You are on page 1of 16

MODALITAS FISIOTERAPI

1. SHORTWAVE DIATHERMY (SWD)

Pengertian SWD
Terapi panas penentrasi dalam dengan menggunakan gelombang elektromagnetik frekuensi
27,12 MHz, panjang gelombang 11 m.
Tujuan Pemberian SWD
Memperlancar peredaran darah, mengurangi rasa sakit, mengurangi spasme otot, membantu
meningkatkan kelenturan jaringan lunak, mempercepat penyembuhan radang.
Penempatan/susunan elektroda
Kontraplanar ; paling baik, penentrasi panas kejaringan lebih dalam, dipermukaan
berlawanan dengan bagian terapi.
Koplanar : elektroda berdampingan disisi sama dgn jarak elektroda adequat, pemanasan
superficial, jarak antara ke2 elektroda >> lebar drpd elektroda
Cross fire treatment ; terapi diberikan dgn elektroda 1 posisi, terapi diberikan elektroda
posisi lain, pemanasan jaringan dlm seperti untuk organ pelvis
Monoplanar : elektroda aktif diatas satu lesi, bila yang dituju local & dangkal

Indikasi SW
Kondisi peradangan dan kondisi sehabis trauma (trauma pd musculoskeletal), adanya keluhan
nyeri pd sistem musculoskeletal (kodisi ketegangan, pemendekan, perlengketan otot jaringan
lunak), persiapan suatu latihan/senam (untuk gangguan pada sistem peredarah darah)

Kontraindikasi SWD
Keganasan, kehamilan, kecendrungan terjadinya pendarahan, gangguan sensibilitas, adanya
logam di dalam tubuh, lokasi yang terserang penyakit pembuluh darah arteri.

Teknik aplikasi SWD


Pre pemanasan alat 5-10 menit, jarak antara elektroda dengan pasien 5-10 cm/1 jengkal,
durasi 15-30 menit, intensitas sesuai dengan aktualitas patologi, posisikan pasien senyaman
mungkin, terbebas dari pakaian dan logam, tes sensibilitas, pasang elektroda, pasien tidak
boleh bergerak, intensitas dipertahankan sesuai dgn toleransi pasien.

2. MICROWAVE DIATHERMY (MWD)

Pengertian MWD
Suatu aplikasi terapeutik dengan menggunakan gelombang mikro dlm bentuk radiasi
elektromagnetik yg akan dikonversi dalam bentuk dengan frekuansi 2456 MHz dan 915 MHz
dengan panjang gelombang 12,25 arus yang dipakai adalah arus rumah 50 HZ, penentrasi
hanya 3 cm, efektif pada otot

Indikasi MWD
Selektif pemanasan otot (jaringan kolagen), spasme otot (efektif untuk sendi Inter Phalangeal,
Metacarpal Phalangeal dan pergelangan tangan, Rheumathoid Arthritis dan Osteoarthrosis),
kelainan saraf perifer (neuralgia neuritis)

Kontraindikasi MWD
Adanya logam, gangguan pembuluh darah, pakaian yang menyerap keringat, jaringan yang
banyak cairan, gangguan sensibilitas, neuropathi (timbul gangguan sensibilitas dan diabetes
melitus), infeksi akut, transqualizer (alat pada pasien dengan gangguan kesadaran), sesudah
rontgen (konsentrasi EM berkelebihan), kehamilan, saat menstruasi.

Efek fisiologis yang ditimbulkan dari pemberian MWD


Terjadinya perubahan panas ; yang sifatnya lokal jaringan yang meningkatkan metabolisme
jaringan lokal, meningkatkan vasomotion sehingga timbul homeostatik lokal yang akhirnya
menimbulkan vasodilatasi. Perubahan panas secara general yang menaikkan temperatur pada
daerah lokal.

Teknik aplikasi MWD:


Persiapan alat, tes alat, pre pemanasan 5-10 menit, jarak <10cm dari kulit persiapan pasien
: bebaskan dari pakaian dan logam, posisikan pasien senyaman mungkin, tes sensibilitas,
jarak 5-10 cm, durasi 20-30 menit. alat 2456MHz, frekuensi terapi 3-5 x/minggu, intensitas
50-100 watt (toleransi pasien), dosis intensitas ditentukan oleh aktualitas patologi (aktualitas
rendah : thermal, aktualitas sedang : subthermal, aktualitas tinggi : a thermal)

3. ULTRASOUND (US)

Pengertian US
Terapi dgn menggunakan gelombang suara tinggi dgn frek 1 atau 3 MHz (>20.000 Hz).

Tujuan pemberian US
Mengurangi ketegangan otot, mengurangi rasa nyeri, memacu proses penyembuhan collagen
jaringan (dipilih untuk jaringan kedalaman < dari 5 cm) Penentrasi terdalam dlm setiap
media: Tulang : penentrasi 7 mm pada frekuensi 1 MHz kulit : penentrasi 36 mm pada
frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 12 mm tendon : penentrasi 21 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3
MHz 7 mm Otot : penentrasi 30 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 7 mm Lemak :
penentrasi 165 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 55 mm 3 MHz penentrasi : 1/3 dari
frek 1 MHz intensitas terapi : kontinu. intensitas rendah <0,3 W/cm, intensitas sedang 0,3-
1,2 W/cm, intensitas kuat 1,2-3W/cm. untuk efek terapeutik 0,7-3 MHZ. Frekuensi : untuk
kasus pada kondisi subakut waktu 3 menit, pengulangan 1x1hari, sehari 10x. Untuk kasus
pada kondisi kronik waktu 5-10 menit, pengulangan 1x1 hari atau 1x2 hari, sehari 12-18x.
Metode US A. Kontak langsung : paling banyak digunakan ; perlu adanya media coupling
(Gel, water oil, pasta analgetik, water). Syarat media coupling harus steril, tidak terlalu cair,
tidak terlalu mudah diserap tubuh, tidak menimbulkan flek/pekat. B. Kontak tidak langsung :
sub aqual (dalam air) di dalam air, hal ini dilakukan bila regio yang akan diterapi areanya
kecil dan tidak rata permukaannya (trigger finger, Rheumathoid Arthtritis jari-jari. water
pillow kantong plastik/karet mengandung air, kontak dipermukaan tubuh tidak rata;
medium antara sisi kantong kulit, sisi kantong tranduser. Teknik Aplikasi US Sebelum
terapi : lakukan assesment, tes sensibilitas, lokalisasi daerah terapi, tentukan metode
(langsung/tidak langsung), beri penjelasan kepada pasien : bapak/ibu saya akan
memberikan terapi Ultrasound nanti rasanya seperti dipijat dan sedikit hangat gunanya untuk
memperbaiki jaringan yg rusak sehingga akan mengurangi nyeri Persiapan alat Persiapan
pasien Penatalaksanaan US Berikan gel pada daerah yang akan diterapi Ratakan gel dgn
tranduser, nyalakan alat Timer ditentukan dari = luas area dibagi dengan luas ERA
Intensitas ditentukan oleh aktifitas patologi : aktivitas tinggi : dosis rendah (1-1,5 W/cm)
aktivitas sedang : dosis sedang (1,5-2 W/cm) aktivitas rendah : dosis tinggi (2-3 W/cm)
Intensitas/durasi : pada kondisi akut intermiten ; pada kondisi kronik continous
Ultrasound dengan air (untuk kasus sendi kecil dan permukaan tidak rata), penerapannya :
Tidak langsung bersentuhan dengan air, jaraknya 1,5-2,5 cm Untuk tranduser 1 MHz :
penentrasi lebih dalam, tapi area konvergen 3x lebih kecil. Untuk tranduser 3 MHz :
penentrasi lebih kecil tapi area konvergen 3x lebih besar. Efek US > Mekanis : menimbulkan
efek micromassage -> dilatasi -> inflamasi
> Thermal : menimbulkan efek panas tranduser lebih kecil dimana panas ringan sampai 5 cm
(deep) dan lebih dominan pada continue.
> Piezoelectric : perubahan muatan membran sehingga terjadi proses kimiawi di jaringan di
sekitarnya
> Biologis : menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah meningkatkan sirkulasi darah ->
meningkatkan permeabilitas dan regenerasi jaringan menimbulkan rileksasi otot sehingga
akan mengurangi nyeri.

Indikasi US
kondisi peradangan dan traumatik sub akut dan kronik, adanya jaringan parut (scar tissue)
pada kulit, kondisi ketegangan, pemendekan dan perlengketan jaringan lunak (otot, tendon,
ligament). Kondisi inflamasi kronik ; oedema -> gangguan sirkulasi darah, contoh kasus yg
termasuk indikasi Ultrasound : Rheumathoid Arthrosis, Osteoarthrosis Genu, Hernia Nucleus
Pulposus, Low Back Pain, spasme cervical, tennis elbow, frozen shoulder.

Kontra indikasi US
jaringan yang lembut (mata, ovarium, testis, otak), jaringan yang baru sembuh,
jaringan/granulasi baru, kehamilan, pada daerah yang sirkulasi darahnya tidak adekuat, tanda-
tanda keganasan, infeksi bakteri spesifik.

4. Transcutaneus Electrical nerve stimulation (TENS)


Pengertian TENS
> Transcutaneus Electrical nerve stimulation (TENS) merupakan suatu cara penggunaan
energi listrik guna merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif
untuk merangsang berbagai tipe nyeri
> Pada TENS mempunyai bentuk pulsa : Monophasic mempunyai bentuk gelombang
rectanguler, trianguler dan gelombang separuh sinus searah; biphasic bentuk pulsa
rectanguler biphasic simetris dan sinusoidal biphasic simetris; pola polyphasic ada rangkaian
gelombang sinus dan bentuk interferensi atau campuran.
> Pulsa monophasic selalu mengakibatkan pengumpulan muatan listrik pulsa dalam jaringan
sehingga akan terjadi reaksi elektrokimia dalam jaringan yang ditandai dengan rasa panas dan
nyeri apabila penggunaan intensitas dan durasi terlalu tinggi.

Tujuan pemberian TENS


Memeilhara fisiologis otot dan mencegah atrofi otot, re-edukasi fungsi otot, modulasi nyeri
tingkat sensorik, spinal dan supraspinal, menambah Range Of Motion (ROM)/mengulur
tendon, memperlancar peredaran darah dan memperlancar resorbsi oedema

Frekuensi Pulsa
Frekuensi pulsa dapat berkisar 1 200 pulsa detik.
Frekuensi pulsa tinggi > 100 pulsa/detik menimbulkan respon kontraksi tetanik dan
sensibilitas getaran sehingga otot cepat lelah
Arus listrik frekuensi rendah cenderung bersifat iritatif terhadap jaringan kulit sehingga
dirasakan nyeri apabila intensitas tinggi. Arus listrik frekuensi menengah bersifat lebih
konduktif untuk stimulasi elektris karena tidak menimbulkan tahanan kulit atau tidak bersifat
iritatif dan mempunyai penetrasi yang lebih dalam.

Penempatan Elektroda
Di sekitar lokasi nyeri : Cara ini paling mudah dan paling sering digunakan, sebab metode
ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan karakter dan letak
yang paling optimal dalam hubungannya dengan jaringan penyebab nyeri
Dermatome :Penempatan pada area dermatome yang terlibat, Penempatan pada lokasi
spesifik dalam area dermatome, Penempatan pada dua tempat yaitu di anterior dan di
posterior dari suatu area dermatome tertentu
Area trigger point dan motor point

Indikasi TENS
Kondisi LMNL(Lower Motor Neuron Lesion) baru yang masih disertai keluhan nyeri,
kondisi sehabis trauma/operasi urat saraf yang konduktifitasnya belum membaik, kondisi
LMNL kronik yg sdh terjadi partial/total dan enervated muscle, kondisi pasca operasi tendon
transverse, kondisi keluhan nyeri pada otot, sebagai irritation/awal dari suatu latihan, kondisi
peradangan sendi (Osteoarthrosis, Rheumathoid Arthritis dan Tennis elbow), kondisi
pembengkakan setempat yang belum 10 hari

Kontra Indikasi TENS


Sehabis operasi tendon transverse sebelum 3 minggu, adanya ruptur tendon/otot sebelum
terjadi penyambungan, kondisi peradangan akut/penderita dlm keadaan panas

Prosedur TENS
Tingkat analgesia-sensoris : frekuensi 50-150 Hz, durasi pulsa <200 (60-100) mikrodetik
Tingkat analgesia untuk rasa nyeri : frekuensi 150 Hz, durasi pulsa >150 mikrodetik
Persipan pasien (kulit harus bersih dan bebas dari lemak, lotion, krim dll), periksa sensasi
kulit, lepaskan semua metal di area terapi, jangan menstimulasi pada area dekat/langsung di
atas fraktur yg baru/non-union, diatas jaringan parut baru, kulit baru.

5. PARAFIN BATH
Pengertian
Pengobatan panas superficial dgn modalitas rendaman hangat parafin.

Tujuan
Preliminary terhadap metoda intervensi lain (mobilisasi sendi, massage), memperlancar
peredaran darah, mengurangi rasa sakit, menambah kelenturan jaringan perifer, lingkup gerak
sendi, dipilih untuk tangan dan kaki.

Metode Aplikasi
> Metode Deep : mencelupkan kaki/tangan kedalam cairan parafin bath -> terbentuk
permukaan parafin padat dan tipis yang meliputi kulit -> tarik kembali -> ulang 8-10x ->
sampai terbentuk sarung tengan tebal (mengisolasi bagian tubuh terhadap kehilangan panas)
-> bungkus dengan handuk kering untuk mempertahankan panas -> lama 15-20 menit ->
setelah itu sarung tangan parafin dilepas
> Metode immersion : mencelupkan tangan/kaki secara terus-menerus kedalam cairan parafin
-> terbentuk sarung tangan pada sekitar kulit -> lama 20-30 menit -> lebih efektif
meningkatkan temperatur jaringan tapi resiko luka bakar
> Metoda breshing : dengan menggunakan kuas -> untuk area yang tidak dijangkau
(pinggang, hip, pada regio yang besar)
6. ULTRA VIOLET (UV)

Pengertian
Pancaran gelombang
elektromagnetik. Dengan panjang
gelombang 1800A-4000A,
dikelompokan : Far UV -> 1800-
2900A, daya tembus -> stratum
korneum; Near UV -> 2900-
4000A, daya tembus -> stratum
spinosum
> Upaya pengobatan modalitas sinar
superficial dgn menggunakan sinar
ultra violet gelombang panjang (UV
B) atau gelombang pendek (UV A)
> UV A (3450-4000A) tanning (pewarnaan) dengan sedikit eritema kulit, immediate banyak
terjadi, tidak semua orang tampak pada penyinaran 1 jam, hilang dalam beberapa hari
> UV B (2800-3150A): uremik pruritus, eritema kulit, terbakar
> UV C (1800-2800 A)
> Struktur kulit dari kulit paling luar ke dalam lapisan dermis : stratum korneum/lapisan
tanduk, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, stratum basale(pigmen);
lapisan dermis : pars papilare & pars retikularis; Lapisan subkutis.

Tujuan Pemberian UV
Untuk meningkatkan sistem pertahanan tubuh, mempercepat penyembuhan luka terbuka,
penyembuhan penyakit kulit tertentu
Efek lokal
o Erytema, adalah kemerah-merahan pada kulit dan merupakan hal pertama yang dapat
diobserfasi sebagai efek penggunaan UV. Eritema dicapai sekitar 24 jam kemudian, eritema
merupakan hasil stimulasi reaksi inflamasi oleh sinar UV. UV dapat menyebabkan iritasi dan
perubahan degeneratif pada jaringan epidermis. Stimulasi tersebut merupakan respon dilatasi
kapiler, arterioler dan eksudasi (pengaliran cairan) pada jaringan.
o Pigmentasi merupakan peningkatan pigmen melanin yg dibentuk oleh melanoblast yang
berpindah kelapisan lebih superficial pada epidermis. UV dpt mempercepat produksi melanin
melalui stimulasi produksi enzim tyrosinase pada melanoblast
o Desquamasi adalah pengelupasan sel-sel kulit mati yang terjadi pada jaringan kulit
o Pertumbuhan sel-sel epitel adalah peningkatan sebagai bagian dari proses perbaikan
jaringan dimana sel-sel basal berpindah ke sel-sel diepidermis
Efek antibiotik, merupakan efek destruktif akibat radiasi UV terhadap virus, bakteri dan
organisme-organisme kecil pada permukaan kulit

Indikasi UV
radikal general -> penderita dengan kondisi tubuh rendah (alergi, asmatis, bronchitis), anak-
anak yang mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan dan aktivitas (anak premature,
Cerebral Palsy)
Radiasi lokal -> penyakit kulit karena jamur, luka lama (decubitus), hipopigmentasi (bekas
luka terbakar), acne vulvagaris

Kontra Indikasi UV
Penyakit yang akut (TBC, paru, dermatitis, exim), penderita yang sedang mendapat
radioterapi, penderita alergis terhadap sinar UV, sensitiser (adanya kemungkinan penderita
menjadi sensitive terhadap sinar UV setelah pengobatan dengan obat-obatan tertentu, misal :
sulfa, insuline, thyroid extract, kinine, gold therapy

Derajat Eritema UV
- Derajat I : MED (Minimal Erytema Dosage), dosis UV yang dalam beberapa jam
menyebabkan eritema minimal, dimana untuk menentukan dosis terapi, periode laten 6-8 jam,
hilang 24-36 jam, iritasi berkurang & pengelupasan kulit berkurang
- Derajat II : 2,5 MED, periode laten 4-6 jam, menghilang 48-96 jam, sedikit iritasi dan
pengelupasan kulit.
- Derajat III : 5 MED, periode laten 3-4 jam, menghilang 6-10 hari, panas, nyeri, oedem,
pengelupasan kulit, mirip luka bakar, pigmentasi menambah
- Derajat IV : 10 MED, periode laten 2 jam, menetap selama beberapa hari, hilang sampai 2
minggu

Prosedur penggunaan UV
Dosis :
Untuk radiasi general -> dosis : sub erytema, pengulangan 1x1 hari, 1 seri 12x
Untuk radiasi lokal -> dosis E II pengulangan 3 hari 1x, E III pengulangan 3 minggu 1x, E
IV pengulangan 2 minggu 1x

Teknik aplikasi
Sebelum terapi dilakukan tes MED (Minimal Erytema Dosage). Posisikan pasien senyaman
mungkin, tutup semua bagian kecuali area yang akan di tes, bersihkan dulu dengan alkohol.
Area yang akan diterapi diberi karbon hitam yang ada lobangnya, area lain ditutup rapat,
untuk terapis pakai kacamata. Timer dlm detik, alat tegak lurus pd kulit, jarak lampu dari
kulit 60-90 cm.
uadriplegia dan tunadaksa
Quadriplegia Informasi Bagian

Penyebab Quadriplegia
Gejala Quadriplegia
Fungsi Saraf Spinal Terkena Quadriplegia
Komplikasi medis sekunder lumpuh
ASIA Skala Penurunan
Penyebab Quadriplegia

Diagram quadriplegia pada orang lumpuh

Catatan: Saraf tulang belakang serviks keluar vertebra atas vertebra serviks, kecuali C7,
tempat keluarnya saraf tulang belakang C8 bawah C7 vertebra.

Semua saraf tulang belakang kemudian keluar di bawah dada, lumbal dan sakral vertebra.
Quadriplegia disebabkan oleh kerusakan pada segmen sumsum tulang belakang serviks pada
tingkat C1-C8. Kerusakan pada sumsum tulang belakang biasanya sekunder terhadap cedera
pada tulang belakang di bagian leher rahim dari tulang belakang. Cedera pada struktur tulang
belakang dikenal sebagai lesi dan dapat mengakibatkan hilangnya fungsi sebagian atau total
di keempat anggota badan, yang berarti lengan dan kaki.

Penyebab khusus quadriplegia dari kerusakan sumsum tulang belakang adalah trauma (seperti
kecelakaan mobil, jatuh atau cedera olahraga), penyakit (seperti mielitis transversal atau
polio) atau kelainan bawaan, seperti distrofi otot. Hal ini dimungkinkan untuk melukai saraf
tulang belakang tanpa retak tulang belakang, seperti ketika disk pecah atau memacu tulang
pada ruas menjorok ke dalam kolom tulang belakang.

Kondisi quadriplegia juga disebut tetraplegia. Kedua istilah berarti "kelumpuhan keempat
anggota badan"; tetraplegia lebih umum digunakan di Eropa daripada di Amerika Serikat.
Pada tahun 1991, ketika Spinal Cord Injury Klasifikasi sistem Amerika direvisi, dianjurkan
bahwa tetraplegia istilah digunakan untuk meningkatkan konsistensi ("tetra", seperti "plegia",
memiliki akar Yunani, sedangkan "quadra" memiliki akar Latin) .
Gejala Quadriplegia

Setelah pemeriksaan visual pasien tunadaksa, gejala pertama dari quadriplegia adalah
gangguan pada lengan dan kaki. Fungsi juga terganggu pada batang tubuh. Hilangnya fungsi
dalam batang tubuh biasanya menghasilkan kerugian atau penurunan mengontrol BAB dan
BAK, fungsi seksual, pencernaan, pernapasan dan fungsi otonom lainnya.

Selanjutnya, sensasi biasanya terganggu di daerah yang terkena. Hal ini dapat bermanifestasi
sebagai mati rasa, mengurangi sensasi atau sakit nyeri neuropatik terbakar.

Quadriplegia didefinisikan dengan cara yang berbeda tergantung pada tingkat cedera pada
sumsum tulang belakang. C1-C4 biasanya mempengaruhi sensasi dan gerakan lengan lebih
daripada cedera C5-C7, namun semua lumpuh telah atau memiliki beberapa jenis disfungsi
jari.

Seseorang dengan kerusakan pada sumsum tulang belakang pada serviks sumsum tulang
belakang segmen C1 (vertebra serviks tertinggi, di dasar tengkorak) mungkin akan
kehilangan fungsi dari leher ke bawah dan membutuhkan bantuan permanen dengan bernapas
dalam bentuk mesin yang disebut ventilator. Seseorang dengan cedera tulang belakang C8
mungkin kehilangan fungsi dari dada ke bawah, tapi tetap mempertahankan penggunaan
lengan dan banyak tangan.

Tingkat cedera pada struktur selular dari sumsum tulang belakang sangat penting. Sebuah
pemutusan lengkap dari sumsum tulang belakang akan mengakibatkan hilangnya lengkap
fungsi dari segmen tulang belakang bawah. Sebuah pemutusan parsial atau bahkan memar
atau bengkak hasil sumsum tulang belakang dalam berbagai tingkat fungsi campuran dan
kelumpuhan. Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa dengan quadriplegia korban tidak
bisa menggerakkan kaki, lengan atau mengendalikan salah satu fungsi tubuh utama, hal ini
sering tidak terjadi. Beberapa individu tunadaksa dapat berjalan dan menggunakan tangan
mereka seolah-olah mereka tidak memiliki cedera tulang belakang, sementara yang lain
mungkin menggunakan kursi roda meskipun mereka mungkin masih memiliki fungsi di
lengan mereka dan gerakan jari ringan, ini tergantung pada tingkat kerusakan yang dilakukan
pada sumsum tulang belakang.
Saraf tulang belakang dan Tingkat

Tubuh disediakan oleh tingkat tertentu atau segmen dari sumsum tulang belakang dan saraf
tulang belakang yang sesuai. Fungsi di bawah tingkat cedera tulang belakang akan hilang
atau terganggu

Ini adalah kira-kira sama untuk setiap orang:

Quadriplegia akan mengakibatkan kerugian lengkap atau gangguan fungsi di bawah tingkat
serviks berikut cedera.

C3, 4 dan 5 Pasokan diafragma (kebanyakan C4) (otot besar antara dada dan perut yang kita
gunakan untuk napas).

C5 juga memasok otot bahu (deltoid) dan otot yang kita gunakan untuk menekuk siku kami
(bisep).

C6 degree pergelangan tangan belakang (ekstensi), dan eksternal memutar lengan (supinates).

C7 meluruskan siku dan pergelangan tangan (trisep dan ekstensor pergelangan tangan),
pergelangan tangan pronates.

C8 Bends jari (fleksi).

Cedera di bawah segmen tulang belakang memasok saraf tulang belakang berikut akan
menghasilkan paraplegia. Semua fungsi di bawah ini akan hilang atau terganggu cedera
tunadaksa.

T1 Spread jari dan perlengkapan otot kecil tangan.

T1-T12 persediaan dinding dada (otot interkostal) dan otot perut.

T10 - L2 psikogenik ereksi (berpikir dikontrol).

L2 degree pinggul.

L1, L2, L3, L4 Paha fleksi.

L2, L3, L4 Perpanjangan kaki di lutut (quadriceps femoris)

L2, L3, L4 Paha adduksi.


L4, L5, S1 Paha penculikan.

L4, L5, S1 dorsofleksi kaki (tibialis anterior).

L4, L5, S1 Ekstensi dari jari kaki.

L4, L5, S1, S2 Fleksi kaki di lutut (hamstring).

L5, S1, S2 Perpanjangan kaki di pinggul (gluteus maximus).

L5, S1, S2 fleksi plantar kaki.

L5, S1, S2 Fleksi jari kaki.

S2, S3, S4 Kontrol kemampuan pria untuk memiliki ereksi refleks.

S2, S3, S4 Ejakulasi yang dihasilkan oleh otot bulbospongiosus bawah kendali refleks tulang
belakang melalui saraf pudenda.

S3, 4 dan 5 memasok kandung kemih, usus dan organ seks dan otot-otot panggul anal dan
lainnya.
Komplikasi Sekunder Quadriplegia

Kedua, karena berfungsi depresi lumpuh dan imobilitas, mereka sering lebih rentan terhadap
luka tekanan, kelenturan, osteoporosis dan patah tulang, sendi beku, pneumonia, komplikasi
pernapasan dan infeksi, batu ginjal, dysreflexia otonom, trombosis vena dalam, dan penyakit
kardiovaskular.
Skala penurunan ASIA

Cedera tulang belakang diklasifikasikan oleh American Spinal Cedera Association (ASIA)
klasifikasi. ASIA skala nilai pasien berdasarkan gangguan fungsional mereka sebagai akibat
dari cedera, grading pasien dari A ke D
Lengkap ada motor atau fungsi sensorik yang diawetkan di segmen sakral S4-S5.
B lengkap sensorik tetapi tidak fungsi motorik yang diawetkan di bawah tingkat neurologis
dan termasuk segmen sakral S4-S5.
C lengkap lengkap: fungsi motorik yang diawetkan di bawah tingkat neurologis, dan lebih
dari setengah dari otot kunci di bawah tingkat neurologis memiliki nilai otot kurang dari 3.
D lengkap lengkap: fungsi motorik yang diawetkan di bawah tingkat neurologis, dan
setidaknya setengah dari otot kunci di bawah tingkat neurologis memiliki nilai otot 3 atau
lebih.
E normal
teratas

Inggris Spinal Satuan Reunion Forum


SCI Health Issues

Autonomic Dysreflexia Paraplegia and Paraplegic


Bladder Management
Bowel Management Paraplegia
Cauda Equina Syndrome Information
Incomplete Spinal Cord Sections
Injury
Muscle Spasticity Causes of
Myotomes & Paraplegia
Dermatomes
Symptoms of
Paraplegia : Paraplegic Paraplegia
Quadriplegia :
Quadriplegic Function of Spinal
The Respiratory System Nerves Affected
by Paraplegia
Skin and Pressure Sores
SCI Acronyms Secondary
SCI Definitions Medical
Spinal Cord Shock Complications in
The Spinal Cord Paraplegics
Temperature Regulation
ASIA Impairment
Types of Paralysis Scale
The Vertebral Column
Causes of
Paraplegia
Paraplegia due to a spinal Note: The cervical spinal nerves
cord injury results in an exit the vertebrae above the
Discussion Forum impairment in motor or cervical vertebrae, except for
sensory function of the C7, where the C8 spinal nerve
Adaptive Equipment lower half of a person's exits below the C7 vertebrae.
Assistive Technology & body. The condition occurs
Adaptive Technology due to damage to the All spinal nerves then exit
Cauda Equina Syndrome cellular structure of the below the thoracic, lumbar and
& Incomplete Spinal spinal cord within the spinal sacral vertebrae.
Injuries canal. The area of the spinal
Disability Benefits and cord which is affected in
Incapacity Benefits paraplegia is either the thoracic, lumbar, or sacral regions of the
Advice - DLA - PIP - spinal column. If the arms are also affected by paralysis,
ESA quadriplegia/tetraplegia is the correct terminology.
Disabled Parents
Disabled Sports Symptoms of Paraplegia
Disabled Travel Tips Injury to the spinal cord at the thoracic level and below result in
General SCI Discussions paraplegia, with the arms and hands not affected. People with
Independent Living
Advice injuries to the spinal cord segments T-1 to T-8 usually retain
Mobility Issues control of the arms and hands but have poor trunk control and
Spinal Injury Charity balance due to the lack of abdominal muscle control. Lower
News thoracic injuries (T-9 to T-12) retain good truck control and good
Spinal Cord Injury Cure abdominal muscle control. The sitting balance of people with
& Treatment lower spinal cord injuries is usually very good. Lumbar and
SCI Health Issues Sacral injuries result in decreased control of the hip flexors and
Spouse & Carer Forum legs.

General Resources Spinal Nerves and Levels


Each part of the body is supplied by a particular level or segment
About This Website of the spinal cord and its corresponding spinal nerve. Function
Accessible Holidays below the level of spinal cord injury will be either lost or
Baclofen Pump Therapy impaired
Disability Directory
Secondhand Wheelchairs This is approximately the same for every person:
& Disability Equipment
Spinal Cord Injury Function of the spinal nerves in the cervical section of the
SCI Compensation spinal cord are usually unaffected by paraplegia and remain
SCI Research fully functional in a paraplegic individual.
Support & Links Area
Wheelchair Guide C3,4 and 5 Supply the diaphragm (mostly C4) (the large muscle
Wheelchair Insurance between the chest and the belly that we use to breath).

C5 also supplies the shoulder muscles (deltoid) and the muscle


that we use to bend our elbow (bicep).

C6 Bends the wrist back (extension), and externally rotates the


arm (supinates).

C7 Straightens the elbow and wrist (triceps and wrist extensors);


pronates wrist.

C8 Bends the fingers (flexion).

Function of the spinal nerves below the cervical sections of


the spinal cord are usually impaired due to damage in either
the thoracic, lumbar or sacral areas, resulting in paraplegia.

T1 Spreads the fingers and supplies small muscles of the hand.

T1 T12 supplies the chest wall (intercostal muscles) and


abdominal muscles.
T10 - L2 Psychogenic erections (thought controlled).

L2 Bends the hip.

L1, L2, L3, L4 Thigh flexion.

L2, L3, L4 Extension of leg at the knee (quadriceps femoris)

L2, L3, L4 Thigh adduction.

L4, L5, S1 Thigh abduction.

L4, L5, S1 Dorsiflexion of foot (tibialis anterior).

L4, L5, S1 Extension of toes.

L4, L5, S1, S2 Flexion of leg at the knee (hamstrings).

L5, S1, S2 Extension of leg at the hip (gluteus maximus).

L5, S1, S2 Plantar flexion of foot.

L5, S1, S2 Flexion of toes.

S2, S3, S4 Control a man's ability to have a reflex erection.

S2, S3, S4 Ejaculation is generated by the bulbospongiosus


muscle under the control of a spinal reflex via the pudendal
nerve.

S3,4 and 5 supply the bladder, bowel and sex organs and the anal
and other pelvic muscles.

Secondary Medical Complications


As a result of the decreased loss of feeling or function in the
lower extremities, paraplegics can be susceptible to a number of
secondary medical complications. These include pressure sores
(decubitus), thrombosis, low blood pressure, autonomic
dysreflexia and pneumonia. Dysfunction of the bowel and
bladder will usually also occur. Sexual functioning is frequently
impaired or lost with SCI. Men may have their fertility affected,
while a women's fertility is generally not affected. Physiotherapy
and various assistive technology, such as a standing frame, as
well as vigilant self observation and care may aid in helping to
prevent future and mitigate existing complications.

As paraplegia is most often the result of a traumatic injury to the


spinal cord tissue and the resulting inflammation, other nerve
related complications can and do occur. Cases of chronic nerve
pain in the areas surrounding the point of injury are not
uncommon. There is speculation that the "phantom pains"
experienced by individuals suffering from paralysis could be a
direct result of these collateral nerve injuries misinterpreted by
the brain.

ASIA impairment scale


Spinal cord injuries are classified by the American Spinal Injury
Association (ASIA) classification. The ASIA scale grades
patients based on their functional impairment as a result of the
injury, grading a patient from A to D

Complet no motor or sensory function is preserved


A
e in the sacral segments S4S5.

sensory but not motor function is


Incomple
B preserved below the neurological level
te
and includes the sacral segments S4S5.

Incomplete: motor function is preserved


below the neurological level, and more
Incomple
C than half of key muscles below the
te
neurological level have a muscle grade
less than 3.

Incomplete: motor function is preserved


below the neurological level, and at least
Incomple
D half of key muscles below the
te
neurological level have a muscle grade of
3 or more.

E Normal

You might also like