You are on page 1of 6

Asuhan Keperawatan Hepatoma

Written By Saktya Yudha on Senin, 03 Februari 2014 | 08.32

2.2 Definisi

Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling sering
ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan
hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker
hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari
sel hati (Misnadiarly, 2007). Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati
yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko
penting hepatoma, virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C. kebiasaan merokok juga
dikenali sebagai faktor resiko, khususnya disertai kebiasaan minum minuman keras.

Karsinoma merupakan tumor ganas nomor 2 diseluruh dunia , di Asia Pasifik terutama Taiwan
,hepatoma menduduki tempat tertinggi dari tumor-tumor ganas lainnya. Perbandingan antara laki
: wanita sama dengan 4-6: 1. Umur tergantung dari lokasi geografis. Terbanyak mengenai usia 50
tahun. Di Indonesia banyak dijumpai pada usia kurang dari 40 tahun bahkan dapat mengenai
anak-anak.

2.3 Etiologi

Belum diketahui penyebab penyakit ini secara pasti, tapi dari kajian epidemiologi dan biologi
molekuler di Indonesia sudah terbukti bahwa penyakit ini berhubungan erat dengan sirosis hati,
hepatitis virus B aktif ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan semua mereka ini
termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan kanker hati
ini.

Tumor metastasis dari tempat primer lain ditemukan dalam hati pada sekitar separuh dari seluruh
kasus kanker stadium lanjut. Tumor maligna pada akhirnya cenderung mencapai hati melalui
system portal atau saluran limfatik, atau melalui perluasan langsung dari tumor abdominal. Lebih
lanjut, hati merupakan tempat ideal bagi kelangsungan hidup sel-sel maligna ini. Biasanya bukti
pertama adanya kanker dalam organ abdomen adalah manifestasi mestastasis hati dan tanpa
melakukan operasi eksplorasi atau autopsi tumor primer tidak pernah dapat teridentifikasi.
2.4 Patofisiologi
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh
alkoholik dan post nekrotik. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya
kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai
pembesaran hati mendadak. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian
akibat kanker.

Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang
luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.

Stadium Hepatoma

- Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm

- Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau
multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati.

- Stadium III : Tumorpada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan
segment V dan VIII atau tumordengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular)
atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.

- Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri
hati. atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun
pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra
hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior-atau
adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase)

2.5 Tanda dan Gejala

Manifestasi dini penyakit keganasan pada hati mencakup tanda-tanda dan gejala gangguan
nutrisi seperti penurunan berat badan yang baru saja terjadi, kehilangan kekuatan, anoreksia dan
anemia. Nyeri abdomen dapat ditemukan, disertai dengan pembesaran hati yang cepat serta
permukaan yang teraba ireguler pada palpasi. Gejala ikterus hanya tejadi jika sluran empedu
yang besar tersumbat oleh tekanan nodul malignan dalam hilus hati. Asites timbul setelah nodul
tersebut menyumbat vena portal atau bila jaringan tumor tertanam dalam rongga peritoneal.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis kanker hati di buat berdasarkan tanda-tanda dan gejala klinis, riwayat penyakit, hasil
pemeriksaan fisik, laboratorium serta radiologi. Peningkatan kadar bilirubin, alkali fosfatase,
asparat aminotransferase (AST: Glutamic Oxalocetic transaminase [SGOT] dan lactic
dehidrogenase [LDH] dapat terjadi. Leukositosis, eritrositosis, hiperkalsemia, hipoglikemia dan
hiperkolesterolemia jug dapat terlihat dalam pemeriksaan laboratorium. Kadar Alfa fetrptein
serum yang berfungsi sebagai penanda tumor akan mengalami kenaikan yang abnormal pada
30% dan 40% penderita kanker hati. Kadar antigen karsinoembrionik yang berfungsi sebagai
penanda kanker saluran cerna dapat meningkat. CEA dan AFP secara bersama-sama dapat
membantu membedakan antara tumor metastasis hati dan kanker primer hati.

Banyak pasien tumor primer hati yang telah mengalami metastasis pada saat diagnosis
ditegakkan. Metastasis terutama terjadi pada paru meskipun juga dapat ditemukan pada kelenjar
limfe regional, kelenjar adrenal, tulang, ginjal, jantung, pancreas dan lambung.

Pemeriksaan radiologi, pemindai hati, pemindai CT, USG, MRI dan laparoskopi menjadi bagian
dalam menegakkan diagnosa dan menentukan derajat atau luas penyakit kanker tesebut.

2.7 Penatalaksanaan

Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi dan biopsi.
Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker,lokasi kanker di
bahagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak (multiple), atau
merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul, atau kanker sudah merata pada seluruh hati,
serta ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah
sudah ada tumor thrombus di dalam vena porta dan apakah sudah ada sirrhosis hati. Tahap
penatalaksanaan dibagi menjadi dua yaitu tindakan non-bedah dan tindakan bedah.

a) Tatalaksana Non Bedah

Meskipun reseksi tumor hati dapat dilakukan pada beberaa pasien, sirosi yang mendasari
keganasan penyakit ini akan meningkatkan resiko pada saat dilakukan pembedahan. Terapi
radiasi dan kemoterapi telah dilakukan untuk menangani penyakit malignan hati dengan derajat
keberhasilan yang bervariasi. Meskipun terapi ini dapat memperpanjang kelangsungan hidup
pasien dan memperbaiki kualitas hiduo pasien dengan cara mengurangi rasa nyeri serta gangguan
rasa nyaman, namun efek utamanya masih bersifat paliatif.

Terdapat beberapa jenis tatalaksana non bedah yaitu terapi radiasi, kemoterapi, dan drainase
bilier perkutan.

Pada terapi radiasi nyeri dan gangguan rasa nyaman dapat dikurangi secara efektif dengan terapu
radiasi pada 70% dan 90 % penderita. Gejala anorexia, kelemahan dan panas juga berkurang
dengan terapi ini. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI) Pada kasus-kasus
yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua tindakan atau pasien tidak mampu
membiayai pembedahan dan tak mampu membiayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah
yang menjadi pilihan satu-satunya. Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman,
efek samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan.

Kemoterapi telah digunakan untuk mempebaiki kualitas hidup pasien dan memperpanjang
kelangsungan hidupnya. Bentuk terpi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi ajufan setelah
dilakukan reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infuse regional merupakan
dua metode yang digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada pasien tumor
primer dan metastasis tumor hati.
Drainase Bilier perkutan atau drainase transhepatik digunakan untuk melakukan pintasan saluran
empedu yang tersumbat oleh tumor hati, pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang
itdak dapat di operasi atau pada pasien yang dianggap beresiko. Dengan bantuan fluoroskopi,
sebuah kateter dimasukkan melalui dinding abdomen dengan melewati lokasi obstruksi kedalam
duodenum. Prosedur ini dikerjakan untuk membentuk kembali system drainase bilier,
mengurangi tekanan serta rasa nyeri karena penumpukan empedu akibat obstruksi, dan
meredakan gejala pruritus serta ikterus. Sebagai hasil dari prosedur ini, pasien merasa lebih
nyaman, dan kualitas hidup serta kelangsungan hidupnya meningkat. Selma beberapa hari
setelah di pasang, kateter tersebut di buka untuk drainase eksternal. Cairan empedu yang
mengalir keluar diobservasi dengan ketat untuk mengetahui jumlah, warna dan adanya darah
serta debris.(Brunner & Suddarth, 2002)

b) Tatalaksana Bedah

Lobektomi hati untuk penyakit kanker dapat sukses dikerjakan apabila tumor primer hati dapat
dilokalisir atau pada kasus metastasis, apabila lokasi lokasi primernya dapat dieksisi seluruhnya
dan metastasis terbatas. Meskipun demikian, metastasis kedalam hati jarang bersifat terbatas atau
soliter. Dengan mengandalkan pada kemampuan sel-sel hati untuk beregenerasj, sebagian dokter
bedah telah melakukan pengangkatan 90% dari organ hati dengan hasil yang baik. Meskipun
demikian, adanya sirosis akan membatasi kemampuan hati untuk beregenerasi.

Transplantasi hati meliputi pengangkatan total hati yang sakit dengan menggantikan hati yang
sehat. Pengangkatan hati yang sakit akan menyediakan tempat bagi hati yang baru dan
memungkinkan rekonstruksi anatomis vaskuler hati serta saluran bilier mendekati keadaan
normal. Transplantasi hati ini digunakan untuk mengatai penyakit hati stadium-terminal yang
mengancam jiwa penderitanya setelah bentuk terapi yang lain tidak mampu menanganinya.
Keberhasilan transplantasi tergantung keberhasilan terapi imunosupresi. (Brunner & Suddarth,
2002)

2.8 Komplikasi dan Penanganan

Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas,
ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada
pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan
gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi.
Terjadinya gangguan ginjal pada pasien dengan sirosis hati ini baru dikenal pada akhir abad 19
dan pertamakali dideskripsikan oleh Flint dan Frerichs. Penatalaksanaan sindrom hepatorenal
masih belum memuaskan, masih banyak kegagalan sehingga menimbulkan kematian. Prognosis
pasien dengan penyakit ini buruk.

Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah:
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru
(ascites dan penekanan diafragma)

2. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan
dalam rongga abdomen (ascites).

3. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan
nutrisi.

4. Ansietas berhubungan dengan pembesaran abdomen

1. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasional

1 Ketidakefektifa Setelah Tidak a.Pertahankan a. Posisi ini


n pola dilakukan mengeluh Posisi semi memungkinkan
pernapasan tindakan sesak napas, fowlerb. tidak terjadinya
berhubungan keperawatan RR 20 24 Observasi gejala penekanan isi
dengan adanya diharapakan X/menit. Hasil kardinal dan perut terhadap
penurunan pernapasan Lab BGA monitor tanda diafragma
ekspansi paru efektif Normal tanda sehingga
(ascites dan kembali ketidakefektifan meningkatkan
penekanan pola napasc. ruangan untuk
diafragma) Berikan ekspansi paru
penjelasan yang maksimal.
tentang Disamping itu
penyebab sesak posisi ini juga
dan motivasi mengurangi
utuk membatasi peningkatan
aktivitas volume darah
paru sehingga
d. Kolaborasi memperluas
dengan tim ruangan yang
medis (dokter) dapat diisi oleh
dalam udarab.
pemberian Pemantau lebih
dini terhadap
diuretik, batasi perubahan yang
asupan cairan, terjadi sehingga
dan punctie dapat diambil
aspirasi asites tindakan
penanganan
segerac.
Pengertian klien
akan
mengundang
partispasi klien
dalam mengatasi
permasalahan
yang terjadi

d.untuk
meneurangi
asites dan cairan
dalam cavum
pleura sehingga
pola nafas
kembali norma
(16-20x/menit)
2. Gangguan rasa Setelah Tidak a.Lakukan a. Analgesik
nyaman nyeri dilakukan mengeluh kolaborasi bekerja
abdomen tindakkan nyeri dengan dokter mengurangi
berhubungan keperawatan abdomen, dalam reseptor nyeri
dengan diharapakn tidak meringis,pemberian dalam mencapai
pereganggan nyeri dapat Nadi 70 80 analgesik sistim saraf
capsul glyser berkurang x/menit (perhatikan sentralb. Dengan
atau Pasien fungsi faal posisi miring ke

You might also like