You are on page 1of 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur, penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih dan setia-Nya yang memberkati penyusun sehingga makalah dengan judul
ACNE VULGARIS dapat terselesaikan.

Rasa terima kasih penyusun sampaikan kepada teman-teman penyusun dan


senior coass yang telah membimbing penyusun dalam menyelesaikan makalah ini. Rasa
terima kasih juga khusus penyusun sampaikan kepada dr.Dame Maria Pangaribuan,
Sp.KK yang telah memberi petunjuk dan bimbingan kepada penyusun dalam menyusun
makalah ini.

Sepenuhnya penyusun juga sadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena itu penyusun dengan senang hati akan menerima segala saran dan kritik dari
pembaca.

Lepas dari segala kekurangan yang ada, semoga makalah ini membawa manfaat.
Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

Pematangsiantar, September 2014

Penulis

Ahmad Sawaluddin

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 2
2.1 Definisi Acne Vulgaris........................................................................ 2
2.2 Epidemiologi Acne Vulgaris............................................................... 2
2.3 Etiologi Acne Vulgaris........................................................................ 2
2.4 Patogenesis Acne Vulgaris.................................................................. 4
2.5 Manisfestasi Klinis Acne Vulgaris ..................................................... 5
2.6 Klasifikasi Acne Vulgaris................................................................... 5
2.7 Diagnosis Acne Vulgaris.................................................................... 7
2.8 Diagnosis Banding Acne Vulgaris...................................................... 8
2.9 Pencegahan Acne Vulgaris................................................................. 9
2.10 Pengobatan Acne Vulgaris.................................................................. 10
2.11 Prognosis Acne Vulgaris..................................................................... 12
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................... 13
STATUS PASIEN ...................................................................................................... 14
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 16

2
BAB I

PENDAHULUAN

Acne vulgaris menjadi masalah pada hampir semua remaja. Acne minor adalah
suatu bentuk acne yang ringan, dan dialami oleh hampir 85% para remaja, gangguan ini
masih dapat dianggap sebagai proses fisiologis. 15% remaja menderita acne major, yang
cukup hebat sehingga mendorong mereka untuk berobat ke dokter. Biasanya acne
vulgaris mulai timbul pada masa pubertas.

Acne vulgaris merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar


pilosebasea. Keadaan ini sering dialami usia remaja dan dewasa muda, dan akan hilang
dengan sendirinya pada usia sekitar 30 tahun keatas. Walaupun demikian ada banyak
juga orang setengah baya yang mengalami serangan acne.

Acne biasanya berkaitan dengan tingginya sekresi sebum. Androgen telah


diketahui sebagai perangsang sekresi sebum, dan ekstrogen mengurangi produksi
sebum. Acne vulgaris pada penderita diatas 20 tahun seringkali disebabkan oleh
kosmetik dan pelembab yang bahan dasarnya dari minyak dan menimbulkan komedo,
faktor-faktor mekanik seperti mengusap, tekanan friksi dapat juga mencetuskan acne.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Acne Vulgaris

Acne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang


umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh. Definisi lain acne vulgaris
(common acne) adalah penyakit radang menahun dari apparatus pilosebasea, lesi paling
sering di jumpai pada wajah, dada, dan punggung. Kelenjar yang meradang dapat
membentuk papul kecil berwarna merah muda, yang kadang kala mengelilingi komedo
sehingga tampak hitam pada bagian tengahnya, atau membentuk pustule atau kista;
penyebab tidak diketahui, tetapi telah dikemukakan banyak faktor termasuk stress,
faktor herediter, hormone, obat dan bakteri, khusus nya propionibactererium acnes,
staphylococcus epidermis, dan malassezia furfur berperan dalam etiologi.

2.2 Epidemiologi Acne Vulgaris

Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering
dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Kligman mengatakan
tidak ada seorang pun (100%), yang tidak pernah menderita acne vulgaris. Baru pada
masa remajalah acne vulgaris menjadi salah satu problem. Umumnya insiden terjadi
sekitar umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan masa itulesi yang
prodominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang. Diketahui pula
bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita acne vulgaris
dibandingkan dengan ras Kaukasia (Eropa dan Amerika), dan lebih sering terjadi
nodulo-kistik pada kulit putih daripada negro.

2.3 Etiologi Acne Vulgaris

Penyebab yang pasti belum diketahui. Berbagai faktor penyebab acne vulgaris
sangat banyak (multifaktorial), antara lain.

1. Sebum
Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya acne.

2. Bakteria

2
Mikroba yang terlibat pada pembentukan acne adalah corynebacterium acnes,
staphylococcus epidermis, pityrosporum ovale.
3. Genetik
Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang
menderita acne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa acne terdapat pada
45% remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita acne dan hanya
8% bila kedua orang tuanya tidak menderita acne.
4. Hormon
a. Hormon androgen
Hormon ini memegang peranan penting karena kelenjar palit yang paling
sensitive terhadap hormon ini. Hormon ini menyebabkan kelenjar palit
bertambah besar dan produksi sebum semakin meningkat.
b. Hormon progesteron
Progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek terhadap
efektifitas kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi,
akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan acne
premenstrual.
c. Hormon-hormon dari kelenjar hipofisis
Hormon gonadotropin dan kortikotropin dari kelenjar hipofisis diperlukan
untuk aktivitas kelenjar palit.
5. Faktor makanan
Makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan zat lemak dapat
memicu terjadinya acne vulgaris.
6. Faktor psikis
Pada beberapa penderita stress dan gangguan emosi dapat menyebabkan
eksaserbasi acne. Mekanisme yang pasti mengenai hal ini belum dapat diketahui.
Teori mengatakan bahwa eksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya
produksi hormon androgen dari kelenjar anak ginjal dan sebum, bahkan asam
lemak dalam sebum pun meningkat.
7. Kosmetik
Pemakaian bahan-bahan kosmetik tertentu secara terus-menerus dalam waktu
yang lama dapat menyebabkan suatu bentuk acne ringan yang terutama terdiri
dari komedo tertutup dan beberapa beberapa lesi papulopustular pada pipi dan
dagu. Bahan yang sering menyebabkan acne ini terdapat pada berbagai krem
muka seperti bedak dasar (foundation), pelembab (mosturiser), sunblock, dan
krim malam yang mengandung bahan-bahan seperti lanolin, pektrolatum,
minyak tumbu-tumbuhan dan bahan kimia murni (butyl stearat, laurel alcohol)
8. Iklim

3
Cuaca yang panas dan lembab memperburuk acne. Hidrasi pada stratum
korneum epidermis dapat merangsang terjadiya acne. Panjanan sinar matahari
yang berlebihan dapat memperburuk acne.
9. Lingkungan
Acne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat didaerah industri dan
pertambangan dibanding dengan pedesaan.

2.4 Patogenesis Acne Vulgaris

Berbagai faktor yang berkaitan dengan patogenesis acne vulgaris, yaitu:

1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel.


Keratinisasi dalam folikel yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi
padat sehingga sukar lepas dari saluran folikel tersebut. Keratinisasi pada
saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan korniosit dalam
saluran pilosebasea
2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan unsur
komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi acne.
3. Peningkatan jumlah flora folikel (propionibacterium acnes) yang berperan pada
proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubahan
fraksi lipid sebum.
4. Terbentuknya fraksi lemak bebas penyebab terjadinya proses inflamasi folikel
dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada pathogenesis penyakit.
5. Terjadinya respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies yang
memperberat acne.

2.5 Manisfestasi Klinis Acne Vulgaris

Keluhan yang sering timbul biasanya lebih karena gangguan estetik atau
keindahan yang dirasakan oleh penderita, bukan karena gangguan fisik kesehatan secara
umum. Terkadang acne menyebabkan rasa gatal yang mengganggu atau bahkan sakit,
tetapi umumnya tidak ada efek menyeluruh pada tubuh yang ditimbulkan.

4
Tempat predileksi acne vulgaris adalah muka, bahu, dada bagian atas, lengan
bagian atas dan punggung bagian atas. Lokasi yang kadang terkena adalah leher dan
glutea.

Bentuk lesi acne vulgaris adalah polimorf. Lesi yang khas adalah komedo. Bila
terjadi peradangan akan terbentuk papula, pustul, nodul, dan kista. Bila sembuh lesi
dapat menimbulkan eritema dan hiperpigmentasi pasca inflamasi, bahkan dapat
terbentuk sikatrik dan keloid.

Komedo terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Komedo terbuka, dikenal sebagai komedo hitam, mengandung melanin, memiliki


orifisium pilosebasea patulosa yang memberi gambaran sumbatan. Komedo terbuka
lebih jarang mengalami radang.
2. Komedo tertutup atau komedo putih letaknya lebih dalam dan tidak mengandung
unsure melanin.

2.6 Klasifikasi Acne Vulgaris


Menurut Frank (1970) acne vulgaris diklasifikasikan menjadi beberapa bagian,
yaitu:
1. Acne komedonal non inflamator
2. Acne komedonal inflamasi
3. Acne popular
4. Acne papulo pustular
5. Acne agak berat: lesi agak berat
6. Acne berat: nodul, kista, banyak komedo, papul, pustule, dan
7. Acne nodulo kistik/konglobata

Menurut Pillsbury ( 1963) membuat gradasi sebagai berikut:


1. Komedo di muka

5
2. Komedo, papul, pustule, dan peradangan lebih dalam di muka

3. Komedo, papul, pustule, dan peradangan lebih dalam di muka, dada dan
punggung

4. Acne konglobata

2.7 Diagnosis Acne Vulgaris

6
Umumnya diagnosis acne vulgaris didasarkan pada campuran lesi terbentuk
komedo, papula, nodul pada muka, punggung, dan dada.
Diagnosis pasti menurut Orkins (1991):
1. Penyakit pleomorfik dengan campuran dari komedo terbuks, komedo tertutup,
papula, pustule, nodul
2. Sebagian besar menyerang remaja
3. Umumnya paling banyak di muka, punggung dan dada.

Diagnosa acne vulgaris ditegakkan sebagai berikut:


1. Diagnosis acne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan
ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo
ekstraktor (sendok unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa
padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang
berwarna hitam.
2. Pemeriksaan histopatologi memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa
sebukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum di
dalam folikel. Pada kista, radang sudah menghilang diganti dengan jaringan ikat
pembatas massa cair sebum yang bercampur dengan darah, jaringan mati, dan
keratin yang lepas.
3. Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada
etiologi dan pathogenesis penyakit.
4. Pemeriksaan susunan dan kadan lipid.

2.8 Diagnosis Banding Acne Vulgaris


1. Erupsi acneiformis
Disebabkan oleh induksi obat, misalnya kortikosteroid, barbiturate, bromida,
yodida, trimetadion. ACTH. Klinis berupa erupsi papulo pustul mendadak
tanpa adanya komedo di hampir seluruh bagian tubuh. Dapat disertai demam
dan dapat terjadi di semua usia.

7
2. Acne rosasea
Merupakan penyakit peradangan kronik di daerah muka dengan gejala
eritema, pustule, telangiektasi dan kadang-kadang disertai hipertropi kelenjar
sebasea. Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi dengan acne.

3. Dermatitis perioral
Terutama pada wanita dengan gejala klinis polimorfi eritema, papul, pustule,
di sekitar mulut yang terasa gatal.

2.9 Pencegahan Acne Vulgaris


Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari acne adalah sebagai
berikut:
1. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah dan perubahan isi sebum dengan
cara:
a. Diet rendah lemak dan karbohidrat
b. Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari
kotoran.

8
9
2. Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya:
a. Hidup teratur dan sehat, cukup berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari
stress.
b. Penggunaan kosmetik secukupnya, baik banyak maupun lamanya.
c. Menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras,
makanan pedas, rokok dan lingkungan tidak sehat.
d. Menghindari polusi debu dan pemencetan lesi
3. Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab
penyakit, pencegahan dan cara maupun lama pengobatan serta prognosisnya.

2.10 Pengobatan Acne Vulgaris


Pengobatan acne dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan topikal,
obat sistemik, bedah kulit atau kombinasi.
a. Pengobatan topikal
Pengobatan ini dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan
peradangan, dan mempercepat penyebuhan lesi.
Obat topical terdiri atas:
1. Bahan iritan yang dapat mengelupas kulit (peeling), misalnya sulfur (4-8%),
resorsinol (1-5%), asam salisilat (2-5%), peroksida benzoil (2,5-10%) dan
asam azeleat ( 15-20%), asam alfa hidroksi (AHA) misalnya asam glikolat
(3-8%) dan retinoid. Efek samping obat iritan dapat dikurangi dengan cara
pemakaian berhati-hati dimulai dengan konsentrasi yang paling rendah.
2. Antibiotik topical yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel
yang berperan dalam etiopatogenesis acne vulgaris, misalnya oksi tetrasiklin
(1%), eritromisin (1%), klindamisin fosfat (1%).
3. Antiperadangan topikal, salap atau krim kortikosteroid kekuatan ringan atau
sedang (hidrokortison 1-2,5%) atau suntikan intralesi kortikosteroid kuat
( triamsinolonasetonid 10 mg/cc) pada lesi nodulo-kistik.
4. Lainnya, misalnya etil laktat 10 % untuk menghambat pertumbuhan jasad
renik.

10
b. Pengobatan sistemik
Ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad renik disamping dapat juga
mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan mempengaruhi
keseimbangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri atas.
1. Antibakteri sistemik: tetrasiklin (250 mg- 1,0 g/hari), doksisiklin (50
mg/hari), eritromisin 250-500 mg seminggu 3x, dan trimetoprim-
sulfanetoksazol untuk akne yang parah dan tidak responsive dengan obat
lain. Obat lain ialah klindamisin dan dapson (50-100 mg sehari).
2. Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif
menduduki reseptor organ target dikelenjar sebasea, misalnya estrogen (50
mg/hari selama 21 hari dalam sebulan) atau antiandrogen siproteron asetat
(2 mg/hari). Kortikosteroid sistemik diberikan untuk menekan peradangan
dan menekan sekresi kelenjar adrenal, misalnya prednisone (7,5 mg/hari)
atau deksametason (0,25-0,5 mg/hari).
3. Vitamin A dan retinoid oral digunakan sebagai antikeratinisasi (50.000 ui-
150.000 ui/hari)
4. Obat lainnya, misalnya antiinflamasi non-steroid; ibuprofen (600 mg/hari),
dapson (2x 100 mg/hari), seng sulfat (2x200 mg/hari).
c. Bedah kulit
Bedah kulit diperlukan untuk memperbaiki jaringan parut akibat acne vulgaris
meradang yang berat dan sering menimbulkan jaringan parut yang hipertropi
maupun hipotropi. Tindakan yang dipilih disesuaikan dengan macam dan
kondisi jaringan parut yang terjadi.
1. Bedah skapel dilakukan untuk meratakan sisi jaringan parut yang
menonjol atau jaringan parut yang hipotropi yang dalam
2. Bedah listrik dilakukan untuk mempermudah mengeluarkan sebum pada
nodulo-kistik untuk drainase cairanisi yang dapat mempercepat
penyembuhan.
3. Bedah kimia dengan asam triklor asetat atau fenol untuk meratakan
jaringan parut yang berbenjol.
4. Bedah beku dengan bubur CO2 beku untuk mempercepat penyembuhan
radang.
5. Dermabrasi untuk meratakan jaringan parut hipo dan hipertropi pasca
acne yang meluas.
d. Terapi terbaru dengan spirolakton adalah steroid sintetik dan diuretik lemah,
dosis yang diberikan adalah 50-100 mg/hari selama 6-9 bulan.

11
e. Terapi sinar blue adalah terapi dengan memakai sinar biru yang dapat
membasmi P.acnes dengan cara merusak porfirin dalam sel bakteri.

2.11 Prognosis Acne Vulgaris

Umumnya prognosis penyakit baik. Umumnya sembuh sebelum mencapai usia


30-40 tahun. Jarang terjadi acne yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat
berat sehingga perlu dirawat inap di rumah sakit.

12
BAB III
KESIMPULAN

Acne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang


umumnya terjadi pada masa remaja dan sembuh sendiri. Tempat predileksi acne
vulgaris adalah dimuka, dada bagian atas, lengan bagian atas, dan punggung bagian
atas. Lokasi yang kadang terkena adalah leher dan glutea
Penyebab acne vulgaris yang pasti belum diketahui. Berbagai faktor penyebab
acne vulgaris sangat banyak (multifactorial), antara lain: peningkatan sebum, bacteria
(mikroba yang terlihat pada permukaan acne adalah corynebacterium can, stafilococcus
epidermis, dan pityrosporum ovale), genetic, hormone (androgen, progesterone,
hormon-hormon dari kelenjar hipofisis seperti hormon gonadotropin dan kortikotropin
dari kelenjar hipofisis diperlukan untuk aktivitas kelenjar palit), faktor makanan,faktor
makanan, faktor psikis kosmetik iklim dan lingkungn.

13
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Dian Lestari
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :Jln .Pergaulan No.34
Agama : Islam
Tanggal Kunjungan : 12 September 2014
No. RM : 29-62-47
2. ANAMNESE PASIEN
Keluhan Utama : Jerawat, terasa gatal dibagian wajah 4 bulan
Telaah : Awalnya os mengaku gatal di wajah bagian kanan berbentuk
bintik-bintik berisi nanah. Os mengaku sebelumnya ada memakai kosmetik Tultje
selama 3 tahun, os mengaku sudah berobat ke praktek dokter tetapi tidak ada perbaikan.
RPO :-
RPT :-
RPK :-
RPA :-
STATUS DERMATOLOGI
Ruam : komedo, pustul, eritema, papul
Lokasi : daerah wajah os
Diagnosis Banding : - Acne vulgaris grade II
- Acne rosasea
- Folikulitis
Diagnosa Sementara : Acne vulgaris grade II
Terapi : - Doxicor 1x100 gr
- Clindamisin acid gel
- Vit c 1x1
- QV wash
- Cetirizin 1x10 mg
Prognosis : Umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30-40 tahun
Anjuran : Hentikan pemakaian kosmetik yang mengandung mercury.
PEMBAHASAN

14
RESUME
Pasien atas nama Dian Lestari, 26 tahun datang ke poli kulit RSUD dr Djasamen
Saragih dengan keluhan jerawat dan terasa gatal pada wajah os.. Hal ini dialami
os sejak 4 bulan yang lalu. Awalnya os mengaku gatal di wajah bagian kanan
berbentuk bintik-bintik berisi nanah. Os mengaku sebelumnya memakai
kosmetik Tultje selama 3 tahun. Pemeriksaan fisik dijumpai komedo, pustul,
eritema, papul di wajah os.
DISKUSI
Pada pasien ini dijumpai komedo, pustul, eritema, papul. Sesuai dengan teori
bahwa acne vulgaris lesi utama komedo, jika beradang disertai papula, pustul,
nodula, dan kista. Lesi nodulo-kistik beradang dapat terasa gatal dan nyeri tekan,
bila pecah dapat mengeluarkan pus. Lokasi terutama didaerah muka, lengan
bagian atas, dada, dan punggung.
Terapi yang diberikan adalah doxicor 1x100 gr, clindamisin acid gel, vitamin c
1x1, cetirizin 1x10 mg, QV wash.

15

You might also like