J Luka Ostomy Continence Nurs. 2008; 35 (6): 571-577.
Diterbitkan oleh Lippincott Williams & Wilkins
Apakah Reguler Reposisi
Mencegah Tekanan Bisul?
Lee Ann Krap fl Mikel Gray
LATAR BELAKANG: kontak yang terlalu lama tekanan adalah faktor etiologi utama
dari ulkus tekanan (PU) dan intervensi pencegahan yang efektif harus menghindari
atau meminimalkan paparan ini. Oleh karena itu, sering reposisi pasien telah lama
direkomendasikan sebagai cara untuk mencegah PU.
TUJUAN: Untuk meninjau bukti pada fi keampuhan ef dari reposisi sebagai
intervensi pencegahan PU.
CARI STRATEGI: Sebuah tinjauan sistematis database elektronik MEDLINE
dan CINAHL, dari Januari 1960 sampai Juli 2008, dilakukan. Studi terbatas
kepada calon uji klinis acak atau studi kuasi-eksperimental yang dibandingkan
reposisi untuk setiap intervensi pencegahan lain atau studi apa saja yang
membandingkan berbagai teknik reposisi seperti menyalakan frekuensi.
Hanya mereka studi yang mengukur hasil utama yang menarik, kejadian PU,
termasuk dalam review kami.
HASIL: Bukti terbatas menunjukkan bahwa reposisi setiap 4 jam, bila
dikombinasikan dengan permukaan redistribusi tekanan yang tepat, hanya
efektif untuk pencegahan facilityacquired nanah sebagai lebih sering (setiap 2
jam) rejimen. Ada insufisiensi bukti fi sien untuk menentukan apakah 30 posisi
lateral lebih unggul 90 lateral yang posisi atau posisi semi-Fowler.
IMPLIKASI UNTUK PRAKTEK: Lingkungan peraturan dan hukum saat ini
telah memfokuskan perhatian meningkat pada pencegahan PU. metode
redistribusi tekanan dan frekuensi aplikasi merupakan salah satu faktor
pertama fi diteliti ketika PU berkembang. Pengalaman klinis kami
memvalidasi bahwa gerakan teratur pasien amobil adalah penting, tetapi
bukti mendefinisikan frekuensi optimal reposisi atau posisi optimal kurang.
Pertanyaan:
1. Apakah reposisi biasa mengurangi kejadian ulkus tekanan?
pengantar
Nasional Tekanan Maag Penasehat 1 mendefinisikan ulkus tekanan (PU)
sebagai cedera lokal pada kulit atau
Copyright 2008 oleh Luka, Ostomy dan Continence Perawat Masyarakat
LAPORAN BUKTI BERBASIS CARD
jaringan di bawahnya yang biasanya terjadi selama tonjolan tulang. Mereka
lebih lanjut menyatakan bahwa PU terjadi sebagai akibat dari tekanan atau
tekanan dalam kombinasi dengan geser atau gesekan. Eropa Tekanan
Maag Advisory Panel 2 sama mendefinisikan PU sebagai daerah kerusakan
lokal pada kulit dan jaringan di bawahnya disebabkan oleh tekanan atau
geser atau kombinasi dari faktor-faktor ini. Badan AS untuk Kebijakan
Kesehatan dan Penelitian (sekarang disebut Badan Kesehatan Kualitas
Research) Panel Pencegahan dan Prediksi untuk Bisul Tekanan di Dewasa 3 dan
Continence Society Luka 4 memiliki de fi ned PU sebagai daerah nekrosis
ketika jaringan dikompresi antara tonjolan tulang dan permukaan
extracorporeal untuk jangka waktu yang lama. Jelas, semua ini definisi fi de
(serta istilah yang kita gunakan untuk menamai luka-luka ini) setuju bahwa
kontak yang terlalu lama tekanan adalah faktor etiologi utama dari PU, yang
mengakibatkan kerusakan jaringan dari iskemia dan nekrosis.
Secara logis berikut bahwa, sejak PU disebabkan oleh tekanan,
intervensi pencegahan yang efektif harus menghindari atau meminimalkan
paparan tekanan berkepanjangan. 5 orang yang sehat, apakah terjaga atau
tertidur, bergantung pada berbagai isyarat sensorik yang meminta mereka
untuk reposisi tubuh mereka untuk menghindari iskemia dan kerusakan
jaringan. Namun, mereka dengan gangguan melumpuhkan saraf, akut atau
kronis orang sakit, atau orang yang sehat terkena periode lama imobilitas
selama keadaan bedah atau terkait elektif beresiko tinggi untuk tekanan
ulserasi kecuali tindakan yang diambil untuk mencegah perkembangan
mereka. Beberapa intervensi yang direkomendasikan untuk pencegahan PU 4;
mereka umumnya dapat diklasifikasikan sebagai (1) penilaian (termasuk
penilaian risiko PU); (2) redistribusi tekanan; (3) intervensi untuk mengurangi
atau mencegah paparan gesekan dan geser; (4) intervensi
Lee Ann Krap fl, BSN, RN, CWOCN, Luka / Ostomy Departemen, Mercy Medical
Center, Dubuque, Iowa.
Mikel Gray, PhD, FNP, PNP, CUNP, CCCN, FAANP, FAAN,
Departemen Urologi, University of Virginia, Charlottesville. Sesuai author: Mikel
Gray, PhD, FNP, PNP, CUNP, CCCN, FAANP, FAAN, Departemen Urologi,
University of Virginia, PO Box 800.422, Charlottesville, VA 22.908
(mg5k@virginia.edu).
J WOCN November / Desember 2008 571
572 Krap fl & Gray J WOCN November / Desember 2008

untuk meringankan faktor termasuk kelembaban dan nutrisi terganggu
kontribusi; dan (5) pendidikan pasien, keluarga, dan penyedia perawatan.
reposisi sering pasien telah lama direkomendasikan sebagai cara
untuk mencegah PU (Tabel 1). 6-8
Trumble 6 direkomendasikan reposisi pasien sebagai sarana pencegahan
dan pengobatan PU sedini 1930. Kosiak 7,8
dikreditkan untuk merekomendasikan mengubah pasien setiap 2 jam
berdasarkan studi dari pengukuran tekanan antarmuka jaringan pada
sukarelawan sehat. Namun, kritik hati-hati karyanya mengungkapkan bahwa
ia mengacu pada tradisi klinis 2 jam memutar daripada kesimpulan novel
berdasarkan data dari penelitiannya.
Meskipun rekomendasi klinis yang konsisten bahwa reposisi adalah
intervensi yang efektif untuk pencegahan dan pengobatan PU, teknik
optimal untuk reposisi belum sepenuhnya dijelaskan. 9 Reposisi sering
dikonseptualisasikan sebagai memutar pasien dari sisi ke sisi saat
berbaring di tempat tidur atau permukaan serupa. 5,9 Dalam konteks ini,
pasien cenderung untuk ditempatkan dalam posisi berbaring dan panggul
diputar sekitar 30 dari telentang. Menempatkan pasien dalam posisi lateral
yang benar biasanya berkecil 5 karena diyakini menyebabkan tekanan
antarmuka jaringan yang lebih tinggi lebih trokanter terkena bila
dibandingkan dengan 30 memiringkan. Sebuah posisi tengkurap juga telah
terbukti mengurangi tekanan antarmuka jaringan di wilayah sakral, tapi
posisi ini jarang digunakan karena keinginan pasien, kenyamanan, dan
pertimbangan fisiologis mengikuti prosedur bedah tertentu.
Reposisi pasien berbaring di tempat tidur juga mencakup posisi kepala
dan lutut. Namun, bukti campuran tentang posisi optimal dari kepala dan
lutut menggambarkan kesenjangan dalam pengetahuan kita tentang posisi
yang ideal untuk pencegahan PU. De fl oor 10 dievaluasi tekanan antarmuka
jaringan di 62 sukarelawan sehat dan menemukan bahwa tekanan di daerah
sacral lebih tinggi ketika kepala diangkat ke 90 dibandingkan dengan subyek
ditempatkan dalam posisi terlentang dengan kepala tempat tidur ditinggikan
60 . Dia juga menemukan bahwa tekanan antarmuka jaringan termurah yang
dicapai ketika subjek ditempatkan dalam posisi semi-Fowler dengan kepala
tempat tidur ditinggikan 30 dan lutut ditinggikan 30 demikian juga. Berbeda
dengan temuan ini, Sideranko dan coinvestigators 11 dievaluasi tekanan
antarmuka jaringan sakral di 57 pasien di unit perawatan intensif bedah.
Mereka menemukan bahwa subyek ditempatkan pada posisi semi-Fowler
memiliki tekanan antarmuka jaringan sakral yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan posisi lain, terlepas dari permukaan redistribusi jenis
tekanan yang dipilih.
Karena ini hasil yang tampaknya saling bertentangan
menggambarkan, beberapa faktor tekanan antarmuka pengaruh jaringan
dicapai bila pasien ditempatkan di posisi tertentu. Selain penggunaan
permukaan redistribusi tekanan, faktor fisiologis, seperti stabilitas
hemodinamik, juga pengaruh reposisi. 5,12 Misalnya, dikompromikan paru
dan fungsi kardiovaskular dapat contraindicate menempatkan pasien dalam
posisi semi-Fowler dengan kepala dan lutut diangkat ke 30 . Pada pasien
ini, perubahan posisi minimal, seperti penempatan bantal atau kecil dilipat

TABEL 1.

Reposisi untuk Pencegahan Tekanan Bisul Sebuah

Belajar Desain studi subyek Intervensi hasil

Vanderwee et al 28 RCT, 2 kelompok paralel
De fl oor et al 18 RCT, 4 intervensi
rejimen dibandingkan dengan
kelompok perawatan standar
Muda 29 RCT, 2 kelompok paralel
N 235; Data berarti
waktu pengumpulan 5 wk
N 838, Data
waktu pengumpulan 4 minggu
N 46; data yang dikumpulkan
lebih 1 malam
122 subyek direposisi Tidak ada perbedaan di PU
setiap 2 jam, 113 subyek kejadian setelah
reposisi setiap 4 jam; median tindak lanjut dari
semua mata pelajaran ditempatkan di 15 d
308 bolak lateral yang dengan 308
posisi semi-Fowler
pasien kelompok intervensi subyek direposisi
reposisi setiap 2 jam setiap 4 jam dan ditempatkan
( n 65), setiap 3 jam ( n 65), pada busa viskoelastik
setiap 4 jam ( n 65), dan setiap kasur memiliki
6 jam; subyek reposisi setiap secara signifikan lebih rendah PU
2-3 h ditempatkan pada standar insiden itu
rumah sakit kasur, mata pelajaran subyek dalam standar
reposisi setiap 4-6 jam kelompok perawatan atau
ditempatkan pada viskoelastik 3 tersisa
kasur busa kelompok intervensi
23 mata pelajaran reposisi di Tidak ada perbedaan
30-setengah Fowler posisi ini Insiden panggung
di sebelah kanan atau kiri; 1 PU (nonblanchable
23 mata pelajaran reposisi di eritema), tidak ada yang lebih tinggi
90 sisi-berbaring terlentang vs Tahap PU terjadi
posisi

Singkatan: PU, ulkus dekubitus; RCT, acak uji klinis.

J WOCN Volume 35 / Nomor 6
handuk, dapat digunakan dalam upaya untuk mengurangi tekanan
antarmuka jaringan dan mencegah pembentukan PU. Namun, efficacy
teknik-teknik reposisi tidak jelas dan bukti jarang mengungkapkan bahwa
pemikiran tradisional tentang posisi optimal mungkin tidak menghasilkan
hasil yang dimaksudkan. 5 Misalnya, Turpin dan Pemberton 12 menemukan
bahwa penempatan rutin bantal di kelompok 6 pasien sakit kritis
ditempatkan pada lateral alat terapi rotasi terus menerus paradoks tinggi
daripada mengurangi tekanan antarmuka jaringan sakral, berpotensi
meningkatkan daripada ameliorating risiko nanah didapat di rumah sakit.
Teknik optimal untuk reposisi juga dipengaruhi oleh luas permukaan
tubuh dalam pertimbangan. Tumit memiliki area yang relatif kecil
permukaan, permukaan tulang besar yang mendasari, dan lapisan tipis
jaringan antara tulang dan epidermis. Heel perfusi juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor intrinsik yang mempengaruhi oksigenasi jaringan. Akibatnya,
mereka berada pada risiko tertentu untuk iskemia dan tekanan ulserasi dan
insiden nanah fasilitas yang didapat pada tumit bisa signifikan. 13 Berdasarkan
tinjauan integratif literatur, Wong dan Stotts 14 dicatat bahwa bahkan ketika
ditempatkan pada permukaan redistribusi tekanan, tekanan antarmuka
jaringan pada tumit cenderung lebih tinggi daripada tekanan sakral. Oleh
karena itu, mereka merekomendasikan mengangkat tumit dari permukaan
dukungan sama sekali, terutama jika pasien memiliki diabetes mellitus dan
vasculopathy perifer.
Meskipun kesenjangan dalam pengetahuan kita tentang posisi yang
optimal untuk kelompok spesifik pasien, frekuensi ideal reposisi dan
hubungan yang kompleks antara permukaan dukungan, praktek reposisi,
dan tekanan antarmuka jaringan, dokter kontemporer dan ulama terus
menegaskan bahwa reposisi merupakan komponen penting dari PU
program pencegahan. Reposisi dianggap sebagai penting karena
sementara mengurangi tekanan antarmuka, memungkinkan jaringan
dikompresi ke reperfuse sebelum nekrosis terjadi. 2-5
Namun, pertumbuhan badan penelitian mengungkapkan bahwa meskipun reperfusi
perlu untuk membatasi kerusakan permanen yang disebabkan oleh tekanan tak
henti-hentinya, mungkin paradoks mengakibatkan kompromi lebih lanjut dari
jaringan iskemik dalam kasus tertentu, berpotensi meningkatkan resiko tekanan
ulserasi. 15
cedera iskemia-reperfusi adalah puncak dari beberapa peristiwa
biokimia yang menyebabkan kerusakan sel atau kerusakan, leukosit dan
aktivasi komplemen, disfungsi mikrovaskuler, dan reaksi stres oksidatif. 15
Proses ini dimulai ketika tekanan tak henti-hentinya mengarah ke iskemia
lokal dan penurunan produksi ATP. Penurunan ini mengubah potensi
transmembran dari dinding sel lokal, sehingga dalam fluks dari berbagai ion
dan pembengkakan berikutnya dari sel. tingkat ion kalsium meningkat pada
sel-sel yang terkena mengaktifkan enzim yang mengarah ke sel gangguan
dinding. Iskemia juga memprovokasi pelepasan molekul adhesi endotel dan
sitokin, menghasilkan proin peradangan negara. Reperfusi mengaktifkan
leukosit yang melekat pada endotel, dan dapat bermigrasi dalam ruang
interstitial. Hal ini menyebabkan aktivasi dari dalam kaskade inflamasi yang
menyebabkan kerusakan jaringan lokal. Reperfusi juga dapat mengganggu
Krap fl & Gray 573
perfusi lokal dengan menginduksi respon stres oksidatif, yang ditandai
dengan pelepasan spesies oksigen reaktif. Reaksi ini dapat membanjiri
pertahanan endogen dan memperluas ruang lingkup kerusakan jaringan.
produksi oksida nitrat juga mungkin terganggu selama reperfusi,
mengakibatkan disfungsi mikrovaskuler. Ketika dikombinasikan dengan
perangkap leukosit dijelaskan sebelumnya, pasien mungkin mengalami
no-ulang fenomena ow fl, ditandai dengan kegagalan untuk membangun
kembali perfusi lokal restoratif meskipun bantuan tekanan dan menyertai
reperfusi. penelitian model hewan menunjukkan bahwa episode berulang
atau iskemia dan reperfusi mengerahkan efek kumulatif negatif,
menunjukkan bahwa proses ini mungkin memainkan peran klinis yang
relevan dalam patofisiologi tekanan ulserasi.
Berdasarkan pertimbangan tersebut dan Pusat terakhir untuk perubahan
kebijakan Medicare & Medicaid Services mengenai penggantian nanah
didapat di rumah sakit khususnya, 16
review bukti berfokus pada fi keampuhan ef dari reposisi sebagai intervensi
pencegahan PU ditunjukkan. Bukti ini Berdasarkan Report Card sistematis
literatur untuk mengidentifikasi dan meninjau studi yang mengevaluasi
efektivitas dari setiap jenis intervensi reposisi pada kejadian PU di semua
pengaturan perawatan.
metode
Sebuah tinjauan sistematis database elektronik MEDLINE dan CINAHL, dari
Januari 1960 sampai Juli 2008, dilakukan dengan menggunakan kata kunci:
(1) reposisi, (2) posisi, dan (3) berputar. Masing-masing kata kunci
dikombinasikan dengan istilah tekanan ulkus atau ulkus dekubitus. Studi
yang terbatas kepada calon uji klinis acak atau studi kuasi-eksperimental
yang dibandingkan reposisi untuk setiap intervensi pencegahan lain atau
studi apa saja yang membandingkan berbagai teknik reposisi seperti
memutar frekuensi. Hanya mereka studi yang mengukur hasil utama yang
menarik, kejadian PU, termasuk dalam review kami. Semua studi secara
independen Ulasan untuk kehadiran kriteria inklusi dan kualitas
methodologic oleh kedua penulis. Namun demikian, semua studi yang
memenuhi kriteria inklusi dan diterbitkan dalam bahasa Inggris atau memiliki
bahasa Inggris abstrak dimasukkan dalam ulasan ini bahkan jika kualitas
metodelogi itu dinilai kurang optimal. The Cochrane Database untuk
Systematic juga dicari menggunakan istilah kunci memposisikan ulang. Nenek
moyang review artikel dan laporan penelitian digeledah untuk studi
tambahan. Akhirnya, mesin berbasis Web, Google dan Google Scholar,
digeledah menggunakan istilah kunci memposisikan ulang dan ulkus
dekubitus.
Pertanyaan 1: Apakah reposisi mengurangi kejadian ulkus tekanan?
pencarian kami dari MEDLINE database elektronik dan CINAHL identifikasi
ed referensi 194. Penghapusan duplikat referensi dan referensi yang tidak
berisi data asli atau sistematis meninjau bukti mengurangi
574 Krap fl & Gray
sejumlah referensi 23. Sebuah pencarian keturunan, terutama berfokus
pada 2 ulasan yang sistematis, mengungkapkan tambahan 3 penelitian
tidak teridentifikasi ketika database elektronik ditinjau. Sebuah pencarian
dari Cochrane Database identifikasi ed protokol (review dalam proses)
untuk review sistematis reposisi sebagai intervensi preventif untuk PU. Di
antara 26 referensi ini, 20 dilaporkan data primer. Namun, hanya 5
termasuk dalam review kami. 17-21 Dari 15 referensi yang dikecualikan, 8
studi tidak mengukur ukuran hasil utama bunga (PU kejadian), 4 studi tidak
memenuhi kriteria desain dispesifikasikan untuk ulasan ini, 1 belajar tidak
menggunakan subyek manusia, dan 2 penelitian tidak mempekerjakan
reposisi sebagai intervensi. Satu studi oleh Norton dan rekan kerja 21 diterbitkan jangka panjang Belgia berpartisipasi dalam penelitian ini; usia rata-rata
pada tahun 1962 dalam sebuah buku dan tidak tersedia untuk ulasan.
Kedua penulis independen Ulasan semua referensi yang mengandung data
primer, termasuk ulasan sistematis, untuk memastikan konsensus
berdasarkan kriteria inklusi.
Dua tinjauan sistematis yang diidentifikasi yang mengevaluasi fi
keampuhan ef dari reposisi sebagai intervensi untuk pencegahan PU.
Reddie dan rekan kerja 17 diidentifikasi 2 acak uji klinis dengan total
gabungan dari 884 subyek yang membandingkan frekuensi memutar 18 atau
3 posisi (kepala diangkat 30 vs 90 lateral yang vs terlentang) untuk
pencegahan PU. 19 Berdasarkan hasil uji coba ini, mereka menyimpulkan
bahwa reposisi, bersama dengan penggunaan permukaan dukungan,
mengoptimalkan status gizi, dan melembabkan kulit sakral yang tepat untuk
pencegahan PU. Clark 20
menyelesaikan kajian sistematis literatur dan identifikasi ed 8 penelitian
yang dieksplorasi reposisi untuk pencegahan PU, 7 dari yang tersedia
untuk ulasan. 21-27 Tidak ada studi yang dikutip oleh Clark dimasukkan dalam
review Reddie dan rekan kerja.
Tidak seperti Reddie dan rekan kerja, Clark termasuk studi yang
melaporkan hasil antara seperti tekanan jaringan antarmuka, oksigen
transkutan, dan tingkat karbon dioksida transkutan. Berdasarkan ulasan ini,
Clark 20
menyimpulkan bahwa sementara pedoman nasional cenderung
menganjurkan reposisi untuk pencegahan PU, sedikit bukti ada yang
mendukung praktek ini. Secara khusus, ia mempertanyakan fi keampuhan ef
dari jadwal balik 2 jam meskipun bukti pengembangan PU berikut reposisi
biasa dalam 2 studi. Dia lebih jauh berspekulasi bahwa sementara lebih
sering reposisi mungkin akan lebih efektif, seperti jadwal mungkin tidak
praktis dalam praktek rutin karena mungkin memerlukan reposisi beberapa
kali setiap jam. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa permukaan redistribusi
tekanan dapat menggantikan upaya reposisi biasa. Clark juga menegaskan
bahwa penelitian positioning mungkin lebih manfaat garis resmi penyelidikan
dari protokol membandingkan memutar frekuensi, dan ia terutama
menganjurkan penyelidikan lebih lanjut dari 30 tilt.
Tiga uji coba telah diidentifikasi yang memenuhi kriteria inklusi untuk
review sistematis ini. Vanderwee dan coinvestigators 28
menyelesaikan percobaan klinis acak membandingkan protokol reposisi 2
jam untuk rejimen 4 jam. Subyek diacak untuk rejimen 2 jam yang
direposisi
J WOCN November / Desember 2008
alternatif setiap 2 jam dalam posisi lateral dengan pinggul meningkat 30 dari
terlentang dan 2 jam dalam posisi semiFowler dengan kedua ujung
kepalanya dan kaki ujung tempat tidur ditinggikan 30 dari telentang. Ketika
ditempatkan pada posisi lateral, kembali didukung dengan bantal biasa.
Perbandingan subyek kelompok ditempatkan di posisi yang sama seperti
yang di kelompok intervensi, tapi reposisi selesai setiap 4 jam. Semua
subjek ditempatkan pada viskoelastik busa overlay kasur (Tempur,
TempurWorld, Inc, Lexington, Kentucky). Tumit semua mata pelajaran yang
ditinggikan menggunakan bantal berbentuk baji untuk membuat tumit
menekan gratis. Dua ratus tiga puluh lima warga dari 16 fasilitas perawatan
mata pelajaran adalah 87 tahun dan median follow-up adalah 15 hari. rata
skor Braden mereka adalah 15
3,09 (mean SD). Subyek secara acak oleh protokol balik 2 jam mengalami
kejadian 16,4% dari kelas 2 sampai 4 PU dibandingkan dengan 21,2% dari
subyek kelompok kontrol. Perbedaan ini secara statistik tidak signifikan.
Tidak ada statistik perbedaan signifikan fi terdeteksi ketika hasil dianalisis
untuk tingkat keparahan PU. Mereka menyimpulkan bahwa lebih sering
reposisi pada permukaan penurun tekanan tidak menimbulkan nanah yang
lebih sedikit. Dari catatan, para peneliti mengamati bahwa 34% dari subyek
pada kedua kelompok secara spontan pindah diri dari 30 posisi lateral ke
posisi terlentang antara repositionings formal.
De fl oor dan rekan 18 dibandingkan 4 rejimen reposisi untuk perawatan
standar dalam uji coba klinis secara acak. Pasien pada kelompok intervensi
yang berubah setiap 2, 3,
4, atau 6 jam. Mereka diposisikan di 30 lateral atau 30 posisi semi-Fowler
yang dijelaskan dalam persidangan Vanderwee dan coinvestigators 28 dan
2000 studi sukarelawan sehat dari De fl oor. 10 Subjek yang berubah setiap 2
dan 3 jam ditempatkan di kasur rumah sakit standar. Mereka secara acak
untuk setiap rejimen reposisi 4 dan 6 jam ditempatkan di kasur viskoelastik
busa (Tempur-Pedic, Fagerdala, Swedia). Pelengkap intervensi pencegahan
PU dalam kelompok perawatan standar didasarkan pada penilaian klinis
penyedia. Intervensi ini tidak termasuk penilaian risiko PU menggunakan
instrumen divalidasi atau rejimen reposisi protokol-driven. Tekanan
perangkat redistribusi termasuk kasur air, kasur tekanan bolak, bantal gel,
dan kulit domba. Jumlah pasien yang secara spontan pindah ke posisi baru
antara repositionings dibantu melalui protokol penelitian tidak tercatat.
Populasi sampel terdiri 838 jangka panjang penduduk fasilitas perawatan
dengan usia rata-rata 84,4 8,33 tahun. rata skor Braden Scale mereka
adalah 13,2 2,36. Tujuh puluh empat dari 838 subyek (9,1%) tidak
menyelesaikan studi; alasan paling umum untuk putus yang masuk ke
rumah sakit ( n 30), kematian ( n 23), dan pengumpulan data yang tidak
lengkap ( n 24). Insiden tahap I PU (kehadiran eritema nonblanchable) tidak
berbeda ketika 4 kelompok dibandingkan. Namun, kejadian kelas 2 dan
lebih tinggi PU yang secara signifikan lebih rendah di antara subyek
J WOCN Volume 35 / Nomor 6
reposisi setiap 4 jam dan ditempatkan di kasur viskoelastik busa (3% vs
14,3% -24,1%, P .002).
Muda 29 menyelesaikan percobaan klinis acak membandingkan 30 memiringkan
ini ulasan masing-masing tidak setuju tentang kekuatan bukti yang
versus 90 miring dalam kelompok 46 pasien di fasilitas perawatan akut. Usia
rata-rata mata pelajaran dalam 2 kelompok adalah serupa (70,1 11.1 vs 70.5 14,7dibutuhkan untuk teknik optimal mendefinisikan lebih lengkap de untuk
tahun), seperti rata-rata skor Waterlow mereka (20 3.6 vs 20 3.1). subyek
kelompok intervensi yang direposisi menggunakan 30 posisi miring panggul,
dan mata pelajaran kelompok pembanding yang reposisi dalam 90 side-posisi
berbaring. Bantal yang digunakan untuk mencapai 30 memiringkan.
Frekuensi reposisi tidak ditentukan dalam protokol penelitian; sebaliknya,
subjek reposisi didasarkan pada sejumlah pertimbangan klinis termasuk
pencegahan PU (87% -91% dari episode), pemberian obat atau untuk
membantu pernapasan (0% -4% dari episode), atau atas permintaan
peserta (4% episode). Median dan modus untuk frekuensi reposisi (setiap
2-3 jam) tidak berbeda antara kelompok. Selain itu, 61% dari subyek dalam
30 Kelompok tilt dan 58% dari 90 side-berbaring kelompok spontan reposisi
diri pada setidaknya 1 kesempatan sepanjang malam. Subyek ditempatkan
pada 1 dari 3 permukaan redistribusi tekanan: (1) bolak tekanan kasur
(67%), (2) tidur hilangnya udara rendah (26%), dan (3) statis busa atau serat
kasur (6%). pengumpulan data terjadi selama periode 1-malam dan kejadian
PU terbatas pada terjadinya tahap 1 PU, dinilai oleh peneliti, yang
diterapkan tekanan jari ringan untuk area memerah. Daerah yang
menunjukkan eritema nonblanching yang dinilai memiliki kerusakan tekanan
(tahap 1 PU). Meskipun periode pengumpulan data relatif singkat (1 malam),
7 subyek (31%) tidak menyelesaikan studi, termasuk 5 mata pelajaran
secara acak ke posisi 30 tilt dan 2 mata pelajaran secara acak ke
sisi-berbaring kelompok 90 posisi. Analisis menunjukkan tidak ada
perbedaan fi kan secara statistik signifikan pada tahap 1 PU kejadian (4% vs
9%), dan mata pelajaran dikembangkan tahap yang lebih tinggi PU. Penulis
juga mencatat bahwa baik posisi secara konsisten memberikan bantuan
tekanan pada sakrum dan tumit bahkan ketika dievaluasi segera setelah
reposisi.
Review sistematis diidentifikasi dalam Bukti Berdasarkan Report Card
ini mencapai kesimpulan yang berbeda. Reddie dan rekan kerja 17 menganalisis
hasil dari 2 percobaan clinicalm acak dan menyimpulkan bahwa bukti yang
ada mendukung reposisi sebagai salah satu komponen dari strategi
pencegahan PU. Sebaliknya, Clark 20 mempertanyakan efektivitas reposisi
rutin. Secara khusus, ia menyimpulkan bahwa reposisi mungkin contoh
intervensi yang dianjurkan dalam pedoman praktek klinis tetapi tidak secara
rutin dilakukan dalam praktek klinis sehari-hari karena pengalaman klinis
yang paling perawat gagal untuk mencerminkan efficacy intervensi ini. Ini
ulasan yang sistematis juga luar biasa karena mereka tidak mengandung
referensi yang tumpang tindih. Review Clark 20
diterbitkan pada tahun 1998, sedangkan dari Reddie dan rekan kerja 17 diterbitkan
pada tahun 2006. Oleh karena itu, dapat diantisipasi bahwa Reddie, Gill dan
Rochon mungkin telah ditarik atas referensi yang dikutip oleh Clark.
Sebaliknya, Reddie dan
Krap fl & Gray 575
rekan kerja berdasarkan kesimpulan mereka pada 2 uji klinis acak
diterbitkan pada tahun 2004 dan 2005, masing-masing. Sementara penulis
mendukung perlunya reposisi, mereka setuju bahwa penelitian lebih lanjut
reposisi termasuk mengubah frekuensi dan peran 30 tilt.
review kami diidentifikasi 3 acak uji klinis yang membandingkan
rejimen reposisi yang berbeda untuk perawatan standar. Dua dari studi 18,28 frekuensi
reposisi dibandingkan yang bervariasi dari setiap 2 sampai 6 jam. posisi
yang sama yang digunakan dalam setiap studi, berdasarkan hasil yang
diperoleh ketika De fl oor 10 dievaluasi tekanan antarmuka jaringan dengan
menggunakan relawan sehat. Penelitian tidak menemukan bahwa sering
repositionings (setiap 2 jam) lebih efektif daripada setiap 4 jam rejimen
untuk pencegahan PU. Kurangnya perbedaan bertahan apakah permukaan
redistribusi tekanan digunakan untuk kedua kelompok atau ketika
penggunaan permukaan redistribusi tekanan terbatas pada mata pelajaran
reposisi setiap 4 sampai 6 jam. Hasil ini menunjukkan bahwa reposisi
setiap 2 jam tidak lebih efektif daripada reposisi setiap 4 jam. Hal ini juga
penting untuk dicatat bahwa 34% dari subyek di Venderwee dan
coinvestigators' 28 penelitian ditemukan secara spontan mengubah posisi
mereka antara episode formal reposisi. Demikian pula, Young 29 melaporkan
bahwa 58% sampai 61% dari subyek secara spontan direposisi diri antara
episode reposisi formal. Besarnya efek ini pada hasil studi di 3 penelitian
yang termasuk dalam review kami tidak diketahui.
keterbatasan metodelogi diamati pada Young 29 Penelitian membatasi
dampaknya pada kesimpulan berdasarkan bukti tentang fi keampuhan ef dari
reposisi. Secara khusus, tingkat signifikan putus sekolah (26%) meskipun waktu
pengumpulan data yang sangat singkat ( 24 jam), variabilitas dalam mengubah
frekuensi, dan pengamatan bahwa lebih dari setengah spontan reposisi diri
mereka menghalangi kemampuan untuk dengan mudah membandingkan temuan
ini dengan orang-orang dari Vanderwee dan rekan kerja 28 atau De fl oor dan rekan
kerja 18 atau untuk mencapai kesimpulan fi rm tentang perbedaan klinis yang
relevan dalam insiden PU berdasarkan strategi reposisi dijelaskan dalam sidang
ini.
POIN KUNCI
Bukti terbatas menunjukkan bahwa reposisi setiap 4 jam, bila
dikombinasikan dengan permukaan redistribusi tekanan yang tepat, hanya
efektif untuk pencegahan nanah fasilitas yang didapat sebagai lebih sering
(setiap 2 jam) rejimen. (Tingkat bukti: 3)
Ada insufisiensi bukti fi sien untuk menentukan apakah 308 posisi lateral
lebih unggul dengan 908 lateral yang posisi atau posisi semiFowler ini.
(Tingkat bukti: 3)
576 Krap fl & Gray J WOCN November / Desember 2008

Implikasi klinis
Lingkungan peraturan dan hukum saat ini berfokus peningkatan perhatian
pada pencegahan PU. metode redistribusi tekanan dan frekuensi aplikasi
biasanya hal pertama diteliti ketika PU berkembang, termasuk upaya balik
dan reposisi biasa. Pengalaman klinis kami memvalidasi bahwa gerakan
teratur pasien amobil adalah penting, tetapi bukti mendokumentasikan
khasiat jelas kurang.
Saat PU rekomendasi reposisi ulang praktik sejarah dan mapan
mencerminkan tetapi sering memberikan sedikit panduan untuk praktisi
ketika keadaan klinis menuntut penyimpangan atau modi fi kasi. Dasar
bukti yang terbatas Ulasan di sini tidak mengatasi beberapa kondisi medis
dan klinis di mana berbalik dan reposisi kontraindikasi atau harus
benar-benar dibatasi. reposisi pasien juga salah satu intervensi
pencegahan lebih padat karya. Kami sedang mendekati badai yang
sempurna, di mana penduduk kita menjadi tua, sakit, dan lebih berat,
sehingga kelompok tumbuh dari pasien yang membutuhkan pencegahan
PU pada saat menyusui tenaga kerja lebih tua dan dalam pasokan pendek
di fasilitas kesehatan banyak. Oleh karena itu, upaya reposisi kami harus
yang efisien serta terapi.
Tekanan permukaan redistribusi. Heels harus ditangguhkan dengan metode
penentuan posisi yang tepat atau perangkat pada pasien yang berisiko
terlepas dari jenis permukaan dukungan. Proses peningkatan konsistensi
dalam jadwal reposisi terus menjadi tantangan dalam semua pengaturan.
Fasilitas telah mencoba berbagai isyarat dan pengingat untuk staf, seperti
bermain musik melalui interkom ketika pasien harus berubah atau posting
tanda-tanda di pintu memperingatkan staf risiko PU pasien, dan ini mungkin
memiliki beberapa efek pada peningkatan konsistensi dalam jangka pendek. 30,31
Kenyataannya adalah bahwa jadwal balik kaku yang sulit untuk
mempertahankan, terutama dalam perawatan akut, di mana mereka
terganggu oleh tes, prosedur, perawatan, terapi, dan berbagai macam
kegiatan menyusui. Pada akhirnya, temuan klinis pemeriksaan kulit
sehari-hari harus memandu frekuensi reposisi, dan upaya pendidikan harus
menekankan tanggung jawab ini. bukti awal dari perubahan kulit
menunjukkan tahap I pembangunan PU merupakan tanda peringatan yang
penting untuk bertindak atas dan akan mendukung peningkatan frekuensi
reposisi. Sementara jadwal balik biasa mungkin tidak praktis atau tepat
dalam pengaturan tertentu, pergeseran berat badan kecil dianggap nilai
dalam populasi ini. Studi menyelidiki fi keampuhan ef pergeseran berat
badan kecil sangat dibutuhkan.

Banyak ahli luka percaya bahwa beberapa nanah yang tidak dapat
dihindari, terutama dalam sangat pasien berisiko tinggi. 32,33 Sebuah PU tidak
Ulasan ini dari ilmiah sastra fi c yang ada memvalidasi kebutuhan
dapat dihindari telah didefinisikan sebagai suatu borok yang terjadi
untuk penelitian lebih lanjut menangani frekuensi ideal reposisi serta
meskipun evaluasi risiko, pelaksanaan intervensi pencegahan konsisten
efektivitas 30 lateral yang posisi tidur telentang. Posisi ini dianjurkan
dengan kebutuhan pasien dan diakui standar praktek, evaluasi intervensi,
sebagai praktek terbaik untuk berbaring miring posisi karena meminimalkan
dan revisi dalam pendekatan yang sesuai. 34 Centers for Medicare &
tekanan antarmuka pada trokanter mayor, bahu, dan maleolus lateral. Tapi
Medicaid Services telah terdaftar PU sebagai komplikasi klinis yang dapat
ini bukan posisi khas yang pelajaran yang paling sehat menganggap ketika
cukup dicegah dengan penerapan pedoman praktek klinis. 35 Namun
pindah ke posisi berbaring, dan kami telah menemukan bahwa beberapa
demikian, definisi yang bisa diterapkan wajar menggambarkan kondisi
pasien fi nd posisi ini menjadi canggung atau tidak nyaman. Tingkat
medis dan keadaan klinis yang akan berkontribusi terhadap PU tidak dapat
reposisi spontan diamati dalam studi Vanderwee dan rekan kerja 28 dan
dihindari telah menghindari kedua regulator dan dokter sama. Penelitian
Young 29
tambahan menyikapi kemanjuran intervensi, termasuk reposisi pada
pencegahan PU, serta pengawasan pada faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya PU pada beberapa pasien meskipun program pencegahan PU,
memvalidasi pengamatan klinis yang umum ini. Pasien diuntungkan paling
diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang sedang berlangsung dan
banyak dari upaya reposisi jika posisi dapat dipertahankan. Oleh karena itu,
relevan secara klinis ini.
efficacy dari 30 posisi berbaring miring harus dipertanyakan jika pasien
mengalami kesulitan mempertahankan posisi ini. Mengingat saat ini dan
mengantisipasi masalah tenaga kerja, kami juga harus menentukan apakah
perlu untuk memposisikan semua pasien yang berisiko atau hanya mereka
yang memiliki faktor risiko klinis dan intrinsik tertentu render reposisi rutin
benar-benar penting. Sementara reposisi spontan dari beberapa peserta
dalam studi ini mungkin telah mengurangi perbedaan jelas ketika posisi
Referensi

frekuensi dibandingkan, kami percaya bahwa itu juga menawarkan wawasan
ke dalam peran pergeseran berat badan kecil sebagai metode yang
berpotensi efektif redistribusi tekanan.
1. Tekanan Nasional Maag Penasehat. http: //www.npuap. org / pr2.htm. Diakses 7
Agustus 2008.
2. Tekanan Eropa Maag Advisory Panel. http: //www.puclas.
ugent.be/puclas/e/page3480.html. Diakses 7 Agustus 2008.
3. Bergstrom N, Allman RM, Carlson CE, et al. Tekanan ulkus pada orang dewasa:
prediksi dan pencegahan. http: //www.ncbi.nlm.nih. gov / buku / bv.fcgi?

Meskipun bukti jarang, rekomendasi klinis untuk mendukung praktek menyingkirkan hstat2.chapter.4409. diakses Agustus
7, 2008.
terbaik jadwal frekuensi balik / reposisi setiap 2 jam jika pasien di kasur
4. Luka, Ostomy, dan Kontinensia Perawat Society. Ditetapkan dalam pedoman untuk
standar. bukti klinis mendukung pengurangan frekuensi ini untuk setiap 4
pencegahan dan manajemen ulkus tekanan. http: //
jam jika pasien pada www.guideline.gov/summary/summary.aspx?doc_id 3860. Diakses 7 Agustus
2008.
J WOCN Volume 35 / Nomor 6
5. pasukan Pieper B. Teknik: tekanan geser dan gesekan. Dalam: Bryant RA, Nix
DP, eds. Akut dan kronis Luka. 3rd ed. St Louis, MO: Mosby; 2006: 205-234.
6. Trumble HC. Toleransi kulit untuk tekanan dan dekubitus. Aust J Med. 1930; 2:
7241.
7. Kosiak M. Etiologi dan patologi ulkus iskemik. Arch Phys
Med Rehabil. 1959; 40 (2): 62-69.
8. Kosiak M. Etiologi ulkus dekubitus. Arch Phys Med Rehabil.
1961; 42 (1): 19-29.
9. Russell L. Pasien reposisi ditinjau kembali. J Perawatan Luka.
2004; 13 (8): 328-329.
10. De fl oor T. Pengaruh posisi dan kasur di tekanan antarmuka. Appl Nurs Res. 2000;
13 (1): 2-11.
11. Sideranko S, Quinn A, Luka bakar K, Froman RD. Pengaruh posisi dan kasur
overlay pada tekanan sakral dan tumit pada populasi klinis. Res Nurs Kesehatan. 1992;
15 (4): 245-251.
12. Turpin PG. Pemberton V. Pencegahan tekanan pada pasien yang dikelola di
CLRT: adalah reposisi tambahan diperlukan? J Luka Ostomy Continence Nurs. 2006;
33 (4): 381-388.
13. McElhinny ML, Hooper C. Mengurangi tingkat tumit ulkus didapat di rumah sakit
di fasilitas perawatan akut: evaluasi proyek perbaikan kinerja perawat-driven. J
Luka Ostomy Continence Nurs. 2008; 35 (1): 79-83.
14. Wong VK, Stotts NA. Fisiologi dan pencegahan ulkus tumit: keadaan ilmu. J Luka
Ostomy Continence Nurs.
2003; 30 (4): 191-198.
15. Mustoe T, O'Shaughnessy K, Kloeters O. luka kronis patogenesis dan strategi
pengobatan saat ini: hipotesis pemersatu. Plast Reconstr Surg. 2006; 117 (suppl
7S): 35S-41S.
16. Krap fl LA, Mackey D. Medicare perubahan ke rumah sakit rawat inap sistem
pembayaran prospektif: komentar tentang implikasi untuk dokter perawatan
luka di rumah sakit. J Luka Ostomy Continence Nurs. 2008; 35 (1): 61-62.
17. Reddie M, Gill SS, Rochon PA. Mencegah tekanan borok: review sistematis. JAMA.
2006; 296 (8): 974-984.
18. De fl oor T, De Bacquer D, Grypdonck MH. Pengaruh berbagai kombinasi
memutar dan tekanan mengurangi perangkat pada kejadian ulkus tekanan. Int J
Nurs Stud. 2005; 42 (1): 37-46.
19. Muda T. 30 derajat posisi kemiringan versus posisi 90 derajat lateral dan
terlentang dalam mengurangi kejadian non-blanching eritema pada populasi
rawat inap rumah sakit: uji coba terkontrol secara acak. J Tissue Viabilitas. 2004;
14 (3): 88-96.
20. Clark M. Reposisi untuk mencegah luka-apa tekanan buktinya? Nurs Berdiri. 1998;
13 (3): 58-64.
21. Norton D, McLaren R, Exton-Smith AN. Sebuah Investigasi
Masalah Keperawatan geriatri di Rumah Sakit. Edinburgh: ChurchillLivingstone;
1962.
22. Knox DM, Anderson TM, Anderson PS. Pengaruh interval giliran yang berbeda pada kulit orang
dewasa yang lebih tua yang sehat. Adv Perawatan Luka.
1994; 7 (1): 48-52, 54-56.
Krap fl & Gray 577
23. Salisbury RE. transkutan pO 2 pemantauan di terbaring di tempat tidur
pasien luka bakar: analisis fisiologis empat metode untuk mencegah dekubitus.
Dalam: Lee YB, ed. Ulkus kronis Kulit.
New York: McGraw-Hill; 1985: 189-196.
24. Colin D, Abraham P, Preault L, Bregeon C, Saumet JL. Perbandingan 90 derajat
dan 30 derajat lateral cenderung posisi dalam pencegahan ulkus tekanan
menggunakan transkutan oksigen dan karbon dioksida tekanan. Adv Perawatan
Luka.
1996; 9 (3): 35-38.
25. De fl oor T. Pengaruh posisi dan kasur pada pengembangan dekubitus. Verpleegkunde.
1997; 12 (3): 140-149.
26. Preston KW. Posisi untuk kenyamanan dan tekanan lega: alternatif 30 derajat. Peduli
Sci Pract. 1988; 6 (4): 116-119.
27. WO Seiler, Allen S, Stahelin HB. Dalam memengaruhi dari 30 derajat lateral
cenderung posisi dan super-soft 3-piece kasur di tekanan oksigen kulit di
daerah maksimum tekanan-implikasi untuk tekanan sakit pencegahan. Gerontologia.
1986; 32 (3): 158-166.
28. Vanderwee K, Grypdonck MHF, De Bacquer D, De fl oor T. Efektivitas balik
dengan interval waktu yang tidak sama pada kejadian lesi ulkus dekubitus. J
Adv Nurs. 2006; 57 (1): 59-68.
29. Muda T. 30 tilt posisi vs 90 po- lateral dan terlentang
sitions dalam mengurangi kejadian non-blanching eritema pada populasi rawat
inap rumah sakit: uji coba terkontrol secara acak. J Tissue Viabilitas. 2004; 14
(3): 89-96.
30. Stoelting J, McKenna L, Taggart E, Mottar R, Jeffers B, Wendler
M. Pencegahan ulkus tekanan nosokomial: proyek perbaikan proses. J Luka
Ostomy Continence Nurs. 2007; 34 (4): 382-388.
31. Institute for Healthcare Improvement. 5 juta jiwa kampanye. Mengurangi tekanan
borok: cerita perbaikan. http: //
www.ihi.org/IHI/Topics/PatientSafety/SafetyGeneral/ ImprovementStories /
FSRelievethePressureandReduceHarm. htm. Diakses 18 Agustus 2008.
32. Brandeis G, Berlowitz D, Katz P. Apakah ulkus tekanan dicegah? Sebuah survei ahli. Adv
Kulit Perawatan Luka. 2001; 14 (5): 244-248.
33. Thomas D. Apakah semua borok tekanan dihindari? J Am Med Dir
Assoc. 2003; 4 (2): 43-48.
34. Centers for Medicare & Medicaid Services. Bimbingan untuk Surveyor
untuk Jangka Panjang Fasilitas Perawatan. Baltimore, MD: Centers for Medicare
& Medicaid Services, Departemen Kesehatan dan Layanan Manusia; 12
November 2004. CMS manual Pub No. 100-07 Operasi Negara.
35. Centers for Medicare & Medicaid Services. TA 2008 Rawat Inap
Calon Pembayaran Peraturan Final. Baltimore, MD: Centers for Medicare &
Medicaid Services; 22 Agustus 2007. http: //
a257.g.akamaitech.net/7/257/2422/01jan20071800/edocket.
access.gpo.gov/2007/pdf/07-3820.pdf. Diakses 13 Agustus
2008.