You are on page 1of 17

Apusan Darah

Fachrun Nisah

Supported by:
ATLAS
PREPARAT
APUS
Penyusun : Fachrun Nisah

Diterbitkan atas kerjasama:

Progam Studi Pendidikan Biologi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, hidayah, serta
inayah-Nya sehingga Buku Atlas dengan judul Atlas Preparat Apus ini dapat tersusun. Atlas
ini disusun seiring dengan meningkatnya kebutuhan preparat mikroteknik yang berkualitas
sebagai sumber belajar. Atlas ini diperuntukkan bagi mahasiswa khususnya pada Program
Studi Pendidikan Biologi di Lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Malang dan masyarakat pada umumnya.
Preparat apus atau smear adalah preparat yang proses pembuatannnya dengan
metode apus atau smear, yaitu dengan cara mengapuskan atau membuat lapisan tipis atau
film suatu bahan yang berupa cairan atau bukan cairan diatas gelas benda yang bersih dan
bebas lemak. Selanjutnya melakukan fiksasi, mewarnai, dan menutupnya dengan gelas
penutup untuk diamati dibawah mikroskop. Preparat apus darah adalah untuk mempelajari
struktur eritrosit, leukosit, dan trombosit.
Atas tersusunnya Atlas ini kami menyampaikan terimakasih kepada Ibu Dra. Sri
Wahyuni M. Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah Mikroteknik. Materi dalam atlas ini
disusun menggunakan tahapan yang runtut yang disertai gambar-gambar untuk
mempermudah penggunaaan atlas dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Atlas ini
menyajikan gambar cara pembuatan preparat Apus darah Oryctolagus cuniculus beserta hasil
pengamatan berupa foto mikroskopis sel darah Oryctolagus cuniculus. Harapannya, Atlas ini
dapat dimanfaatkan sebagai media atau sumber belajar bagi peserta didik dan pendidik baik di
sekolah menengah
Mengingat atas kemampuan kami yang terbatas, dalam pembuatan Atlas ini kami
merasa masih banyak kekurangan baik dalam hal teknis penulisan maupun penyusunan. Oleh
karena itu kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi tercapainya kesempurnaan
dalam pembuatan Atlas ini. Atas saran yang diberikan, maka kami sampaikan terima kasih.

Malang, 25 Mei 2017


Penyusun

i
Table of Content

COVER

HALAMAN COVER

KATA
i
PENGANTAR..................................................................................................................................
TABLE OF CONTENT .................................................................................................................... ii

PART 1
TEKNIK PENGAPUSAN.................................................................................................................. 1

PART 2
KOMPONEN DARAH...................................................................................................................... 2

PART 3
APUSAN DARAH ORYCTOLAGUS CUNICULUS.......................................................................... 3

PART 4
APUSAN DARAH CAVIA COBAYA ................................................................................................. 5

PART 5
APUSAN DARAH COLUMBA LIVIA................................................................................................ 7

PART 6
APUSAN DARAH GALLUS GALLUS.............................................................................................. 9

GLOSARIUM................................................................................................................................... 11

INDEKS .......................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 13

ii
PART 1
TEKNIK PENGAPUSAN
Pengampusan dilakukan dengan
cara kaca obyek yang dibuat untuk mengapus
digeser ke kanan hingga mengenai tetesan
darah kemudian Setelah tetes darah menyebar
pada sisi kaca penggeser sampai dengan
cm dari sudutnya, maka segera digeserkan ke
kiri sambil dimiringkan dengan sudut 30 45
derajat dengan tanpa menekan kaca
penggeser ke bawah. Hal ini dilakukan agar
darah yang akan diapus benar-benar merata.

1
PART 2
KOMPONEN DARAH

2
PART 3
APUSAN DARAH
Oryctolagus cuniculus

Keterangan:
[1] Cakram Bikonkaf
[2] Krenasi
[3] Sickle Cell

3
Cakram Bikonkaf
Sel-sel darah merah mempunyai bentuk cakram dengan diameter 7,5 m
dengan ketebalan tepi 2 m. Tengah-tengah cakram tersebut lebih tipis dengan ketebalan 1
m. bentuk bikonkaf yang menarik ini mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel dan
plasma darah (Kimball, 1990).

Krenasi
Krenasi adalah sel darah mengkerut dan berbentuk seolah berduri akibat terjadinya
perubahan tekanan osmolaritas antara plasma dan cairan dalam sel yang menyebabkan
keluarnya air dari sel-sel. Bentuk sel yang seperti ini juga dikenal dengan eritrosit bentuk paku
payung (Aisyah, 2003).

Sickle Cell
Sickle cell adalah sel darah merah menjadi kaku & lengket. Bentuknya juga tidak lagi bulat,
melainkan berbentuk sickle (sabit). Bentuk yang ireguler ini akan mati prematur,
mengakibatkan kondisi kekurangan sel darah merah yang kronik. Bentuk sel darah ini juga
diduga menjadi penyebab penyakit anemia (Herawati, 2009).

4
PART 4
APUSAN DARAH
Cavia cobaya

Keterangan:
[1] Krenasi
[2] Stack of Coin
[3] Cakram Bikonkaf

5
Krenasi
Krenasi adalah sel darah mengkerut dan berbentuk seolah berduri akibat terjadinya
perubahan tekanan osmolaritas antara plasma dan cairan dalam sel yang menyebabkan
keluarnya air dari sel-sel. Bentuk sel yang seperti ini juga dikenal dengan eritrosit bentuk
paku payung (Aisyah, 2003).

Stack of Coin
Beberapa sel darah yang tidak normal saling bertumpuk

Cakram Bikonkaf
Cakram Bikonkaf, Sel-sel darah merah mempunyai bentuk cakram dengan diameter 7,5
m dengan ketebalan tepi 2 m. Tengah-tengah cakra tersebut lebih tipis dengan
ketebalan 1 m. bentuk bikonkaf yang menarik ini mempercepat pertukaran gas-gas
antara sel-sel dan plasma darah (Kimball, 1990).

6
PART 5
APUSAN DARAH
Columba livia

Keterangan:
[1] Eritrosit
[2] Eusinofil

7
Eritrosit
Eritrosit (sel darah merah) unggas berbentuk oval, berinti dan
berukuran lebih besar daripada darah mamalia (Smith et al. 2000). Fungsi
utama eritrosit adalah mengangkut hemoglobin yang selanjutnya hemoglobin
ini mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan (Guyton dan Hall 1997).

Eusinofil
eusinofil adalah sel yang besar dengan sitoplasma banyak
mengandung granula, dan akan tampak merah jika diwarnai dengan
pewarnaan yang bersifat basa. Inti eusinofil memiliki lobulasi yang lebih sedikit
dibandingkan dengan neutrofil (Ganong, 1996)

8
PART 6
APUSAN DARAH
Gallus gallus

Keterangan:
[1] Heterofil (Neutrofil)
[2] Limfosit
[3] Eritrosit

9
Heterofil
Heterofil merupakan sel granulosit polimorfonuklear pada darah
unggas dan sama dengan neutrofil pada darah mamalia yang diproduksi
didalam sumsum tulang. Sitoplasma pada heterofil tidak berwarna, dan hal ini
yang membedakan heterofil dengan eusinofil serta basofil (Smith dan
Mangkoewidjojo, 1988).

Limfosit
Limfosit merupakan sel yang tidak bergranul, dengan presentase
di dalam darah unggas berkisar antara 24-84%. Berdasarkan ukuran limfosit
terbagi menjadi limfosit besar, sedang dan kecil. Limfosit kecil merupakan
bentuk dewasa, sedangkan limfosit sedang dan besar merupakan limfosit
muda (paralimfosit) (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Eritrosit
Eritrosit (sel darah merah) unggas berbentuk oval, berinti dan
berukuran lebih besar daripada darah mamalia (Smith et al. 2000). Fungsi
utama eritrosit adalah mengangkut hemoglobin yang selanjutnya hemoglobin
ini mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan (Guyton, 1996).

10
GLOSARIUM
C
Cakram bikonkaf : Sel-sel darah merah mempunyai bentuk cakram dengan
diameter 7,5 m dengan ketebalan tepi 2 m. Tengah-tengah
cakram tersebut lebih tipis dengan ketebalan 1 m. bentuk
bikonkaf yang menarik ini mempercepat pertukaran gas-gas
antara sel-sel dan plasma darah

E
Eritrosit : Sel darah merah
Eusinofil : Sel yang besar dengan sitoplasma banyak mengandung
granula, dan akan tampak merah jika diwarnai dengan
pewarnaan yang bersifat basa. Inti eusinofil memiliki lobulasi
yang lebih sedikit dibandingkan dengan neutrofil

H
Heterofil : Sel granulosit polimorfonuklear pada darah unggas dan sama
dengan neutrofil pada darah mamalia yang diproduksi didalam
sumsum tulang. Sitoplasma pada heterofil tidak berwarna, dan
hal ini yang membedakan heterofil dengan eusinofil serta
basofil

K
Krenasi : Peristiwa sel darah mengkerut dan berbentuk seolah berduri
akibat terjadinya perubahan tekanan osmolaritas antara plasma
dan cairan dalam sel yang menyebabkan keluarnya air dari sel-
sel.

L
Limfosit : Merupakan sel yang tidak bergranul

S
Sickle cell : sel darah merah menjadi kaku & lengket. Bentuknya juga
tidak lagi bulat, melainkan berbentuk sickle (sabit).
Stack of Coin : Beberapa sel darah yang tidak normal saling bertumpuk

11
INDEKS

C
Cakram bikonkaf 4, 5, 6

E
Eritrosit 4, 7, 8, 9, 10
Eusinofil 7, 8, 10

H
Heterofil 9, 10

K
Krenasi 3, 4, 5, 6

L
Limfosit 9, 10

S
Sickle cell 3, 4,
Stack of Coin 5, 6

12
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, R., Listyawati, S., & Widiyani, T. (2003). Efek Pemberian Natrium Siklamat secara Oral
terhadap Karakteristik Hematologis Tikus Putih (Rattus norvegicus L.). BioSmart, 5(2)

Ganong, W.F. 1996. Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Guyton, A.C. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 7. Bagian 1. Ken Ariatna Tegandi,
Penerjemah. 1986. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiology. Pp 65

Herawati, N. (2015). Mengenal Anemnia dan Peranan Erythropoietin. Biotrends, 4(1), 35-39.

Kimball, J. W. (1990). Biologi Jilid 2, ed.2. Jakarta: Erlangga.

Smith FM, West NH, Jones DR. 2000. The Cardiovascular System. In: Whittow GC, editor. Sturkies
Avian Phisiology. Fifth edition. USA: Academic Press.

Smith, J.B dan Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan
Di Daerah Tropis. Jakarta: Universitas Indonesia

13

You might also like