Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH :
FITRIANI KARAFE
1604010
Mengetahui
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat , taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua , sehingga dalam kesempatan ini kami
dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul: Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan
Maksud dan tujuan saya menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Stase Keperawatan jiwa.
Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dan
tidak lepas dari kekurangan, karena kurangnya pengetahuan dan referensi yang kami
dapatkan, sehingga kami memerlukan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya .
Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pengetahuan bagi
para pembaca umumnya dan penyusun khususnya .
HALAMAN JUDUL
PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR
BAB I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang Masalah
2 Tujuan Penulisan
3 Sistematika
BAB II TINJAUAN TEORI
1 Pengertian
2 Rentang Respon
3 Proses Kemarahan
4 Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
5 Mekanisme Koping
6 Penatalaksanaan
7 Fokus Intervensi
BAB III TINJAUAN KASUS
1 Pengkajian
2 Perencanaan
3 Implementasi
4 Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang Masalah
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga
penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu
gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya pada
kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan jiwa
tersebut adalah gangguan perilaku kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon
terhadap kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruksif pada saat
terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang lain untuk
mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami
kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga
sangat penting, namun perawatan merupakan ujung tombak dalam
pelayanan kesehatan jiwa.
2 Tujuan Penulisan
a Tujuan umum
Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan
asuhan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan.
b Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan
Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan
Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan
Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.
3 Sistematika
Untuk menghindari luas masalah maka dalam penyusunan makalah ini
kelompok mengkhususkan pembahasan tentang penatalaksanaan pada
pasien dengan perilaku kekerasan. Asuhan keperawatan ini hanya
menerapkan proses keperawatan melalui tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, implementasi, dan evaluasi pada kasus perilaku kekerasan.
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
A. MASALAH UTAMA
Perilaku Kekerasan
Menurut Fitria (2009) tanda dan gejala perilaku kekerasan diantaranya adalah :
1. Fisik : mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara dengan nada keras,
kasar dan ketus.
3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri, atau orang lain, merusak
lingkungan, amuk atau agresif.
4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral
dan kreatifitas terhambat.
7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
8. Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala pada pasien data yang perlu dikaji adalah :
Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji
Perilaku Kekerasan Subjektif
1. Klien mengancam.
1. Klien mengumpat dengan kata-kata kotor.
2. Klien mengatakan dendam dan jengkel.
3. Klien mengatakan ingin berkelahi.
4. Klien menyalahkan dan menuntut.
5. Klien meremehkan.
Objektif
1. Mata melotot/pandangan tajam.
1. Tangan mengepal.
2. Rahang mengatup.
Proses Kemarahan
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bersalah dapat menimbulkan kemarahan. Respons
terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.
a. Eksternal yaitu konstruktif, agresif.
b. Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.
Bermusuhan
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputus asaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula
dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan
kekerasan merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi yang
profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa reancam, baik berupa
imjury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa factor pencetus injury
perilkau kekerassan adalah sebagai berikut (Wati, 2010) :
a) Klien: kelemahan fisik, keputasasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, mersa
terancam baik internal dari permasalan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lingkungan.
c) Lingkungan: panas, padat, dan bising.
1 Tingkah Laku
a Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebar.
b Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika
tidak senang perilaku yang berkaitan dengan marah antara
lain :
1 Menyerang atau menghindar (flight or fight)
Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual,
sekresi HCL meningkat, peristaltik usus menurun,
pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi,
kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot, seperti
rahang terkatub, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan
disertai reflek yang cepat.
2 Menyatakan dengan jelas (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam
mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku
pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang
terbaik untuk mengekspresikan marah disamping dapat
dipelajari juga akan mengembangkan pertumbuhan diri
pasien.
3 Memberontak (acting out)
Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku
acting out untuk menarik perhatian orang lain.
4 Amuk atau kekerasan (violence)
Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
6 Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelasaian masalah
langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri (Stuart dan sundeen, 1998 hal : 33)
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain :
a) Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
hambatan penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang yang
sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain
seperti meremas remas adona kue, meninju tembok dan
sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat
rasa marah.
b) Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya
yang tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal
bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya
c) Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya seorang anak yang
sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi
menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa
membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk
oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya
ia dapat melupakanya.
d) Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di
ekspresikan. Dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya
seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
e) Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan. Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy
berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman
dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai
bermai perang-perangan dengan temanya.
Sumber Koping
Menurut Suart Sundeen 1998 :
1 Aset ekonomi
2 Kemampuan dan keahlian
3 Tehnik defensif
4 Sumber sosial
5 Motivasi
6 Kesehatan dan energi
7 Kepercayaan
8 Kemampuan memecahkan masalah
9 Kemampuan sosial
10 Sumber sosial dan material
11 Pengetahuan
12 Stabilitas budaya
7 Penatalaksanaan Umum
a Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang
tepat. Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai
dosis efektif tinggi contohnya Clorpromazine HCL yang berguna
untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat
digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine
estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan Transquilizer
bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun
demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan
anti agitasi.
b Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk
melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan
berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan
pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran,
main catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka
melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang
pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ini
merupakan langkah awal yangb harus dilakukan oleh petugas
terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan ditentukan
program kegiatannya.
c Peran serta keluarga
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat
membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan,
yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan
kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan
sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai
kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku
maladaptive (pencegahan primer), menanggulangi perilaku
maladaptive (pencegahan skunder) dan memulihkan perilaku
maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga
derajat kesehatan klien dan kieluarga dapat ditingkatkan secara
opti9mal. (Budi Anna Keliat,1992).
d Terapi somatic
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi
somatic terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku
adaftif dengan melakukan tindankan yang ditunjukkan pada kondisi
fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien
e Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah
bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall
dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan
pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya untukmenangani
skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan
adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).
8 Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri
Orang lain atau lingkungan. E
Perlaku kekerasan CP
Mekanisme koping individu in efektif C
9 Diagnosa Keperawatan
1 Resiko menciderai diri sendiri, orang lain atau lingkungan b.d
perilaku kekerasan.
2 Perilaku kekerasan b.d Mekanisme koping individu in efektif.
10 Intervensi
1 Resiko menciderai diri dan orang lain b.d perilaku
kekerasan.
TUM : Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung
jawab.
TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria hasil :
Klien mau menjawab salam
Klien mau menjabat tangan
Klien mau menyabutkan nama
Klien mau tersenyum
Ada kontak mata
Mau mengetahui nama perawat
Mau menyediakan waktu untuk kontak
Intervensi :
a Memberi salam atau panggil nama klien
b Sebutkan nama perawat sambil menjabat tangan
c Jelaskan tujuan interaksi
d Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
e Beri sikap aman dan empati
f Lakukan kontrak singkat tapi sering
TUK 2 : Klien dapat mengnidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat mengungkapkan perasaannya
Klien dapat mengungkapkan penyebab marah, baik dari diri
sendiri nmaupun orang lain dan lingkungan.
Intervensi :
a Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.
b Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
c Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.
Keterangan :
Laki laki Satu Rumah
Klien
2 Konsep diri
a Citra tubuh
Klien memandang terhadap dirinya, ada bagian tubuh yang paling disukainya yaitu
tangan, klien mengatakan tangannya sekarang mempunyai kekuatan akibat pernah di
potong, mempunyai bekas jahitan dan itu tandanya sebagai lambang.
b Identitas diri
Sebelum sakit dulunya klien bekerja sebagai . Klien mempersepsikan dirinya sebagai
laki laki dewasa dan belum menikah, klien anak pertama dari dua bersaudara.
c Peran
Klien adalah seorang kakak dari satu adik perempuannya
d Ideal diri
Klien berharap agar bisa cepat sembuh, klien tidak ingin cepat pulang karena disini
klien merasa senang dan mempunyai banyak teman.
e Harga diri
Menurut klien di dalam keluarganya dia selalu di nomor duakan oleh kedua orang
tuanya, orang tuanya lebih sayang kepada adiknya, karena adiknya mempunyai masa
depan, tetapi di dalam masyarakat serta di lingkungan rumah sakit klien di hargai.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
3 Hubungan Sosial
a Orang yang terdekat
Klien mengatakan bahwa orang yang paling dekat dengannya yaitu Ibu dan
adiknya.
b Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Klien mengatakan sebelum sakit sering mengikuti kegiatan di masyarakat seperti
pemuda dan remaja, setelah dirumah sakit klien hanya mengikuti kegiatan yang ada di
rumah sakit
c Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Sebelum MRS : Kien mengatakan mempunyai hambatan dalam melakukan hubungan
sosial, klien mempunyai dendam terhadap temannya sehingga klien membunuh
temannya tersebut (Tn. B.L) saat MRS hubungan klien dengan klien lainnya juga ada
masalah. Klien suka memukul temannya yang ada di ruangan.
Masalah Keperawatan : Kerusakan Interaksi Sosial
4 Spiritual
Klien mengatakan beragama Kristen Pantekosta, sebelum sakit klien mengatakan sering
masuk gereja dan melakukan ibadah, saat di rumah sakit klien beribadah sesuai dengan
jadwal.
Masaalah Keperawatan :
8 Proses pikir
Pembicaraan klien normal, tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat
dan sampai tujuan karena dapat kooperatif.
Masalah Keperawatan : -
9 Isi Pikir
Tidak ada waham, obsesi, phobia, hipokondria, depersonalsasi, dll.
10 Tingkat Kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan dengan
benar dan jelas yang ditandai dengan klien mampu
menyebutkan hari, tanggal, tahun yang benar pada saat
wawancara.
Klien dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya
ditunjukkan dengan klien bisa menyebutkan beberapa nama
temannya.
Masalah Keperawatan : -
11 Memori
Klien dapat mengingat kejadian saat dibawa ke rumah sakit dengan
diantar oleh ayahnya. Dan klien dapat mengingat nama mahasiswa
saat berkenalan dengan benar.
Masalah Keperawatan : -
12 Tingkat Konsentrasi Berhitung
Klien dapat menghitung dengan baik misalnya 1x10 = 10, 5+5 = 10, Klien dapat
memfokuskan konsentrasi dengan baik
Masalah Keperawatan : -
13 Kemampuan Penilaian
Klien mampu menilai suatu masalah dan dapat mengambil
keputusan sesuai tingkat atau mana yang lebih baik untuk
dikerjakan pertama kali.
Masalah Keperawatan : -
14 Daya Tilik Diri
Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari
terhadap penyakitnya karena klien mampu menjelaskan mengapa
klien bisa seperti ini dan penyebab mengapa klien bisa sakit jiwa
seperti ini.
Masalah Keperawatan : -
2. DS Perilaku Kekerasan
- Kilen mengatakan benci atau kesal pada
temannya sehingga klien sudah memukul
temannya karena temannya sudah BAK dan
BAB di sembarangan tempat hingga
mengenai baju yang dibawa oleh orang
tuanya saat dibesuk
DO
- Ekspresi wajah tampak marah,
- Nada bicara keras
- Tegang
- Pandangan tajam
- Suka mengancam
2 DS : Halusinasi Pendengaran
- Klien mengatakan mendengar
suara-suara yang menyuruhnya
melakukan hal-hal yang aneh dan
tidak wajar.
DO :
- Klien menutup telinga dengan
kedua tangannya, klien menghardik
suara-suara yang di dengarnya.
- Melamun
- Mondar mandir
Halusinasi Pendengaran
( Causa /
Penyebab )
XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan
berhubungan dengan Perilaku Kekerasan
2. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Halusinasi Pendengaran
ORIENTASI:
Selamat Pagi pak, perkenalkan nama Fitriani Karafe, panggil saya fitri saya
Mahasiswa Profesi Ners dari STIKES Muhammadiyah Manado yang akan praktek
disini selama 1 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-14.00 WITA. Saya
yang akan merawat bapak selama Bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa?
senangnya dipanggil apa?
Bagaimana perasaan Christian saat ini? Masih ada perasaan kesal atau marah?
Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak
Berapa lama Christian mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, Christian? Bagaimana
kalau di ruangan ini?
KERJA :
Apa yang menyebabkan Christian marah?, Apakah sebelumnya Christian pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O...iya, apakah
ada penyebab lain yang membuat Bapak marah?
Pada saat penyebab marah itu ada, Christian stress karena menghitung uangnya
dan temannya selalu meminta sesuatu darinya (tunggu respon pasien), apa yang
bapak rasakan?
Apakah Christian merasakan kesal kemudian dada Christian berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?
Setelah itu apa yang Christian lakukan?. Oia jadi Christian marah-marah dengan
mengamuk, merusak barang yang ada dirumah, dan memukul orang. Apakah dengan
cara ini rasa jengkel Christian hilang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang
Christian lakukan? Betul, keluarga Christian jadi takut. Menurut Christian adakah
cara lain yang lebih baik tanpa menimbulkan kerugian? Maukah Christian belajar
cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan
cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.
Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?
Begini Christian, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Christian rasakan maka
Christian berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu
perlahan lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik
dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali,
bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?
Nah, sebaiknya latihan ini Christian lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul Christian sudah terbiasa melakukannya
TERMINASI :
Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri atau
dilanjutkan?
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?
Iya jadi ada 2 penyebab Christian marah ........ (sebutkan) dan yang Christian
rasakan ........ (sebutkan) dan yang Christian lakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan)
Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa
yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan
napas dalamnya ya pak. Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali
sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?
Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
ORIENTASI :
Selamat Pagi Christian, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi
Bagaimana perasaan Christian saat ini, adakah hal yang menyebabkan Christian marah?
Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik
untuk cara yang kedua
Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruangan ini?
KERJA :
Kalau ada yang menyebabkan Christian marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar,
mata melotot, selain napas dalam Christian dapat melakukan pukul kasur dan bantal.
Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana tempat tidur Christian? Jadi
kalau nanti Christian kesal dan ingin marah, langsung ke kamar tempat tidur dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba Christian lakukan, pukul
kasur dan bantal. Ya, bagus sekali Christian bisa melakukannya.
Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.
Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan
lupa merapikan tempat tidurnya
TERMINASI :
Bagaimana perasaan Christian setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?
Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!
Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau
jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam
15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak.
Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur
dan bantal serta tarik nafas dalam ini?
Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara
yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa
SP 3 Pasien :
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
ORIENTASI :
Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi
Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?,
apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?
Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.
Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri;
kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah
kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat yang sama?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
KERJA :
Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah
lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga
caranya pak : Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya
karena suka meminta sesuatu dari bapak. Coba Bapak memberi dengan baik:Ini
rokok saya, kalau mau minta jangan selalu, cukup 1 saja. Coba bapak praktekkan.
Bagus pak.Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan. Coba bapak praktekkan. Bagus pak
Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan: Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu. Coba
praktekkan. Bagus
TERMINASI :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?
Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari
Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari bapak
mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll.
Bagus nanti dicoba ya Pak!
Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?
Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti
KERJA :
Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Christian lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau
dicoba?
Nah, kalau Christian sedang marah coba Christian langsung duduk dan tarik napas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air
wudhu kemudian sholat.
Bapak bisa berdoa untuk meredakan kemarahan.
Coba Christian mulai berdoa? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya
TERMINASI :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?
Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus.
Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak
sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa marah
Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi
Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah,
yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?
Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa
marah bapak, setuju pak?
SP 5 Pasien :
Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis
obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c. Susun jadual minum obat secara teratur
ORIENTASI
Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi
Bagaimana Christian, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal,
bicara yang baik serta berdoa?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur? Coba kita lihat cek kegiatannya.
Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit
KERJA :
Christian sudah dapat obat dari dokter?
Berapa macam obat yang Christian minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak
minum? Bagus!
Obatnya ada empat macam pak, Diazepam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah
jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus
bapak minum 2 kali sehari jam 7 pagi dan jam 7 malam.
Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya
bapak bisa mengisap-isap es batu.
Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya
istirahat dan jangan beraktivitas dulu
Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar
nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster
kemudian cek lagi apakah benar obatnya!
Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak,
karena dapat terjadi kekambuhan.
Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.
TERMINASI :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar?
Coba Christian sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat
yang benar?
Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang kita
tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan
teratur ya.
Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan kegiatan
dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa
BAB IV
PEMBAHASAN
A PENGKAJIAN
Nama klien : Tn. C.K, umur 31 tahun, Jenis Kelamin : Laki-Laki,
Agama : Kristen Pantekosta, Pendidikan : SMA, Suku / Bangsa :
Minahasa / Indonesia, Status Perekawinan : Belum Kawin, Alamat :
Kalawat No CM : - . Klien mengatakan keinginan harus selalu diterpenuhi.
klien marah-marah dan memukul temannya. Klien sudah pernah dirawat
kali di RSJ klaten
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Sesuai dengan data yang di dapat dari klien, klien menunjukkan
tanda-tanda gejala marah : muka merah tegang, pandangan tajam dan
data yang didapat menampakkan gejala perilaku kekerasan seperti
mudah tersinggung dan setiap keinginannya harus terpenuhi, perilaku
kekerasan yang sering dilakukan klien adalah marah-marah, membentak-
bentak dan mengamuk serta memukul pintu/ jendela rumahsesuai data
yang ada didalam teori.
B DIAGNOSA KEPEARAWATAN
Dengan adanya data-data haail pengkajian pada kasus Tn. H
penulis menyimpulkan terdapat diagnosa keperawatan yaitu resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d perilaku kekerasan
dan perilku kekerasan b.d koping individu tidak efektif.
Diagnosa yang pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan b.d perilaku kekerasan hal ini didukung karena pada
kasus Tn. H didapatkan hasil sebagai berikut : saat dirumah klien
mengamuk dan memukuli pintu/jendela rumah serta memukuli ayahnya.
Menurut Budi Anna Keliat S.Kp (1998), mengatakan bahwa perilaku
yang berhubungan dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
mata merah, memaksakan kehendak, menyerang atau menghindar,
mengatakan dengan jelas (asertivines), memberontak (acting out), amuk
atau kekerasan (violence).
Dari data teori yang ditanyakan Budi Anna Keliat S.Kp 1998 pad
dasarnya tidak efektif berbeda tetapi pada saat pengkajian tidak
ditemukan klien klien muka merah.
Diagnosa kedua adalah perilaku kekerasan b.d koping individu tidak
efektif hal ini didukung karena pada saat kasus Tn. H didapatkan data
sebagai berikut : klien apabila ada masalah tidak mau bercerita dan
memilih berdiam diri dan memendamnya sendiri.
C INTERVENSI DAN I MPLEMENTASI
Penulis akan menguraikan rencana dan penatalaksanaan yang
telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada Tn. H.
Diagnosa pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Pada diagnosa pertama ini terdapat 7 rencana
keperawatan serta 7 tindakan yang telah dilaksanakan. Untuk SP 1
adalah bina hubungan saling percaya. Dengan mengungkapkan
komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal, perknalkan diri dengan sopan, tanyakan nama
lengkap klien nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan
pertemuan, tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan klein apa
adanya, beri perhatian pada klien, dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
Pada SP 1 kelompok tidak mengalami hambatan karena klien dpat diajak
bekerja sama dengan cukup kooperatif.
Rencana keperawatan yang telah disusun oleh kelompok untuk SP
2 adalah memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaanya. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab jengkel dan
marah. Tindakan yang telah dilakukan kelompok adalah memberikan
kesempatan klien untuk menungkapkan perasaannya, membantu klien
mengungkapkapkan rasa jengkel/ kesal pada diri sendiri. Pada SP 2
kelompok tidak mengalami kesulitan atau kendala, karena klien mampu
mengungkapkan penyebab marah yang dialami yaitu karena keinginan
yang tidak dipenuhi.
Rencana keperawatan yang telah dilakukan penulis untuk SP 3
adalah anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan yang dialami saat
marah, jengkel, observasi tanda, perilaku kekerasan pada klien. Pada SP
3 ini kelompok tidak mengalami kendala karena klien mampu untuk
mengungkapkan perasaan saat marah, jengkel, klien dapat
menyimpulkan tanda-tanda jengkel dan marah, yaitu saat marah klien
berbicara keras, banyak bicara, perilaku tidak wajar dan sulit diarahkan.
Rencana keperawatan yang kelompok susun untuk SP 4 adalah
anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan. Bicarakan dengan klien apakah yang klien lakukan
masalahnya selesai. Tindakan keperawatan untuk SP 4 ini kelompok tidak
mengalami kesulitan kendala karena klien dapat menyebutkan perilaku
kekerasan yang dilakukan yaitu berbicara keras dan berguling-guling
ditanah.
Rencana keperawatan untuk SP 5 yang kelompok susun adalah
bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien, bersama
klien menyimpulkan akibat atau cara yang digunakan oleh klien.
Tanyakan pada klien apakah klien ingin membicarakan cara baru yang
sehat. Tindakan kelompok yang telah dilakukan bersama dengan klien
membicarakan akibat dan kerugian yang klien lakukan dan
menyimpulkan akibat atau kerugian yang klien lakukan dan
menyimpulkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien. Pada
SP 5 kelompok tidak mengalami kendala karena klien kooperatif sehingga
klien mampu menyebutkan akibat dan kerugian dari cara yang telah
klien gunakan adalah klien bisa menyakiti diri sendiri, klien bisa dijauhi
teman-temannya.
Rencana keperawatan untuk SP 6 adalah apakah klien klien ingin
belajar cara yang baru yang sehat, berikan pujian jika klien mengetahui
cara klien yang sehat, didiskusikan dengan klien cara yang sehat
tindakan yang telah kelompok lakukan menanyakan pada klien apakah
klien mau mempelajari cara baru sehat, berikan pujian pada klien jika
mengetahui cara baru dan sehat tersebut, mendiskusikan cara yang baru
dan sehat. Pada SP 6 ini kelompok mengalami kendala karena klien
kurang kooperatif, klien juga tidak dapat melakukan Sholat dan berdoa
karena beranggapan sia - sia.
D EVALUASI
Pengkajian inervensi dan implementasi yang telah dilakukan
menghasilkan sebagai berikut :
Diagnosa 1 yaitu resiko mencederai diri sndiri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan. Pada diagnosa
pertama, akan menjabarkan atau menjelaskan hasil yang diperoleh.
Evaluasi SP 1 klien sudah mampu membina hubungan saling
percaya dengan menunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat:
menunjukkan rasa senang: kontak mata kurang: mau berjabat tangan,
mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, duduk berdampingan
dengan perawat dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Pada
SP 1 tidak ada kendala karena klien kooperatif. Kesimpulan pada SP 1
telah dapat dilakukan dan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun oleh penulis.
Evaluasi SP 2 klien dapat mengungkapkan perasaannya dan klien
dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah(dari diri
sendiri, orang lain dan lingkungan). Pada SP 2 ini kelompok tidak
mengalami kendala karena klien bisa mengungkapkan penyebab jengkel:
bila keinginannya tidak dipenuhi. Kesimpulan SP 2 dapat dilakukan
dengan baik dan sudah sesuai dengan intervensi yang telah
direncanakan dan disusun oleh kelompok.
Evaluasi SP 3 klien dapat mengungkapkan perasaan pada saat
marah atau jengkel dan klien menyimpulkan tanda-tanda jengkel atau
marah yang dialami yaitu : suka marah-marah, bicara keras, perilaku
tidaak wajar dan sulit diarahkan. Pada SP 3 kelompok tidak mengalami
kendala dalam pelaksanaan dengan baik dan sesuai dengan rencana
yang disusun.
Evaluasi SP 4 klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan yaitu : marah-marah, suara keras dan suka memukul
pintu rumah tetangganya. Klien dapat bermain peran sesuai dengan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dapat mengetahui cara
yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak. SP 4 ini penulis
tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif
dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 4 dapat terlaksanan dengan
baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Evaluasi SP 5 klien dapat mengungkapkan akibat cara marah yang
di lakukan oleh klien yaitu : dapat merugikan orang lain dan diri sendiri
maupun orang lain. Dalam SP 5 ini penulis tidak mengalami kendala
dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak
kerjasama. Kesimpulan SP 5dapat terlaksanan dengan baik sesuai
dengan rencana yang telah disusun.
Evaluasi SP 6 klien dapat memilih cara yang sehat dan dapat
mempraktekan cara yang sehat menyalurkan kemarahanya yaitu dengan
sholat dan berdoa. Dalam SP 6 ini penulis mengalami kendala dalam
pelaksanaan tersebut, klien kurang kooperatif dan tidak dapat diajak
kerjasama. Kesimpulan SP 6 belum dapat terlaksanan dengan baik sesuai
dengan rencana yang telah disusun.
Evaluasi SP 7 klien dapat minum obat secara teratur. Dalam SP 6
ini penulis tidak ada kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien
kooperatif dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 7 dapat
terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. H tindakan yang dilakukan sesuai
dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi
tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara yang
digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat agar
tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.
(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)
Saran
Untuk pasien :
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
1 Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang
keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.
2 Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima
tanpa menyakiti orang lain
3 Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan
maupun diluar ruangan.
4 Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.
5 Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit
Untuk perawat :
1 Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah
masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah.
2 Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada
klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk
dapat pemecehan masalahya.
3 Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang
konstruktif.
4 Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang
membantu relaksasi otot seperti olahraga.
5 Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.
Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I,
Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung
Keliat B.A, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, ( Terjemahan ). Penerbit Buku
Kedokteran , EGC, Jakarta.
Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.