You are on page 1of 2

FUAD ARIF R.

P
XI IPA 4/ 16

CERPEN
KUE LEMPENG NENEK
Kue lempeng buatan nenek kesukaan Alina. Kue lempeng yang
bentuknya pipih dan bundar. Seperti pizza tapi bukan pizza karena
rasanya manis. Nenek selalu membuatkan Alina kue lempeng kalau Alina
ke Banjarmasin, ke rumah nenek.Liburan sekolah Alina berlibur ke
Banjarmasin lagi. Nenek kembali menyuguhkan kue lempeng pagi-pagi
sekali. Alina girang melihatnya. Banjarmasin sedang hujan dan perut Alina
juga sudah keroncongan. Ada kue lempeng di saat seperti ini pas sekali
untuk perut dan lidahnya
Kalau di Banjarmasin, baru bisa makan kue ini. Alina berkata
sambil menyomot kue lempeng yang sudah dipotong nenek beberapa
bagian. Mama belum bisa membikinnya karena belum belajar pada
nenek.Apa Alina mau belajar membuatnya? Nenek bertanya pada Alina.
Alina mengangguk setuju. Rahma sepupu Alina yang juga sedang berlibur
ke rumah nenek juga ingin ikut belajar. Mereka berdua akan belajar sore
nanti.
Nenek menyusun bahan-bahan yang diperlukan di atas meja. Ada
santan, tepung, pisang dan telur. Ada juga toples berisi gula.Caranya
gampang, kata Nenek sambil mencampur gula, telur dan terigu.
Kemudian nenek memasukkan santan ke dalam adonan.Diberi garam
sedikit. Nenek memasukkan sedikit garam ke dalamnya.Kemudian
masukkan pisang yang sudah dipotong-potong. Nenek memotong-
motong pisang, kemudian pisang juga tercampur rata dengan adonan kue
lempeng. Nenek mencicipi adonan itu dan meminta Alina dan Rahma juga
mencicipinya.
Kalau rasanya sudah pas, baru kita masak. Alina dan Rahma
mencobanya, rasanya sudah enak sekali. Padahal belum masak. Alina dan
Rahma senang sekali, mereka melihat nenek mengoleskan margarine di
atas wajan, kemudian menuangkan 2 sendok besar ke atas wajan.Aroma
kue lempeng kesukaan Alina sudah tercium. Tak lama kemudian nenek
juga membalik kue lempeng yang dimasak dan setelahnya kue lempeng
sudah siap. Alina dan Rahma bersorak senang.
Kamu mencatatnya? Alina baru menyadari kalau ternyata Rahma
memegang buku dan pulpen.Iya, Alina. Aku menulis langkah-langkah
buat bikin kue lempeng. Takut lupa, jawab Rahma sambil memandang
buku catatannya.Lupa? Rahma mengangguk dan Alina spontan tergelak.
Ah, Rahma, kita kan belum tua. Jadi, buat apa dicatat. Aku ingat kok cara
bikinnya. Lumayan mudah, lanjut Alina sambil tertawa melihat kelakuan
Rahma
Ketika pulang ke Jakarta, Alina belum sempat juga mencoba bikin
kue lempeng sendiri. Alina sibuk dengan urusan sekolah. Juga kegiatan
pramukanya.Ketika hari minggu, mama mengajak Alina mencoba
memasak kue lempeng. Mama sudah membelikan bahan-bahannya. Alina
bersemangat sekali ingin membikinnya bersama mama. Walau di Jakarta,
Alina bisa menikmati kue lempeng seperti di Banjarmasin.
Bagaimana caranya, Alina? Mama bertanya ketika mereka sudah
di dapur. Alina menggaruk kepalanya. Dia ingat bahan-bahannya berupa
telur, terigu, santan dan pisang. Tapi bagaimana caranya, ya? Kening Alina
berkerut.Pisangnya dipotong-potong, Ma. Alina tentu ingat bagaimana
potongan pisang dalam kue lempeng.Baik, kita potong pisangnya dulu,
kata mama seraya memotong pisang. Sementara mama memotong
pisang, Alina menatap bahan-bahan bikin kue di depannya. Sibuk
mengingat bagaimana caranya bikin kue lempeng dan berapa ukuran
yang pas.
Selanjutnya apa, Alina? Mama rupanya sudah selesai memotong
pisang. Alina menatap mama sambil nyengir.Alina lupa, Ma, kata Alina
masih sambil nyengir malu.Tapi, Rahma menulis cara-caranya, Ma. Alina
nelpon Rahma dulu, boleh? Mama tertawa kemudian mengangguk setuju.
Mama menyodorkan ponselnya pada Alina. Alina menelpon Rahma.Aku
lupa, kata Alina pada Rahma sambil tersipu malu.Aku sudah menulisnya
di blog. Kamu bisa lihat di blogku, Alina. Rahma di ujung telpon
menjawab. Alina berterima kasih. Dia tahu alamat blog Rahma. Rahma
memang sangat senang menulis. Rahma juga punya blog tempat dia
menulis kegiatan sehari-hari. Rupanya resep kue lempeng nenek juga
ditulis Rahma di sana.
Kamu betul, Rahma. Kita perlu menulis biar tidak lupa, walau masih
muda, ujar Alina sambil nyengir. Alina juga meminta maaf karena dulu
pernah menertawakan Rahma yang menulis.
Iya, Alina. Kata orang, ikatlah ilmu dengan menuliskannya. Itu yang
kulakukan. Alina setuju dengan apa yang dikatakan Rahma. Mulai
sekarang dia akan rajin menulis.

You might also like