangunan sosial masyarakat akan runtuh.

FAKTOR-FAKTOR BPJS YANG TERJADI PADA SAAT INI

Hingga Saat ini program BPJS kesehatan masih didera 3 masalah utama. Diantaranya
perihal kepesertaan, biaya operasional dan pelayanan.

1. Hal yang paling mendasar dan seringkali menimbulkan polemik ialah


kepesertaan

Dimana sampai detik ini BPJS Kesehatan telah mengeluarkan 2 macam kartu
yang berbeda. Kartu yang pertama didominasi dengan logo BPJS Kesehatan serta
Jaminan Kesehatan nasional sementara kartu yang kedua bertuliskan kartu Indonesia
sehat dengan logo dan tulisan BPJS Kesehatan dengan ukuran lebih kecil. Disini
bukan membahas masalah ukuran logo atau kartu namun kenyataan dilapangan
memang mengatakan demikian perbedaan kedua kartu tersebut cenderung
menimbulkan diskriminasi pelayanan.

Pemegang kartu KIS( Kartu Indonesia Sehat) merupakan warga miskin yang
iuranya di tanggung pemerintah. Bagi pemegang kartu BPJS kesehatan peserta
mandiri saja seringkali mendapat pelayanan yang kurang memuaskan apalagi mereka
yang memegang kartu KIS?. Tentu miris jika kita berobat menggunakan kartu KIS
disandingkan dengan Kartu BPJS kesehatan lebih parah lagi jika disandingkan
dengan mereka yang menggunakan Asuransi swasta /premium. Tentu mendapat
perlakukan berbeda meski tak tampak secara terang-terangan.

2. Masalah BPJS kesehatan yang kedua ialah mengenai baiaya operasional

Tidak seimbangnya antara klaim dari ribuan fasilitas kesehatan dengan iuran
premi yang diterima oleh BPJS Kesehatan sehingga sampai tahun ini BPJS kesehatan
masih mengalami defisit anggaran sebesar 6 triliun rupiah. Hal ini
dikarenakan perilaku curang beberapa peserta yang hanya mendaftar dan membayar
BPJS kesehatan ketika sedang sakit dan tidak meneruskan membayar ketika sudah
sembuh

Padahal baiaya yang telah dikeluarkan BPJS Kesehatan untuk penyakit yang
dideritanya belasan bahkan ratusan juta rupiah. Harapan kita masyarakat sadar jika
mereka telah mendaftar sebagai peserta BPJS kesehatan secara rutin membayar iuran
meski sudah sembuh. Semoga pihak BPJS kesehatan dengan pakar pakar asuransi
menemukan sistem yang bisa mengurangi kecurangan tersebut, terlebih bisa
meniadakanya. Hal lain yang juga penting dilakukan adalah terus mengampanyekan
perilaku hidup sehat sebagai upaya pencegahan. Perilaku hidup sehat dapat
menghindarkan seseorang dari penyakit berat, sehingga biaya perawatan dan
pengobatannya ketika sakit pun tak terlalu besar.

3. Pelayanan merupakan masalah BPJS kesehatan yang paling sering


mendapatkan komplain

Banyak cercaan dari tokoh-tokoh politik yang ingin mencari citra seringkali
hanya melihat sisi buruknya saja tanpa melihat dari sudut pandang berbeda. Peserta
sering merasa tidak dilayani secara maksimal, masih harus membayar karena stok
obat kosong harus mencari ke apotik yang belum bekerjasama dengan BPJS
kesehatan. Sementara para dokter mengeluh minimnya upah yang tak sebanding
dengan keahliannya. Sedangkan fasilitas kesehatan menjerit klaim yang tak
bisa dibayar dikarenakan perubahan-perubahan peraturan direksi yang belum
diketahui.

SISI POSITIF DAN NEGATIF BPJS

Sisi positif

BPJS Kesehatan dinilai berdampak positif Rp 18,6 triliun bagi


ekonomi Indonesia

BPJS dan JKN berguna bagi masyarakat miskin untuk mendapatkan akses kesehatan.
BPJS ini lebih menonjolkan pada sistem rujukan. Jadi di sini pasien yang lebih
diuntungkan, karena bisa memilih berobat ke dokter umum, dokter spesialis, dokter
subspesialis atau tenaga kesehatan lainnya. Karena di era SJSN (Sistem Jaminan
Sosial Nasional), setiap pasien berhak mendapatkan fasilitas kesehatan primer
(praktik dokter umum, klinik pratama, dan puskesmas) dan sekunder (praktik dokter
spesialis, klinik utama, dan rumah sakit).

Sisi negatif

Sisi negatif adalah keberadaan puskesmas. Selain pasiennya sangat banyak, mutu
layanannya juga kurang bagus karena pelayanan medisnya bukan dilakukan oleh
dokter. Jadi kalau semua puskesmas dijadikan pemerintah sebagai provider BPJS,
dikhawatirkan pelayanan terhadap kesehatan masyarakat akan terbengkalai.

BPJS Kesehatan telah menimbulkan kecemburuan sosial akibat perlakuan yang


diskriminatif dalam pelaksanaannya.

Adanya List kenaikan iuran utk tiap-tiap kelas perawatan BPJS Kesehatan
merupakan :

Buat Kelas I, naik dari Rupiah 59.500 per orang per bln, jadi Rupiah 80.000 per
orang per bln.

Buat Kelas II, naik dari Rupiah 42.500 per orang per bln, jadi Rupiah 51.000 per
orang per bln.

Buat kelas III, naik dari Rupiah 25.500 per orang per bln, jadi Rupiah 30.000 per
orang per bln.

Kenaikan iuran buat menekan defisit klaim pembayaran JKN. Tetapi dgn iuran
baru pula defisit masihlah konsisten berjalan dikarenakan iuran baru Penerima
Pertolongan Iuran (PBI) lebih rendah dari usulan Dewan Jaminan Sosial Nasional
segede Rupiah 36.000 per orang per bln. Dari data defisit BPJS Kesehatan th 2015
seputar Rupiah 5,85 triliun.

PERBANDINGAN BPJS DENGAN NEGARA LAIN


Pelayanan Kesehatan Di Amerika Serikat

Negara adidaya juga mengalami kekurangan cairan infus normal, sebuah cairan yang
berisi garam dengan komposisi mendekati cairan tubuh. cairan ini digunakan untuk mengatasi
kekurangan cairan/dehidrasi, mengatasi shock karena perdarahan, melarutkan obat-obatan
yang perlu dimasukan melalui pembuluh darah, membersihkan luka.

Akibat kekurangan ini, RS mengirit-irit dengan berbagai cara, misalnya dengan


memperlambat tetesan infus pada pasien yang sudah tidak begitu membutuhkan cairan,
mencabut infus pada pasien-pasien yang sudah membaik dan menganjurkan minum banyak
air, dan sebagainya. Saking parahnya kekurangan cairan garam 0,9%, RS membeli cairan
garam 23,4% dan petugas farmasinya mengencerkan hingga menjadi 0,9%. tapi lama
kelamaan cairan garam 23,4% pun sulit didapat.

Bahkan di beberapa RS ditemukan bahwa pasien-pasien mendapatkan cairan infus


yang tidak steril, cairan yang sebenarnya ditujukan untuk digunakan sebagai simulasi
pendidikan kedokteran, ada sekitar 40 pasien yang mengalami efek samping dari pemberian
infus tidak steril ini.

Pelayanan Kesehatan Di Inggirs

Banyak sekali tempat tidur di RS yang diisi oleh pasien-pasien yang sebenarnya sudah
bisa dipulangkan, tetapi tidak bisa pulang karena keluarganya tidak mau/bisa merawat di
rumah. Sekitar 10% tempat tidur terisi oleh pasien yang disebut sebagai "bedblockers".
Beberapa RS bahkan sampai 1/5 tempat tidurnya. Pasien-pasien ini sebenarnya sudah bisa
pulang seminggu, dua minggu atau bahkan tiga minggu yang lalu.

Akibatnya :

Banyak pasien yang dirawat di bangsal yang tidak sesuai dengan kebutuhannya,
misalnya pasien umum dirawat di bangsal bedah

Waktu tunggu/antri operasi menjadi lebih panjang


Ambulance berisi pasien mengantri di luar sampai mendapatkan tempat tidur

Pasien harus menunggu di brankar di UGD sampai mendapatkan tempat tidur

RS membuka bangsal darurat

Pelayanan Kesehatan Di Swedia

Seorang laki-laki harus membantu tunangannya melahirkan di bangku belakang


sebuah taksi, karena keluarga tersebut ditolak bidan yang mengatakan bahwa tidak ada kamar
kosong di semua Rumah Sakit di kota tersebut, dan keluarga tersebut dirujuk ke klinik kecil
di pinggiran kota agar bisa mendapatkan pertolongan persalinan, tetapi di tengah jalan,
bayinya lahir.

Pasangan tersebut ingin melahirkan di bidan/RS, hanya karena RSnya penuh, maka
dirujuk ke klinik yang ada kamarnya. Ternyata melahirkan di taksi. Perkara ternyata
melahirkannya normal-normal saja, itu karena sudah terjadi kita bisa bilang itu normal,
bagaimana kalau ternyata perdarahan di taksi. saya hanya ingin memperlihatkan bahwa di
negara maju saja, kamar RS di seluruh kota bisa penuh, apalagi di indonesia.

Pelayanan Kesehatan Di Singapura

Sebuah Rumah Sakit menempatkan pasien yang menunggu untuk mendapatkan


tempat tidur, di dalam sebuah tenda besar yang berAC. Sebuah Rumah Sakit yang lain
terpaksa menaruh 49 tempat tidur di lorong bangsal karena banyaknya permintaan. Sebuah
Rumah Sakit yang lain lagi memilih merujuk pasiennya ke RS negeri yang memiliki tempat
tidur lebih.

Seorang dokter mengatakan, Bed Occupancy Rate nya telah melewati 100%, dan
beberapa pasien menunggu lebih dari 24 jam untuk mendapatkan tempat tidur. Padahal RS ini
telah menyewa sebuah bangsal di RS lain. Seorang dokter yang lain mengatakan, "Setiap
hari, kami harus mengambil keputusan terhadap 500 pasien. Pasien yang tidak begitu sakit
dipulangkan untuk memberikan jalan bagi 50 hingga 60 pasien yang menunggu tempat tidur".
Seorang pasien mengatakan, "Saya menunggu lebih 48 jam sebelum mendapatkan tempat
tidur, dimana tidak ada tempat untuk mandi, dan saya tidak bisa mandi selama 2 hari". Ini
realita di Singapura dimana jumlah tempat tidur RSnya lebih dari 4 kali jumlah tempat tidur
RS di Indonesia.

Pelayanan Kesehatan Di Indonesia

Bapak Ibu sudah pada tau belum? BPJS defisit anggaran 5 Triliun, loh kok bisa? ya
bisa, pada kenyataannya wong lebih banyak yang sakit daripada yang sehat. Lihat saja di RS-
RS pemerintah, pasien membludak, tenaga kesehatan kewalahan. Sementara SDM dan sarana
tetap segitu-gitu aja, tapi yang berobat semakin banyak.

Ibarat pipa air yang selama ini tersumbat, begitu dibuka tutupnya..langsung byarrrr...
RS kebanjiran pasien. Jelas timpang jadinya. Boro-boro mengharapkan layanan prima, satu
dokter melayani 500 pasien, pasien yang mau operasi harus mengantri berbulan-bulan. Pasien
stress lama antrinya, dokternya juga strres, yang mestinya cepat ditangani jadi tertunda. Yang
tadinya mesti dirawat inap, tidak cukup kamarnya. Kenapa begitu? Kapasitasnya memang
terbatas, ya yang laki-laki dan perempuan kamar inap dipisah, mana mungkin pasien
perempuan ditempatkan di tempat laki-laki, atau sebaliknya. Dan yang sakit infeksi tidak
mungkin dicampur dengan non infeksi.

Kekurangan tempat tidur kedepannya makin akan tambah parah, karena peningkatan
jumlah tempat tidur lambat, sedangkan berjuta-juta rakyat masih akan masuk kedalam sistem
BPJS Kesehatan, dan semua itu memerlukan tempat tidur. Tujuan posting ini sebenarnya
hanya ingin mengedukasi masyarakat, bahwa RS penuh itu ya memang terjadi di seluruh
dunia.

BPJS KESEHATAN DINILAI SUDAH SESUAI SYARIAH

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui Badan Penyelenggara Jaminan


Sosial (BPJS) Kesehatan sempat menjadi polemik setelah pernyataan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) yang menyebutkan BPJS tidak sesuai syariah. Guru Besar Fakultas
Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) Hasbullah Thabroni yang juga
salah satu perintis konsep JKN menilai justru BPJS sudah memenuhi syariah.

Jadi tidak perlu lagi ada istilah BPJS Syariah seperti yang diungkapkan Majelis
Ulama Indonesia (MUI), tegasnya di Rumah Sakit Olah Raga Nasional (RSON) Cibubur,
Depok, Kamis (22/10/2015).

Thabroni menambahkan MUI justru melihat BPJS seperti asuransi dengan konsep
dagang yang mengandung Gharar dan Riba. Enggak perlu jadi syariah, yang sekarang sudah
sesuai syariah. Kalau dagang dalam hukum dunia pun ini kewajiban negara terhadap negara
dan kewajiban rakyatnya bayar pajak pada negara. Dalam syariah pajak sah, tak ada yang
bilang pajak bertentangan dengan syariah, tukasnya. Thabroni menyebutkan adanya
kesamaan program BPJS atau iuran JKN dengan kewajiban masyarakat membayar pajak. Hal
itu bersifat wajib kepada negara.

Dalam konteks islam enggak bisa diterapkan hukum dagang dengan hukum yang
wajib. Memang RS di Indonesia semuanya masih berkonsep dagang. Oleh karena itu untuk
mengatasi , yang membelinya bukan pasien tetapi BPJS. Yang menjualnya RS, yang membeli
powerful. Kalau tidak dengan JKN, yang menjual Powerful yang membeli pasien lemah,
paparnya. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, Tabhroni mengusulkan iuran wajib
idealnya Rp 150 ribu per pasien per bulan. Kalau ideal dengan memungkinkan perbaikan
kualitas layanan perkiraan saya Rp 150 ribu per orang per bulan, itu bisa naik kualitas. Rp 50
ribuan per orang masih oke, tapi tak berharap naik kualitasnya. RS enggak akan cukup beli
alat yang baru, dokter pun itu itu saja, tandasnya.

You might also like