You are on page 1of 15

Antioksidan merupakan zat yang anti terhadap zat lain yang bekerja sebagai oksidan.

Zat lain itu populer


disebut radikal bebas, yaitu suatu molekul oksigen dengan atom yang pada orbit terluarnya memiliki
elektron yang tidak berpasangan. Karena kehilangan pasangannya itu, molekul lalu menjadi tidak stabil, liar,
dan radikal.

"Akibatnya, ia selalu berusaha mencari pasangan elektron, tetapi dengan cara yang radikal, yaitu merebut
elektron dari molekul lain tanpa pandang bulu. Makanya ia disebut radikal bebas atau reactive oxygen
species (ROS)," kata ahli Biokimia Dr Mohamad Sadikin DSc dari Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Perbuatan si radikal bebas ini berakibat destruktif bagi molekul sel lain yang elektronnya dirampas.
Parahnya, aksi perampasan elektron itu menimbulkan reaksi berantai sehingga radikal bebas terlahir
semakin banyak. Radikal bebas merusak molekul makro pembentuk sel, yaitu protein, karbohidrat
(polisakarida), lemak, dan deoxyribo nucleic acid (DNA).

Keragaman zat gizi sangat penting bagi kesehatan anak. Vitamin dan mineral anti oksidan temasuk
dalam kelompok nutrisi yang dibutuhkan oleh anak. Anti oksidan, karoten (sumber vitamin A),
vitamin C, vitamin E, dan mineral seperti Zinc dan Selenium dapat membantu memperbaiki sel-sel
tubuh anak. ASI mengandung berbagai macam anti oksidan. Memberikan ASI adalah salah satu
cara untuk membantu anak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk menunjang tumbuh
kembang mereka. Banyak bahan makanan yang mengandung zat anti oksidan yang dapat diberikan
kepada anak anda saat mereka besar.

Dalam tubuh terdapat molekul oksigen yang stabil dan yang tidak stabil. Molekul oksigen yang
stabil sangat penting untuk memelihara kehidupan, yang diperoleh dari udara secara gratis sebagai
karunia Allah. Makin tinggi kemampuannya mengambil oksigen, makin nyaman hidupnya. Tetapi
kemampuannya yang tinggi hanya dapat diperoleh bila ia mau memberdayakan dirinya untuk hal
itu. Yang tidak stabil termasuk golongan radikal bebas, yang merupakan produk sampingan dari
proses pembentukan daya (energi) dalam tubuh. Radikal bebas atau oksidan adalah molekul
oksigen yang tidak stabil dan molekul tidak stabil lain yang mengandung satu atau lebih elektron
bebas yang menyebabkannya menjadi zat yang sangat reaktif. Sejumlah tertentu radikal bebas
diperlukan untuk kesehatan, tetapi kelebihan radikal bebas bersifat merusak dan sangat berbahaya.
Fungsi radikal bebas dalam tubuh adalah melawan radang, membunuh bakteri dan mengatur kerja
otot polos dalam organ tubuh dan pembuluh darah. Peran merusak radikal bebas baru dikenal
setelah tahun 1954 (Cooper 1994).
Produksi radikal bebas yang terlalu banyak terjadi oleh pengaruh berbagai faktor misalnya: sinar
ultra violet (terdapat dalam sinar matahari) yang akan mengenai orang-orang yang banyak bekerja/
berolahraga di udara terbuka, makanan yang mengandung zat kimia berbahaya misalnya zat warna
textil yang dipergunakan untuk mewarnai makanan, polusi udara misalnya pada daerah-daerah
industri dan daerah-daerah dengan banyak kemacetan lalu-lintas, asap rokok yang dihembuskan
oleh Perokok-perokok di ruangan terbatas, insektisida yang banyak dipergunakan oleh petani dan
rumah-tangga, olahraga berat yang dilakukan oleh para Olahragawan kompetisi, serta berbagai
bentuk stress psikis yang melanda kehidupan duniawi yang semakin merangsang dan menantang.
Penelitian menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara radikal bebas dengan penyakit jantung-
pembuluh darah, kanker, katarak dini dan penuaan dini.
Penyakit jantung-pembuluh darah terjadi oleh karena radikal bebas yang berlebihan menyebabkan
kerusakan lapisan permukaan dalam dinding pembuluh darah arteri. Akibatnya terjadi proses
atherosclerosis yaitu proses yang menyebabkan pembuluh darah arteri jadi menyempit, keras dan
kaku, yang menyebabkan berbagai bentuk penyakit jantung-pembuluh darah misalnya tekanan
darah tinggi, penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke dan perdarahan otak, yang
kesemuanya memperpendek umur karena menyebabkan meningkatnya kematian dini.
Radikal bebas yang tinggi juga dibarengi dengan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)
yang rendah. Kolesterol HDL menghambat tertimbunnya kolesterol LDL di dalam dinding
pembuluh darah sehingga mencegah terjadinya penyakit jantung-pembuluh darah.
Olahraga Kesehatan berpotensi menurunkan produksi radikal bebas, menurunkan Kolesterol-LDL
dan menaikkan Kolesterol-HDL.

Pemeliharaan otot dan tulang


Dalam olahraga kesehatan, tujuan utama latihan kekuatan adalah untuk mencegah atrofi/ hypotrofi
otot (mengecilnya otot) dan osteoporosis (pengeroposan tulang), dan agar otot dan tulang dapat
memenuhi tuntutan tugas kemandirian dalam perikehidupan bio-psiko-sosiologik (peri kehidupan
jasmani-rohani-sosial) masing-masing individu.
Sejak usia pertengahan yaitu sekitar usia 30 tahun, massa tulang berkurang (osteoporosis) 1% tiap
tahun (Cooper 1994) dan pada wanita menopause meningkat menjadi 4% per tahun selama 5 tahun
pertama kemudian melambat.
Dengan meningkatnya kesejahteraan, maka jumlah orang lanjut usia (lansia) juga semakin
meningkat khususnya dalam 10-20 tahun mendatang. Akan menjadi tragedi nasional bila kita tidak
mengantisipasi kehadiran para lansia yang jumlahnya semakin meningkat. Lansia harus
diberdayakan untuk mau mencapai tingkat kebugaran jasmani minimal yaitu kemandirian dalam
peri kehidupan bio-psiko-sosiologik (tingkat sehat dinamis minimal yang harus dicapai). Cooper
(1994) mengatakan bahwa rata-rata orang mengalami masa ketidak-berdayaan 10 tahun sebelum
akhirnya meninggal dan bagian terbesar ketidak-berdayaan fisik ini dapat dicegah atau setidaknya
dapat diminimalkan melalui program latihan olahraga kesehatan, yang harus juga meliputi latihan
kekuatan untuk mencegah atrofi/ hipotrofi otot dan osteoporosis. Jadi latihan untuk meningkatkan
kekuatan di sini adalah dalam rangka mencapai sasaran minimal olahraga kesehatan yaitu
kemandirian dalam peri kehidupan jasmani, rohani dan sosial, artinya secara jasmani lansia dapat
mengerjakan semua kebutuhan bagi kehidupan pribadinya, dapat mengurus dirinya sendiri; secara
rohani dapat terpelihara dan terhindar dari kepikunan sehingga dapat melaksanakan ibadah secara
sempurna, dan secara sosial masih dapat bergaul dengan lingkungan sehingga dapat memberi dan
memperoleh manfaat dari kehidupan bermasyarakat dengan lingkungannya!
Pencegahan atrofi/ hipotrofi otot dan osteoporosis adalah dengan latihan yang teratur dengan
menggunakan beban, misalnya senam dengan menggunakan beban benda-benda murah yang mudah
didapat misalnya sebotol air minum kemasan dari mulai yang 300 ml (= 300 gram) yang secara
berangsur dinaikkan sampai kemasan 1000 ml (= 1 kg). Kekuatan penting untuk pemeliharaan dan
peningkatan kemampuan gerak dasar yang menjadi dasar bagi kemandirian dalam peri kehidupan
bio-psiko-sosiologik yang harus dimiliki para lansia.
Senam (Olahraga kesehatan) harus dilakukan secara berkelanjutan dan teratur 3x dalam seminggu,
karena manfaat olahraga kesehatan hanya akan diperoleh setiap kali setelah ia melakukan olahraga
kesehatan itu. Lalai melakukan olahraga kesehatan dalam seminggu, akan menghilangkan manfaat
olahraga kesehatan yang telah diperolehnya minggu yang lalu, dan demikian seterusnya.

Pertahanan tubuh terhadap radikal bebas


Penelitian menunjukkan bahwa tubuh membentuk zat antioksidan yang diperlukan untuk
menangkal pengaruh buruk oksidan. Akan tetapi bila produksi radikal bebas berlebihan maka
diperlukan juga antioksidan yang berasal dari luar tubuh yang disebut antioksidan exogen; yang
terpenting di antaranya adalah Vit. C, Vit. E dan beta karoten (Pro-vitamin A). Vitamin-vitamin ini
terdapat banyak dalam sayuran dan buah-buahan; khususnya wortel banyak mengandung beta
karoten.
Olahraga teratur dengan intensitas ringan-sedang (olahraga kesehatan), memang bersifat antioxidan,
artinya orang yang melakukan olahraga kesehatan terbukti memproduksi oksidan paling sedikit.
Meningkatnya keganasan pada usia yang semakin tua, sebagian disebabkan oleh meningkatnya
jumlah radikal bebas yang dihasilkan dan menurunnya kemampuannya menangkal, disertai dengan
menurunnya kemampuan sistem immuun untuk menyingkirkan sel yang berubah menjadi ganas. Di
samping itu kehidupan yang penuh stress juga meningkatkan produksi radikal bebas (Cooper 1994).
Kedua hal terebut di atas dapat diatasi dengan melakukan olahraga kesehatan.
Manfaat antioxidan
Kebutuhan antioksidan adalah sebagai berikut :
Pria membutuhkan lebih banyak anti oksidan dari pada wanita
Usia > 50 tahun membutuhkan antioksidan yang lebih banyak dari pada usia muda
Aktivitas jasmaniah yang lebih banyak (Pelaku olahraga berat/ Atlet olahraga kompetisi)
memerlukan antioksidan yang lebih banyak.
Penggunaan antioxidan yang terdiri dari Vit. E 600 mg, Vit. C 1000 mg dan -carotene 30 mg
selama 6 bulan menurunkan radikal bebas sebesar 17-36%. (Cooper 1994).
Pemberian antioxidan exogen dapat:
Meningkatkan perlindungan terhadap berbagai bentuk keganasan
Meningkatkan ketahanan terhadap penyakit jantung-pembuluh darah misalnya atherosclerosis,
serangan jantung dan stroke.
Memberi perlindungan terhadap penglihatan dengan mencegah terjadinya katarak dini
Menghambat penuaan dini
Meningkatkan kemampuan sistem immuun (sitem kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit
infeksi dan keganasan)
Mengurangi risiko terjadinya penyakit Parkinson dini.

Sasaran olahraga bagi Lansia


Sasaran olahraga kesehatan pada umumnya dan khususnya bagi lansia adalah untuk:
1. Memelihara dan meningkatkan mobilitas dan kemandirian gerak (Sehat dinamis) untuk
memelihara dan meningkatkan kemandirian dalam peri kehidupan bio-psiko-sosiologiknya.
2. Mencegah, menghambat perjalanan dan meringankan gejala-gejala penyakit non-infeksi dan
bahkan dapat menyembuhkan penyakit non-infeksi, termasuk menyembuhkan penyakit kelemahan
fisik.
3. Mengendalikan berat badan bersamaan dengan pengaturan diet
4. Meningkatkan semangat dan kualitas hidup.
Pesan khusus: Taatilah syarat-syarat dan tata-cara melakukan olahraga kesehatan, jangan sampai
kebablasan, karena risiko benar-benar merupakan tanggung-jawab Anda pribadi.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Radikal Bebas - Sifat dan Peran dalam
Menimbulkan Kerusakan/Kematian Sel
Retno Gitawati
Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
PENDAHULUAN
Salah satu penyebab kerusakan sel/jaringan adalah akibat
pembentukan radikal bebas. Radikal bebas adalah produk-antara
yang terbentuk dalam berbagai proses reaksi dari metabolisme
sel
(1,2)
. Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir banyak studi di-
lakukan untuk mengetahui peran radikal bebas dalam menimbul-
kan kerusakan sel dan terjadinya bermacam kelainan tubuh.
Salah satu radikal bebas yang banyak dipelajari dan dikenal ber-
sifat toksik bagi sel hidup adalah radikal bebas oksigen (super-
oksida) dan derivatnya (radikal hidroksil). Berbagai proses
metabolisme dalam tubuh manusia menghasilkan radikal bebas
yang berbal namun dalam keadaan fisiologik tubuh kita
memiliki mekanisme proteksi yang menetralkan radikal bebas
tersebut, antara lain dengan adanya enzim-enzim yang bersifat
scavenger terhadap radikal bebas.
Tulisan ini bermaksud mengulas secara ringkas apa, bagai-
mana dan mekanisme biokimiawi radikal bebas dalam menim-
bulkan kerusakan dan kematian sd, dan scavenger-nya.
APA DAN BAGAIMANA TERBENTUKNYA RADIKAL
BEBAS
Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom atau molekul
yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan
pada orbital paling luar
(1,2,3)
, termasuk di antaranya adalah atom
hidrogen, logam-logam transisi dan molekul oksigen. Adanya
"elektron-tidak-berpasangan" menyebabkan radikal bebas (di-
beri simbol R.) secara kimiawi sangat reaktif. Radikal bebas
dapat bermuatan positif (kation), negatif (anion) atau tidak ber-
muatan.
Secara umum, radikal bebas dapat terbentuk melalui salah
satu cara sebagai berikut
(2)
: (i) melalui absorpsi radiasi (ionisasi,
uv, radiasi sinar tampak, radiasi panas), atau (ii) melalui reaksi
redoks, dengan mekanisme reaksi fisi ikatan homolitik (a) atau
pemindahan elektron (b):
A:B > A + B (a) A:B A: + B
A : + B > A + B (b)
Pengaruh radiasi ionisasi terhadap materi biologik akan
menghasilkan bermacam-macam radikal bebas yang kompleks,
terutama radikal hidrogen (H.), hidroksil (OH.), dan elektron,
yang siap berinteraksi dengan biomolekul-biomolekul lain yang
berdekatan. Energi panas juga dapat menghasilkan radikal bebas.
Secara umum, suhu tinggi dibutuhkan untuk memecahkan ikatan
kovalen, tetapi beberapa ikatan yang relatif tidak stabil dapat
dipecahkan secara homolitik pada suhu 30 50C. Senyawa-se-
nyawa demikian sebagian besar merupakan pencetus (initiator)
reaksi pembentukan radikal bebas. Zat-zat organik ataupun xeno-
biotik yang terpapar suhu tinggi, misalnya polutan, sampah
organik yang dibakar, rokok yang terbakar, menghasilkan cam-
puran berbagai radikal bebas yang kompleks
(2)
. Beberapa reaksi
redoks penghasil radikal bebas membutuhkan katalisator, biasa-
nya logam transisi atau suatu enzim (metaloenzim atau flavo-
protein).
Berbagai proses metabolisme normal dalam tubuh dapat
menghasilkan radikal bebas dalam jumlah kecil sebagai produk.
antara. Didalam sel hidup radikal bebas terbentuk pada membran
plasma dan organel-organel seperti mitokondria, peroksisom,
retikulum endoplasmik dan sitosol; melalui reaksi-reaksi enzi-
matik fisiologik yang berlangsung dalam proses metabolisme
(4)
.
Proses fagositosis oleh sel-sel fagositik termasuk netrofil, mo-
nosit, makrofag dan eosinofil, juga menghasilkan radikal bebas,
yaitu superoksida (O
2

)
(1)
.
RADIKAL BEBAS OKSIGEN DAN DERIVATNYA
Seperti telah disinggung di atas ada beberapa jenis radikal
bebas. Tiga di antaranya diulas lebih lanjut berikut ini:
Cermin Dunia Kedokteran No. 102, 1995 33
1) Radikal superoksida (O2)

Radikal ini merupakan jenis yang paling banyak: diteliti, dan terbentuk bila 1 molekul O2
menerima 1 elektron.
Superoksida bersifat oksidan atau reduktan, dapat bereaksi dengan berbagai substrat biologik.
Reaktifitas O2 sangat terbatas karena adanya dismutasi spontan yang dapat terjadi pada pH
fisiologik, membentuk H dan O2 Tetapi dengan terba-tasnya reaktifitas O2 menyebabkan radikal ini
dapat berdifusi dan bereaksi dengan substratnya dalam jarak yang relatif lebih jauh dari tempat
asalnya.

2) Hidrogen peroksida

Penambahan 1 elektron pada radikal O2 menghasilkan ion peroksida O2 yang tidak bersifat radikal,
dan pada pH fisiologik akan segera mengalami protonasi membentuk H2O2. Derivat oksigen ini
bersifat oksidan kuat tetapi bereaksi lambat dengan substrat organik, dan dianggap toksik pada
kadar tinggi. Meskipun bukan radikal bebas, akumulasi H2O2 dapat berbahaya bila ter-
dapat bersama-sama dengan logam (Fe, Cu) atau zat-zat kelator (chelating agents) karena akan
bereaksi membentuk radikal hidroksil yang sangat reaktif. Akumulasi hidroperoksid secara
langsung bersifat toksik dan dapat menginaktifasi enzim-enzim dengan cara oksidasi terhadap
residu asam amino (misalnya. metionin, histidin, sistein, lisin) atau memperantarai reaksi
polimerasi.

3) Radikal hidroksil (OH.)

Reaksi fisi homolitik ikatan O-O pada H2O2 menghasilkan 2 molekul radikal hidroksil, OH.. Reaksi
homolitik ini dapat terjadi karena pengaruh panas atau radiasi ionisasi. Selain itu, radikal hidroksil
juga dapat terbentuk dari H dengan adanya ion-ion logam (Fe2+,Cu+).
Radikal hidroksil adalah oksidan yang sangat reaktif dan tidak stabil. Ia dapat bereaksi dengan
hampir semua substrat biologik. Karena sangat reaktif efek radikal ini hanya berlangsung di daerah
yang dekat dengan tempat terbentuknya, dan dalam kondisi fisiologik normal tidak ditemukan
radikal hidroksil dalam kadar yang besar.
SIFAT-SIFAT RADIKAL BEBAS
Radikal bebas bersifat sangat reaktif, dapat menimbulkan perubahan kimiawi dan merusak berbagai
komponen sel hidup seperti protein, gugus tiol non-protein, lipid, karbohidrat, nukleotida Terhadap
protein, radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi dan cross-linking, sehingga mempercepat
terjadinya proteolisis. Pengaruh radikal bebas pada gugus tiol enzim akan menyebabkan antara lain
perubahan dalam aktifitas enzim tersebut. Terhadap lipid menyebabkan reaksi peroksidasi yang
akan mencetuskan proses otokatalitik yang akan menjalar sampai jauh dari tempat asal reaksi
semula. Terhadap nukleotida radikal bebas akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur
(DNA atau RNA) yang menyebabkan terjadinya mutasi atau sitotoksisitas.
Perusakan sel oleh radikal bebas reaktif didahului oleh kerusakan membran sel, dengan terjadi
rangkaian proses sebagai berikut:
(a) terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan komponen-komponen membran (enzim-
enzim membran, komponen karbohidrat membran plasma, sehingga terjadi perubahan struktur dari
fungsi reseptor;
(b) oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang menyebabkan proses
transpor lintas membran terganggu;
(c) reaksi peroksidasi lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh
majemuk (PUFA = poly unsaturated fatty acid). Hasil peroksidasi lipid membran oleh
radikal bebas berefek langsung terhadap kerusakan membran sel, antara lain dengan mengubah
fluiditas, cross-linking, struktur dan fungsi membran; dalam keadaan yang lebih ekstrim akhirnya
akan menyebabkan kematian sel.
Efek biologik peroksidasi lipid membran bergantung antara lain pada populasi sel yang
bersangkutan dan profil asam lemak pada membran fosfolipid. Contoh, membran mitokondria dan
mikrosom sensitif terhadap peroksidasi lipid karena kandungan PUFA pada fosfolipid membran
cukup tinggi. Umumnya semua membran peka terhadap reaksi peroksidasi lipid dalam derajat
yang berbeda-beda. Kerusakan struktur subseluler secara langsung mempenga-
ruhi pengaturan metabolisme. Sebagai contoh adalah: disrupsi membran lisosom menyebabkan
penglepasan enzim-enzim hidrolitik lisosom yang selanjutnya mampu memperantarai
pengrusakan intraseluler, dan memperkuat kemampuan radikal bebas dalam menginduksi
kerusakan sel.
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme per-tahanan terhadap pengrusakan
oleh radikal bebas yang beragam, efisien dan tersebar di berbagai tempat dalam sel. Menurut
konsep radikal bebas, kerusakan sel akibat molekul radikal baru
dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah dilampaui atau menurun.
RADIKAL BEBAS OKSIGEN SEBAGAI MEDIATOR
PROSES PATOFISIOLOGIK
Proses patofisiologi yang melibatkan pembentukan radikal
bebas dengan terjadinya kerusakan jaringan, banyak dipelajari
terutama mengenai iskemia (jantung dan SSP) dan terjadinya
proses inflamasi akut. Penyakit-penyakit degeneratif, proses
penuaan dan kanker juga banyak dihubungkan dengan terben-
tuknya radikal bebas oksigen. Pada iskemia SSP, radikal bebas
yang terbentuk terutama mempengaruhi lipid membran
(3)
. Di-
temukan zat-zat yang dapat menghambat pembentukan dan/atau
efek radikal bebas, yang diduga dapat pula menghambat keru-
sakan SSP akibat iskemia, contohnya, antiinflamasi non-steroid
dan mannitol
(3)
.
Pada iskemia, radikal bebas superoksida terbentuk dari
Cermin Dunia Kedokteran No. 102, 1995
34
hipoxantin yang merupakan hasil degradasi ATP. Reaksi ini
dikatalisis oleh xantin oksidase (tipe-O), yang merupakan hasil
konversi dari xantin dehidrogenase (tipe-D) dan terbentuk pada
keadaan patologik (iskemia) karena energi rendaH
(6,7)
.
tipe-O
hipoxantin
>
xantin
+
O
2

Proses inflamasi diperantarai oleh sintesis prostaglandin


yang dikatalisis oleh siklo-oksigenase. Produk-antara pada tahap
sintesis ini adalah terbentuknya radikal bebas
(3)
. Selain itu,
aktifasi sel-sel fagosit sebagai mekanisme imunologik normal
dalam meregulasi proses inflamasi (antara lain dengan merubah
permeabilitas vaskuler dan pembentukan faktor-faktor kemo-
taktik), juga akan menghasilkan radikal bebas oksigen
(1,2)
.
Zat-zat yang dapat bereaksi dengan DNA, sangat potensial
bersifat karsinogenik. DNA yang terpapar sistim penghasil ra-
dikal bebas oksigen, misalnya radikal hidroksil (OH.) reaktif
yang terbentuk dengan adanya ion-ion logam transisi, akan
mengalami pemecahan dan degradasi rantai desoksiribos
(1,2)
.
Efek mutagenik radikal superoksida yang terbentuk selama
aktifasi sel-sel fagosit pada inflamasi jaringan kronik, dapat
mendorong terjadinya sel kanker. Zat-zat kimia karsinogen dapat
mengalami aktifasi metabolik menjadi produk-antara radikal
bebas, misalnya metabolisme hidrokarbon polisiklik, amin-
aromatik dan sebagainya; bila terbentuk dekat dengan DNA,
akan bereaksi dengan DNA dan terjadi aktifitas karsinogenik
(2)
.
Dengan bertambahnya usia, radikal bebas yang terbentuk
selama metabolisme normal dapat merusak DNA dan makro-
molekul lain sehingga terjadi penyakit-penyakit degeneratif,
keganasan, kematian sel-sel vital tertentu, yang pada akhirnya
akan menyebabkan proses penuaan dan kematian bagi individu
tersebut. Sejenis pigmen (lipofuscin) yang terakumulasi pada
semua spesies mammalia sejalan dengan bertambahnya usia,
diduga berkaitan dengan terjadinya peroksidasi lipid. Terjadinya
katarak pada usia lanjut diduga antara lain karena proses
peroksidasi lipid akibat terbentuknya radikal superoksida secara
fotokimia oleh efek fotosensitisasi cahaya
(8)
.
SCAVENGERRADIKALBEBAS
Scavenger radikal bebas adalah suatu substansi atau molekul
yang dapat bereaksi dengan radikal bebas, dan berfungsi me-
netralkan radikal bebas. Scavenger radikal bebas terdapat endo-
gen dalam tubuh kita, maupun berasal dari luar tubuh (eksogen).
Komponen-komponen sel, seperti gula, asam amino tak jenuh,
asam amino yang mengandung sulfur, asam lemak tak jenuh,
dapat bereaksi `menetralkan' radikal bebas. Produksi reaksi ini
akan bersifat kurang toksik terhadap sel dibandingkan radikal
bebas semula atau dengan mekanisme pertahanan ini diusaha-
kan mempertahankan kadar radikal bebas terendah yang tidak
lagi dapat menyebabkan kerusakan komponen sel.
Scavenger endogen berupa enzim-enzim mikrosom hati se-
perti katalase, peroksidase, dan superoksida dismutase (SOD),
secara fisiologik menetralkan pembentukan dan/atau efek radi-
kal bebas yang terbentuk selama proses metabolisme normal
(5,7)
dengan mekanisme sebagai berikut:
Pada keadaan patologik yang antara lain diakibatkan ter-
bentuknya radikal bebas dalam jumlah berlebihan, enzim-enzim
yang berfungsi sebagai scavenger endogen dapat menurun akti-
fitasnya, sehingga memperparah keadaan patofisiologik yang
telah terjadi.
Beberapa antioksidan dan zat/obat-obat seperti vitamin-E
(alfatokoferol), betakaroten, DMTU, allopurinol, kaptopril,
manitol, dalam beberapa penelitian dibuktikan mempunyai
aktifitas sebagai scavenger radikal bebas
(8)
antara lain dengan
mereduksi radikal bebas menjadi bentuk tidak toksik.
KESIMPULAN
Radikal bebas adalah suatu substansi kimia yang bersifat
reaktif karena memiliki "elektron-tidak-berpasangan" pada
orbital paling luar; yang paling banyak dipelajari adalah radikal
superoksida (O
2
-
) dan radikal hidroksil (OH'). Substansi ter-
sebut mampu merusak berbagai komponen sel sehingga dapat
berakibat terjadinya kerusakan bahkan kematian sel dan berbagai
kelainan tubuh. Sistim biologik dapat terpapar oleh radikal
bebas, baik yang terbentuk endogen sebagai produk antara dalam
proses metabolisme sel, maupun eksternal seperti pengaruh
radiasi ionisasi dan proses pembakaran berbagai polutan.
Meskipun demikian, dalam keadaan fisiologik tubuh memiliki
mekanisme proteksi terhadap efek radikal bebas dengan adanya
enzim-enzim dan antioksidan yang bersifat scavenger.
Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap substansi/obat-
obat yang diduga memiliki sifat scavenger radikal bebas antara
lain alfatokoferol (vitamin E), betakaroten, allopurinol, kaptopril
dan sebagainya; sebagian dengan tujuan untuk mengetahui
mekanisme pengrusakan radikal bebas, sebagian lain dengan
tujuan untuk terapi terhadap kelainan-kelainan yang ditimbul-
kan.
KEPUSTAKAAN
1. Halliwell B, Gutteridge JMC. Oxygen toxicity, oxygen radicals, transition
metals and disease. Biochem J 1984; 279: 114.
2. Slater TF. Free-radical mechanisms in tissue injury. Biochem J 1984; 222:
115.
3. Hess ML, Manson NH. Molecular Oxygen: Friend and Foe. The role of the
oxygen free radical system in the calcium paradox, the oxygen paradox
and ischemia/reperfusion injury. J Mol Cell Cardiol 1984; 16: 96985.
4. Suyatna FD. Radikal bebas dan iskemia. Cermin Dunia Kedokt 1989; 57:

Antioksidan sebenarnya didefinisikan sebagai inhibitor yang bekerja menghambat oksidasi dengan
cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif stabil.
Tetapi mengenai radikal bebas yang berkaitan dengan penyakit, akan lebih sesuai jika antioksidan
didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas
oksigen reaktif.

Efek berbahaya radikal bebas

Saat ini ditemukan bahwa ternyata radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit. Hal
ini dikarenakan radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki pasangan elektron bebas di kulit
terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA.
Reaksi antara radikal bebas dan molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit.

Efek oksidatif radikal bebas dapat menyebabkan peradangan dan penuaan dini. Lipid yang
seharusnya menjaga kulit agar tetap segar berubah menjadi lipid peroksida karena bereaksi dengan
radikal bebas sehingga mempercepat penuaan. Kanker pun disebabkan oleh oksigen reaktif yang
intinya memacu zat karsinogenik, sebagai faktor utama kanker. Selain itu, oksigen reaktif dapat
meningkatkan kadar LDL (low density lipoprotein) yang kemudian menjadi penyebab penimbunan
kolesterol pada dinding pembuluh darah. Akibatnya timbullah atherosklerosis atau lebih dikenal
dengan penyakit jantung koroner. Di samping itu penurunan suplai darah atau ischemic karena
penyumbatan pembuluh darah serta Parkinson yang diderita Muhammad Ali menurut patologi juga
dikarenakan radikal bebas.

Tipe radikal bebas turunan oksigen reaktif sangat signifikan dalam tubuh. Oksigen reaktif ini
mencakup superoksida (O`2), hidroksil (`OH), peroksil (ROO`), hidrogen peroksida (H2O2), singlet
oksigen (O2), oksida nitrit (NO`), peroksinitrit (ONOO`) dan asam hipoklorit (HOCl).

Sumber radikal bebas

Sumber radikal bebas, baik endogenus maupun eksogenus terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi. Yang pertama pembentukan awal radikal bebas (inisiasi), lalu perambatan atau terbentuknya
radikal baru (propagasi), dan tahap terakhir (terminasi), yaitu pemusnahan atau pengubahan
menjadi radikal bebas stabil dan tak reaktif.

Penjelasan mengenai sumber radikal bebas endogenus ini sangat bervariasi. Sumber endogenus
dapat melewati autoksidasi, oksidasi enzimatik, fagositosis dalam respirasi, transpor elektron di
mitokondria, oksidasi ion-ion logam transisi, atau melalui ischemic. Autoksidasi adalah senyawa
yang mengandung ikatan rangkap, hidrogen alilik, benzilik atau tersier yang rentan terhadap
oksidasi oleh udara. Contohnya lemak yang memproduksi asam butanoat, berbau tengik setelah
bereaksi dengan udara. Oksidasi enzimatik menghasilkan oksidan asam hipoklorit. Di mana sekitar
70-90 % konsumsi O2 oleh sel fagosit diubah menjadi superoksida dan bersama dengan `OH serta
HOCl membentuk H2O2 dengan bantuan bakteri. Oksigen dalam sistem transpor elektron
menerima 1 elektron membentuk superoksida. Ion logam transisi, yaitu Co dan Fe memfasilitasi
produksi singlet oksigen dan pembentukan radikal `OH melalui reaksi Haber-Weiss: H2O2 + Fe2+
---> `OH + OH- + Fe3 +. Secara singkat, xantin oksida selama ischemic menghasilkan superoksida
dan xantin. Xantin yang mengalami produksi lebih lanjut menyebabkan asam urat.

Sedangkan sumber eksogenus radikal bebas yakni berasal dari luar sistem tubuh, diantaranya sinar
UV. Sinar UVB merangsang melanosit memproduksi melanin berlebihan dalam kulit, yang tidak
hanya membuat kulit lebih gelap, melainkan juga berbintik hitam. Sinar UVA merusak kulit dengan
menembus lapisan basal yang menimbulkan kerutan.

Penggolongan Antioksidan

Untuk memenuhi kebutuhan antioksidan, sebelumnya kita perlu mengenal penggolongan


antioksidan itu sendiri. Antioksidan terbagi menjadi antioksidan enzim dan vitamin. Antioksidan
enzim meliputi superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase (GSH.Prx).
Antioksidan vitamin lebih populer sebagai antioksidan dibandingkan enzim. Antioksidan vitamin
mencakup alfa tokoferol (vitamin E), beta karoten dan asam askorbat (vitamin C).

Superoksida dismutase berperan dalam melawan radikal bebas pada mitokondria, sitoplasma dan
bakteri aerob dengan mengurangi bentuk radikal bebas superoksida. SOD murni berupa peptida
orgoteina yang disebut agen anti peradangan. Kerja SOD akan semakin aktif dengan adanya
poliferon yang diperoleh dari konsumsi teh. Enzim yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air
dan oksigen adalah katalase. Fungsinya menetralkan hidrogen peroksida beracun dan mencegah
formasi gelembung CO2 dalam darah.

Antioksidan glutation peroksidase bekerja dengan cara menggerakkan H2O2 dan lipid peroksida
dibantu dengan ion logam-logam transisi. GSH.Prx mengandung Se. Sumber Se ada pada ikan,
telur, ayam, bawang putih, biji gandum, jagung, padi, dan sayuran yang tumbuh di tanah yang kaya
akan Se. Dosis Se yang terlalu tinggi bersifat racun.

Vitamin E dipercaya sebagai sumber antioksidan yang kerjanya mencegah lipid peroksidasi dari
asam lemak tak jenuh dalam membran sel dan membantu oksidasi vitamin A serta mempertahankan
kesuburan. Vitamin E disimpan dalam jaringan adiposa dan dapat diperoleh dari minyak nabati
terutama minyak kecambah, gandum, kacang-kacangan, biji-bijian, dan sayuran hijau.

Sebagai antioksidan, beta karoten adalah sumber utama vitamin A yang sebagian besar ada dalam
tumbuhan. Selain melindungi buah-buahan dan sayuran berwarna kuning atau hijau gelap dari
bahaya radiasi matahari, beta karoten juga berperan serupa dalam tubuh manusia. Beta karoten
terkandung dalam wortel, brokoli, kentang, dan tomat.

Antioksidan yang berasal dari sumber hewani walaupun menjadi penyumbang minoritas tetapi
peranannya tidak dapat disepelekan begitu saja. Hal yang mengejutkan ada pada astaxanthin yang
tergolong karoten. Menurut para ahli, astaxanthin 1000 kali lebih kuat sebagai antioksidan daripada
vitamin E. Udang, ikan salmon, kerang merupakan sumber potansial astaxanthin. Tetapi kandungan
astaxanthin terbanyak ada pada sejenis mikroalga, yaitu Haematococos pluvalis. Astaxanthinnya
melindungi alga dari perubahan lingkungan seperti tingginya foto oksidasi ultraviolet dan evaporasi.
Aktivitas antioksidan ini bekerja melawan lipid peroksida dan bahaya oksidasi LDL kolesterol
maupun UV, serta membantu penglihatan, respon kekebalan, reproduksi dan pigmentasi bagi alga.
Sedangkan asam askorbat mudah dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Dengan demikian maka
vitamin C juga berperan dalam menghambat reaksi oksidasi yang berlebihan dalam tubuh dengan
cara bertindak sebagai antioksidan. Vitamin C terkandung dalam sayuran berwarna hijau dan buah-
buahan.

Di samping penggolongan antioksidan di atas, ada pula senyawa lain yang dapat menggantikan
vitamin E, yaitu flavonoid. Hal ini dikemukakan oleh Department of Environmental and Molecular
Toxicology, Oregon State University. Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang terdapat pada
teh, buah-buahan, sayuran, anggur, bir dan kecap. Aktivitas antioksidan flavonoid tergantung pada
struktur molekulnya terutama gugus prenil (CH3)2C=CH-CH2-. Dalam penelitian menunjukkan
bahwa gugus prenil flavonoid dikembangkan untuk pencegahan atau terapi terhadap penyakit-
penyakit yang diasosiasikan dengan radikal bebas.

Dari penjabaran di atas, setidaknya kita telah dapat mengetahui berbagai sumber antioksidan berikut
mengapa antioksidan diperlukan bagi kesehatan. Prevention is much better than curation, however.
Jadi, mulailah dengan menjaga kesehatan dari makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap
hari.

You might also like