Professional Documents
Culture Documents
"Akibatnya, ia selalu berusaha mencari pasangan elektron, tetapi dengan cara yang radikal, yaitu merebut
elektron dari molekul lain tanpa pandang bulu. Makanya ia disebut radikal bebas atau reactive oxygen
species (ROS)," kata ahli Biokimia Dr Mohamad Sadikin DSc dari Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Perbuatan si radikal bebas ini berakibat destruktif bagi molekul sel lain yang elektronnya dirampas.
Parahnya, aksi perampasan elektron itu menimbulkan reaksi berantai sehingga radikal bebas terlahir
semakin banyak. Radikal bebas merusak molekul makro pembentuk sel, yaitu protein, karbohidrat
(polisakarida), lemak, dan deoxyribo nucleic acid (DNA).
Keragaman zat gizi sangat penting bagi kesehatan anak. Vitamin dan mineral anti oksidan temasuk
dalam kelompok nutrisi yang dibutuhkan oleh anak. Anti oksidan, karoten (sumber vitamin A),
vitamin C, vitamin E, dan mineral seperti Zinc dan Selenium dapat membantu memperbaiki sel-sel
tubuh anak. ASI mengandung berbagai macam anti oksidan. Memberikan ASI adalah salah satu
cara untuk membantu anak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk menunjang tumbuh
kembang mereka. Banyak bahan makanan yang mengandung zat anti oksidan yang dapat diberikan
kepada anak anda saat mereka besar.
Dalam tubuh terdapat molekul oksigen yang stabil dan yang tidak stabil. Molekul oksigen yang
stabil sangat penting untuk memelihara kehidupan, yang diperoleh dari udara secara gratis sebagai
karunia Allah. Makin tinggi kemampuannya mengambil oksigen, makin nyaman hidupnya. Tetapi
kemampuannya yang tinggi hanya dapat diperoleh bila ia mau memberdayakan dirinya untuk hal
itu. Yang tidak stabil termasuk golongan radikal bebas, yang merupakan produk sampingan dari
proses pembentukan daya (energi) dalam tubuh. Radikal bebas atau oksidan adalah molekul
oksigen yang tidak stabil dan molekul tidak stabil lain yang mengandung satu atau lebih elektron
bebas yang menyebabkannya menjadi zat yang sangat reaktif. Sejumlah tertentu radikal bebas
diperlukan untuk kesehatan, tetapi kelebihan radikal bebas bersifat merusak dan sangat berbahaya.
Fungsi radikal bebas dalam tubuh adalah melawan radang, membunuh bakteri dan mengatur kerja
otot polos dalam organ tubuh dan pembuluh darah. Peran merusak radikal bebas baru dikenal
setelah tahun 1954 (Cooper 1994).
Produksi radikal bebas yang terlalu banyak terjadi oleh pengaruh berbagai faktor misalnya: sinar
ultra violet (terdapat dalam sinar matahari) yang akan mengenai orang-orang yang banyak bekerja/
berolahraga di udara terbuka, makanan yang mengandung zat kimia berbahaya misalnya zat warna
textil yang dipergunakan untuk mewarnai makanan, polusi udara misalnya pada daerah-daerah
industri dan daerah-daerah dengan banyak kemacetan lalu-lintas, asap rokok yang dihembuskan
oleh Perokok-perokok di ruangan terbatas, insektisida yang banyak dipergunakan oleh petani dan
rumah-tangga, olahraga berat yang dilakukan oleh para Olahragawan kompetisi, serta berbagai
bentuk stress psikis yang melanda kehidupan duniawi yang semakin merangsang dan menantang.
Penelitian menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara radikal bebas dengan penyakit jantung-
pembuluh darah, kanker, katarak dini dan penuaan dini.
Penyakit jantung-pembuluh darah terjadi oleh karena radikal bebas yang berlebihan menyebabkan
kerusakan lapisan permukaan dalam dinding pembuluh darah arteri. Akibatnya terjadi proses
atherosclerosis yaitu proses yang menyebabkan pembuluh darah arteri jadi menyempit, keras dan
kaku, yang menyebabkan berbagai bentuk penyakit jantung-pembuluh darah misalnya tekanan
darah tinggi, penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke dan perdarahan otak, yang
kesemuanya memperpendek umur karena menyebabkan meningkatnya kematian dini.
Radikal bebas yang tinggi juga dibarengi dengan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)
yang rendah. Kolesterol HDL menghambat tertimbunnya kolesterol LDL di dalam dinding
pembuluh darah sehingga mencegah terjadinya penyakit jantung-pembuluh darah.
Olahraga Kesehatan berpotensi menurunkan produksi radikal bebas, menurunkan Kolesterol-LDL
dan menaikkan Kolesterol-HDL.
)
(1)
.
RADIKAL BEBAS OKSIGEN DAN DERIVATNYA
Seperti telah disinggung di atas ada beberapa jenis radikal
bebas. Tiga di antaranya diulas lebih lanjut berikut ini:
Cermin Dunia Kedokteran No. 102, 1995 33
1) Radikal superoksida (O2)
Radikal ini merupakan jenis yang paling banyak: diteliti, dan terbentuk bila 1 molekul O2
menerima 1 elektron.
Superoksida bersifat oksidan atau reduktan, dapat bereaksi dengan berbagai substrat biologik.
Reaktifitas O2 sangat terbatas karena adanya dismutasi spontan yang dapat terjadi pada pH
fisiologik, membentuk H dan O2 Tetapi dengan terba-tasnya reaktifitas O2 menyebabkan radikal ini
dapat berdifusi dan bereaksi dengan substratnya dalam jarak yang relatif lebih jauh dari tempat
asalnya.
2) Hidrogen peroksida
Penambahan 1 elektron pada radikal O2 menghasilkan ion peroksida O2 yang tidak bersifat radikal,
dan pada pH fisiologik akan segera mengalami protonasi membentuk H2O2. Derivat oksigen ini
bersifat oksidan kuat tetapi bereaksi lambat dengan substrat organik, dan dianggap toksik pada
kadar tinggi. Meskipun bukan radikal bebas, akumulasi H2O2 dapat berbahaya bila ter-
dapat bersama-sama dengan logam (Fe, Cu) atau zat-zat kelator (chelating agents) karena akan
bereaksi membentuk radikal hidroksil yang sangat reaktif. Akumulasi hidroperoksid secara
langsung bersifat toksik dan dapat menginaktifasi enzim-enzim dengan cara oksidasi terhadap
residu asam amino (misalnya. metionin, histidin, sistein, lisin) atau memperantarai reaksi
polimerasi.
Reaksi fisi homolitik ikatan O-O pada H2O2 menghasilkan 2 molekul radikal hidroksil, OH.. Reaksi
homolitik ini dapat terjadi karena pengaruh panas atau radiasi ionisasi. Selain itu, radikal hidroksil
juga dapat terbentuk dari H dengan adanya ion-ion logam (Fe2+,Cu+).
Radikal hidroksil adalah oksidan yang sangat reaktif dan tidak stabil. Ia dapat bereaksi dengan
hampir semua substrat biologik. Karena sangat reaktif efek radikal ini hanya berlangsung di daerah
yang dekat dengan tempat terbentuknya, dan dalam kondisi fisiologik normal tidak ditemukan
radikal hidroksil dalam kadar yang besar.
SIFAT-SIFAT RADIKAL BEBAS
Radikal bebas bersifat sangat reaktif, dapat menimbulkan perubahan kimiawi dan merusak berbagai
komponen sel hidup seperti protein, gugus tiol non-protein, lipid, karbohidrat, nukleotida Terhadap
protein, radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi dan cross-linking, sehingga mempercepat
terjadinya proteolisis. Pengaruh radikal bebas pada gugus tiol enzim akan menyebabkan antara lain
perubahan dalam aktifitas enzim tersebut. Terhadap lipid menyebabkan reaksi peroksidasi yang
akan mencetuskan proses otokatalitik yang akan menjalar sampai jauh dari tempat asal reaksi
semula. Terhadap nukleotida radikal bebas akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur
(DNA atau RNA) yang menyebabkan terjadinya mutasi atau sitotoksisitas.
Perusakan sel oleh radikal bebas reaktif didahului oleh kerusakan membran sel, dengan terjadi
rangkaian proses sebagai berikut:
(a) terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan komponen-komponen membran (enzim-
enzim membran, komponen karbohidrat membran plasma, sehingga terjadi perubahan struktur dari
fungsi reseptor;
(b) oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang menyebabkan proses
transpor lintas membran terganggu;
(c) reaksi peroksidasi lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh
majemuk (PUFA = poly unsaturated fatty acid). Hasil peroksidasi lipid membran oleh
radikal bebas berefek langsung terhadap kerusakan membran sel, antara lain dengan mengubah
fluiditas, cross-linking, struktur dan fungsi membran; dalam keadaan yang lebih ekstrim akhirnya
akan menyebabkan kematian sel.
Efek biologik peroksidasi lipid membran bergantung antara lain pada populasi sel yang
bersangkutan dan profil asam lemak pada membran fosfolipid. Contoh, membran mitokondria dan
mikrosom sensitif terhadap peroksidasi lipid karena kandungan PUFA pada fosfolipid membran
cukup tinggi. Umumnya semua membran peka terhadap reaksi peroksidasi lipid dalam derajat
yang berbeda-beda. Kerusakan struktur subseluler secara langsung mempenga-
ruhi pengaturan metabolisme. Sebagai contoh adalah: disrupsi membran lisosom menyebabkan
penglepasan enzim-enzim hidrolitik lisosom yang selanjutnya mampu memperantarai
pengrusakan intraseluler, dan memperkuat kemampuan radikal bebas dalam menginduksi
kerusakan sel.
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme per-tahanan terhadap pengrusakan
oleh radikal bebas yang beragam, efisien dan tersebar di berbagai tempat dalam sel. Menurut
konsep radikal bebas, kerusakan sel akibat molekul radikal baru
dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah dilampaui atau menurun.
RADIKAL BEBAS OKSIGEN SEBAGAI MEDIATOR
PROSES PATOFISIOLOGIK
Proses patofisiologi yang melibatkan pembentukan radikal
bebas dengan terjadinya kerusakan jaringan, banyak dipelajari
terutama mengenai iskemia (jantung dan SSP) dan terjadinya
proses inflamasi akut. Penyakit-penyakit degeneratif, proses
penuaan dan kanker juga banyak dihubungkan dengan terben-
tuknya radikal bebas oksigen. Pada iskemia SSP, radikal bebas
yang terbentuk terutama mempengaruhi lipid membran
(3)
. Di-
temukan zat-zat yang dapat menghambat pembentukan dan/atau
efek radikal bebas, yang diduga dapat pula menghambat keru-
sakan SSP akibat iskemia, contohnya, antiinflamasi non-steroid
dan mannitol
(3)
.
Pada iskemia, radikal bebas superoksida terbentuk dari
Cermin Dunia Kedokteran No. 102, 1995
34
hipoxantin yang merupakan hasil degradasi ATP. Reaksi ini
dikatalisis oleh xantin oksidase (tipe-O), yang merupakan hasil
konversi dari xantin dehidrogenase (tipe-D) dan terbentuk pada
keadaan patologik (iskemia) karena energi rendaH
(6,7)
.
tipe-O
hipoxantin
>
xantin
+
O
2
Antioksidan sebenarnya didefinisikan sebagai inhibitor yang bekerja menghambat oksidasi dengan
cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif stabil.
Tetapi mengenai radikal bebas yang berkaitan dengan penyakit, akan lebih sesuai jika antioksidan
didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas
oksigen reaktif.
Saat ini ditemukan bahwa ternyata radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit. Hal
ini dikarenakan radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki pasangan elektron bebas di kulit
terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA.
Reaksi antara radikal bebas dan molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit.
Efek oksidatif radikal bebas dapat menyebabkan peradangan dan penuaan dini. Lipid yang
seharusnya menjaga kulit agar tetap segar berubah menjadi lipid peroksida karena bereaksi dengan
radikal bebas sehingga mempercepat penuaan. Kanker pun disebabkan oleh oksigen reaktif yang
intinya memacu zat karsinogenik, sebagai faktor utama kanker. Selain itu, oksigen reaktif dapat
meningkatkan kadar LDL (low density lipoprotein) yang kemudian menjadi penyebab penimbunan
kolesterol pada dinding pembuluh darah. Akibatnya timbullah atherosklerosis atau lebih dikenal
dengan penyakit jantung koroner. Di samping itu penurunan suplai darah atau ischemic karena
penyumbatan pembuluh darah serta Parkinson yang diderita Muhammad Ali menurut patologi juga
dikarenakan radikal bebas.
Tipe radikal bebas turunan oksigen reaktif sangat signifikan dalam tubuh. Oksigen reaktif ini
mencakup superoksida (O`2), hidroksil (`OH), peroksil (ROO`), hidrogen peroksida (H2O2), singlet
oksigen (O2), oksida nitrit (NO`), peroksinitrit (ONOO`) dan asam hipoklorit (HOCl).
Sumber radikal bebas, baik endogenus maupun eksogenus terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi. Yang pertama pembentukan awal radikal bebas (inisiasi), lalu perambatan atau terbentuknya
radikal baru (propagasi), dan tahap terakhir (terminasi), yaitu pemusnahan atau pengubahan
menjadi radikal bebas stabil dan tak reaktif.
Penjelasan mengenai sumber radikal bebas endogenus ini sangat bervariasi. Sumber endogenus
dapat melewati autoksidasi, oksidasi enzimatik, fagositosis dalam respirasi, transpor elektron di
mitokondria, oksidasi ion-ion logam transisi, atau melalui ischemic. Autoksidasi adalah senyawa
yang mengandung ikatan rangkap, hidrogen alilik, benzilik atau tersier yang rentan terhadap
oksidasi oleh udara. Contohnya lemak yang memproduksi asam butanoat, berbau tengik setelah
bereaksi dengan udara. Oksidasi enzimatik menghasilkan oksidan asam hipoklorit. Di mana sekitar
70-90 % konsumsi O2 oleh sel fagosit diubah menjadi superoksida dan bersama dengan `OH serta
HOCl membentuk H2O2 dengan bantuan bakteri. Oksigen dalam sistem transpor elektron
menerima 1 elektron membentuk superoksida. Ion logam transisi, yaitu Co dan Fe memfasilitasi
produksi singlet oksigen dan pembentukan radikal `OH melalui reaksi Haber-Weiss: H2O2 + Fe2+
---> `OH + OH- + Fe3 +. Secara singkat, xantin oksida selama ischemic menghasilkan superoksida
dan xantin. Xantin yang mengalami produksi lebih lanjut menyebabkan asam urat.
Sedangkan sumber eksogenus radikal bebas yakni berasal dari luar sistem tubuh, diantaranya sinar
UV. Sinar UVB merangsang melanosit memproduksi melanin berlebihan dalam kulit, yang tidak
hanya membuat kulit lebih gelap, melainkan juga berbintik hitam. Sinar UVA merusak kulit dengan
menembus lapisan basal yang menimbulkan kerutan.
Penggolongan Antioksidan
Superoksida dismutase berperan dalam melawan radikal bebas pada mitokondria, sitoplasma dan
bakteri aerob dengan mengurangi bentuk radikal bebas superoksida. SOD murni berupa peptida
orgoteina yang disebut agen anti peradangan. Kerja SOD akan semakin aktif dengan adanya
poliferon yang diperoleh dari konsumsi teh. Enzim yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air
dan oksigen adalah katalase. Fungsinya menetralkan hidrogen peroksida beracun dan mencegah
formasi gelembung CO2 dalam darah.
Antioksidan glutation peroksidase bekerja dengan cara menggerakkan H2O2 dan lipid peroksida
dibantu dengan ion logam-logam transisi. GSH.Prx mengandung Se. Sumber Se ada pada ikan,
telur, ayam, bawang putih, biji gandum, jagung, padi, dan sayuran yang tumbuh di tanah yang kaya
akan Se. Dosis Se yang terlalu tinggi bersifat racun.
Vitamin E dipercaya sebagai sumber antioksidan yang kerjanya mencegah lipid peroksidasi dari
asam lemak tak jenuh dalam membran sel dan membantu oksidasi vitamin A serta mempertahankan
kesuburan. Vitamin E disimpan dalam jaringan adiposa dan dapat diperoleh dari minyak nabati
terutama minyak kecambah, gandum, kacang-kacangan, biji-bijian, dan sayuran hijau.
Sebagai antioksidan, beta karoten adalah sumber utama vitamin A yang sebagian besar ada dalam
tumbuhan. Selain melindungi buah-buahan dan sayuran berwarna kuning atau hijau gelap dari
bahaya radiasi matahari, beta karoten juga berperan serupa dalam tubuh manusia. Beta karoten
terkandung dalam wortel, brokoli, kentang, dan tomat.
Antioksidan yang berasal dari sumber hewani walaupun menjadi penyumbang minoritas tetapi
peranannya tidak dapat disepelekan begitu saja. Hal yang mengejutkan ada pada astaxanthin yang
tergolong karoten. Menurut para ahli, astaxanthin 1000 kali lebih kuat sebagai antioksidan daripada
vitamin E. Udang, ikan salmon, kerang merupakan sumber potansial astaxanthin. Tetapi kandungan
astaxanthin terbanyak ada pada sejenis mikroalga, yaitu Haematococos pluvalis. Astaxanthinnya
melindungi alga dari perubahan lingkungan seperti tingginya foto oksidasi ultraviolet dan evaporasi.
Aktivitas antioksidan ini bekerja melawan lipid peroksida dan bahaya oksidasi LDL kolesterol
maupun UV, serta membantu penglihatan, respon kekebalan, reproduksi dan pigmentasi bagi alga.
Sedangkan asam askorbat mudah dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Dengan demikian maka
vitamin C juga berperan dalam menghambat reaksi oksidasi yang berlebihan dalam tubuh dengan
cara bertindak sebagai antioksidan. Vitamin C terkandung dalam sayuran berwarna hijau dan buah-
buahan.
Di samping penggolongan antioksidan di atas, ada pula senyawa lain yang dapat menggantikan
vitamin E, yaitu flavonoid. Hal ini dikemukakan oleh Department of Environmental and Molecular
Toxicology, Oregon State University. Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang terdapat pada
teh, buah-buahan, sayuran, anggur, bir dan kecap. Aktivitas antioksidan flavonoid tergantung pada
struktur molekulnya terutama gugus prenil (CH3)2C=CH-CH2-. Dalam penelitian menunjukkan
bahwa gugus prenil flavonoid dikembangkan untuk pencegahan atau terapi terhadap penyakit-
penyakit yang diasosiasikan dengan radikal bebas.
Dari penjabaran di atas, setidaknya kita telah dapat mengetahui berbagai sumber antioksidan berikut
mengapa antioksidan diperlukan bagi kesehatan. Prevention is much better than curation, however.
Jadi, mulailah dengan menjaga kesehatan dari makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap
hari.