You are on page 1of 4

ARTI PELAYANAN KRISTIANI

Banyak cara untuk memahami arti pelayanan Kristen. Kita bisa mempelajarinya dari
pengajaran-pengajaran dan teladan-teladan Tuhan Yesus dalam kitab-kitab injil,
atau dari surat-surat Paulus, atu juga dari tulisan-tulisan lain dalam Alkitab. Kita
bisa memahaminya dari sudut pandang penebusan dan penyelematan, bisa pula dari
sudut pandang penciptaan. Pendek kata ada banyak cara memahaminya. Dalam
kesempatan ini saya mengajak kita semua menyelidiki arti pelayanan Kristen dari
sudut pandang beberapa kata yang dipakai di dalam Perjanjian Baru. Kata-kata ini
berasal dari bahasa Yunani kuno, bahasa yang dipergunakan oleh penulis Perjanjian
Baru. Dalam Alkitab bahasa Indonesia, kata-kata ini biasanya diterjemahkan dengan
istilah pelayan, hamba, dan pembantu. Saya mencoba menjelaskan apa arti
pelayanan dari siapa itu pelayan dan apa yang dilakukannya.

Ada 5 kata yang akan saya jelaskan di sini. Kelimanya adalah diakonos, leitourgos,
huperetes, doulos dan oiketes. Mari kita memeriksanya satu per satu.

1. Diakonos. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan hubungan seseorang dengan


pekerjaan yang dilakukannya. Ia adalah pelayan karena pekerjaannya adalah
pekerjaan melayani orang. Kata ini diambil dari kata lain yang berarti mengejar.
Jadi, ke mana saja orang yang dilayani pergi atau berada maka dia harus
mengejarnya dan berada di sisinya, siap untuk melakukan sesuatu yang dibutuhkan.

Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu


(Mrk 10:43).

Kata ini dipakai untuk menyebut pemerintah sebagai pelayan/hamba Allah (Rom
13:4); untuk menyebut Kristus sebagai pelayan orang-orang bersunat (Rom 15:8);
untuk menyebut para rasul sebagai pelayan-pelayan Tuhan (1 Kor 3:5) dan
pelayan-pelayan Allah (2 Kor 6:4); untuk menyebut Efapras sebagai pelayan
Kristus (Kol 1:7); untuk Paulus sebagai pelayan Injil (Kol 1:23); untuk Paulus
sebagai pelayan jemaat (Kol 1:25); untuk menyebut Timotius sebagai pelayan
Kristus (1 Tim 4:6).

Melayani berarti menyediakan sesuatu bagi orang lain, atau membantu orang lain
mendapatkan apa yang seharusnya ia peroleh. Kalau demikian, pelayanan adalah
suatu pekerjaan yang sifatnya membantu orang lain mendapatkan apa yang
seharusnya diperoleh, atau pekerjaan menyediakan apa yang dibutuhkan orang lain.

Siapa yang harus dilayani? Allah, Tuhan Yesus. Di mana saja Yesus berada, atau ke
mana saja Ia memanggil, para pelayan harus siap dan ada di situ. Di mana saja Yesus
berada? Di antara orang-orang yang membutuhkan Injil-Nya. Di antara orang-orang
yang hidupnya terpenjara oleh kebencian, dukacita dan kepahitan. Di antara orang-

1
orang miskin dan ditindas oleh orang-orang yang memiliki kekuasaanbaik
kekuasaan karena jabatan, karena harta, karena keturunan, dll. Yesus biasa ada di
antara orang-orang yang sakit, baik yang sakit fisik maupun sakit jiwa, sakit jasmani
maupun sakit rohani.

Jadi pelayanan adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan untuk Tuhan. Pelayanan
Kristen tidak pernah dilakukan untuk manusia. Namun pekerjaan untuk Tuhan ini
diberikan kepada Tuhan melalui melayani orang, manusia. Penerima manfaat
langsung dari pelayanan adalah orang-orang yang dilayani.

2. Leitourgos. Kata ini dipakai oleh orang Yunani untuk menjelaskan pekerjaan
seseorang yang melakukan pelayanan umum kemasyarakatan dengan biayanya
sendiri. Ia disebut pelayan publik, atau pelayan masyarakat.

Dalam Perjanjian Baru kata ini dipakai untuk menyebut Kristus yang melakukan
pelayanan di tempat kudus di sorga (Ibr 8:2); untuk menyebut malaikat-malaikat
yang melakukan pelayanan bagi Allah (Ibr 1:7); untuk menjelaskan Paulus yang
melakukan pelayanan keimaman, memberikan persembahan kepada Allah yaitu
pemberitaan Injil (Rom 15:16); tentang pelayanan Epafroditus yang diutus jemaat
Filipi untuk melayani Paulus (Flp 2:25).

Jadi pelayanan adalah sesuatu perbuatan yang dilakukan untuk orang lain, bukan
untuk diri sendiri; untuk orang-orang yang bukan anggota keluarga kita atau orang-
orang dekat kita.

Pelayanan itu harus dilakukan untuk orang lain dalam masyarakat luas.

3. Huperetes. Kata ini diambil dari dunia pelayaran. Kapal-kapal di zaman kuno
selain memakai layar juga memakai dayung. Pada waktu angin bertiup layar dipakai.
Tapi waktu angin tidak ada, atau kecepatan kapal mau ditambah lebih cepat lagi
maka dayung dipergunakan. Secara hurufiah huperetes berarti pendayung. Di dalam
kapal tempatnya berada di bawah geladak kapal. Para pendayung biasanya adalah
budak-budak yang dibeli dan dipekerjakan untuk itu. Supaya tidak lari ke mana-
mana kakinya diikat dengan rantai besi ke kursinya.

Dengan makna itu maka huperetes adalah orang yang berada di bawah perintah atau
komando orang lain. Dalam Perjanjian Baru kata ini dipakai untuk menjelaskan
posisi Yohanes Markus sebagai pembantu Paulus dan Barnabas (KPR 13:5); untuk
Paulus yang mengikuti instruksi malaikat (KPR 26:16); dan untuk para rasul sebagai
hamba Kristus, yakni orang yang berada di bawah perintahnya Kristus (1 Kor 4:1).

Pelayanan adalah pekerjaan di bawah perintah atau keinginan orang lain, bukan di
bawah perintah atau keinginan diri sendiri. Orang pertama yang berkuasa memberi
perintah adalah Tuhan Yesus. Tiap-tiap pelayanan tidak boleh dibuat atau diadakan

2
berdasarkan kemauan sendiri, atau keinginan gereja, atau keinginan majelis, atau
bahkan keinginan hamba Tuhan di gereja. Setiap pelayanan harus lahir dari
keinginan dan perintah Tuhan.

Para pelayan tidak boleh bergerak melayani sendiri berdasarkan keinginannya


sendiri. Setiap pelayan berada di bawah perintah Tuhan Yesus dan harus bergerak
menurut perintah-Nya. Gereja Reformed memahami bahwa Gereja diberi tugas oleh
Tuhan untuk memerintah. Karena itu setiap pelayan harus bergerak dalam
koordinasi yang penuh doa dengan gereja.

Inilah yang dilakukan Paulus dan Barnabas. Sebelum pergi memberitakan Injil ke
mana-mana, keduanya terlebih dulu menerima perintah Tuhan. Meski tahu sejak ps
9 kitab Kisah Para Rasul bahwa ia akan dipakai Tuhan menjadi pengabar Injil ke
antara bangsa-bangsa kafir, namun Paulus tidak mau berangkat sendiri tanpa
perintah Tuhan yang jelas. Baru dalam ps 13, sewaktu ia dan beberapa pemimpin
gereja Antiokhia berdoa bersama, ia menerima perintah untuk berangkat. Namun ia
juga tidak mau berangkat sebelum gereja Antiokhia mengutusnya.

Pelayanan tidak boleh dilakukan hanya sekedar karena itu perintah Tuhan.
Pelayanan harus dilakukan dalam doa, koordinasi dan pengutusan jemaat. Itu
sebabnya tiap pengurus komisi dan majelis dan hamba Tuhan didoakan dulu di
depan jemaat sebelum bertugas.

4. Doulos. Kata ini biasa diterjemahkan hamba atau budak. Berbeda yang sudah
kita pelajari sebelumnya, doulos adalah budak yang terikat penuh kepada tuannya.
Hidupnya sepenuhnya dalam kuasa pemiliknya. Tubuhnya, nyawanya, masa kini dan
masa depannya serta keluarganya semuanya dalam genggaman kuasa tuannya.
Paulus biasa menyebut dirinya dengan istilah ini. Ia menyebut dirinya sebagai
hamba Kristus Yesus atau hamba Allah (Rom 1:1; Tit 1:1). Kata ini juga dipakai untuk
jemaat, untuk orang-orang Kristen, untuk kita (1 Pet 2:16); lalu untuk Musa (Why
15:3); dan bahkan untuk Tuhan Yesus (Flp 2:7).

Dari kata doulos kita mendapatkan arti pelayanan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari hidup orang Kristen. Orang Kristen harus melayani bukan karena
dia adalah diakonos, orang yang pekerjaannya adalah pelayanan; tetapi karena
dirinya sendiri adalah hambanya Allah dan budaknya Tuhan Yesus Kristus. Kita
bukan saja orang yang diberi pekerjaan pelayanan oleh Tuhan tetapi kita sendiri
adalah budak, hambanya Tuhan. Entah kita mau atau tidak, suka atau tidak kita
harus melayani.

Dalam melayani yang kita layani pertama-tama adalah Tuhan, sebab Dialah yang
memiliki hidup kita. Kehidupan kita, kehidupan saudara bukan milik dirimu, bukan
pula milik gereja ini. Hidupmu sepenuhnya milik Tuhan Yesus. Karena itu, yang
harus saudara senangkan dan yang saudara harapkan pujiannya bukan manusia,

3
bukan pengurus komisi, bukan hamba Tuhan, bukan majelis jemaat, bukan anggota
keluargamu, juga bukan rasa senang dan pujian dari dirimu sendiri tetapi rasa suka
dan pujian dari Tuhan Yesus. Kalau bukan Yesus yang saudara harapkan maka itu
bukan lagi pelayanan tetapi cari muka, cari perhatian, dan mencari perhatian
manusia. Itu bukan lagi melayani Tuhan tetapi suatu pemberontakan melawan
Tuhan. Dan itu jelas sebuah dosa besar!

5. Oiketes. Kata ini berasal dari kata oikeo yang berarti tinggal, berdiam, dan oikos
yang berarti rumah. Hamba ini adalah hamba yang tinggal dan melayani di dalam
rumah tuannya. Dalam pengertian sekarang, ia mungkin sejajar dengan para
pembantu rumah tangga yang tinggal bersama kita dan membantu kita mengerjakan
tugas-tugas rumah tangga sehari-hari.

Ia tinggal di rumah karena memang ada budak-budak atau hamba-hamba atau


pelayan-pelayan yang tidak tinggal dalam rumah tuannya. Mereka tinggal di gedung
tersendiri, yang terpisah dari gedung rumah tuannya. Sebagai orang yang tinggal
dalam rumah mereka dipandang sebagai bagian dari keluarga yang ia layani.
Hidupnya jauh lebih baik dari doulos, budak-budak kelas rendahan.

Dalam Perjanjian Baru, oiketes dipakai oleh Tuhan Yesus untuk mengajarkan
kesetiaan orang Kristen kepada Allah. Orang Kristen adalah hamba yang menjadi
bagian dari keluarga Allah. Karena itu kesetiaannya harus diberikan seutuhnya
kepada Allah; tidak bisa kepada dua tuan, satu Allah dan satu Mamon atau harta
atau uang (Luk 16:13). Sebagai sama-sama hambanya Tuhan, orang Kristen tidak
boleh saling menghakimiSesama sopir tidak boleh saling mendahuluitidak
boleh saling merendahkan dan membanggakan diri sebagai lebih baik dari yang lain.
Dalam nasihatnya di Roma 14:4, Paulus memberitahu kita bahwa satu-satunya pihak
yang boleh menghakimi kita, sesama pelayan, adalah Tuhan. Tidak boleh ada orang
yang merasa dirinya pelayan yang lebih baik, lebih rajin, lebih hebat, lebih bagus dari
pada yang lain. Kenapa? Karena penilaian kita tidak mampu melihat sampai ke
dalam hati orang; dan ukuran yang kita pakai tidak adil. Dalam ukuran kita, yang
tampil baik dan hebat cenderung adalah diri sendiri, atau orang-orang yang sesuai
dengan selera kita. Mereka yang tidak kita sukai, mau dia kerja keras banting tulang
sampai jungkir balik sekalipun tidak akan pernah dianggap rajin dan baik.

Karena itu evaluasi atau penilaian dalam pelayanan Kristen harus dimaksudkan
untuk menolong orang yang melayani berbuat lebih baik. Itu artinya jangan hanya
bisa bilang kelemahannya ini dan itu, tetapi juga harus bisa sebutkan kelebihannya.
Lalu, setelah kelemahan diberitahu, para penilai harus bertanggung jawab
menyediakan sarana dan alat dan bantuan kepada yang dinilai agar ia bisa berbuat
lebih baik lagi. Sehabis menilai seorang pelayan, orang yang menilai harus berani
dan bersedia pula untuk berkata, Apa yang bisa saya atau kami lakukan supaya
kamu bisa melayani dengan lebih baik?

You might also like