Professional Documents
Culture Documents
Oleh
3 - Teknik Kimia Produksi Bersih
Falling film evaporator memiliki waktu tertahan yang pendek, dan menggunakan
gravitasi untuk mengalirkan liquid yang melalui pipa. Pada saat sekarang ini falling film
evaporator sangat meningkat penggunaanya di dalam proses industri kimia untuk
memekatkan fluida terutama fluida yang sensitive terhadap panas (misalnya sari buah dan
susu), karena waktu tertahan pendek cairan tidak mengalami pemanasan berlebih selama
mengalir melalui evaporator.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1) Mengoperasikan peralatan Falling Film Evaporator.
2) Memilih temperatur dan tekanan optimum untuk umpan tertentu.
3) Menghitung koefisien perpindahan panas pada FFE / kalandria.
4) Menghitung efisiensi penggunaan kukus (steam) sebagai sumber panas.
5) Menghitung steam ekonomi.
BAB II
LANDASAN TEORI
Falling film Evaporator adalah salah satu jenis alat untuk proses evaporasi yang
diklasifikasikan dalam kelas long tube vertical evaporator (LTVE) bersama-sama dengan
climbing film evaporator (CFE). Sedangkan berdasarkan tipe pemanasan dapat
diklasifikasikan ke dalam sistem pemanasan dipisahkan oleh dinding pertukaran panas,
yaitu jenis kolom calandria shell and tube.
Untuk tujuan teknik dan karakteristik evaporator yang perlu diperhatikan adalah :
a. Neraca massa dan energi
b. Koefisien perpindahan panas
c. Efisiensi
Proses penguapan berlangsung pada kalandria shell and tube. Di dalam kalandria
tersebut terdapat tabung berjumlah tiga, umpan masuk didistribusi ke masing-masing tube
kemudian membentuk lapisan tipis pada selimut bagian dalam tube. Sementara pemanas
berada diluar tube, bahan umpan yang turun secara gravitasi menyerap panas maka terjadi
penguapan pelarut sehingga keluar dari kalandria terdiri dari dua fasa ( fasa uap pelarut dan
larutan pekat ) kemudia dipisahkan di separator.
Umpan dimasukkan melalui bagian atas kolom secara gravitasional. Jika vakum tidak
dioperasikan turun dan membasahi dinding bagian dalam kolom dan dining-dinding bagian
luar tabung-tabung penukar panas dan dalam kolom sebagian lapisan tipis (film), maka
panas yang diberikan oleh medium pemanas di dalam penukar panas akan dipakai untuk
memanaskan larutan mencapai titik didihnya. Penguapan pelarut membawa temperatur uap
dari titik temperatur di atasnya, sehinggga di dalam kolom evaporator akan terdapat
campuran antara larutan pada temperatur penguapan pelarut atau sedikit lebih tinggi atau
rendah dari uap pelarut. Karena temperatur pada tangki pemisah dan pendingin
(kondensor) lebih rendah daripada temperatur pada bagian bawah kolom maka sistem pada
bagian kolom tersebut akan mengalami evakuasi yang dalam arti sebenarnya terjadi
penurunan tekanan sehingga kondisi seperti vakum terjadi oleh karena campuran tersebut
akan terhisap menuju tangki pemisah dimana bagian campuran yang berupa larutan produk
yang lebih berat dan pekat turun menuju tangki pengumpul produk, sehingga uap pelarut
menuju kondensor dikondensasikan dan turun menuju tangki destilat. Pada sistem dimana
kondisi vakum dioperasikan oleh pompa vakum proses akan berlangsung serupa, tetapi
titik didih yang dicapai akan lebih rendah dari pada kondisi atmosfer. Selain itu,
kemungkinan aliran balik karena pembentukan uap pelarut dan tekanan parsial yang
dikandungnya lebih kecil.
Metode FFE sudah banyak digunakan pada industri :
Pada dasarnya evaporator adalah alat dimana pertukaran panas terjadi. Laju
perpindahan panas dinyatakan dalam persamaan umum :
Q = U A dT
Berikut ini ialah skematik dari falling film evaporator yang ada di Laboratorium Pilot
Plant Jurusan Teknik Kimia Polban.
BAB III
METODOLOGI
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Air kran - -
Membuka
Mengisi tangki umpan dengan aliran
air dan steam, aliran pendingin,
pewarna Setdan udara dan
tekanan tekan
variasikan laju alir
Mengukur suhu steam dan suhu umpan pada setiap laju alir
Menimbang massa destilat
Menimbang massa steam keluar
3.3.1 Kalibrasi Laju Alir
Catat suhu pada T7 (feed masuk) dan T11 (suhu larutan pekat)
DATA PENGAMATAN
100
Kg/ h
50
0
35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Laju alir umpan (L/h)
92
14000
12000
10000
8000
Koefisien Pindah Panas (U) 6000 40 L/h
4000 60 L/h
2000 80 L/h
0
40 80
20 60 100
Laju Alir Umpan (L/h)
0.81
0.8
0.79
0.78
Steam Ekonomi 0.77 40 L/h
0.76 60 L/h
0.75 80 L/h
0.74
3540455055606570758085
Laju Alir Umpan (L/h)
Grafik 4. Pengaruh Laju Alir Umpan Terhadap Steam Ekonomi
90.7
90.6
90.5
10000
8000
6000
Koefisien Pindah Panas
4000
2000
0
0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55
Tekanan (barg)
0.78
0.78
Steam Ekonomi
0.78
0.78
0.78
0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55
Tekanan (barg)
600000
200000 60 L/h
80 L/h
0
0 50100
Laju Alir Umpan (L/h)
1.19
1.19
1.19
1.19
Efisiensi (%) 1.19
1.19
1.19
1.18
0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55
Tekanan (Barg)
600000
500000
400000
Pada percobaan Pilot Plant kali dilakukan pemekatan padatan dalam air dengan
menggunakan Falling Film Evaporator (FFE). FFE adalah suatu alat untuk meningkatkan
konsentrasi dengan cara menguapkan pelarutnya. Falling film evaporator membuat larutan
yang akan dipekatkan membentuk lapisan tipis. Tujuan dari dibentuknya lapisan tipis pada
umpan saat dipanaskan adalah agar proses penguapan lebih efektif. Pada saat umpan dalam
kondisi lapisan tipis, tekanan parsial dari larutan akan meningkat sehingga penguapan akan
terjadi pada suhu yang lebih rendah. Hal ini juga akan membuat kalor yang dibutuhkan
untuk proses penguapan lebih sedikit, sehingga energy yang dibutuhkan oleh steam juga
lebih kecil (hemat).
Tujuan dari praktikum kali ini sendiri adalah untuk dapat menggunakan alat FFE
dengan aman dan benar, memilih tekanan steam dan laju alir umpan yang sebaik mungkin
untuk menghasilkan efisiensi yang tinggi, menghitung koefisien keseluruhan perpindahan
panas untuk FFE, menghitung efisiensi penggunaan steam, menjelaskan pengaruh
pengendalian tekanan.
Hal yang penting saat penggunaan alat adalah mengecek valve dan memastikan valve
yang dibuka dan ditutup benar serta mempelajari aliran dari setiap komponennya baik
umpan, steam, air pendingin, dan udara tekan. Hal ini sangat penting dikarenakan untuk
keselamatan kerja dan juga pemahaman dalam pengoperasian unit falling film evaporator
itu sendiri. Variabel pengukuran yang digunakan untuk pengamatan adalah suhu, tekanan,
laju alir, dan TDS.
Pada praktikum kali ini larutan yang akan dipekatkan adalah air kran. Kondisi operasi
praktikum ini dilakukan pada tekanan steam 0.3 bar, 0.4 bar, dan 0.5 bar dengan perubahan
laju alir umpan sebesar 40, 60 dan 80 Liter/jam pada setiap tekanan steam yang digunakan.
Pengontakkan cairan umpan dengan steam dilakukan dengan tipe aliran co-current, hal ini
disebabkan menara FFE yang berbentuk vertical sehingga apabila digunakan jenis aliran
counter current maka laju steam pemanas akan terhambat oleh kondensat steam yang
dihasilkan yang dapat mengakibatkan proses evaporasi tidak akan optimal. Pada unit
falling film evaporator, pelarut (air) akan diuapkan dan menjadi effluent sebagai distilat
dengan nilai TDS , berdasarkan pengamatan pengaruh tekanan terhadap TDS adalah
semakin besar tekanan maka TDS nya pun semakin besar (air semakin pekat).
Kemudian sistem pemanasan yang dapat dilakukan pada proses evaporasi unit falling
film evaporator adalah secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, akan terjadi
perpindahan panas antara steam dan umpan secara langsung. Sedangkan pada sistem
pemanasan secara tidak langsung, perpindahan panas yang terjadi secara dua tahap, yaitu
steam memanaskan fluida pemanas, dan fluida pemanas memanaskan umpan.
Cara kerja dari falling film evaporator dari praktikum kali ini yaitu umpan masuk
memenuhi tangki umpan kemudian mengalir melalui pompa. Cairan dipompa menuju
bagian atas kolom FFE kemudian masuk kedalam tube (terdapat 3 tube) membentuk
lapisan tipis. Kemudian fluida pemanas masuk kedalam shell dari bagian atas kolom FFE
sehingga antara umpan dan fluida pemanas alirannya co-current. Kemudian separator akan
memisahkan antara uap pelarut dan larutan pekat. Uap pelarut akan masuk kedalam
kondeser untuk didinginkan, sedangkan larutan pekat akan masuk ke kolom penampung
residu.
94
92
Efisiensi optimum pada alat FFE ini tercapai bila jumlah nilai panas yang diserap
oleh umpan sama dengan atau mendekati jumlah nilai panas yang dilepas oleh steam yang
digunakan. Untuk mencapai kondisi tersebut maka laju alir yang digunakan harus benar-
benar tepat sebab bila laju alir yang digunakan terlalu besar maka umpan tidak akan
membentuk lapisan tipis sementara jika laju alir terlalu kecil maka lapisan tipis yang
dihasilkan juga tidak akan maksimal. efisiensi optimnum pada praktikum ini terjadi pada
kondisi operasi tekanan steam sebesar 0.4 bar dan laju alir umpan sebesar 80 Liter/jam.
14000
12000
10000
8000
Koefisien Pindah Panas (U) 6000 40 L/h
4000 60 L/h
2000 80 L/h
0
40 80
20 60 100
Laju Alir Umpan (L/h)
Koefisien perpindahan panas (U) maksimum pada praktikum ini terjadi pada
kondisi operasi tekanan steam sebesar 0.3 bar dan laju alir umpan sebesar 80 kg/jam.
Koefisien perpindahan panas (U) dapat menunjukan bahwa besarnya panas yang
digunakan untuk menguapkan pelarutnya.
0.81 0.8
0.8 0.79
0.79
0.79 0.78
0.79 0.78
0.78
0.78
Steam Ekonomi 0.77 0.77 40 L/h
0.76 60 L/h
0.75 80 L/h
0.74
3540455055606570758085
Laju Alir Umpan (L/h)
Sehingga menurut data pengamatan dapat diketahui tekanan dan laju alir optimum
yang didapatkan setelah perbandingan beberapa tekanan dan laju alir didapatkan laju alir
80 L/jam dengan tekanan 0.4 bar merupakan kondisi yang paling baik.
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Tim penyusun jobsheet praktikum Pilot Plant. 2013. Falling Film Evaporator. Bandung: Jurusan
Teknik Kimia, Polban
Geankoplis, Christi J. Transport Processes and Unit Operations : third edition. 1993, 1983,
1978. Prentice-Hall,Inc.