You are on page 1of 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum

1.1.1 Data Geografis


Kelurahan Pekojan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 1 meter diatas
permukaan laut dengan luas wilayah 77,80 Ha. Kelurahan Pekojan terdiri dari 12
Rukun Warga yang terbagi menjadi 144 Rukun Tetangga dengan batasan batasan
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara
Sebalah Selatan : Kelurahan Jembatan Lima, Jakarta Barat
Sebalah Timur : Kelurahan Roa Malaka, Jakarta Barat
Sebalah Barat : Kelurahan Pejagalan, Jakarta Utara

Kelurahan Pekojan memiliki dua puskesmas kelurahan yaitu Puskesmas


Kelurahan Pekojan I dan Pekojan II yang memiliki wilayah kerja masing
masing. Yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pekojan II adalah
Rukun Warga 1,3,6,7,8dan 9. Sisanya menjadi wilayah kerja dari Puskesmas
Kelurahan Pekojan I. 2,4,5,10,11 12

1.1.2Data Demografis
Data Kependudukan
A. Jumlah Kepala Keluarga
8.758 KepalaKeluarga

B. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin


Laki laki : 14.089 jiwa
Perempuan : 13.485 jiwa
Jumlah : 27.574 jiwa
C. Jumlah Penduduk menurut Kewarganegaraan
Warga Negara Indonesia
o Laki laki : 14.083 jiwa
o Perempuan : 13.481 jiwa
Jumlah : 27.564 jiwa
Warga Negara Asing
o Laki laki :6 jiwa
o Perempuan :4 jiwa

1
Jumlah : 10 jiwa
D. Jumlah Penduduk menurut Keturunan
PendudukPribumi : 19.605 jiwa
PendudukKeturunan : 7.969 jiwa
Jumlah : 27.574 jiwa
E. Jumlah Penduduk menurut Agama
Islam : 14.423 jiwa
Kristen : 3.405 jiwa
Katolik : 2.554 jiwa
Hindu : 95 jiwa
Buddha : 7.097 jiwa
Jumlah : 27.574 jiwa
F. Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
Belumsekolah : 3.054 jiwa
TidakTamatSekolahDasar : 1.775 jiwa
Taman Kanak - Kanak : 2.573 jiwa
TamatSekolahDasar : 4.082 jiwa
Tamat SLTP / sederajat : 7.184 jiwa
Tamat SLTA / sederajat : 7.554 jiwa
Diploma I : 281 jiwa
Diploma II : 228 jiwa
Diploma III : 422 jiwa
S.I : 323 jiwa
S.II : 41 jiwa
S.III :0 jiwa
ButaHuruf : 67 jiwa
Jumlah : 27.574 jiwa
G. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian
PegawaiNegeriSipil (PNS) : 85 orang
TNI / POLRI : 23 orang
PegawaiSwasta : 4.801 orang
Pensiunan : 31 orang
Pedagang : 3.803 orang
Pertukangan : 151 orang
Buruh : 5.387 orang
Jasa : 1.925 orang
Jumlah : 16.206 orang

H. Data Jumlah Rukun Tetangga (RT)

Rukun Warga (RW) Jumlah Rukun Tetangga (RT)


RW 01 10
RW 02 13
RW 03 13
RW 04 12

2
RW 05 14
RW 06 10
RW 07 12
RW 08 11
RW 09 9
RW 10 14
RW 11 14
RW 12 12
Jumlah 144
Tabel 1.1 Data Jumlah RT berdasarkan Luas Wilayah RW di Pekojan 1

I. Data Rekapitulasi Penduduk berdasarkan RW


Tabel 1.2 Data Rekapitulasi Penduduk berdasarkan RW di Kelurahan
Pekojan
Rukun Warga (RW) Jumlah Kepala Keluarga Jumlah Penduduk
RW 01 691 2398
RW 02 669 2259
RW 03 684 2349
RW 04 655 2193
RW 05 686 2273
RW 06 655 2194
RW 07 897 2258
RW 08 883 2369
RW 09 878 2228
RW 10 687 2391
RW 11 678 2374
RW 12 695 2281
Jumlah 8758 27574

1.1.3 Sumber Daya Kesehatan

Puskesmas Kelurahan Pekojan 1 adalah pelaksana utama pelayanan


kesehatan di wilayah Kelurahan Pekojan.Puskesmas ini memiliki tenaga
kesehatan sebanyak 11 orang, yang terdiri dari:
Jenis Pegawai Jumlah
Dokter Umum 2 orang
Dokter Gigi 1 orang
D-3 Keperawatan 2 orang
Bidan 3 orang
Ass. Apoteker 1 orang
Administrasi 2 orang
Total 11 orang

Tabel 1.3 Pegawai Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pekojan 1 Tahun

Data Peyakit terbanyak tahun 2016:

3
No Nama Penyakit Jumlah

1 Hipertensi 2840

2 ISPA 3664

3 Myalgia 1022

4 DM 492

5 Penyakit Kulit 501

6 GE 460

7 Gastritis 76

8 Asma 23

9 Penyakit mata 92

10 Gigi dan mulut 31

Tabel 1.4 10 Penyakit Terbanyak Puskesmas Kelurahan Manggarai Selatan Tahun 2016

1.2 Latar Belakang


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perwujudan riil
paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang
berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi
kesehatannya.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan di masyarakat.

Salah satu indikator dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS).Tangan merupakan tempat utama dalam masuknya
patogen-patogen yang dapat menyebabkan penyakit infeksi.Sehingga Hasil yang
diharapkan adalah meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya
cuci tangan pakai sabun untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit serta
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mencuci tangan secara baik dan
benar.

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan sanitasi
dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun untuk

4
menjadi bersih.Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya
pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen
yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke
orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung
(menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas).

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk
mencegah penyakit diare dan ISPA, keduanya menjadi penyebab utama kematian
anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak di seluruh dunia meninggal sebelum
mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA. Mencuci tangan
dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, kecacingan, dan flu

5
burung. Sebuah penelitian menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun
secara teratur dan menggunakan masker, sarung tangan, dan pelindung, lebih
efektif untuk menahan penyebaran virus ISPA seperti flu dan SARS. Penelitian ini
menyatakan bahwa mencuci tangan dengan air dan sabun adalah cara yang
sederhana dan efektif untuk menahan virus ISPA, mulai dari virus flu sehari-hari
hingga virus pandemik yang mematikan. Penelitian lain menyatakan bahwa
perbandingan bayi yang dirawat oleh perawat yang tidak mencuci tangan dengan
sabun lebih signifikan, lebih sering, dan lebih cepat terkena patogen S. aureus
dibandingan dengan bayi yang dirawat oleh perawat yang mencuci tangan dengan
sabun.

Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mencuci tangan pakai sabun hingga


kini masih tergolong rendah, indikasinya dapat terlihat dengan tingginya
prevalensi penyakit diare. Survei Departemen Kesehatan pada tahun 2006
menunjukkan rasio penderita diare di Indonesia 423 per 1000 orang dengan
jumlah kasus 10.980, angka kematian 277 (CFR 2,52%). Penyakit diare menjadi
penyebab kematian nomor 2 pada balita, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 untuk
semua umur. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebaiknya dilakukan pada lima
waktu penting, yaitu : (1) sebelum makan; (2) sesudah buang air besar; (3)
sebelum memegang bayi; (4) sesudah menceboki anak; dan (5) sebelum
menyiapkan makanan. (3) Cuci tangan merupakan hal yang umum bagi
masyarakat, namun memakai sabun bukanlah sesuatu yang jamak. Artinya
dorongan kognitif bahwa sabun bermanfaat untuk membunuh bakteri atau kuman
masih lemah di masyarakat.Kesadaran masyarakat Indonesia untuk cuci tangan
pakai sabun (CTPS) terbukti masih sangat rendah, tercatat rata-rata 12%
masyarakat yang melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS).

6
1.2.1 Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang mencuci tangan
pakai sabun diRW 11, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora,Kota Administrasi Jakarta barat.
.

1.2.2 Tujuan Umum


Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang mencuci tangan pakai sabun RW 11,
Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora,Kota Administrasi Jakarta barat.

1.2.3 Tujuan khusus


Mengetahui gambaran pengetahuan warga tentang cuci tangan pakai sabun, yang mewakili
gambaran pengetahuan di RW 11, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora,Kota Administrasi
Jakarta barat.

1.2.4 Manfaat Penelitian


Sebagai pengetahuan dan saran tentang mencuci tangan memakai sabun di RW 11, Kelurahan
Pekojan, Kecamatan Tambora,Kota Administrasi Jakarta barat.
1. agar dapat disalurkan kepada masyarakat sekitar sehingga diharapkan selalu
memperhatikan kebersihan tangan.
2. Sebagai bahan informasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan tangan dan cara
pembersihan tangan yang tepat dan benar di Dinas Kesehatan terkait untuk megambil
langkah-langkah kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kesehatan.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Mencuci Tangan yang Baik dan Benar

Cara mencuci tangan yang benar yang dengan cara mencuci tangan menggunankan sabun
Mencuci tangan menggunakan sabun adalah salah satu tindakan sanitasidengan membersihkan
tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan
memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya
pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering menjadi agen yang membawa
kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak
langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti
handuk, gelas). Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang,
ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus) dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak
dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak
sadar bahwa dirinya sedang ditulari.
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah
penyakit diare dan ISPA, keduanya menjadi penyebab utama kematian anak-anak. Setiap tahun,
sebanyak 3,5 juta anak-anak di seluruh dunia meninggal sebelum mencapai umur lima tahun
karena penyakit diaredan ISPA. Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi
kulit, mata, kecacingan, dan flu burung. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebaiknya dilakukan
pada lima waktu penting, yaitu: (1) sebelum memulai pekerjaan; (2)sesudah menggunakan toilet;
(3) sebelum memegang bayi; (4) sesudah menceboki anak; (5) sebelum menyiapkan makanan
dan sesudah makan. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir dapat memutuskan
mata rantai kuman yang melekat di jari-jemari. Masyarakat termasuk anak sering mengabaikan
mencuci tangan memakai sabun dengan air mengalir karena kurangnya pemahaman tentang
kesehatan.
Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari
sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan. Perilaku cuci tangan adalah salah

8
satu bentuk kebersihan diri yang penting. Mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok
dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas
yangkemudian dibilas di bawah air yang mengalir. 6
Cuci tangan menggunakan air saja tidaklah cukup untuk melindungi seseorang dari
kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Dari berbagai riset, risiko penularan
penyakit dapat berkurang dengan adanya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, perilaku
kebersihan, seperti cuci tangan pakai sabun. Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan
intervensi kesehatan yang paling murah dan efektif dibandingkan dengan intervensi kesehatan
dengan cara lain. Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari
kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan kebersihan tangan secara
bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan
serta mengurangikontaminasi silang. Cuci tangan dianggap merupakan salah satu langkah yang
paling penting untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi selama lebih
dari 150 tahun. Kesehatan kebersihan tangan yang baik dapat mencegah penularan
mikroorganisme dan mengurangi frekuensi infeksi nosokomial.6

a. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan menggunakan sabun.


Terdapat beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan
menggunakan sabun diantaranya adalah 7:
1. Diare
Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak
balita.Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan
dengan sabun dapat menurunkan angka kejadian diare hingga 50%.Penyakit diare seringkali
diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga
penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit
penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini.Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia
sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang
terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau
terkontaminasi. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka
penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan adalah: Mencuci tangan dengan
sabun (44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%),
penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%).

9
2. Infeksi saluran pernafasan.
Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab kematian utama anak-anak balita. Mencuci
tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernafasan ini dengan dua langkah : 1)
dengan melepaskan patogen-patogen pernafasan yang terdapat pada tangan dan permukaan
telapak tangan, 2) dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus
entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernafasan
lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan kebersihan
seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/buang air besar/kecil dapat mengurangi
tingkat infeksi hingga 25%. Penelitian lain di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan
dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan pnemonia pada
anak-anak balita hingga lebih dari 50 %.

3. Infeksi cacing, infeksi mata, dan infeksi kulit.


Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernafasan
penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit, infeksi mata
seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis. (Depkes, 2014)

JF
C
L
ae
Pencegahan Pencegahan
plirs
Transmisi 1 Transmisi 2
arie
nta-s
gnj
ae
nm Makanan Induk
a Baru
/r
li
a
n
t
a
i
Gambar 2.1 Transmisi Penyakit Keterkaitan BAB (feses) dengan Pencegahan melalui CTPS

2.1.1Teknik mencuci tangan yang baik dan benar dan penggunaan sabun

10
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah dengan air bersih
yang mengalir, baik itu melalui kran air atau disiram dengan gayung, menggunakan sabun yang
standar, setelah itu keringkan dengan handuk bersih atau menggunakan tisu.Untuk penggunaan
jenis sabun dapat menggunakan semua jenis sabun karena semua sabun sebenarnya cukup efektif
dalam membunuh kuman penyebab penyakit. Teknik mencuci tangan yang benar harus
menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Membasahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang mengalir,
ambil sabun
2. Usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut
3. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
4. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih
5. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan
6. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
7. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
8. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar, kemudian
diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir
9. Keringkan memakai handuk atau tissue.
10. Tutup kran dengan tissue
11. Tangan sudah aman

11
Gambar 2.2 Langkah-langkah Mencuci Tangan

Karena mikroorganisme tumbuh berkembang biak di tempat basah dan di air


yangmenggenang, maka apabila menggunakan sabun batangan sediakan sabun batangan yang
berukuran yang kecil dalam tempat sabun yang kering. Hindari mencuci tangan di waskom yang
berisi air walaupun telah ditambahkan bahan antiseptik, karena mikroorganisme dapat bertahan
dan berkembang biak pada larutan ini. Apabila menggunakan sabun cair jangan menambahkan
sabun apabila terdapat sisa sabun pada tempatnya, penambahan dapat menyebabkan kontaminasi
bakteri pada sabun yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia air mengalir, gunakan ember
dengan kran yang dapat dimatikan sementara menyabuni kedua tangan dan buka kembali untuk
membilas atau gunakan ember dan kendi/teko.

12
2.1.2 Macam-Macam Mencuci Tangan Dan Cara Mencuci Tangan
Cuci tangan dalam bidang medis dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu cuci
tangan medical (medical hand washing), cuci tangan surgical (surgical hand washing) dan
cuci tangan operasi (operating theatre hand washing). Adapun cara untuk melakukan cuci
tangan tersebut dapat dibedakan berbagai cara :

Teknik Mencuci Tangan Biasa


Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air
bersih yang mengalir atau yang disiramkan, biasanya digunakan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan yang tidak mempunyai resiko penularan penyakit. Peralatan yang
dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap wastafel dilengkapi dengan
peralatan cuci tangan sesuai standar rumah sakit (misalnya kran air bertangkai panjang
untuk mengalirkan air bersih, tempat sampah injak tertutup yang dilapisi kantung
sampahmedis atau kantung plastik berwarna kuning untuk sampah yang terkontaminasi
atau terinfeksi), alat pengering seperti tisu, lap tangan (hand towel), sarung tangan
(gloves), sabun cair atau cairan pembersih tangan yang berfungsi sebagai antiseptik,
lotion tangan, serta di bawah wastefel terdapat alas kaki dari bahan handuk.
Cara mencuci tangan biasa
a. Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti
cincin atau jam tangan.

b. Mengatur posisi berdiri terhadap kran air agar memperoleh posisi


yang nyaman.

c. Membuka kran air dengan mengatur temperatur airnya.

d. Menuangkan sabun cair ke telapak tangan.

e. Melakukan gerakan tangan, dimulai dari meratakan sabun dengan


kedua telapak tangan, kemudian kedua punggung telapak tangan
saling menumpuk, bergantian, untuk membersihkan sela-sela jari.

f. Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.

13
g. Membersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibu jari secara
bergantian kemudian membersihkan ibu jari dan lengan secara
bergantian .

h. Membersihkan (membilas) tangan dengan air yang mengalir sampai


bersih sehingga tidak ada cairan sabun dengan ujung tangan
menghadap ke bawah.

i. Menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jari, karena jari
yang telah selesai kita cuci pada prinsipnya bersih.

j. Pada saat meninggalkan tempat cuci tangan, tempat tersebut dalam


keadaan rapi dan bersih. Hal yang perlu diingat setelah melakukan
cuci tangan yaitu mengeringkan tangan dengan hand towel.

Cara Mencuci Tangan Dengan Aseptik


Mencuci tangan aseptik yaitu cuci tangan yang dilakukan sebelum
tindakan aseptik pada pasien dengan menggunakan antiseptik.Mencuci
tangan dengan larutan disinfektan, khususnya bagi petugas yang
berhubungan dengan pasien yang mempunyai penyakit menular atau
sebelum melakukan tindakan bedah aseptik dengan antiseptik dan sikat
steril.Prosedur mencuci tangan aseptik sama dengan persiapan dan prosedur
pada cuci tangan higienis atau cuci tangan biasa, hanya saja bahan deterjen
atau sabun diganti dengan antiseptik dan setelah mencuci tangan tidak boleh
menyentuh bahan yang tidak steril.
Cara Mecuci Tangan Steril
Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril
(suci hama), khususnya bila akan membantu tindakan pembedahan atau
operasi. Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalah
menyediakan bak cuci tangan dengan pedal kaki atau pengontrol lutut,
sabun antimikrobial (non-iritasi, spektrum luas, kerja cepat), sikat scrub
bedah dengan pembersih kuku dari plastik, masker kertas dan topi atau

14
penutup kepala, handuk steril, pakaian di ruang scrub dan pelindung mata,
penutup sepatu.Cara mencuci tangan steril:
a. Terlebih dahulu memeriksa adanya luka terpotong atauabrasi pada
tangan dan jari, kemudian melepaskan semua perhiasanmisalnya cincin
atau jam tangan.

b. Menggunakan pakaian bedah sebagai proteksi perawatyaitu: penutup


sepatu, penutup kepala atau topi, masker wajah,pastikan masker
menutup hidung dan mulut anda dengan kencang.Selain itu juga
memakai pelindung mata.

c. Menyalakan air dengan menggunakan lutut atau controldengan kaki dan


sesuaikan air untuk suhu yang nyaman.

d. Membasahi tangan dan lengan bawah secara bebas,


mempertahankankan tangan atas berada setinggi siku selama seluruh
prosedur.

e. Menuangkan sejumlah sabun (2 sampai 5 ml) ke tangan dan menggosok


tangan serta lengan sampai dengan 5 cm di atas siku.

f. Membersihkan kuku di bawah air mengalir dengan tongkat oranye atau


pengikir. Membuang pengikir setelah selesai digunakan.

g. Membasahi sikat dan menggunakan sabun antimikrobial.

h. Menyikat ujung jari, tangan, dan lengan. Menyikat kuku tangan


sebanyak 15 kali gerakan. Dengan gerakan sirkular, menyikat telapak
tangan dan permukaan anterior jari 10 kali gerakan. Menyikat sisi ibu
jari 10 kali gerakan dan bagian posterior ibu jari 10 gerakan. Menyikat
samping dan belakang tiap jari 10 kali gerakan tiap area, kemudian sikat
punggung tangan sebanyak 10 kali gerakan. Seluruh penyikatan harus
selesai sedikitnya 2 sampai 3 menit

15
i. kemudian bilas sikat secara seksama. Dengan tepat mengingat, bagi
lengan dalam tiga bagian. Kemudian mulai menyikat setiap permukaan
lengan bawah lebih bawah dengan gerakan sirkular selama 10 kali
gerakan;

j. menyikat bagian tengah dan atas lengan bawah dengan cara yang
samasetelah selesai menyikat buang sikat yang telah dipakai. Dengan
tangan fleksi, mencuci keseluruhan dari ujung jari sampai siku satu kali
gerakan, biarkan air mengalir pada siku.

k. Mengulangi langkah 8 sampai 10 untuk lengan yang lain.

l. Mempertahankan lengan tetap fleksi, buang sikat kedua dan mematikan


air dengan pedal kaki. Kemudian mengeringkan dengan handuk steril
untuk satu tangan secara seksama, menggerakan dari jari ke siku dan
mengeringkan dengan gerakan melingkar.

m. Mengulangi metode pengeringan untuk tangan yang lain dengan


menggunakan area handuk yang lain atau handuk steril baru.

n. Mempertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari tubuh anda.
Perawat memasuki ruang operasi dan melindungi tangan dari kontak
dengan objek apa pun.

16
2.2. DEFINISI PENGETAHUAN

Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman


orang lain, media massa maupun lingkungan. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.Pengetahuan diperlukan sebagai
dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari,
sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung
tindakan seseorang.

Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai (Drs. Sidi
Gazalba) Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowledgement is justified true beliefed). Pengetahuan
itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu.

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru


dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan :

1. Awareness, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu


terhadap stimulus (objek).

2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik


buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.

17
4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.

5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan


kesadaran dan sikap.

Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang berisi
tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan diatas (Notoadmojo, 2003)

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%

b. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60

2.3 DIARE

2.3.1 Definisi Diare

Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja, yaitu berak cair 3x atau lebih dari

sehari semalam.Sekitar lima juta anak diseluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia

pada tahun 70 sampai 80 prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000 penduduk per tahun,

setiap anak mengalami serangan diare sebanyak 1,6-2 kali setahun. Angka kesakitan dan

kematian akibat diare mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

2.3.2 Etiologi Diare

Penyebab diare dapat dikelompokan menjadi:

18
1. Virus : rotavirus (40-60%), adenovirus

2. Bakteri : eescherrichia coli (20-30%), vibrio cholera

3. Parasit : entamoeba histolytica (<1%)

4. Keracunan makanan

5. Malabsorbsi , karbohidrat, lemak, dan protein

6. Alergi, makanan, susu sapi

7. Imunodefisiensi, AIDS

Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh virus dan bakteri. Penularan penyakit

diare melalui orofekal yaitu dengan mekanisme:

1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila seseorang

menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar

selama perjalanan, atau tercemar pada saat disimpan dirumah.

2. Melalui tinja terinfeksi, tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam

jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut

hinggap di makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya.

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko diare adalah :

a) Bayi yang tidak diberi ASI, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan terhadap

infeksi.

b) Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi.

19
c) Menyimpan makanan pada suhu kamar, kondisi tersebut akan menyebabkan permukaan

makanan mengalami kontak dengan peralatan makan yang merupakan media yang sangat

baik bagi perkembangan mikroba.

d) Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau setelah buang air besar yang

akan memungkinkan kontaminasi langsung.

e) Meminum air yang tidak dimasak.

f) Menggunakan wadah yang dicuci dengan air yang tidak bersih.

g) Menggunakan jamban yang tidak memenuhi syarat.

2.3.3 Gejala dan Tanda Diare

Gejala umum:

- Berak cair dan sering.

- Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.

- Gejala dehidrasi seperti mata cekung, turgor kulit menurun, apatis, bahkan gelisah.

Gejala spesifik :

- Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti air cucian beras dan berbau amis.

- Disentri : tinja berlendir dan berdarah.

20
2.3.4 Derajat dehidrasi diare

a. Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masih bisa main seperti biasa,

anak masih mau makan dan minum.

b. Dehidrasi ringan atau sedang, anak akan rewel dan gelisah, mata sedikit ditandai dengan

hilangnya cairan sampai 5 % dari berat badan sedangkan pada dehidrasi sedang ditandai dengan

kehilangan cairan 6-10 % dari berat badan.

c. Dehidrasi berat, kesadaran menurun, mata cekung, turgor kulit kembali lambat, nafas cepat,

dan anak terlihat lemah.

2.3.5 Pengobatan Diare

Pengobatan diare berdasarkan derajat dehidrasinya :

a) Tanpa dehidrasi, dengan terapi A

Pengobatan dapat dilakukan dirumah oleh anggota keluarga dengan memberikan makanan dan

minuman yang ada dirumah seperti air kelapa, larutan gula garam, air

tajin, air teh atau oralit. Ada tiga cara pemberian cairan yang dapat dilakukan dirumah:

Memberi anak lebih banyak cairan.

Memberikan makanan terus menerus.

21
Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam tiga

hari.

b) Dehidrasi ringan atau sedang, dengan terapi B.

Pengobatannya digunakan terapi B yaitu pada 3 jam pertama jumlah oralit yang digunakan :

Tabel 2.1 : Jumlah oralit yang digunakan pada 3 jam pertama

Umur <1 tahun 1-4 tahun >5 tahun

Jumlah oralit 300 cc 600 cc 1200 cc

Tabel 2.2 : Pemberian oralit setiap kali mencret

Umur <1 tahun 1-4 tahun >5 tahun

Jumlah oralit 100 cc 200 cc 400 cc

c) Dehidrasi berat, dengan terapi C

Diare dengan dehidrasi berat digunakan terapi C dimana pasien dirawat di puskesmas

atau rumah sakit untuk diberikan infus RL

22
Teruskan pemberian makan Makanan tambahan diperlukan pada

masa penyembuhan

Antibiotik bila perlu

2.3.6 Pencegahan Diare

Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain :


Menggunakan air bersih, tanda-tanda air bersih yaitu tidak berwarna,

tidak berbau, dan tidak berasa.

Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan

sebagian besar kuman penyakit.

Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, sesudah makan, dan

sesudah buang air besar.

Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun.

Menggunakan jamban yang sehat.

Membuang tinja bayi dan anak dengan benar

2.4. Kerangka Teori Pengetahuan

23
P
H
u b e
u
n g n
I n P e
a n g
f o n d
US o s i e et E
r P i d i
s a l ag k
m n k a
i h l o
a s a n
a u n
i a o
ma m
a nn i
Gambar 2.4. Kerangaka Teori Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007)

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang


berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada wargadi RT 15 / RW 02,
Kelurahan Manggarai selatan, Kecamatan Tebet, Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Kerangka konsep ini terdiri dari variable independen dari kerangka teori yang dihubungkan
dengan area permasalahan.

24
Variabel Dependen Dan Independen

25
BAB III

METODE

3.1 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan mudah.
Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan
sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti cek list, kuesioner,
perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala, kamera foto dan
sebagainya. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
kuesioner.
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini dianalisis secara deskriptif (analisa univariat). Metode deskriptif
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan masalah yang
terjadi pada masa sekarang atau yang sedang berlangsung, bertujuan untuk
mendeskripsikan apa yang terjadi sebagaimana mestinya pada saat penelitian
dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan suatu
masalah yang terjadi pada masing-masing keluarga di RW 11, Kelurahan Pekojan,
Kecamatan Tambora, Kota Administrasi Jakarta barat.
Dalam peneitian ini sebelumnya telah dilakukan presurvey dengan teknik
wawancara dan kuesioner sebagai instrumennya, yang bertujuan untuk mengetahui
sejauhmana pengetahuan, sikap ataupun perilaku warga mengenai masalah
kesehatan.Langkah selanjutnya data dikumpulkan dan diangkatlah area
masalah.Setelah menetapkan area masalah, dilakukan survey dengan teknik
wawancara, dan menjadikan kuesioner sebagai instrumen untuk mengumpulkan
data.Disamping itu dilakukan pula observasi langsung kelapangan untuk
memperoleh data yang lebih lengkap.

3.3 Populasi Pengumpulan Data

26
Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu dilakukan
pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi adalah keseluruhan
objek/subjekpengumpulan data.Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah warga di RW 11,
Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Kota Administrasi Jakarta barat.
3.4 Sampel Pengumpulan Data
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah stratified randomsampling yatu
teknik penarikan sampel dengan membagi populasi sasaran didalam strata (golongan) menurut
karakteristik tertentu yang dianggap penting oleh peneliti.

3.5 Jenis dan Sumber Data


3.5.1.Jenis data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data untuk mencari akar penyebab masalah yang
didapatkan di warga/informan. Data yang ditanyakan berupa identitas
responden seperti nama, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir. Serta keadaan
responden mencakup data dasar keluarga, keadaan rumah, lingkungan
pemukiman, perilaku atau aktivitas, serta kebiasaan berobat dan penyakit
yang sering diderita oleh keluarga binaan. Data kualitatif yang kami dapatkan
adalah rendahnya kesadaran keluarga akan pentingnya pendidikan, tidak
adanya minat responden untuk mencari tahu tentang mencuci tangan yang
benar, tidak tersedianya fasilitas untuk mencuci tangan dengan air mengalir
dan sabun, kurangnya tenaga medis untuk memberikan informasi tentang
mencuci tangan, serta keluarga binaan tidak memiliki banyak keterampilan
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.Data
kuantitatif berupa data yang dapat diolah atau dianalisis menggunakan
teknikperhitungan matematika atau statistika.Data kuantitatif yangdidapatkan
yaitu data puskesmas tentang angka kejadian penyakit tersering dipuskesmas
Kelurahan Manggarai Selatan.

3.5.2.Sumber Data

27
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu
wargadi.RW 11, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Kota Administrasi
Jakarta barat.
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil pengamatan langsung ke
melalui wawancara terpimpin, analisis, dan observasi RW 11, Kelurahan
Pekojan, Kecamatan Tambora, Kota Administrasi Jakarta barat..
b. Data sekunder
Dari data yang didapat dari Puskesmas Kelurahan Pekojan 1,
berupa data 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Kelurahan Pekojan
c. Data tersier
Data yang didapat dari buku dan internet mengenai cuci tangan
dan diare.
3.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkah-
langkah diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka
digunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan data.Metode
yangdigunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara dengan
menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data-data.

3.7 Pengolahan Data dan Analisa Data

Untuk pengolahan data tentangPengetahuan Cara Mencuci Tangan


yang Baik dan Benar pada Warga diRW 11, Kelurahan Pekojan, Kecamatan
Tambora, Kota Administrasi Jakarta barat. digunakan cara manual dan
bantuan software pengolahan data menggunakan Microsoft Word dan Microsoft
Excel. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat adalah dengan
menggunakan analisa univariat.

Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap


variabel dari hasil penelitian.Analisa univariat berfungsi untuk meringkas

28
kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah
menjadi informasi yang berguna.Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran
statistik, tabel, grafik.

29
BAB IV

HASIL ANALISA

4.1. Analisis Univariat


Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram berdasarkan variabel-variabel
dalam check list dan kuesioner yang diambil langsung pada warga RW 11, Kelurahan Pekojan,
Kecamatan Tambora,Kota Administrasi Jakarta barat.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Aspek Pengetahuan tentang Mencuci Tangan yang Baik dan
Benar pada warga di RW 11, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora,Kota Administrasi Jakarta
barat.

Pengetahuan Mencuci Jumlah Persentase


Tangan Yang Baik dan
Benar
Baik 8 40%
Buruk 12 60%
Total 20 100%

Berdasarkan dari Tabel 4.1Didapatkan bahwa sebanyak 12 orang responden (60%)


memiliki pengetahuan cuci tangan yang buruk.

Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan pada warga RW 11, Kelurahan


Pekojan, Kecamatan Tambora, Kota Administrasi Jakarta barat.

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase


Tinggi 0 0
Sedang 3 15 %
Rendah 17 85 %
Total 20 100%

Berdasarkan dari Tabel 4.2Terlihat tingkat pendidikan masih rendah sebanyak 17


responden (85%).

30
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Keterpaparan Informasi tentang Mencuci Tangan yang
Baik dan Benarpadawarga RW 11, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Kota Administrasi
Jakarta barat.

Informasi tentang Jumlah Persentase


mencuci tangan yang baik
dan benar
Ada 2 10%
Tidak ada 18 90%
Total 20 100%

Berdasarkan Tabel 4.3Didapatkan bahwa sebanyak 18 responden (90%) kurang


mendapatkan informasi mengenai mencuci tangan yang baik dan benar.

Tabel 4.4Distribusi Frekuensi Aspek Budaya/Lingkungan Mencuci Tanganpada warga


RW 11, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Kota Administrasi Jakarta barat.

Ketersediaan fasilitas Jumlah Persentase


mencuci tangan
Baik 1 5%
Tidak baik 19 95 %
Total 20 100%

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan bahwa sebanyak 19 responden (95%) tidak memiliki
ketersediaaan fasilitas mencuci tangan.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengalaman Mencuci Tanganpada warga RW 11,


Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Kota Administrasi Jakarta barat.

Pengalaman mencuci Jumlah Persentase


tangan yang benar
Ada 0 0%
Tidak ada 20 100 %
Total 20 100%

31
Berdasarkan Tabel 4.5Didapatkan bahwa sebanyak 20 responden (100%) tidak memiliki
ketersediaaan fasilitas mencuci tangan

Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Ekonomi pada RW 11, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora,
Kota Administrasi Jakarta barat.
Tingkat Ekonomi Jumlah Persentase
Cukup 14 70%
Kurang 6 30 %
Total 20 100%
Berdasarkan Tabel 4.6 Didapatkan bahwa sebanyak 6 responden (30%) tidak memiliki tingkat
ekonomi yang cukup

4.2 Intervensi Pemecahan Masalah


Memberikan referensi kepada warga mengenai pentingnya mencuci tangan yang baik dan
benar :
1. Memberikan penyuluhan, diskusi dan demonstrasi kepada warga mengenai cara mencuci
tangan yang baik dan benar dan dampak buruk akibat tidak mencuci tangan
2. Penyuluhan kepada warga melalui media berupa pemutaran video cara mencuci tangan

4.3 Hasil Intervensi

Distribusi Frekuensi Aspek Pengetahuan tentang Mencuci Tangan yang Baik dan Benar pada
warga diRW 11, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Kota Administrasi Jakarta barat..

Pengetahuan Mencuci Jumlah Persentase


Tangan Yang Baik dan
Benar
Baik 12 60%
Buruk 8 40%
Total 20 100%

32
Berdasarkan dari Tabel 4.3 Didapatkan bahwa sebanyak 12 orang responden (60%) memiliki
pengetahuan cuci tangan yang baik.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah melakukan penelitian kemungkinan penyebab masalah rendahnya pengetahuan


tentang cuci tangan di RW 11, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Kota Administrasi
Jakarta barat. dengan menggunakan metode pendekatan masalah dan juga melakukan konfirmasi
ke bagian Program Kesehatan Lingkungan, maka didapatkan penyebab masalah yang paling
mungkin, adalah latar belakang pendidikan yang masih rendah, kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai pentingnya mencuci tangan yang baik dan benar, faktor ekonomi,
kurangnya pengalaman dan informasi mengenai cuci tangan, serta kurangnya ketersediaan
fasilitas mencuci tangan, sehingga mempengaruhi angka kejadian diare pada warga tersebut.

. Setelah dilakukan intervensi berupa penyuluhan mengenaia cuci tangan yang baik dan
benar, warga menjadi lebih paham mengenai pentingnya mencuci tangan.

5.2. Saran

1. Memberikan informasi tentang beasiswa untuk berbagai jenjang pendidikan


2. Tokoh masyarakat dan petugas kesehatan agar lebih berperan dalam pelaksanaan mencuci
tangan yang baik dan benar
3. Mengusulkan kepada pemerintah setempat untuk pengadaan sarana dan prasarana yang
mendukung seperti air bersih yang mengalir

33
LAMPIRAN

34
DAFTAR PUSTAKA

Aiello AE, Coulborn RM, Perez V, Larson EL. Effect of hand hygiene on infectious disease risk
in the community setting: a meta-analysis. Am J Public Health. 2008;98(8):137281.
Burton M, Cobb E, Donachie P, Judah G, Curtis V, Schmidt WP.The effect of handwashing with
water or soap on bacterial contamination of hands. Int J Environ Res Public Health 2011; 8:
97104.
Depkes RI. 2009. Cuci Tangan Pakai Sabun Dapat Mencegah Berbagai Penyakit. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Entjang. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Infodatin :Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di
Indonesia. Diunduh dari http://www.depkes.go.id diakses pada 1 Mei 2017
Musa A. 2015. Profil Puskesmas Tegal Angus 2015.Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Puskesmas Tegal Angus.
Notoatmodjo, S. 2003. IlmuKesehatanMasyarakat, Prinsip-prinsip Dasar.Jakarta:
RinekaCipta.
Notoatmodjo S, 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Wirawan T. 2015. Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus 2015.Pemerintah Daerah Kabupaten
Tangerang Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Puskesmas Tegal Angus.
World Health Organization (WHO). 2009. Why, How &When ?. Diunduh dari
http://www.who.int diakses pada tanggal 1 Mei 2017
World Health Organization (WHO). 2009. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care.
Diunduh dari http://apps.who.int diakses pada 1 Mei 2017

35

You might also like