You are on page 1of 53

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA KLIEN Tn. C.K DENGAN PERILAKU KEKERASAN


DI RUANG CAKALELE RSJ Dr. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

DI SUSUN OLEH :

FITRIANI KARAFE
1604010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH MANADO
TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN

Manado, Maret 2017

Mengetahui

Clinical Instructur Clinical Teacher

Ns, Henny Harsono, S.Kep Ns, Charli Ponomban S.Kep

Ketua Program Studi Profesi Ners

Ns, Hj. Zainar Kasim S.Kep, M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat , taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua , sehingga dalam kesempatan ini kami
dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul: Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan
Maksud dan tujuan saya menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Stase Keperawatan jiwa.
Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dan
tidak lepas dari kekurangan, karena kurangnya pengetahuan dan referensi yang kami
dapatkan, sehingga kami memerlukan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya .
Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pengetahuan bagi
para pembaca umumnya dan penyusun khususnya .

Manado, 09 Februari 2017

Atika Dhayanti Lolong


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR
BAB I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang Masalah
2 Tujuan Penulisan
3 Sistematika
BAB II TINJAUAN TEORI
1 Pengertian
2 Rentang Respon
3 Proses Kemarahan
4 Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
5 Mekanisme Koping
6 Penatalaksanaan
7 Fokus Intervensi
BAB III TINJAUAN KASUS
1 Pengkajian
2 Perencanaan
3 Implementasi
4 Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN
1 Latar Belakang Masalah
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga
penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu
gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya pada
kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan jiwa
tersebut adalah gangguan perilaku kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon
terhadap kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruksif pada saat
terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang lain untuk
mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami
kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga
sangat penting, namun perawatan merupakan ujung tombak dalam
pelayanan kesehatan jiwa.
2 Tujuan Penulisan
a Tujuan umum
Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan
asuhan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan.
b Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan
Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan
Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan
Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.
3 Sistematika
Untuk menghindari luas masalah maka dalam penyusunan makalah ini
kelompok mengkhususkan pembahasan tentang penatalaksanaan pada
pasien dengan perilaku kekerasan. Asuhan keperawatan ini hanya
menerapkan proses keperawatan melalui tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, implementasi, dan evaluasi pada kasus perilaku kekerasan.

LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

A. MASALAH UTAMA
Perilaku Kekerasan

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1 Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini, perilaku
kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu perilaku kekrasan
saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku
kekerasan). (Keliat, Keperawatan kesehatan jiwa komunitas, 2012)
2 Rentang Respon
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif


Kekerasan
(Stuart dan Sundeen, 1995)

a Respon marah yang adaptif meliputi :


1 Pernyataan (Assertion)
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau
mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa
menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan
memberikan kelegaan.
2 Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai
tujuan, kepuasan, atau rasa aman yang tidak biasanya dalam
keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.
b Respon marah yang maladaptif meliputi :
1 Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk
mengungkapkan perasaan yang sedang di alami untuk
menghindari suatu tuntutan nyata.
2 Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
individu untuk menuntut suatu yang dianggapnya benar dalam
bentuk destruktif tapi masih terkontrol.
3 Amuk dan kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang
kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
3 Etiologi
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa,
perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri:
harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, merasa gagal mencapai keinginan.
4 Tanda dan Gejala
Data subyektif :
1. Mengatakan mudah kesal dan jengkel ,
2. Merasa semua barang tidak ada harganya sehingga dibanting-banting.
( Keliat, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, 1998 )
Data obyektif :
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Menegepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda/ orang lain
10. Merusak barang atau benda
11. Tidak memiliki kemampuan mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan
(Keliat, Keperawatan kesehatan jiwa komunitas, 2012).

Menurut Fitria (2009) tanda dan gejala perilaku kekerasan diantaranya adalah :
1. Fisik : mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara dengan nada keras,
kasar dan ketus.
3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri, atau orang lain, merusak
lingkungan, amuk atau agresif.
4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral
dan kreatifitas terhambat.
7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
8. Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.

Menurut Direja (2011) tanda dan gejala pada pasien data yang perlu dikaji adalah :
Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji
Perilaku Kekerasan Subjektif
1. Klien mengancam.
1. Klien mengumpat dengan kata-kata kotor.
2. Klien mengatakan dendam dan jengkel.
3. Klien mengatakan ingin berkelahi.
4. Klien menyalahkan dan menuntut.
5. Klien meremehkan.
Objektif
1. Mata melotot/pandangan tajam.
1. Tangan mengepal.

2. Rahang mengatup.

3. Wajah memerah dan tegang.

4. Postur tubuh kaku.


5. Suara keras.

Proses Kemarahan
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bersalah dapat menimbulkan kemarahan. Respons
terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.
a. Eksternal yaitu konstruktif, agresif.
b. Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.

Modul ekspresi marah


Rendah diri

Rasa bersalah Kecemasan

Bermusuhan

Ekspresi Eksternal Ekspresi Internal

c. Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan


menggunakan kata-kata yang dapt di mengerti dan diterima
tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan perasaan lega,
keteganganpun akan menurun dan perasaan marah teratasi.
d. Marah di ekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang,
biasanya dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara ini tidak
menyelesaikan masalah bahkan dapat menimbulkan kemarahan
yang berkepanjangan dandapat menimbulkan tingkah laku yang
destruktif, amuk yang ditujukan pada orang lain maupun
lingkungan.
e. Perilaku tidak asertif seperti menekan perasaan marah atau
melarikan diri dan rasa marah tidak terungkap. Kemarahan
demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan
pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang
ditujukan pada diri sendiri.

5 Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi


Faktor Predisposisi
a) Teori biologi
Beardasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris
ringan pada hipotalamus ternyata menimbulkan prilaku agresif, dimana jika terjadi
kerusakan fungsi limbic (untuk emosi dan perilaku) lobus frontal (untuk pemikiran
rasional), lobius temporal (untuk interprestasi indra penciuman dan memori) akan
menimbulakn mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek
yang ada disekitarnya.
1) Neurologic faktor, beragam komponen dari sistem saraf seperti synap,
neurotransmitter, dendrit, axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau
menghambat rangsangan dan pesan-pesan yamg akan mempengaruhi sifat
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
bermusuhan dan respons agresif.
2) Genetic faktor, adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi
potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen
manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun
jika terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian genetik tipe karkotype
XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-
orang yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
3) Cyrcardian Rhytm (irama sirkardian tubuh), memegang peranan pada individu.
Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia menghalangi peningkatan
cortisol terutama pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan
menjelang berakhirnya pkerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu
orang lebih mudah terstimulasi untul bersikap agresif.
4) Biochemistry faktor (Faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmiter di otak
(epinephrin, norepinephrin, dopamin, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan
dalam penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya
stimulus dari luar tubuh yang di anggap mengancam atau membahayakan akan
dihantar melalui implus neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui
serabut efferent. Peningkatan hormon androgen dan norephinephrin serta
penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebospinal vertebra dapat
menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku agresif.
5) Brain Area dirsorder, gangguan pada sistem imbik dan lobus temporal, sindrom
otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilesi ditemukan
sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b) Faktor psikologis
1) Teori Psikoanalisa
Agresif dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang (life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpusan
fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapatkan kasih sayang dan
pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cendurung mengembangkan sikap
agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai kompesasi adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa
aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri
yang rendah.Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaanya dan rendahnya harga diri
pelaku tindak kekerasan.
2) Imitation, modeling, and information processing theory:
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang
menolelir kekerasan.Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari madia
atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut.
Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan
pamukulan pada boneka dengan raward positif (makin keras pukulanya akan
diberi coklat), anak lain menonton tayangan cara mengasihii dan mencium
boneka tersebut dengan reward positif pula (makin baik belainya mendapat
hadiah coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-
masing anak berperilaku sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.
3) Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya.Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan
dan mengamati bagaimana respons ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa dengan
agresifitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan
menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan. (Yosep, 2011)

Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputus asaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula
dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan
kekerasan merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi yang
profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

Menurut Yosep (2011) Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan


sering kali berkaitan dengan:
a) Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
b) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c) kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuati dalam keluarga serta tidak membisakan
dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam
menyelesaikan konflik.
d) ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e) adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
f) kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa reancam, baik berupa
imjury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa factor pencetus injury
perilkau kekerassan adalah sebagai berikut (Wati, 2010) :
a) Klien: kelemahan fisik, keputasasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, mersa
terancam baik internal dari permasalan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lingkungan.
c) Lingkungan: panas, padat, dan bising.
1 Tingkah Laku
a Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebar.
b Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika
tidak senang perilaku yang berkaitan dengan marah antara
lain :
1 Menyerang atau menghindar (flight or fight)
Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual,
sekresi HCL meningkat, peristaltik usus menurun,
pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi,
kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot, seperti
rahang terkatub, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan
disertai reflek yang cepat.
2 Menyatakan dengan jelas (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam
mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku
pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang
terbaik untuk mengekspresikan marah disamping dapat
dipelajari juga akan mengembangkan pertumbuhan diri
pasien.
3 Memberontak (acting out)
Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku
acting out untuk menarik perhatian orang lain.
4 Amuk atau kekerasan (violence)
Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

6 Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelasaian masalah
langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri (Stuart dan sundeen, 1998 hal : 33)
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain :
a) Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
hambatan penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang yang
sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain
seperti meremas remas adona kue, meninju tembok dan
sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat
rasa marah.
b) Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya
yang tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal
bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya
c) Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya seorang anak yang
sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi
menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa
membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk
oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya
ia dapat melupakanya.
d) Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di
ekspresikan. Dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya
seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
e) Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan. Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy
berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman
dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai
bermai perang-perangan dengan temanya.
Sumber Koping
Menurut Suart Sundeen 1998 :
1 Aset ekonomi
2 Kemampuan dan keahlian
3 Tehnik defensif
4 Sumber sosial
5 Motivasi
6 Kesehatan dan energi
7 Kepercayaan
8 Kemampuan memecahkan masalah
9 Kemampuan sosial
10 Sumber sosial dan material
11 Pengetahuan
12 Stabilitas budaya

7 Penatalaksanaan Umum
a Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang
tepat. Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai
dosis efektif tinggi contohnya Clorpromazine HCL yang berguna
untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat
digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine
estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan Transquilizer
bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun
demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan
anti agitasi.
b Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk
melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan
berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan
pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran,
main catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka
melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang
pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ini
merupakan langkah awal yangb harus dilakukan oleh petugas
terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan ditentukan
program kegiatannya.
c Peran serta keluarga
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat
membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan,
yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan
kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan
sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai
kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku
maladaptive (pencegahan primer), menanggulangi perilaku
maladaptive (pencegahan skunder) dan memulihkan perilaku
maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga
derajat kesehatan klien dan kieluarga dapat ditingkatkan secara
opti9mal. (Budi Anna Keliat,1992).
d Terapi somatic
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi
somatic terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku
adaftif dengan melakukan tindankan yang ditunjukkan pada kondisi
fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien
e Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah
bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall
dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan
pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya untukmenangani
skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan
adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).
8 Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri
Orang lain atau lingkungan. E

Perlaku kekerasan CP
Mekanisme koping individu in efektif C

Gambar 1 : pohon masalah PK ( Budi Anna Keliat )

9 Diagnosa Keperawatan
1 Resiko menciderai diri sendiri, orang lain atau lingkungan b.d
perilaku kekerasan.
2 Perilaku kekerasan b.d Mekanisme koping individu in efektif.

10 Intervensi
1 Resiko menciderai diri dan orang lain b.d perilaku
kekerasan.
TUM : Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung
jawab.
TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria hasil :
Klien mau menjawab salam
Klien mau menjabat tangan
Klien mau menyabutkan nama
Klien mau tersenyum
Ada kontak mata
Mau mengetahui nama perawat
Mau menyediakan waktu untuk kontak
Intervensi :
a Memberi salam atau panggil nama klien
b Sebutkan nama perawat sambil menjabat tangan
c Jelaskan tujuan interaksi
d Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
e Beri sikap aman dan empati
f Lakukan kontrak singkat tapi sering
TUK 2 : Klien dapat mengnidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat mengungkapkan perasaannya
Klien dapat mengungkapkan penyebab marah, baik dari diri
sendiri nmaupun orang lain dan lingkungan.
Intervensi :
a Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.
b Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
c Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku


kekerasan.
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat mengunngkapkan yang dialami saat marah.
Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang dialami.
Intervensi :
a Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.
b Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
c Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa


dilakukan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan
masalah atau tidak.
Intervensi :
a Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
b Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
c Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai.
TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
Intervensi :
a Berbicara akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.
b Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh
klien.
c Tanyakan pada klien Apakah ia ingin mempelajari cara baru
yang sehat.

TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam


berespon terhadap kemarahan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara
konstruktif.
Intervensi :
a Tanyakan pada klien Apakah ia ingin mempelajari cara baru
yang sehat.
b Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
c Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :
a Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau
memukul bantal atau kasur atau olahraga atau pekerjaan
yang memerlukan tenaga.
b Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal atau
tersinggung atau jengkel (saya kesal Anda berkata seperti itu
: saya marah karen mami tidak memenuhi keinginan saya).
c Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah
yang sehat ; latihan asertif.
d Secar spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau
ibadah lain meminta pada Tuhan untuk beri kesabaran,
mengadu pada Tuhan kekerasan atau kejengkelan.

TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku


kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
Fisik : tarik nafas dalam olahraga menyiram tanaman
Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
Spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah klien.
Intrevensi :
a Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
b Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.
c Bantu klien untuk memaksimulasi cara tersebut (role play).
d Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien mensimulasi
cara tersebut.
e Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari
saat jengkel atau marah.
BAB II
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 22 Mei 2017


Tanggal Masuk : 22 November 2005
Ruang : Cakalele
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. C.K
Alamat : Kalawat
Umur : 31 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status : Belum Menikah
Agama : Kristen Pantekosta
Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
No. CM :
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. R.K
Umur : 58 Tahun
Agama : Kristen Pantekosta
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kalawat
Hubungan dengan Klien : Ayah Kandung
II. KELUHAN UTAMA
Saat di kaji klien mengatakan susah tidur karena selalu menghitung dan memikirkan
uangnya. Klien mengatakan merasa jengkel dan marah jika keinginanya tidak terpenuhi
atau mengambil sesuatu darinya, saat marah atau jengkel klien mengamuk dan memukul
klien lainnya yang berada di ruangan.
DO : Ekspresi wajah tampak marah, nada bicara keras, tegang, pandangan tajam, mondar
mandir, dan suka mengancam
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan
III.ALASAN MASUK
Klien bingung, agresif, labil, gelisah dan tidak dapat mengontrol diri,
mengamuk, marah-marah tanpa alasan, berteriak teriak, memukul
orang-orang disekitar, kurang tidur dan merusak barang yang ada di
rumah. Kemudian oleh keluarga, klien dibawa ke RSJ Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang
Manado
Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Klien mengalami gangguan jiwa sejak 12 tahun yang lalu
2. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil, klien pernah putus obat
3. Klien pernah melakukan, mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik, penolakan dari
lingkungan, dan klien melakukan tindakan criminal pada usia 25 tahun
4. Klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
5. Klien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
adalah klien pernah kecewa dengan perempuan.
6. Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda tanda Vital :
1) Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
2) Nadi : 80 x/menit
3) Suhu badan : 36.4 0C
4) Respirasi : 20 x/menit
2. Ukuran
1) Tinggi Badan : 170 cm
2) Berat badan : 85 Kg
3. Kondisi Fisik
Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik baik saja dan
tidak ada keluhan fisik.
VI. PSIKOSOSIAL
1 Genogram

Keterangan :
Laki laki Satu Rumah

Perempuan Garis Perkawinan

Meninggal Garis Keturunan

Klien

2 Konsep diri
a Citra tubuh
Klien memandang terhadap dirinya, ada bagian tubuh yang paling disukainya yaitu
tangan, klien mengatakan tangannya sekarang mempunyai kekuatan akibat pernah di
potong, mempunyai bekas jahitan dan itu tandanya sebagai lambang.
b Identitas diri
Sebelum sakit dulunya klien bekerja sebagai . Klien mempersepsikan dirinya sebagai
laki laki dewasa dan belum menikah, klien anak pertama dari dua bersaudara.

c Peran
Klien adalah seorang kakak dari satu adik perempuannya
d Ideal diri
Klien berharap agar bisa cepat sembuh, klien tidak ingin cepat pulang karena disini
klien merasa senang dan mempunyai banyak teman.
e Harga diri
Menurut klien di dalam keluarganya dia selalu di nomor duakan oleh kedua orang
tuanya, orang tuanya lebih sayang kepada adiknya, karena adiknya mempunyai masa
depan, tetapi di dalam masyarakat serta di lingkungan rumah sakit klien di hargai.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
3 Hubungan Sosial
a Orang yang terdekat
Klien mengatakan bahwa orang yang paling dekat dengannya yaitu Ibu dan
adiknya.
b Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Klien mengatakan sebelum sakit sering mengikuti kegiatan di masyarakat seperti
pemuda dan remaja, setelah dirumah sakit klien hanya mengikuti kegiatan yang ada di
rumah sakit
c Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Sebelum MRS : Kien mengatakan mempunyai hambatan dalam melakukan hubungan
sosial, klien mempunyai dendam terhadap temannya sehingga klien membunuh
temannya tersebut (Tn. B.L) saat MRS hubungan klien dengan klien lainnya juga ada
masalah. Klien suka memukul temannya yang ada di ruangan.
Masalah Keperawatan : Kerusakan Interaksi Sosial
4 Spiritual
Klien mengatakan beragama Kristen Pantekosta, sebelum sakit klien mengatakan sering
masuk gereja dan melakukan ibadah, saat di rumah sakit klien beribadah sesuai dengan
jadwal.
Masaalah Keperawatan :

VII. STATUS MENTAL


1 Penampilan
Klien berpenampilan cukup rapih, bersih, penggunaan pakaian sesuai, baju dan celana
tidak terbalik. Berganti pakaian 1x sehari, selama di rumah sakit klien memakai
memakai seragam rumah sakit.
Masalah Keperawatan :
2 Pembicaraan
Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat
dari tema yang dibicarakan dan dapat berkomunikasi dengan lancar.
Masalah Keperawatan : -
3 Aktifitas Motorik
Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak tenang, diam, untuk saat
ini klien belum mampu mengendalikan emosinya yang labil.
Masalah Keperawatan :
4 Alam Perasaan
Alam perasaan klien sesuai dengan keadaan, saat gembira klien tampak gembira, saat
sedih klien tampak sedih.
Masalah Keperawatan : -
5 Afek
Klien berespon sesuai dengan stimulus yang diberikan, klien labil dan mudah marah
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
6 Interaksi selama wawancara
Klien aktif, selalu menjawab jika ditanya
Masalah Keperawatan : -
7 Persepsi
Saat dikaji klien mengatakan mendengar suara-suara yang
menyuruhnya melakukan hal-hal yang aneh dan tidak wajar.
DO : Klien menutup telinga dengan kedua tangannya, klien
menghardik suara-suara yang di dengarnya
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran

8 Proses pikir
Pembicaraan klien normal, tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat
dan sampai tujuan karena dapat kooperatif.
Masalah Keperawatan : -
9 Isi Pikir
Tidak ada waham, obsesi, phobia, hipokondria, depersonalsasi, dll.
10 Tingkat Kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan dengan
benar dan jelas yang ditandai dengan klien mampu
menyebutkan hari, tanggal, tahun yang benar pada saat
wawancara.
Klien dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya
ditunjukkan dengan klien bisa menyebutkan beberapa nama
temannya.
Masalah Keperawatan : -
11 Memori
Klien dapat mengingat kejadian saat dibawa ke rumah sakit dengan
diantar oleh ayahnya. Dan klien dapat mengingat nama mahasiswa
saat berkenalan dengan benar.
Masalah Keperawatan : -
12 Tingkat Konsentrasi Berhitung
Klien dapat menghitung dengan baik misalnya 1x10 = 10, 5+5 = 10, Klien dapat
memfokuskan konsentrasi dengan baik
Masalah Keperawatan : -
13 Kemampuan Penilaian
Klien mampu menilai suatu masalah dan dapat mengambil
keputusan sesuai tingkat atau mana yang lebih baik untuk
dikerjakan pertama kali.
Masalah Keperawatan : -
14 Daya Tilik Diri
Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari
terhadap penyakitnya karena klien mampu menjelaskan mengapa
klien bisa seperti ini dan penyebab mengapa klien bisa sakit jiwa
seperti ini.
Masalah Keperawatan : -

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya, klien
makan 3x sehari, pagi, siang dan malam, minum 6 gelas sehari.
Masalah Keperawatan :
2. BAB/BAK
Klien BAB 2 hari sekali, BAK 5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan
baik, menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik.
Masalah Keperawatan :
3. Mandi
Klien mengatakan mandi 1x pada pagi hari, menyikat gigi saat mandi, kebersihan
tubuh baik.
Masalah Keperawatan :
4. Berpakaian
Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan rumah
sakit, klien dapat memilih dan mengambil pakaian dengan baik dan sudah sesuai
dengan aturan rumah sakit.
Masalah Keperawatan :
5. Pola Istirahat Tidur
Saat dikaji Klien mengatakan susah tidur karena selalu menghitung dan memikirkan
uangnya, klien dapat tidur dengan kualitas 5-6 jam perhari pada malam hari.
Masalah Keperawatan : Gangguan Pola Tidur
6. Penggunaan Obat
Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat, 2x sehari setelah makan.
Masalah Keperawatan :
7. Aktivitas di dalam rumah
Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, dll.
Masalah Keperawatan :
8. Aktivitas diluar rumah
Klien mengatakan bekerja sehari-hari sebagai operator di perusahan indococo.
Masalah Keperawatan :

IX. MEKANISME KOPING


Klien mampu berkomunikasi dengan orang lain.
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dengan dukungan kelompok (-)
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan : di dalam ruangan klien
kadang emosi dan suka memukul temannya jika klien merasa tidak
senang.
3. Masalah dengan kesehatan (-)
4. Masalah dengan perumahan, klien tinggal bersama dengan kedua
orang tuanya.
5. Masalah dengan ekonomi : kebutuhan klien di penuhi oleh orang
tuanya.
X. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
Terapi obat :
- Diazepam 0-0-1
- CPZ 1-0-1
- Haloperidol 3 x mg
- Trihexiperidine (THP) 2 x 1 mg
XI. MASALAH KEPERAWATAN
1 Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2 Perilaku Kekerasan
3 Halusinasi Pendengaran

XII. ANALISA DATA


N DATA MASALAH KEPERAWATAN
O
1 DS : Resiko mencederai diri sendiri, orang
- Klien mengatakan merasa jengkel dan marah lain dan lingkungan
jika keinginanya tidak terpenuhi atau tidak
mendengarkannya, saat marah atau jengkel
klien mengamuk dan memukul klien lainnya
yang berada di ruangan.
DO :
- Ekspresi wajah tampak marah saat
mengancam
- Nada bicara keras
- Tegang

2. DS Perilaku Kekerasan
- Kilen mengatakan benci atau kesal pada
temannya sehingga klien sudah memukul
temannya karena temannya sudah BAK dan
BAB di sembarangan tempat hingga
mengenai baju yang dibawa oleh orang
tuanya saat dibesuk
DO
- Ekspresi wajah tampak marah,
- Nada bicara keras
- Tegang
- Pandangan tajam
- Suka mengancam
2 DS : Halusinasi Pendengaran
- Klien mengatakan mendengar
suara-suara yang menyuruhnya
melakukan hal-hal yang aneh dan
tidak wajar.
DO :
- Klien menutup telinga dengan
kedua tangannya, klien menghardik
suara-suara yang di dengarnya.
- Melamun
- Mondar mandir

XIII. POHON MASALAH


Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain,
( Efek )
Lingkungan

Perilaku Kekerasan ( Core Problem )

Halusinasi Pendengaran
( Causa /
Penyebab )
XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan
berhubungan dengan Perilaku Kekerasan
2. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Halusinasi Pendengaran

XV. RENCANA KEPERAWATAN


DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Resiko TUM: 1 Klien mau 1 Bersalam panggil
menciderai diri Klien dapat membalas salam nama
sendiri, orang melanjutkan 2 Klien mau 2 Sebutkan nama
lain dan peran sesuai menjabat tangan perawat sambil jabat
lingkungan dengan 3 Klien mau tangan
berhubungan tanggung jawab. menyebut nama 3 Jelaskan maksud
dengan TUK 1: 4 Klien mau hubungan interaksi
perilaku Klien dapat tersenyum 4 Jelaskan kontrak
kekerasan membina 5 Klien mau kontak yang akan dibahas
hubungan saling mata 5 Beri rasa aman dan
percaya. 6 Klien mau simpati
mengetahui 6 Lakukan kontak
nama perawat mata singkat tapi
sering
TUK 2: 1 Klien
Klien dapat mengungkapkan 1 Beri kesempatan
mengidentifikasi perasaanya untuk
kemampuan 2 Klien dapat mengungkapkan
penyebab mengungkapkan perasaan
kekerasan penyebab 2 Bantu klien untuk
perasaan marah mengungkapkan
dari lingkungan penyebab perasaan
atau orang lain jengkel/kesal
TUK 3 :
Klien dapat 1 Klien mampu
mengidentifikasi mengungkapkan
tanda-tanda perasaan saat 1 Anjurkan klien
perilaku marah/jengkel mengungkapkan apa
kekerasan 2 Klien dapat yang dialami dan
menyimpulkan dirasakan saat marah
tanda-tanda 2 Observasi tanda-
marah yang tanda perilaku
dialami. kekerasan pada klien
3 Simpulkan bersama
klien tanda dan
TUK 4; gejala kesal yang di
Klien dapat 1 Klien dapat alami
mengidentifikasi mengungkapkan
perilaku perilaku kekerasan 1 Anjurkan klien untuk
kekerasan yang yang biasa mengungkapkan
biasa dilakukan dilakukan perilaku kekerasan
2 Klien dapat yang biasa dilakukan
bermain peran klien .
dengan perilaku 2 Bantu klien bermain
kekerasan yang peran sesuai dengan
biasa dilakukan perilaku kekerasan
3 Klien dapat yang biasa dilakukan.
mengetahui cara 3 Bicarakan dengan
yang biasa klien apakah dengan
dilakukan untuk cara yang dilakukan
TUK 5; menyelesaikan klien masalahnya
Klien dapat masalah selesai
mengidentikasi
akibat perilaku
kekerasan 1 Klien dapat 1 Bicarakan akibat dan
menjelaskan cara yang dilakukan
akibat dari cara klien
yang digunakan 2 Bersama klien
Akibat pada menyimpulkan akibat
klien sendiri cara yang digunakan
TUK 6 : Akibat pada oleh klien
Klien dapat orang lain 3 Tanya pada klien
mendemonstrasi Akibat pada apakah ia ingin
kan cara lingkungan mempelajari cara
mengontrol yang baru dan yang
perilaku sehat.
kekerasan 1. Klien dapat
menyebutkan
contoh pencegahan 1 Bantu klien memilih
perilaku kekerasan cara yang paling
secara : tepat untuk klien
- Fisik: tarik nafas 2 Bantu klien
dalam , olah mengidentifikasi
raga, memukul manfaat cara yang
bantal telah dipilih
- Verbal: 3 Bantu klien untuk
mengatakan menstimulasikan cara
secara langsung tersebut atau dengan
dengan tidak role play
menyakiti. 4 Beri reinforcement
2. Klien dapat positif atas
mendemonstrasika keberhasilan klien
TUK 7 : n cara fisik menstimulasikan cara
Klien dapat (memukul bantal) tersebut
menggunakan untuk mencegah 5 Anjurkan klien untuk
obat dengan perilaku kekerasan. menggunakan cara
benar ( sesuai yang dipelajari saat
dengan program jengkel atau marah.
)
1 Klien dapat
menyebut kan 1. Jelaskan jenis-jenis
obat obat yang obat yang di minum
di minum dan pada klien dan
kegunaanya ( jenis keluarga.
,waktu,dosis,dan 2. Diskusikan manfaat
efek ) minum obat dan
2 Klien dapat minum kerugian berhenti
obat sesuai minum obat tanpa
program seijin dokter
pengobatan 3. Jelaskan prinsip
benar minum
obat(baca nama yg
tertera pd botol
obat,dosis obat
,waktu dan cara
minum)
4. Anjurkan klien
minum obat tepat
waktu
5. Anjurkan klien
melaporkan pada
perawat atau dokter
jika merasakan efek
yang tidak
menyenang kan
6. Beri pujian jika klien
minum obat dengan
benar.

XVI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Waktu Dx SP IMPLEMENTASI EVALUASI
Selasa 1 SP 1 1. Membina S : Klien senang
23 Mei 2017 hubungan saling karena disapa oleh
percaya dengan perawat.
10.00 mengungkapkan O:
komunikasi Klien mau berjabat
terapeutik tangan
2. Menyapa klien Klien mau
dengan bercerita tentang
ramah,baik verbal diri nya
maupun non Kontak mata cukup
verbal. A : Klien mampu
3. Memperkenal diri membina hubungan
dengan sopan. saling percaya, SP 1
4. Menjelaskan tujuan
tercapai.
pertemuan dengan
P : Lanjutkan SP 2,
lengkap
klien dapat
5. Menanyakan nama
mengidentifikasi
klien dengan
penyebab marah.
lengkap.
6. Mengatakan
dengan jujur dan
10.40 menepati janji
7. Menunjukkan rasa
empati dan
menerima klien
SP 2 apa adanya.
8. Memberikan
perhatian kepada
klien dan
perhatikan S : Klien mengatakan
kebutuhan dasar O:
klien Klien dapat
mengungkapkan
1. Mengkaji perasaan marah
pengetahuan klien atau jengkel.
tentang perilaku Klien tampak
kekerasan dan tegang dan tatapan
penyebab. mata tajam.
2. Memberikan A : Klien mampu
kesempatan mengungkapkan
kepada klien untuk penyebab marah
mengungkapkan atau jengkel, SP 2
perasaan tercapai.
penyebab perilaku P : Ulangi dan
kekerasan Pertahankan SP 2,
3. Memberikan pujian
klien belum dapat
terhadap
mengontrol dan
kemampuan klien
memngungkap kan penanganan perilaku
persaan nya. kekerasan

Rabu SP 3 1. Mendiskusikan S : Klien saat marah


24 Mei 2017 bersama klien akan berbicara
tentang apa yang dengan nada tinggi,
10:00 dirasakan saat tangan mengepal,
klien marah matanya menatap
2. Mendiskusikan tajam, wajahnya
bersama klien tampak merah.
tentang tanda- O : Klien menunjukkan
tanda perilaku tanda-tanda :
kekerasan. a Nada suara
tinggi
b Mata menatap
tajam
c Tangan
mengepal.
A : Klien mampu
mengidentifikasi
tanda dan gejala
saat marah atau
jengkel. SP 3
tercapai.
P : SP3 dipertahankan
SP 4 1 Menganjurkan S : Klien akan marah-
klien untuk marah apabila
mengungkapkan keinginanya tidak
perilaku kekerasan dipenuhi dan
yang bias memukul temannya
dilakukan. O : Klien tampak :
2 Membantu klien Tegang, tangan
bermain peran mengepal, mata
sesuai dengan menatap tajam,
perilaku kekerasan. wajah memerah.
3 Membicarakan A : Klien mampu
dengan klien mengungkapkan
apakah dengan perilaku kekerasan
cara yang yang bisa
dilakukan oleh dilakukan. SP 4
klien masalah akan tercapai.
teratasi. P : Lanjutkan SP 5,
klien dapat
mengungkapkan
perilaku yang sering
dilakukan saat
marah.
Kamis SP 5 1 Membicarakan akibat S:
8/02/2017 atau kerugian dan Klien ingin minta maaf
11.15 cara yang dilakukan setelah dirinya marah
kilen pada saat marah marah dan memukul
2 Menyimpulkan temannya.
bersama klien akibat O:
dari cara yang Klien tampak : sedih, mata
digunakan oleh klien menatap tajam, wajah
3 Menanyakan kepada memerah.
klien apakah klien A:
Klien mampu
mau mempelajari
mengungkapkan akibat
cara-cara yang baru
atau kerugian dari perilaku
dan sehat
kekerasan yang
dilakukannya, SP 5
tercapai.
P:
Lanjutkan SP 6, klien dapat
mengontrol perilaku yang
sering dilakukan saat
marah.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien :
Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah,
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya
serta cara mengontrol secara fisik I

ORIENTASI:
Selamat Pagi pak, perkenalkan nama Fitriani Karafe, panggil saya fitri saya
Mahasiswa Profesi Ners dari STIKES Muhammadiyah Manado yang akan praktek
disini selama 1 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-14.00 WITA. Saya
yang akan merawat bapak selama Bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa?
senangnya dipanggil apa?
Bagaimana perasaan Christian saat ini? Masih ada perasaan kesal atau marah?
Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak
Berapa lama Christian mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, Christian? Bagaimana
kalau di ruangan ini?

KERJA :
Apa yang menyebabkan Christian marah?, Apakah sebelumnya Christian pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O...iya, apakah
ada penyebab lain yang membuat Bapak marah?
Pada saat penyebab marah itu ada, Christian stress karena menghitung uangnya
dan temannya selalu meminta sesuatu darinya (tunggu respon pasien), apa yang
bapak rasakan?
Apakah Christian merasakan kesal kemudian dada Christian berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?
Setelah itu apa yang Christian lakukan?. Oia jadi Christian marah-marah dengan
mengamuk, merusak barang yang ada dirumah, dan memukul orang. Apakah dengan
cara ini rasa jengkel Christian hilang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang
Christian lakukan? Betul, keluarga Christian jadi takut. Menurut Christian adakah
cara lain yang lebih baik tanpa menimbulkan kerugian? Maukah Christian belajar
cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan
cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.
Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?
Begini Christian, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Christian rasakan maka
Christian berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu
perlahan lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik
dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali,
bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?
Nah, sebaiknya latihan ini Christian lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul Christian sudah terbiasa melakukannya

TERMINASI :
Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri atau
dilanjutkan?
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?
Iya jadi ada 2 penyebab Christian marah ........ (sebutkan) dan yang Christian
rasakan ........ (sebutkan) dan yang Christian lakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan)
Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa
yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan
napas dalamnya ya pak. Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali
sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?
Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
ORIENTASI :
Selamat Pagi Christian, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi
Bagaimana perasaan Christian saat ini, adakah hal yang menyebabkan Christian marah?
Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik
untuk cara yang kedua
Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruangan ini?

KERJA :
Kalau ada yang menyebabkan Christian marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar,
mata melotot, selain napas dalam Christian dapat melakukan pukul kasur dan bantal.
Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana tempat tidur Christian? Jadi
kalau nanti Christian kesal dan ingin marah, langsung ke kamar tempat tidur dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba Christian lakukan, pukul
kasur dan bantal. Ya, bagus sekali Christian bisa melakukannya.
Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.
Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan
lupa merapikan tempat tidurnya

TERMINASI :
Bagaimana perasaan Christian setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?
Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!
Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau
jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam
15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak.
Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur
dan bantal serta tarik nafas dalam ini?
Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara
yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa

SP 3 Pasien :
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
ORIENTASI :
Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi
Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?,
apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?
Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.
Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri;
kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah
kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat yang sama?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

KERJA :
Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah
lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga
caranya pak : Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya
karena suka meminta sesuatu dari bapak. Coba Bapak memberi dengan baik:Ini
rokok saya, kalau mau minta jangan selalu, cukup 1 saja. Coba bapak praktekkan.
Bagus pak.Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan. Coba bapak praktekkan. Bagus pak
Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan: Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu. Coba
praktekkan. Bagus

TERMINASI :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?
Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari
Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari bapak
mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll.
Bagus nanti dicoba ya Pak!
Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?
Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti

SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual


a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa
ORIENTASI :
Selamat Pagi Christian, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi Baik, yang mana yang mau dicoba?
Bagaimana Christian, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya
Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan
berdoa?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

KERJA :
Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Christian lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau
dicoba?
Nah, kalau Christian sedang marah coba Christian langsung duduk dan tarik napas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air
wudhu kemudian sholat.
Bapak bisa berdoa untuk meredakan kemarahan.
Coba Christian mulai berdoa? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya

TERMINASI :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?
Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus.
Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak
sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa marah
Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi
Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah,
yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?
Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa
marah bapak, setuju pak?
SP 5 Pasien :
Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis
obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c. Susun jadual minum obat secara teratur

ORIENTASI
Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi
Bagaimana Christian, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal,
bicara yang baik serta berdoa?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur? Coba kita lihat cek kegiatannya.
Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit

KERJA :
Christian sudah dapat obat dari dokter?
Berapa macam obat yang Christian minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak
minum? Bagus!
Obatnya ada empat macam pak, Diazepam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah
jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus
bapak minum 2 kali sehari jam 7 pagi dan jam 7 malam.
Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya
bapak bisa mengisap-isap es batu.
Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya
istirahat dan jangan beraktivitas dulu
Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar
nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster
kemudian cek lagi apakah benar obatnya!
Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak,
karena dapat terjadi kekambuhan.
Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.

TERMINASI :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar?
Coba Christian sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat
yang benar?
Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang kita
tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan
teratur ya.
Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan kegiatan
dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa
BAB IV
PEMBAHASAN

A PENGKAJIAN
Nama klien : Tn. C.K, umur 31 tahun, Jenis Kelamin : Laki-Laki,
Agama : Kristen Pantekosta, Pendidikan : SMA, Suku / Bangsa :
Minahasa / Indonesia, Status Perekawinan : Belum Kawin, Alamat :
Kalawat No CM : - . Klien mengatakan keinginan harus selalu diterpenuhi.
klien marah-marah dan memukul temannya. Klien sudah pernah dirawat
kali di RSJ klaten
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Sesuai dengan data yang di dapat dari klien, klien menunjukkan
tanda-tanda gejala marah : muka merah tegang, pandangan tajam dan
data yang didapat menampakkan gejala perilaku kekerasan seperti
mudah tersinggung dan setiap keinginannya harus terpenuhi, perilaku
kekerasan yang sering dilakukan klien adalah marah-marah, membentak-
bentak dan mengamuk serta memukul pintu/ jendela rumahsesuai data
yang ada didalam teori.
B DIAGNOSA KEPEARAWATAN
Dengan adanya data-data haail pengkajian pada kasus Tn. H
penulis menyimpulkan terdapat diagnosa keperawatan yaitu resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d perilaku kekerasan
dan perilku kekerasan b.d koping individu tidak efektif.
Diagnosa yang pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan b.d perilaku kekerasan hal ini didukung karena pada
kasus Tn. H didapatkan hasil sebagai berikut : saat dirumah klien
mengamuk dan memukuli pintu/jendela rumah serta memukuli ayahnya.
Menurut Budi Anna Keliat S.Kp (1998), mengatakan bahwa perilaku
yang berhubungan dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
mata merah, memaksakan kehendak, menyerang atau menghindar,
mengatakan dengan jelas (asertivines), memberontak (acting out), amuk
atau kekerasan (violence).
Dari data teori yang ditanyakan Budi Anna Keliat S.Kp 1998 pad
dasarnya tidak efektif berbeda tetapi pada saat pengkajian tidak
ditemukan klien klien muka merah.
Diagnosa kedua adalah perilaku kekerasan b.d koping individu tidak
efektif hal ini didukung karena pada saat kasus Tn. H didapatkan data
sebagai berikut : klien apabila ada masalah tidak mau bercerita dan
memilih berdiam diri dan memendamnya sendiri.
C INTERVENSI DAN I MPLEMENTASI
Penulis akan menguraikan rencana dan penatalaksanaan yang
telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada Tn. H.
Diagnosa pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Pada diagnosa pertama ini terdapat 7 rencana
keperawatan serta 7 tindakan yang telah dilaksanakan. Untuk SP 1
adalah bina hubungan saling percaya. Dengan mengungkapkan
komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal, perknalkan diri dengan sopan, tanyakan nama
lengkap klien nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan
pertemuan, tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan klein apa
adanya, beri perhatian pada klien, dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
Pada SP 1 kelompok tidak mengalami hambatan karena klien dpat diajak
bekerja sama dengan cukup kooperatif.
Rencana keperawatan yang telah disusun oleh kelompok untuk SP
2 adalah memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaanya. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab jengkel dan
marah. Tindakan yang telah dilakukan kelompok adalah memberikan
kesempatan klien untuk menungkapkan perasaannya, membantu klien
mengungkapkapkan rasa jengkel/ kesal pada diri sendiri. Pada SP 2
kelompok tidak mengalami kesulitan atau kendala, karena klien mampu
mengungkapkan penyebab marah yang dialami yaitu karena keinginan
yang tidak dipenuhi.
Rencana keperawatan yang telah dilakukan penulis untuk SP 3
adalah anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan yang dialami saat
marah, jengkel, observasi tanda, perilaku kekerasan pada klien. Pada SP
3 ini kelompok tidak mengalami kendala karena klien mampu untuk
mengungkapkan perasaan saat marah, jengkel, klien dapat
menyimpulkan tanda-tanda jengkel dan marah, yaitu saat marah klien
berbicara keras, banyak bicara, perilaku tidak wajar dan sulit diarahkan.
Rencana keperawatan yang kelompok susun untuk SP 4 adalah
anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan. Bicarakan dengan klien apakah yang klien lakukan
masalahnya selesai. Tindakan keperawatan untuk SP 4 ini kelompok tidak
mengalami kesulitan kendala karena klien dapat menyebutkan perilaku
kekerasan yang dilakukan yaitu berbicara keras dan berguling-guling
ditanah.
Rencana keperawatan untuk SP 5 yang kelompok susun adalah
bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien, bersama
klien menyimpulkan akibat atau cara yang digunakan oleh klien.
Tanyakan pada klien apakah klien ingin membicarakan cara baru yang
sehat. Tindakan kelompok yang telah dilakukan bersama dengan klien
membicarakan akibat dan kerugian yang klien lakukan dan
menyimpulkan akibat atau kerugian yang klien lakukan dan
menyimpulkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien. Pada
SP 5 kelompok tidak mengalami kendala karena klien kooperatif sehingga
klien mampu menyebutkan akibat dan kerugian dari cara yang telah
klien gunakan adalah klien bisa menyakiti diri sendiri, klien bisa dijauhi
teman-temannya.
Rencana keperawatan untuk SP 6 adalah apakah klien klien ingin
belajar cara yang baru yang sehat, berikan pujian jika klien mengetahui
cara klien yang sehat, didiskusikan dengan klien cara yang sehat
tindakan yang telah kelompok lakukan menanyakan pada klien apakah
klien mau mempelajari cara baru sehat, berikan pujian pada klien jika
mengetahui cara baru dan sehat tersebut, mendiskusikan cara yang baru
dan sehat. Pada SP 6 ini kelompok mengalami kendala karena klien
kurang kooperatif, klien juga tidak dapat melakukan Sholat dan berdoa
karena beranggapan sia - sia.
D EVALUASI
Pengkajian inervensi dan implementasi yang telah dilakukan
menghasilkan sebagai berikut :
Diagnosa 1 yaitu resiko mencederai diri sndiri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan. Pada diagnosa
pertama, akan menjabarkan atau menjelaskan hasil yang diperoleh.
Evaluasi SP 1 klien sudah mampu membina hubungan saling
percaya dengan menunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat:
menunjukkan rasa senang: kontak mata kurang: mau berjabat tangan,
mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, duduk berdampingan
dengan perawat dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Pada
SP 1 tidak ada kendala karena klien kooperatif. Kesimpulan pada SP 1
telah dapat dilakukan dan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun oleh penulis.
Evaluasi SP 2 klien dapat mengungkapkan perasaannya dan klien
dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah(dari diri
sendiri, orang lain dan lingkungan). Pada SP 2 ini kelompok tidak
mengalami kendala karena klien bisa mengungkapkan penyebab jengkel:
bila keinginannya tidak dipenuhi. Kesimpulan SP 2 dapat dilakukan
dengan baik dan sudah sesuai dengan intervensi yang telah
direncanakan dan disusun oleh kelompok.
Evaluasi SP 3 klien dapat mengungkapkan perasaan pada saat
marah atau jengkel dan klien menyimpulkan tanda-tanda jengkel atau
marah yang dialami yaitu : suka marah-marah, bicara keras, perilaku
tidaak wajar dan sulit diarahkan. Pada SP 3 kelompok tidak mengalami
kendala dalam pelaksanaan dengan baik dan sesuai dengan rencana
yang disusun.
Evaluasi SP 4 klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan yaitu : marah-marah, suara keras dan suka memukul
pintu rumah tetangganya. Klien dapat bermain peran sesuai dengan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dapat mengetahui cara
yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak. SP 4 ini penulis
tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif
dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 4 dapat terlaksanan dengan
baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Evaluasi SP 5 klien dapat mengungkapkan akibat cara marah yang
di lakukan oleh klien yaitu : dapat merugikan orang lain dan diri sendiri
maupun orang lain. Dalam SP 5 ini penulis tidak mengalami kendala
dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak
kerjasama. Kesimpulan SP 5dapat terlaksanan dengan baik sesuai
dengan rencana yang telah disusun.
Evaluasi SP 6 klien dapat memilih cara yang sehat dan dapat
mempraktekan cara yang sehat menyalurkan kemarahanya yaitu dengan
sholat dan berdoa. Dalam SP 6 ini penulis mengalami kendala dalam
pelaksanaan tersebut, klien kurang kooperatif dan tidak dapat diajak
kerjasama. Kesimpulan SP 6 belum dapat terlaksanan dengan baik sesuai
dengan rencana yang telah disusun.
Evaluasi SP 7 klien dapat minum obat secara teratur. Dalam SP 6
ini penulis tidak ada kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien
kooperatif dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 7 dapat
terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. H tindakan yang dilakukan sesuai
dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi
tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara yang
digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat agar
tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.
(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)

Saran
Untuk pasien :
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
1 Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang
keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.
2 Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima
tanpa menyakiti orang lain
3 Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan
maupun diluar ruangan.
4 Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.
5 Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit

Untuk perawat :
1 Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah
masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah.
2 Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada
klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk
dapat pemecehan masalahya.
3 Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang
konstruktif.
4 Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang
membantu relaksasi otot seperti olahraga.
5 Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.

Untuk di Rumah Sakit :


1 Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.
2 Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.
Untuk mahasiswa :
1 Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok agar
dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
2 Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang
keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I,
Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung

Keliat B.A, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, ( Terjemahan ). Penerbit Buku
Kedokteran , EGC, Jakarta.

Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.

Stuart G. W, Sundeen. S. J. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Terjemahan) Edisi 3,


Alih Bahasa Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Stuart G. W, dan Laria M. T, 2001, Erinciple and Practice of Phychitric Nursing.


(Terjemahan) (7 th ed), St. Lois : Mosby

Townsend M. C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri, (terjemahan), Edisi


3, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

You might also like