Professional Documents
Culture Documents
A PRAFORMULASI
I. TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT
1.1 Farmakokinetika
Setelah administrasi Kloramfenikol melalui mata, obat terabsorpsi melalui
aqueous humour. Jumlah obat yang terpenetrasi bervariasi tergantung sediaan
dan frekuensi aplikasi. Menghambat sintesis protein pada mikroorganisme
dengan berikatan pada subunit ribosom 50S, sehingga menghambat
pembentukan ikatan peptida (Katzung, 2004; McEvoy, 2002).
1.2 Indikasi
Untuk terapi infeksi superficial pada mata dan otitis eksternal yang disebabkan
bakteri (McEvoy, 2002).
1.3 Kontraindikasi
Pada pasien yang hipersensitif terhadap kloramfenikol (McEvoy, 2002).
1.4 Mekanisme Kerja
Menghambat sintesis protein pada mikroorganisme dengan berikatan pada
subunit ribosom 50S, yang disebabkan karena terjadinya hambatan pada
pembentukan ikatan peptida (McEvoy, 2002).
1.4 Efek samping
Rasa pedih dan terbakar saat pengaplikasian kloramfenikol pada mata. Reaksi
hipersensitivitas dan inflamasi termasuk konjunctivitis, terbakar, angioneuro
edema, urtikaria vesicular/maculopapular dermatitis (jarang terjadi) (McEvoy,
2002).
d Stabilitas
Kloramfenikol dalam keadaan kering atau padat dapat bertahan hingga
waktu yang cukup lama dengan menempatkan sediaan pada kondisi
optimum selama penyimpanan. Berikut merupakan stabilitas kloramfenikol
pada beberapa kondisi yaitu:
1 Terhadap cahaya
Kloramfenikol tidak stabil terhadap cahaya, diusahakan terlindung
dari cahaya atau sinar matahari (Reynolds, 1982).
2 Terhadap suhu
Sediaan kloramfenikol stabil selama 2 tahun jika disimpan pada suhu
20o-25oC (Reynolds, 1982).
3 Terhadap pH
pH stabil dari kloramfenikol adalah berkisar antara 4,5 sampai 7,5
dengan nilai pKa 5,5 (Lund, 1994) ; McEvoy, 2002).
4 Terhadap oksigen
Sediaan ini tidak stabil dengan adanya oksigen (Lund, 1994).
Sehingga harus disimpan pada tempat yang kedap udara (Reynolds,
1982).
e Titik lebur
Kloramfenikol memiliki titik lebur yaitu 149-1530 C (Reynolds, 1982).
f Inkompatibilitas
Kloramfenikol sodium suksinat dilaporkan inkompatibilitas dengan adanya
kandungan seperti aminofilin, ampisilin, asam askorbat, kalsium klorida,
chlorpromasin HCl, garam eritromisin, gentamisin 7 sulfat, natrium
hidrokortison suksinat, natrium nitrofurantoin (Lund,1994).
2.2. Natrium Hidroksida (NaOH)
a Organoleptis
Natrium hidroksida berbentuk pelet, serpihan atau batang atau bentuk lain,
berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, keras atau rapuh, dan
menunjukkan pecahan hablur (Depkes RI, 1995).
b Struktur dan Berat Molekul
Natrium hidroksida memiliki berat molekul 40 gram/mol (Depkes RI,
1995). Struktur natrium hidroksida dapat dilihat pada gambar berikut:
c Kelarutan
Natrium hidroksida mudah larut dalam air dan dalam etanol netral (Depkes
RI, 1995).
d Stabilitas
Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih
dari 100,5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH, mengandung Na 2CO3
tidak lebih dari 3,0%. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbon
dioksida dan lembab (Depkes RI, 1995).
2.3 Metil Parabean
Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari
100,5% C8H8O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).
a. Rumus Kimia : C8H8O3
b. Berat Molekul : 152,15 gram/mol
c. Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih,
tidak berbau atau berbau khas lemah, dan mempunyai
sedikit rasa terbakar.
d. Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon
tetraklorida, mudah larut dalam etanol, dan dalam eter.
e. Jarak Lebur : Antara 125o dan 128o.
f. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
(Depkes RI, 1995).
g. Khasiat : Zat tambahan; zat pengawet (Depkes RI, 1979).
h. Kegunaan : Pengawet (konsentrasi untuk sediaan topikal yaitu 0,02-
0,3%) (Rowe et al ., 2009).
2.4 Kalium Dihidrogen Fosfat
a. Rumus molekul: KH2PO4 (BM = 136,09 gram/mol)
b. Organoleptis : Serbuk hablur, berwarna putih
c. Kelarutan : Larut dalam air
d. Kegunaan : Sebagai zat tambahan
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
(Depkes RI, 1979).
2.5 Natrium Klorida
a. Rumus molekul : NaCl (BM = 58,44 gram/mol)
b. Organoleptis : Kristal putih atau tidak berwarna; tidak berbau
c. Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air; 10 bagian gliserol
d. Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan; larutan stabil dapat
menyebabkan pengguratan partikel dari tipe gelas
e. Kegunaan : Sebagai sumber kalori dan pengisotonis
(Depkes RI, 1995).
2.6 Air suling (purified water)
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Berikut
merupakan sifat fisiko-kimia dari purified water:
a. Rumus Kimia : H2O (BM = 18,02 gram/mol)
b. Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
c. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
(Depkes RI, 1979).
II PENGATASAN MASALAH
1 Kloramfenikol memiliki sifat sukar larut dalam air. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut maka kloramfenikol terlebih dahulu dibuat menjadi
sedikit basa dengan cara dilarutkan pada pelarut dengan pH 7-9. Larutan yang
digunakan adalah dapar KH2PO4 dengan pH 7,4.
2 Digunakan bahan pengisotonis yaitu NaCl dan digunakan dapar pH 7,4 yaitu
KH2PO4 yang berfungsi sebagai buffering agent yang berguna untuk
menyamakan pH sediaan dengan pH cairan biologis yaitu 7,4.
3 Untuk mengatasi sifat air yang mudah ditumbuhi jamur maka digunakan bahan
pengawet metil paraben.
4 Sediaan tetes mata harus dalam keadaan steril, untuk itu pengerjaan dilakukan
dengan metode aseptik.
Formula III
R/ Chloramfenicol 500 mg
Boric acid 1,5 gram
Borax 300 mg
Phenylmercuric nitrate or sitrate 2 mg
Water ad 100 mL
(Martindale. 1967).
IV FORMULA YANG DIAJUKAN
R/ Kloramfenikol 50 mg
Kalium Hidrogen Fosfat 0,2 M
Natrium Hidrosida 0,2 M
Metil Parabean 0,02%
NaCl 0,9%
Aquadest ad 10 mL
V PERHITUNGAN
1 Perhitungan Penimbangan Bahan
Volume sediaan : 10 mL
Jumlah sediaan : 2 botol
Kloramfenikol
Kloramfenikol = 50 mg + (10% x 50 mg)
= 50 mg + 5 mg
= 55 mg = 0,055 gram
Untuk 2 sediaan = 0,055 gram x 2 = 0,11 gram = 110 mg
Jadi untuk membuat 2 sediaan ditimbang 110 gram serbuk kloramfenikol.
Metil Parabean (0,02%)
Metil Parabean = 0,02/100 gram/mL x 10 mL
= 0,002 gram = 2 mg
Penambahan bobot 10%
= 2 mg + (10% x 2 mg)
= 2 mg + 0,2 mg = 2,2 mg
Untuk 2 sediaan = 2,2 mg x 2 = 4,4 mg
Jadi bobot metil parabean yang harus ditimbang untuk 2 sediaan sebesar 4,4 mg.
NaCl (0,9%)
Volume sediaan = (10 mL + (10% x 10 mL) = 10 mL + 1 mL
= 11 mL
Kesetaraan NaCl yang diperlukan untuk 11 mL larutan isotonis
= 11 mL x 0,9% b/v = 0,099 gram
Kesetaraan NaCl untuk kloramfenikol = 0,14
Jumlah kloramfenikol = 0,5 gram/100 mL x 11 mL
= 0,055 gram
Jumlah NaCl = 0,055 gram x 0,14
= 0,0077 gram
Jumlah NaCl yang ditambahkan = Kesetaraan NaCl-Kesetaraan NaCl untuk
Kloramfenikol
= 0,099 gram 0,0077 gram
= 0,0913 gram = 91,3 mg
Untuk 2 sediaan = 91,3 mg x 2 = 182,6 mg
Jadi untuk membuat 2 sediaan diperlukan 182,6 mg NaCl.
Perhitungan Dapar Fosfat pH 7,4
Diketahui:
Volume NaOH = 39,1 mL
BM NaOH = 40 gram/mol
Volume KH2PO4 = 50 mL
BM = 136,09 gram/mol
Ditanya: Massa NaOH dan KHPO4 yang ditimbang?
Jawab:
NaOH
massa 1000
M = x
BM ml
massa 1000
0,2 M = x
40 gram/mol 39,1 mL
massa = 0,31 gram
Jadi massa NaOH yang harus ditimbang yaitu sebesar 0,31 gram.
KH2PO4
massa 1000
M = x
BM ml
massa 1000
0,2 M = x
136,09 gram/mol 50 mL
massa = 1,36 gram
Jadi massa KH2PO4 yang harus ditimbang yaitu sebesar 1,36 mg.
2 Tabel Penimbangan
Tabel 2. Penimbangan Bahan Formulasi dan Dapar Fosfat
N Bahan Fungsi Penimbang Penimbanga
o an n
(1 sediaan ( 2 sediaan)
+ 10%)
1 Kloramfenik Zat aktif 55 mg 110 mg
ol
2 Metil Pengawet 2,2 mg 4,4 mg
Parabean
3 NaCl Pengisoto 91,3 mg 182,6 mg
nis
Penimbangan Dapar Fosfat pH 7,4
1 NaOH Dapar 0,31 gram
2 KH2PO4 Dapar 1,36 gram
C. PELAKSANAAN
I. SKEMA KERJA
1.1 Pembuatan Dapar Fosfat pH 7,4
Ditimbang NaOH sebanyak 0,31 gram dan KH2PO4 sebanyak 1,36 gram
NaOH sebanyak 0,31 gram dilarutkan dengan 39,1 mL air bebas CO2
dalam beaker glass
KH2PO4 sebanyak 1,36 gram dilarutkan dengan air bebas CO2, dimasukkan
ke dalam labularutan
Dicampurkan ukur 50NaOH
mL lalu ditambahkan
dengan air2PO
larutan KH bebas CO2 hingga
4 dalam beaker tanda
glass
Dicek pH dengan menggunakan pH meter
batasmenggunakan
labu ukur. hingga diperoleh pH 7,74
kemudian diaduk dengan magnetic stirrer.
1.2 Skema Kerja Formulasi
b Uji pH
Elektrode pada alat pH meter dicelupkan ke dalam beaker glass yang telah
berisi sediaan tetes mata
Diletakkan pada kotak dengan latar putih dan hitam dan diberi penerangan
Dilakukan pengamatan adanya partikel pada latar putih dan latar hitam
dibandingkan antara sediaan tetes mata dengan pelarut yang digunakan,
dicatat hasil tes kejernihan yang diperoleh.
d Uji Kebocoran
Setelah dibalik wadah sediaan yang berisi sediaan dikocok dengan perlahan
di atas kertas saring
Diamati ada tidaknya cairan yang keluar menetes dari botol dan membasahi
kertas saring
DAFTAR PUSTAKA
BNF. 2007. British National Formulary 54. England: BMJ Publishing Group and
RPS Publishing.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Greenwood, N & A. Earnsha,. 1997. Chemistry Of The Elements, Second Edition.
Butterworth-Heinemann.
Rowe, Raymond C., Sheskey, Paul J., dan Quinn, Marian E. 2009. Handbook
of Pharmaceutical Excipients, 6th ed. Washington DC and London:
American Pharmacist Assiciation andPharmaceutical Press.