You are on page 1of 11

2.

Pergolakan Yang Terjadi Akibat Kepentingan

APRA

Latar belakang APRA

Pemberontakan APRA diawali dari pembentukan APRIS yang menimbulkan


ketegangan antara TNI dan bekas tentara KNIL ditambah dengan
pertentangan politik antara kelompok yang ingin mempertahankan bentuk
negara bagian dan kelompok yang menginginkan negara kesatuan.

Bekas anggota KNIL yang tetap menginginkan sebagai tentara bagi Negara
Pasundan itu membentuk Angkatan Perang Ratu Adil. Mereka bahkan
memberi ultimatum kepada pemerintah RIS agar tetap diakui sebagai
Tentara Pasukan dan menolak segala upaya pembubaran terhadap negara
bagian tersebut. Tentu, ultimatum ini ditolak pemerintah. Akhirnya, 800
orang bekas KNIL bersenjata lengkap menyerang dan menduduki Kota
Bandung pada tanggal 23 Januari 1950.

Sekelompok bekas KNIL di Pusat Latihan Militer Batujajar Kabupaten


Bandung di bawah pimpinan Kapten Raymond Turk Westerling yang
menamakan dirinya pasukan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) menyerbu
dan mengadakan teror di Kota Bandung pada bulan Januari 1950.
Gerombolan itu melakukan tembakan membabi buta, merampas barang
rakyat dan menyiksanya. Salah satu landasan bagi gerakannya adalah
kepercayaan rakyat akan datangnya Ratu Adil
Tujuan APRA adalah mempertahankan bentuk Negara Federal Pasundan di
Indonesia dan mempertahankan adanya tentara sendiri pada setiap negara
bagian Republik Indonesia Serikat. APRA mengajukan ultimatum menuntut
supaya APRA diakui sebagai Tentara Pasundan dan menolak dibubarkannya
Pasundan/negara Federal tersebut. Ultimatum ini tidak ditanggapi oleh
pemerintah, maka pada tanggal 23 Januari 1950 di Bandung APRA
melancarkan teror, APRA berhasil ditumpas.

Tokoh Peristiwa APRA


Raymond Pierre Paul Westerling (lahir di Istanbul, Kesultanan Utsmaniyah, 31
Agustus 1919 meninggal di Purmerend,Belanda, 26 November 1987 pada
umur 68 tahun) adalah komandan pasukan Belanda yang terkenal karena
memimpinPembantaian Westerling (1946-1947) di Sulawesi Selatan dan
percobaan kudeta APRA di Bandung, Jawa Barat.

Upaya Penanggulangan APRA


Ketika terjadi pemberontakan APRA
tidak dilakukan perlawanan yang berarti, hal ini disebabkan karena beberapa
faktor. Pertama, karena serangan dilakukan dengan sangat tiba-tia,
pembalasan tembakan pun tidak dilakukan karena orang-orang APRA
bercampur dengan orang KNIL dan KL. Sedangkan mengenai latar belakang
aksinya, diduga keras bahwa APRA ingin mendukung berdirinya negara
Pasundan, supaya negara ini bisa berdiri tanpa gangguan TNI dan
menggunakan APRA sebagai angkatan perangnya.

Secara umum boleh pasukan Divisi Siliwangi TNI tidak siap karena baru saja
memasuki Kota Bandung setelah perjanjian KMB. Panglima Siliwangi Kolonel
Sadikin dan Gubernur Jawa Barat Sewaka pada saat kejadian sedang
mengadakan peninjauan ke Kota Subang. Sementara di Jakarta pada pukul
11.00 bertempat di kantor Perdana Mentri RIS diadakan perundingan antara
Perdana Mentri RIS dan Komisaris Tinggi Kerajaan Belanda di Indonesia.
Terungkap adanya keterlibatan tentara Belanda (diperkirakan sekitar 300
tentara Belanda berada di antara pasukan APRA) dalam peristiwa di
Bandung itu, maka diputuskan tindakan bersama.
Jendral Engels akhirnya memerintahkan pasukan APRA untuk kembali ke
Batujajar, baik karena diperintah atasannya, maupun ancaman dari Divisi
Siliwangi yang tidak menjamin keselamatan warga Belanda yang berjumlah
ribuan di kota Bandung. Pada hari itu juga pasukan APRA meninggalkan Kota
Bandung. Operasi penumpasan dan pengejaran terhadap gerombolan APRA
yang sedang melakukan gerakan mundur segera dilakukan oleh TNI. Sisa
pasukan Wasterling di bawah pimpinan Van der Meulen yang bukan anggota
KNIL Batujajar dan polisi yang menuju Jakarta, pada 24 Januari 1950
dihancurkan Pasukan Siliwangi dalam pertempuran daerah Cipeuyeum dan
sekitar Hutan Bakong dan dapat disita beberapa truk dan pick up, tiga
pucuk bren, 4 pucuk senjata ukuran 12,7 dan berpuluh karaben.

Pada 24 Januari 1950 tengah malam terjadi tembak-menembak di


Kramatalaan No.29 Jakarta antara pauskan TNI dengan geromboan yang
diduga adalah deseteurs (anggota tentara yang melarikan diri dari dinasi
tentara). Tembak-menembak tersebut berlangsung sampai 25 januari 1950
pagi. Dalam penggerebekan pasukan kita berhasil merampas 30
pucuk owens-guns.

Di kota Bandung juga diadakan pembersihan dan penahanan terhadap


mereka yang terlibat, termasuk beberapa orang tokoh Negara Pasundan.
Bagaimana dengan Wasterling? Setelah melarikan diri dari Bandung,
Westerling masih melanjutkan petualangannya di Jakarta. la merencanakan
suatu gerakan untuk menangkap semua Menteri RIS yang sedang
menghadiri sidang kabinet, dan membunuh Menteri Pertahanan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Mr. A.
Budiardjo, dan Pejabat Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel T.B. Simatupang.

Gerakan tersebut dapat digagalkan dan kemudian diketahui bahwa otaknya


adalah Sultan Hamid II, yang juga menjadi anggota Kabinet RIS sebagai
Menteri tanpa portofolio. Sultan Hamid II dapat segera ditangkap, sedangkan
Westerling sempat melarikan diri ke luar negeri pada 22 Februari 1950
dengan menumpang pesawat Catalina milik Angkatan Laut Belanda. Dengan
kaburnya Wasterling, maka gerakannya pun jadi bubar.

Akhir Pemberontakan APRA


Pada hari Kamis tanggal 5 Januari 1950, Westerling mengirim surat kepada
pemerintah RIS yangisinya adalah suatu ultimatum. Ia menuntut agar
Pemerintah RIS menghargai negara-negara bagian,terutama Negara
Pasundan serta Pemerintah RIS harus mengakui APRA sebagai tentara
Pasundan.Pemerintah RIS harus memberikan jawaban positif dalm waktu
7 hari dan apabila ditolak, maka akantimbul perang besar. Ultimatum
Westerling ini tentu menimbulkan kegelisahan tidak saja di kalanganRIS,
namun juga di pihak Belanda dan dr. H.M. Hirschfeld (kelahiran Jerman),
Nederlandse HogeCommissaris (Komisaris Tinggi Belanda) yang baru tiba di
Indonesia.Kabinet RIS menghujani Hirschfeld dengan berbagai pertanyaan
yang membuatnya menjadisangat tidak nyaman. Menteri Dalam Negeri
Belanda, Stikker menginstruksikan kepada Hirschfeld untukmenindak semua
pejabat sipil dan militer Belanda yang bekerjasama dengan Westerling. Pada
10Januari 1950, Hatta menyampaikan kepada Hirschfeld, bahwa pihak
Indonesia telah mengeluarkanperintah penangkapan terhadap Westerling.
Sebelum itu, ketika A.H.J. Lovink masih menjabat sebagaiWakil Tinggi
Mahkota Kerajaan Belanda, dia telah menyarankan Hatta untuk mengenakan
pasalexorbitante rechten terhadap Westerling.Saat itu Westerling
mengunjungi Sultan Hamid II di Hotel Des Indes,Jakarta. Sebelumnya,mereka
pernah bertemu bulan Desember 1949. Westerling menerangkan tujuannya,
dan memintaHamid menjadi pemimpin gerakan mereka. Hamid ingin
mengetahui secara rinci mengenai organisasiWesterling tersebut. Namun dia
tidak memperoleh jawaban yang memuaskan dari Westerling.
Dalamotobiografinya, Mmoires, yang terbit tahun 1952, Westerling menulis,
bahwa telah dibentuk KabinetBayangan di bawah pimpinan Sultan Hamid II
dari Pontianak, oleh karena itu dia harusmerahasiakannya.Pertengahan
Januari 1950, Menteri UNI dan Urusan Provinsi Seberang Lautan, Mr. J.H.
vanMaarseven berkunjung ke Indonesia untuk mempersiapkan pertemuan
Uni Indonesia-Belanda yang
akan diselenggarakan pada bulan Maret 1950. Hatta menyampaikan kepada
Maarseven, bahwa diatelah memerintahkan kepolisian untuk menangkap
Westerling. Ketika berkunjung ke Belanda, MenteriPerekonomian RIS Juanda
pada 20 Januari 1950 menyampaikan kepada Menteri Gotzen, agar
pasukanelit RST yang dipandang sebagai faktor risiko, secepatnya dievakuasi
dari Indonesia. Sebelum itu, satuunit pasukan RST telah dievakuasi ke
Ambon dan tiba di Ambon tanggal17 Januari 1950.Pada 21 Januari Hirschfeld
menyampaikan kepada Gotzen bahwa Jenderal Buurman vanVreeden dan
Menteri Pertahanan Belanda Schokking telah menggodok rencana untuk
evakuasi pasukanRST. Pada 22 Januari pukul 21.00 dia telah menerima
laporan, bahwa sejumlah anggota pasukan RSTdengan persenjataan berat
telah melakukan desersi dan meninggalkan tangsi militer di Batujajar.
MayorKNIL G.H. Christian dan Kap

ten KNIL J.H.W. Nix melaporkan, bahwa kompi Erik yang berada di

Kampemenstraat malam itu juga akan melakukan desersi dan bergabung


dengan APRA untuk ikut dalamkudeta, namun dapat digagalkan oleh
komandannya sendiri, Kapten G.H.O. de Witt. Engles segeramembunyikan
alarm besar.Dia mengontak Letnan Kolonel TNI Sadikin, Panglima Divisi
Siliwangi. Engles juga melaporkankejadian ini kepada Jenderal Buurman van
Vreeden di Jakarta. Antara pukul 8.00 dan 9.00 dia menerimakedatangan
komandan RST Letkol Borghouts, yang sangat terpukul akibat
desersi anggota pasukannya.Pukul 9.00 Engles menerima kunjungan Letkol.
Sadikin. Ketika dilakukan apel pasukan RST di Batujajarpada siang hari,
ternyata 140 orang yang tidak hadir. Dari kamp diPurabaya dilaporkan,
bahwa 190tentara telah desersi, dan dari SOP di Cimahi dilaporkan, bahwa
12 tentara asal Ambon telah desersi.Namun upaya mengevakuasi Regiment
Speciale Troepen (RST), gabungan baret merah dan baret hijautelah
terlambat untuk dilakukan.Dari beberapa bekas anak buahnya, Westerling
mendengar mengenai rencana tersebut, dansebelum deportasi pasukan RST
ke Belanda dimulai, pada 23 Januari 1950, Westerling
melancarkankudetanya. Subuh pukul 4.30, Letnan Kolonel KNILT. Cassa
menelepon Jenderal Engles dan melaporkan:

Satu pasukan kuat APRA bergerak melalui Jalan Pos Besar menuju
Bandung. Westerling dan anak

buahnya menembak mati setiap anggota TNI yang mereka temukan di jalan.
94 anggota TNI tewasdalam pembantaian tersebut, termasukLetnan Kolonel
Lembong, sedangkan di pihak APRA, tak adakorban seorang pun. Sementara
Westerling memimpin penyerangan di Bandung, sejumlah anggotapasukan
RST dipimpin oleh Sersan Meijer menuju Jakarta dengan maksud untuk
menangkap PresidenSoekarno dan menduduki gedung-gedung
pemerintahan.

Namun dukungan dari pasukan KNIL lain dan Tentara Islam Indonesia (TII)
yang diharapkanWesterling tidak muncul, sehingga serangan ke Jakarta
gagal dilakukan. Setelah puas melakukanpembantaian di Bandung, seluruh
pasukan RST dan satuan-satuan yang mendukungnya kembali ketangsi
masing-masing. Westerling sendiri berangkat ke Jakarta, dan pada 24 Januari
1950 bertemu lagidengan Sultan Hamid II di Hotel Des Indes. Hamid yang
didampingi oleh sekretarisnya,dr. J. Kiers,melancarkan kritik pedas terhadap
Westerling atas kegagalannya dan menyalahkan Westerling telahmembuat
kesalahan besar di Bandung. Tak ada perdebatan, dan sesaat kemudian
Westerling pergimeninggalkan hotel. Setelah itu terdengar berita bahwa
Westerling merencanakan untuk mengulangtindakannya.Pada 25 Januari,
Hatta menyampaikan kepada Hirschfeld, bahwa Westerling, didukung oleh
RSTdanDarul Islam, akan menyerbu Jakarta.

ANDI AZIS
Latar Belakang Peristiwa Andi Azis

Latar belakang terjadinya pemberontakan ini disebabkan karena adanya


penolakan terhadap masukan pasukan APRIS dari unsur TNI ke Sulawesi
Selatan.

Kapten Andi Aziz adalah seorang perwira KNIL yang baru diterima masuk ke
dalam APRIS. Pada tanggal 30 Maret 1950, ia bersama pasukannya
menggabungkan diri ke dalam APRIS di hadapan Letnan Kolonel A.J.
Mokoginta (Panglima Tentara dan Teritorium Timur). Sementara itu
datangnya pasukan TNI di bawah pimpinan Mayor H.V. Worang ke Makassar,
ternyata menghawatirkan pasukan KNIL yang dipimpin oleh Kapten Andi
Aziz. Pasukan KNIL merasa tersaingi oleh pasukan TNI yang akan datang ke
Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, Andi Aziz menyatakan pasukannya
sebagai pasukan bebas dan kemudian melakukan serangan terhadap
markas-markas TNI di Makassar. Pasukan Andi Aziz berhasil menawan
beberapa orang prajurit TNI, termasuk Letnan Kolonel A.J. Mokoginta.

Guna mengatasi pemberontakan itu, pada tanggal 8 April 1950 pemerintah


mengintruksikan agar Andi Aziz dalam waktu 424 jam menghadap ke
Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pada saat yang
bersamaan sebuah pasukan ekspedisi dikirim ke Sulawesi Selatan di bawah
pimpinan Kolonel A.E. Kawilarang.

Andi aziz juga diminta untuk mengembalikan senjata dan melepaskan semua
tawanan. Andi aziz sebenarnya berniat untuk menyerahkan diri, namun
terlambat melaporkan diri ke Jakarta, sehingga ia ditangkap dan dicap
sebagai pemberontak. Dengan ditangkapnya Andi Aziz, kekuatan
pasukannya pun semakin lemah. Akhirnya, pasukannya dapat dilucuti oleh
pasukan APRIS. Selanjutnya keamanan wilayah Sulawesi Selatan dapat
dipulihkan kembali
Tokoh Peristiwa ANDI AZIS
Tokoh utama pada Pemberontakan kali ini adalah Andi Abdoel Azis. Andi
Abdoel Azis atau dikenal dengan sebutan Andi Azis lahir pada tangal 19
September 1924 di Simpangbinal, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Pada
tahun 1930-an Andi Azis dibawa ke Belanda oleh seorang pensiunan Asisten
Residen bangsa Belanda, dan pada tahun 1935 Andi memasuki Leger School
dan lulus dari sekolah tersebut tahun 1938.

Upaya Penanggulangan Andi Aziz


Untuk menanggulangi pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Azis, pada
tanggal 8 April 1950 pemerintah memberikan perintah kepada Andi Azis
bahwa setiap 4 x 24 Jam ia harus melaporkan diri ke Jakarta untuk
mempertanggungjawabkan perbuatan yang sudah ia lakukan. Untuk pasukan
yang terlibat dalam pemberontakan tersebut diperintahkan untuk
menyerahkan diri dan melepaskan semua tawanan. Pada waktu yang sama,
dikirim pasukan yang dipimpin oleh A.E. Kawilarang untuk melakukan operasi
militer di Sulawesi Selatan.

Tanggal 15 April 1950, Andi Azis pergi ke Jakarta setelah didesak oleh
Sukawati, Presiden dari Negara NIT. Namun karena keterlambatannya untuk
melapor, Andi Azis akhirnya ditangkap dan diadili untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya, sedangkan untuk pasukan TNI
yang dipimpin oleh Mayor H. V Worang terus melanjutkan pendaratan di
Sulawesi Selatan. Pada tanggal 21 April 1950, pasukan ini berhasil
menguasai Makassar tanpa adanya perlawanan dari pihak pemberontak.

Pada Tanggal 26 April 1950, anggota ekspedisi yang dipimpin oleh A.E
Kawilarang mendarat di daratan Sulawesi Selatan. Keamanan yang tercipta
di Sulawesi Selatan-pun tidak berlangsung lama karena keberadaan anggota
KL-KNIL yang sedang menunggu peralihan pasukan APRIS keluar dari
Makassar. Para anggota KL-KNIL memprovokasi dan memancing emosi yang
menimbulkan terjadinya bentrok antara pasukan KL-KNIL dengan pasukan
APRIS.

Pertempuran antara pasukan APRIS dengan KL-KNIL berlangsung pada


tanggal 5 Agustus 1950. Kota Makassar pada saat itu sedang berada dalam
kondisi yang sangat menegangkan karena terjadinya peperangan antara
pasukan KL-KNIL dengan APRIS. Pada pertempuran tersebut pasukan APRIS
berhasil menaklukan lawan, dan pasukan APRIS-pun melakukan strategi
pengepungan terhadap tentara-tentara KNIL tersebut.

Tanggal 8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta untuk berunding ketika


menyadari bahwa kedudukannya sudah tidak menguntungkan lagi untuk
perperang dan melawan serangan dari lawan. Perundingan tersebut akhirnya
dilakukan oleh Kolonel A.E Kawilarang dari pihak RI dan Mayor Jendral
Scheffelaar dari pihak KL-KNIL. Hasil perundingan kedua belah pihakpun
setuju untuk menghentikan baku tembak yang menyebabkan terjadinya
kegaduhan di daerah Makassar tersebut, dan dalam waktu dua hari pasukan
KNIL harus meninggalkan Makassar.

Akhir Peristiwa ANDI AZiS


Pada tanggal 30 Januari 1984 seluruh keluarga dari Andi Azis diselimuti oleh
duka yang mendalam karena kepergian sang Kapten, Andi Abdoel Azis. Di
usianya yang sudah menginjak 61 Tahun, ia meninggal di Rumah Sakit
Husada Jakarta karena serangan jantung yang dideritanya. Andi Azis
meninggalkan seorang Istri dan jenasahnya diterbangkan dari Jakarta Ke
Sulawesi Selatan, lalu dimakamkan di pemakaman keluarga Andi Djuanna
Daeng Maliungan yang bertempat di desa Tuwung, Kabupaten Barru,
Sulawesi Selatan. Dalam suasana duka, mantan Presiden RI, BJ. Habibie
beserta istrinya Hasri Ainun, mantan Wakil Presiden RI, Try Sutrisno dan para
anggota perwira TNI turut berduka cita dan hadir dalam acara pemakaman
Andi Azis.

Kapten Andi Abdoel Azis, ia adalah seorang pemberontak yang tidak pernah
menyakiti dan membunuh orang untuk kepentingan pribadinya. Ia hanyalah
korban propaganda dari Belanda, karena kebutaannya terhadap dunia politik.
Andi Azis adalah seorang militer sejati yang mencoba untuk
mempertahankan kesatuan Negara Republik Indonesia pada masa itu, dan
dalam kesehariannya, seorang Andi Azis cukup dipandang dan dihargai oleh
masyarakat suku Bugis Makassar yang bertempat tinggal di Tanjung Priok,
Jakarta. Disanalah Andi Azis diakui sebagai salah satu sesepuh yang selalu
dimintai nasehat oleh para penduduk tentang bagaimana cara menjadikan
suku Bugis Makassar supaya tetap dalam keadaan rukun dan sejahtera.

Andi Azis dikenal juga sebagai orang yang murah hati dan suka menolong. Ia
selalu berpesan kepada anak-anak angkatnya bahwa Siapapun boleh
dibawa masuk ke dalam rumahnya kecuali 3 jenis manusia yaitu pemabuk,
penjudi, dan pemain perempuan.

Seorang Andi Azis patut kita jadikan sebagai bahan pembelajaran bahwa kita
selama hidup di dunia ini jangan terlalu percaya sama apa yang orang lain katakan,
percayalah kepada hati nurani, jangan terlalu percaya sama orang lain karena orang
itu belum tentu bisa mengajak kita ke jalan yang benar dan mungkin malah
mengajak kita untuk berbuat salah. Maka dari itu, alangkah lebih baiknya
kita harus berwaspada dan berhati-hati dalam mempercayai orang lain.

Andi Aziz merupakan seorang mantan perwira KNIL. Pada tanggal 30 Maret
1950, ia bersama dengan pasukan KNIL di bawah komandonya
menggabungkan diri ke dalam APRIS di hadapan Letnan Kolonel Ahmad
Junus Mokoginta, Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur.

Pemberontakan dibawah pimpinan Andi Aziz ini terjadi di Makassar diawali


dengan adanya kekacauan di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950.
Kekacauan tersebut terjadi karena adanya demonstrasi dari kelompok
masyarakat yang anti-federal, mereka mendesak NIT segera
menggabungkan diri dengan RI. Sementara itu terjadi demonstrasi dari
golongan yang mendukung terbentuknya Negara federal. Keadaan ini
menyebabkan muncul kekacauan dan ketegangan di masyarakat.
Untuk menjaga keamanan maka pada tanggal 5 April 1950, pemerintah
mengirimkan 1 batalion TNI dari Jawa. Kedatangan pasukan tersebut
dipandang mengancam kedudukan kelompok masyarakat pro-federal.
Selanjutnya kelompok pro-federal ini bergabung dan membentuk Pasukan
Bebas di bawah pimpinan Kapten Andi Aziz. Ia menganggap masalah
keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung jawabnya.

You might also like