Professional Documents
Culture Documents
STATISTIK DESKRIPTIF
Oleh :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
2017
I. STATISTIKA DESKRIPTIF
Statistik deskriptif merupakan penjelasan mengenai pengertian statistik menurut para
ahli:
1. Sudjana (1996:7) menjelaskan : Fase statistika dimana hanya berusaha melukiskan
atau mengalisa kelompok yang diberikan tanpa membuat atau menarik
kesimpulan tentang populasi atau kelompok yang lebih besar dinamakan statistika
deskriptif.
2. Iqbal Hasan (2001:7) menjelaskan : Statistik deskriptif atau statistik deduktif
adalah bagian dari statistik mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian
data sehingga mudah dipahami. Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan hal
menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau
keadaan atau fenomena. Dengan kata lain, statistik deskriptif berfungsi
menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan. Penarikan kesimpulan pada statistik
deskriptif (jika ada) hanya ditujukan pada kumpulan data yang ada. Didasarkan
pada ruang lingkup bahasannya statistik deskriptif mencakup :
a. Distribusi frekuensi beserta bagian-bagiannya seperti :
- Grafik distribusi (histogram, poligon frekuensi, dan ogif);
- Ukuran nilai pusat (rata-rata, median, modus, kuartil dan sebagainya)
- Ukuran dispersi (jangkauan, simpangan rata-rata, variasi, simpangan baku,
dan sebagianya);
- Kemencengan dan keruncingan kurva
- Angka indeks
- Times series/deret waktu atau berkala
- Korelasi dan regresi sederhana.
3. Bambang Suryoatmono (2004:18) menyatakan Statistika Deskriptif adalah
statistika yang menggunakan data pada suatu kelompok untuk menjelaskan atau
menarik kesimpulan mengenai kelompok itu saja
a. Ukuran Lokasi: mode, mean, median, dll
b. Ukuran Variabilitas: varians, deviasi standar, range, dll
c. Ukuran Bentuk: skewness, kurtosis, plot boks.
4. Pangestu Subagyo (2003:1) menyatakan : Yang dimaksud sebagai statistika
deskriptif adalah bagian statistika mengenai pengumpulan data, penyajian,
penentuan nilai-nilai statistika, pembuatan diagramatau gambar mengenai sesuatu
hal, disini data yang disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami atau
dibaca. Statistika deskriptif merupakan metode-metode yang berkait dengan
pengumpulan dan penyajian sekumpulan data, sehingga dapat memberikan
informasi yang berguna. Perlu kiranya dimengerti bahwa statistika deskriptif
memberikan informasi hanya mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak
menarik kesimpulan yang lebih banyak dan lebih jauh dari data yang ada.
Kegiatan memeriksa sifat-sifat penting dari data yang ada itu disebut analisis data
secara pemerian (deskripsi). Karenanya bagian statistika demikian dinamakan
Statistika Deskriptif atau Statistika Perian. Penyusunan tabel, diagram, modus,
kuartil, simpangan baku termasuk dalam kategori statistika deskriptif. Kegiatan itu
dilakukan melalui:
a. Pendekatan aritmetika yaitu pendekatan melalui pemeriksaan rangkuman nilai
atau ukuran-ukuran penting dari data. Yang dimaksud rangkuman nilai di sini
ialah penyederhanaan kumpulan nilai data yang diamati ke dalam bentuk nilai-
nilai tertentu. Setiap rangkuman nilai ini disebut statistik. Jadi, statistik
menerangkan sifat kumpulan data dalam bentuk nilai yang mudah dipahami,
sedangkan statistika adalah suatu ilmu tentang sekumpulan konsep serta
metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan, menyajikan dan
menganalisis data serta menarik kesimpulan berdasar hasil analisis data
tersebut.
b. Pendekatan geometrik, yaitu melalui penyajian data dalam bentuk gambar
berupa grafik atau diagram. Kedua pendekatan mengakibatkan pembedaan
dalam penyajian datanya. Penyajian data pertama menekankan angka-angka
dan yang kedua menekankan pada gambar.
Statistik adalah kumpulan data, disajikan dalam bentuk table/daftar, gambar, diagram
atau ukuran-ukuran tertentu. Misalnya, statistic penduduk, statistic kelahiran, statistic
pertumbuhan ekonomi, statistic pendidikan,statistic keshatan, dan lain-lain. Statistika,
adalah pengetahuan mengenai pengumpulan data, klasifikasi data, pengolahan data,
penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan berdasarkan alasan yang cukup
kuat (Koyan,Wayan:2012)
Statistik deskriptif adalah salah satu metode statistik yang berkaitan dengan
pengumpulan, peringkasan, dan penyajian suatu kumpulan data sehingga memberikan
informasi yang berguna. Berikut adalah contoh penyajian data menggunakan metode
deskriptif statistik dengan SPSS.
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 30
N merupakan jumlah data. Dalam contoh diatas N umur = 30 berarti ada 30 data di
variabel umur. Begitu juga dengan pendapatan N=30, terdapat 30 data pada variabel
Pendapatan.
Statistik Deskriptif berfungsi untuk membuat data bermakna, yang dapat disajikan
dengan berbagai bentuk, seperti:
Banyaknya
Nilai
(Orang)
100 1
80 1
75 2
70 1
60 3
50 1
40 1
Total 10
Apa yang dimaksud dengan tabel tidak lain adalah: alat penyajian data statistik
yang berbentuk (dituangkan dalam bentuk) kolom dan lajur.
Dengan demikian Tabel Distribusi Frekuensi dapat kita beri pengertian sebagai:
Alat penyajian data statistik yang berbentuk kolom dan lajur, yang didalamnya
dimuat angka yang dapat melukiskan atau menggambarkan pencaran atau
pembagian frekuensi dari variabel yang sedang menjadi objek penelitian.
Dalam suatu tabel distribusi frekuensi anak kita dapati: (1) variabel, (2) frekuensi,
dan (3) jumlah frekuensi. Dalam contoh di muka, angka-angka 100, 80, 75, 70,
60, 50, dan 40 adalah angka yang melambangkan variabel nilai hasil tes, angka 1,
1, 2, 1, 3, 1, dan 1 adalah angka yang menunjukkan frekuensi, sedangkan angka
10 adalah jumlah frekuensi.
Patut kiranya ditambahkan di sini bahwa istilah Tabel Distribusi Frekuensi itu
acapkali disingkat menjadi Tabel Frekuensi saja.
Nilai Frekuensi
(X) (f)
8 6
7 9
6 19
5 6
Total 40 = N
Dalam Tabel 2.1 itu, nilai hasil THB dalam bidang studi PMP dari sejumlah
40 orang siswa MTsN berbentuk Data Tunggal, sebab nilai tersebut tidak
dikelompok-kelompokkan (ungrouped data).
Frekuensi
Usia
(f)
50 54 6
45 49 7
40 44 10
35 39 12
30 34 8
25 29 7
Total 50 = N
(X)
8 6 40 = N 6
7 9 34 15
6 19 25 34
5 6 6 40 = N
Total: 40 = N - -
(X)
50 54 6 50 = N 6
45 49 7 44 13
40 44 10 37 23
35 39 12 27 35
30 34 8 15 43
25 29 7 7 50 = N
Total: 50 = N - -
Tentang Nilai-nilai Hasil THB Dalam Bidang Studi PMP dari Sejumlah
40 Orang Siswa MTsN
Nilai f Persentase
(X) (p)
8 6 15,0
7 9 22,5
6 19 47,5
5 6 15,0
Total 40 = N 100,0
Keterangan:
P = angka persentase
6
x100% 15,0;
40 p sebesar 22,5 diperoleh dari:
9
x100% 22,5;
40
b. Dengan cara yang sama seperti telah dikemukakan di atas, data yang tertera
pada Tabel 2.2 dapat kita sajikan dalam bentuk Tabel Distribusi Frekuensi
Relatif atau Tabel Persentasenya. Adapun wujud fisik tabel tersebut dapat
dilihat seperti pada Tabel 2.6.
TABEL 2.6. Distribusi Frekuensi Relatif (Distribusi Persentase)
Tentang Usia dari Sejumlah 50 Orang Guru Agama Islam yang bertugas pada
SD Negeri.
Nilai f Persentase
(X) (p)
50 54 6 12,0
45 49 7 14,0
40 44 10 20,0
35 39 12 24,0
30 34 8 16,0
25 29 7 14,0
Total 40 = N 100,0
5. Tabel Persentase Kumulatif
Seperti halnya Tabel Distribusi Frekuensi Tabel Persentase atau Tabel
Distribusi Frekuensi Relatif pun dapat diubah ke dalam bentuk Tabel
Persentase Kumulatif (Tabel Distribusi Frekuensi Relatif Kumulatif).
Jika data yang disajikan pada Tabel 2.5 dan Tabel 2.6 kita ubah ke dalam
bentuk Tabel Persentase Kumulatif, hasilnya adalah (lihat Tabel 2.7).
Penjelasan tentang bagaimana cara memperoleh Pk (b) dan Pk(a) adalah
sama seperti penjelasan yang telah dikemukakan pada Tabel 2.3.
TABEL 2.7. Tabel Persentase Kumulatif (Tabel Distribusi Frekuensi
Relatif Kumulatif) Tentang Nilai Hasil THB Dalam Bidang Studi PMP
Dari Sejumlah 40 Orang Siswa MTsN.
(X)
8 15,0 100,0 15,0
(X)
50 54 12,0 100,0 12,0
2. Margono 30
3. Abdul Wahid 60
4. Dimyati 45
5. Sulistyani 75
6. Fathonah 40
7. Nur Kholis 70
8. Hamdani 55
9. Listiorini 80
10. B. Pramono 50
Apabila kita perhatikan data di atas, maka dari 10 orang mahasiswa yang
menempuh ujian ulangan lisan tersebut, yang berhasil mencapai nilai 80
sebanyak 1 orang, yang memperoleh nilai 75 = 1 orang, yang memperoleh
nilai 70 = 1 orang, demikian pula mahasiswa yang mencapai nilai 65, 60,
55, 50, 45, 40, dan 30, masing-masing sebanyak 1 orang. Kalau demikian
maka kita dapat mengatakan bahwa semua skor atau semua nilai yang
sedang kita hadapi itu masing-masing berfrekuensi 1.
Jika data di atas kita tuangkan penyajiannya dalam bentuk Tabel Distribusi
Frekuensi Data Tunggal, wujudnya seperti pada Tabel 2.9.
TABEL 2.9. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Ujian Ulangan Lisan Dalam
Mata Kuliah Statistik Pendidikan yang Diikuti 10 Orang Mahasiswa
Nilai
f
(X)
80 1
75 1
70 1
65 1
60 1
55 1
50 1
45 1
40 1
30 1
Total 10 = N
Karena semua skor (nilai) hasil ujian tersebut berfrekuensi 1 dan semua
skor (nilai) yang ada itu berwujud Data Tunggal, maka tabel di atas
dinamakan: Tabel Distribusi Frekuensi Data Tunggal yang Semua
Skornya berfrekuensi 1.
5 8 6 4 6 7 9 6 4 5
3 5 8 6 5 4 6 7 7 10
4 6 5 7 8 9 3 5 6 8
10 4 9 5 3 6 8 6 7 6
Apabila data tersebut akan kita sajikan dalam bentuk Tabel Distribusi
Frekuensi, maka langkah yang perlu ditempuh adalah:
Langkah Pertama
Mencari Nilai Tertinggi (Skor paling tinggi (Highest Score) H) dan Nilai
Terendah (Skor paling rendah (Lowest Score) L). Ternyata H = 10 dan L =
3. Dengan diketahuinya H dan L maka kita dapat menyusun atau mengatur
nilai hasil ulangan harian itu, dari atas ke bawah, mulai dari 10 berturut-
turut ke bawah sampai dengan 3 pada kolom 1 dari Tabel Distribusi
Frekuensi yang kita persiapkan adalah seperti yang terlihat pada tabel 2.10.
Langkah Kedua
Langkah Ketiga
Tabel 2.10. kita sebut Tabel Distribusi Frekuensi Data Tunggal yang seluruh
skornya berfrekuensi lebih dari satu, sebab di samping seluruh skor
(nilainya) merupakan data yang tidak dikelompokkan, maka seluruh skor
yang ada itu masing-masing berfrekuensi lebih dari satu.
TABEL 2.10. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Ulangan Harian Dalam Mata
Pelajaran Matematika yang Diikuti oleh 40 Orang Murid Madrasah
Ibtidaiyah
Nilai
Tanda/Jari-jari/Tallies F
(X)
10 II 2
9 III 3
8 IIII 5
7 IIII 5
6 IIII IIII 10
5 IIII II 7
4 IIII 5
3 III 3
Total 40 = N
Catatan:
65 54 68 70 57 61 58 62 58 60 65 60 50 60 53 74
59 67 47 63 57 60 77 55 71 55 65 53 49 65 56 70
57 60 73 58 65 57 52 66 57 66 59 69 56 64 52 58
78 55 60 54 62 75 51 60 64 62 61 61 55 48 72 56
54 61 51 59 61 60 63 59 50 60 65 59 62 67 45 80
Agar data yang berupa deretan angka yang menunjukkan nilai hasil EBTA
bidang studi Biologi itu dapat disajikan dalam bentuk Tabel Distribusi
Frekuensi yang baik (teratur, ringkas dan jelas), maka perlu ditempuh cara dan
langkah sebagai berikut:
Langkah Pertama
Mencari Highest Score (H) dan Lowest Score (L); ternyata diperoleh H = 80
dan L = 45.
Langkah Kedua
Menetapkan luas penyebaran nilai yang ada; atau mencari banyaknya nilai,
mulai dari nilai terendah sampai dengan nilai tertinggi, yang biasa disebut
Total Range atau sering disingkat dengan Range saja dan diberi lambang
dengan huruf R, dengan menggunakan rumus:
R=HL+1
R = Total Range
1 = Bilangan konstan
Di atas telah kita ketahui: H = 80 dan L = 45, maka dengan mudah dapat
diperoleh R, yaitu R = 80 45 + 1 = 36. Angka 36 ini mengandung arti bahwa
apabila kita menghitung banyaknya nilai mulai dari nilai terendah sampai
dengan nilai tertinggi pada data yang telah dikemukakan diatas, maka
diperoleh sebanyak 36 butir nilai. Karena H = 80 dan L = 45, maka kalau kita
menderetkan mulai dari 45 sampai dengan 80 akan terdapat 36 nilai;
perhatikanlah: 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59,
60,61,62,63,64,65,66,67,68,69,70,71,72,73,74,75,76,77,78,79,80 = 36 butir
nilai.
Langkah Ketiga
R
I sebaiknya menghasilkan bilangan yang besarnya 10 s/d 20.
R = Total Range
Langkah Keempat
Marilah kita perhatikan data kita: Nilai Tertinggi yang kita miliki adalah = 80,
sedang Nilai Terendah = 45. Karena i telah ditetapkan sebesar 3, sedangkan
bilangan dasar dari inerval yang tertinggi telah kita teapkan sebesar 78, maka
interval tertinggi yang akan tercantum dalam tabel kita nanti adalah : 78 80.
Disini kita lihat bahwa Highest Score sebesar 80 telah terkandung atau
tercakup dalam interval paling atas. Demikian pula karena bilangan dasar
interval paling bawah sudah kita tetapkan sebesar 45, sedangkan i telah kita
tetapkan sebesar 3, berarti interval terendah yang akan dicantumkan dalam
tabel nanti adalah: 45 47. Disini kita lihat bahwa Lowest Score sebesar 45
sudah terkandung atau tercakup pada interval paling bawah. Dengan
demikian kita dapat mengatakan bahwa baik interval class (i) maupun
bilangan-bilangan dasar interval yang telah kita pilih atau kita tetapkan itu,
telah memenuhi pedoman yang telah digariskan oleh para ahli statistik.
Langkah Kelima
TABEL 2.10. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Ulangan Harian Dalam Mata
Pelajaran Matematika yang Diikuti oleh 40 Orang Murid Madrasah Ibtidaiyah
Nilai
Tanda/Jari-jari/Tallies f
(X)
78 80 II 2
75 77 II 2
72 74 III 3
69 71 IIII 4
66 68 IIIII 5
63 65 IIIII IIIII 10
54 56 IIIII IIIII I 11
51 53 IIIII I 6
48 50 IIII 4
45 47 II 2
Total 80 = N
Langkah Keenam
Menghitung frekuensi dari tiap-tiap nilai yang ada, dengan bantuan tanda-
tanda atau jari-jari seperti terlihat pada kolom 2; setelah hal itu dapat
diselesaikan, selanjutnya jari-jari itu kita ubah menjadi angka biasa dan kita
tuliskan pada kolom 3. Akhirnya menjadi angka biasa dan kita tuliskan pada
kolom 3. Akhirnya semua frekuensi yang telah kita tuliskan pada kolom 3 itu
kita jumlahkan, sehingga diperoleh f atau N sebesar 80.
Catatan Tambahan
A. Modus (mode)
Modus adalah skor yang paling sering muncul (frekuensi terbanyak/tertinggi).
Untuk data pada distribusi bergolong, menghitung modus digunakan rumus
berikut.
b1
Mo b p
b1 b2
Keterangan:
Mo = modus
b1 = Frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada kelas interval yang terbanyak)
31 - 40 40,5 6 8
41 - 50 50,5 18 26
51 - 70 70,5 30 56
71 - 80 80,5 20 76
81 - 90 90,5 16 92
Jumlah 100
Diketahui:
b = 51-0,5 = 50,5
b1 = 30 - 18 = 12
b2 = 30 20 = 10
b1 12
Mo b p 50,50 10 50,50 5,45 55,95
b1 b2 12 10
B. Median (Md)
Median atau nilai tengah adalah nilai yang menunjukkan bahwa di bawah dan di
atas nilai tersebut, masing-masing terdapat 50% nilai (data). Pada data distribusi
frekuensi bergolong, median (Md) dapat dihitung dengan rumus berikut.
1 / 2n F
Md b p
f
Keterangan:
Md = median
1 / 2n F 50 26
Md b p 50,5 10 58,5
f 30
Untuk menghitung mean atau nilai rata-rata hitung digunakan rumus berikut:
M
X X
n
M
fX
f
atau
Berdasarkan hasil perhitungan tendensi sentral, yakni modus, median dan mean,
dapat dibuat gambar grafiknya, apakah perbandingan nilai-nilai tendensi sentral itu
berimpit, modus lebih besar dari median dan mean atau sebaliknya nilai modus lebih
kecil dari median dan mean. Jika nilai modus lebih besar dari median dan mean,
maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar nilai-nilai statistik mahasiswa
cenderung tinggi, Sebaliknya, jika nilai modus lebih kecil dari median dan mean,
maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar nilai-nilai statistik mahasiswa
cenderung rendah. Tetapi jika nilai-nilai-nilai modus, median, dam mean berimpit
atau sama besarnya, maka kurve tersebut adalah kurve normal. Hal ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
0 X
0 X
IV. VARIABILITAS
Ukuran penyebaran ( variabilitas ) adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa
besar nilai nilai data berbeda atau bervariasi dengan nilai ukuran pusatnya atau
seberapa besar penyimpangan nilai nilai data dengan nilai pusatnya.
Variabilitas adalah derajat penyebaran nilai-nilai variabel dari suatu tendensi sentral
dalam suatu distribusi. Variabilitas disebut juga sebagai dispersi. Jika dua distribusi,
misalnya distribusi A dan B diperbandingkan. Distribusi A menunjukkan penyebaran
nilai-nilai yang lebih besar dari distribusi B, maka dikatakan distribusi A mempunyai
variabilitas yang lebih besar dari distribusi B.
A. Variabilitas/Dispersi
Salah satu teknik untuk mengelompokkan data pada teknik statistik deskriptif
adalah menghitung dispersi atau variabilitas. Tiga cara menghitung variabilitas
antara lain:
Contoh perhitungan keragaman dan standar deviasi dapat kita lihat di bawah ini:
*** berikut ini diberikan data hasil ujian statistik dasar untuk 10 mahasiswa di
perguruan tinggi LOLipop dengan data yang diberikan sebagai berikut:
xX X
Rumus simpangan (deviasi) =
s2
x 2
(X X ) 2
n n
untuk sampel besar atau populasi
x 2
(X X ) 2
1 ( X ) 2 n X 2 ( X ) 2
s
2
(n 1)
(n 1)
n
X 2
(n 1)
n(n 1)
s
x 2
(X X ) 2
n X 2 ( X ) 2
(n 1) (n 1) n(n 1)
5. Ukuran Letak
Ada beberapa ukuran letak, antara lain: Kuartil, Decil, dan Persentil.
Dasar perhitungannya sama dengan menghitung median.
Untuk menghitung ukuran letak, didasarkan pada tabel distribusi
frekuensi yang telah dibahas di atas. Berdasarkan tabel distribusi
frekuensi, dapat dihitung Kuartil, Decil, dan Persentil. Untuk itu,
berikut ini akan ditampilkan kembali tabel distribusi tersebut.
Tabel 1.7. Distribusi Frekuensi Skor Tes Matematika Siswa SMA
31 - 40 40,5 6 8
41 - 50 50,5 18 26
51 - 70 70,5 30 56
71 - 80 80,5 20 76
81 - 90 90,5 16 92
Jumlah 100
Kuartil pertama (1/4n), adalah suatu nilai dalam distribusi yang
membatasi 25% frekuensi di bagian bawah distribusi dari 75%
frekuensi dibagian atas distribusi.
1 / 4n F 25 8
K1 b p 40,5 10 49,94
f 18
, dimana
K1 = Kuartil pertama
B = Batas bawah, dari daerah kuartilpertama
kuartil pertama)
3 / 4n F 75 56
K 3 b p 70,5 10 80
f 20
Desil pertama adalah suatu titik yang membatasi 10% frekuensi yang
terbawah dalam distribusi.
1 / 10n F 10 8
D1 b p 40,5 10 41,6
f 18
5 / 10n F 50 26
D5 b p 50,5 10 58,5
f 30
25 / 100n F 25 8
P25 b p 40,5 10 49,94
f 18
; ini sama
dengan kuartil tiga. Demikian seterusnya dapat dihitung persentilnya.
Jenjang Persentil (Percentile Rank) adalah jenjang yang
perhitungannya didasarkan atas 100 angka. Atau jenjang persentil
adalah suatu bilangan yang menunjukkan banyaknya frekuensi
dalampersen yang ada pada dan di bawah nilai itu. Cara menghitung
jenjang persentil dari distribusi angka kasar adalah sebagai berikut.
X b 100
JP fd F *
p n
, dimana
JP = jenjang persentil
X X
SD
Skor Z =
XX
SD
Skor T = 50 + 10Z = 50+10
34% 34%
68%
13,5%
13,5%
0,13%
0,13%
99,7%
| | | | | | |
MEAN
Z SCORES -3 -2 -1 0 +1 +2 +3
T-SCORES 20 30 40 50 60 70 80
IQ SCORES 55 70 85 100 115 130 145
Aleks, Maryunis. 2007. Statistika dan Teori Probabilitas, untuk Penelitian Pendidikan.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNP.