Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk
darah. Darah merupak bagian penting dari system transport. Darah merupakan jaringan yang
berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskuli.
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang mengandung
elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang terfikasi dalam tubuh dan
lingkaran luar (Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson: 2005). Spesimen darah sering digunakan
untuk pemeriksaan hematologi rutin. Hematologi rutin adalah pemeriksaan rutin dan lengkap
yang mencakup sel-sel darah dan bagian-bagian lain dari darah, yang meliputi pemeriksaan
haemoglobin,jumlah eritrosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, RDW, leukosit, hitung jenis dan
trombosit (Niki Diagnostic Center, 2011). Pada pemeriksaan hematologi rutin (darah lengkap)
selalu menggunakan sampel darah segar.
Darah segar ( fresh whole blood ) merupakan kontrol yang ideal untuk pemeriksaan darah
lengkap karena secara fisik dan biologi identik dengan material yang akan diperiksa (Van Dun,
2007). Darah sebagai sistem transportasi tidak hanya mendistribusikan zat-zat nutrisi ke jaringan
tubuh, lebih dari itu darah berfungsi mendistribusikan O2 dari paru-paru ke seluruh tubuh dan
sebaliknya membawa CO2 dari seluruh tubuh ke paru-paru, serta membawa sisa-sisa
metabolisme ke organ ekskresi. Fungsi ini dijalankan oleh elemen sel darah yang disebut
eritrosit. Elemen berikutnya, trombosit, berfungsi dalam sistem hemostasis, yakni sistem
pembekuan yang berfungsi mempertahankan tubuh dari resiko kehilangan cairan akibat
perdarahan. Elemen lainnya yakni lekosit berfungsi sebagai salah satu sistem imun yang
mempertahankan tubuh dari serangan patogen dan lingkungan luar yang bersifat mengganggu.
Kelainan pada setiap elemen darah dapat menimbulkan gangguan pada fungsi-fungsi terkait
di atas. Pada blok sistem hematologi ini mahasiswa akan mempelajari lebih jauh tentang
komposisi, pembentukan dan fungsi dari setiap elemen darah, termasuk berbagai
gangguan/penyakit yang disebabkan oleh defisiensi atau malformasi elemen-elemen tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana anatomi pada sistem hematologi ?
2. Bagaimana fisiologi pada sistem hematologi ?
3. Bagaimana Patofisiologi pada sistem hematologi ?
C. TUJUAN
1. Memahami anatomi pada sistem hematologi.
2. Memahami fisiologi pada sistem hematologi.
3. Memahami Patofisiologi pada sistem hematologi.
D. MANFAAT
Makalah ini dibuat untuk menjadi bahan belajar bagi rekan-rekan serta teman sejawat serta
untuk meminimalisir kesalahan tindakan praktik keperawatan yang disebabkan oleh
ketidakpahaman dalam anatomi fisiologi serta patofisiologi dalam sistem hematologi sehingga
berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.
BAB II
ANATOMI SISTEM HEMATOLOGI
A. Komposisi Darah
Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler (bagian
padat darah).
Gambar 1.1 Skema susunan darah manusia
B. Plasma Darah (Bagian Cair Darah)
Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta mempengaruhi
sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki warana kekuning-kuningan yang
didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9% mineral, oksigen, enzim, dan antigen.
Sisanya berisi bahan organik, seperti lemak, kolestrol, urea, asam amino, dan glukosa.
Plasma darah merupakan cairan darah yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh manusia, dan mengangkut zat sisa
metabolisme dari sel-sel tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh ke organ pengeluaran.
Di dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut yaitu:
1. Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotik
2. Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibodi
Pada gambar 1.2 mekanisme pembekuan darah, disebutkan bahwa plasma darah terdiri atas
serum dan fibrinogen. Seperti yang telah dijelaskan diatas, fibrinogen adalah sumber fibrin yang
berfungsi dalam proses pembekuan darah, sedangkan serum adalah suatu cairan berwarna
kuning. Serum berfungsi sebagai penghasil zat antibodi yang dapat membunuh bakteri atau
benda asing yang masuk ke dalam tubuh kita.
BAB III
FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI
Darah memiliki bagian yang cair (plasma darah) dan bagian yang padat (sel darah). Bagian
bagian tersebut memiliki fungsi tertentu dalam tubuh. Secara garis besar, fungsi utama darah
adalah sebagai berikut:
1. Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan, oksigen, zat-zat sisa
metabolisme, hormon, dan air.
2. Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh yang aktif ke organ
tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap stabil, yaitu berkisar antara 36 37oC.
3. Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh oleh sel darah putih.
4. Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit).
BAB IV
PATOFISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI
Banyak penyakit serta kelainan yang disebabkan oleh sistem peredaran darah manusia. Di bawah
ini adalah beberapa penyakit ataupun kelainan yang disebabkan oleh sel sel darah :
1. Anemia
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar
tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan
Haribowo, 2008).
Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah eritrosit per
milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer,2006).
Macam-macam anemia antara lain :
a) Anemia hemoragis
Anemia akibat kehilangan darah secara berlebihan. Secara normal cairan plasma yang hilang
akan diganti dalam waktu 1-3 hari namun dengan konsentrasi sel darah merah yang tetap rendah.
Sel darah merah akan kembali normal dalam waktu 3-6 minggu.
b) Anemia aplastik
Sumsum tukang yang tidak berfungsi sehingga produksi sel darah merah terhambat. Dapat
dikarenakan oleh radiasi sinar gamma (bom atom), sinar X yang berlebihan. Bahan-bahan kimia
tertentu, obat-obatan pada orang dengan keganasan.
c) Anemia megaboblastik
Vitamin B12, asam folat dan factor instrinsik (terdapat pada mukosa lambung) merupakan factor
yang berpengaruh terhadap pembentukan sel darah merah. Bila salah satu factor diatas tidak ada
maka produksi eritroblas dalam sumsum tulang akan bermasalah. Akibatnya sel darah tumbuh
terlampau besar dengan bentuk yang aneh, memiliki membrane yang rapuh dan mudah pecah.
d) Anemia hemolitik
Sel darah merah yang abnormal ditandai dengan rapuhnya sel dan masa hidup yang pendek
(biasanya ada factor keturunan)
Contoh :
1) Sterositosis, sel darah merah kecil, bentuk sferis, tidak mempunyai struktur bikonkaf yang
elastic (mudah sobek)
2) Anemia sel sabit, 0,3-10% orang hitam di afrika barat dan amerika sel-selnya mengandung tipe
Hb yang abnormal (HbS), bila terpapar dengan O2 kadar rendah Hb akan mengendap menjadi
Kristal panjang didalam sel darah merah, sehingga sel darah merah menjadi lebih panjang dan
berbentuk mirip seperti bulan sabit. Endapan Hb merusak membrane sel. Tekanan O2 jaringan
yang rendah menghasilkan bentuk sabit dan mudah sobek. Penurunan tekanan O2 lebih lanjut
membentuk sel darah semakin sabit dan penghancuran sel darah merah meningkat hebat.
3) Eritroblastosis Fetalis,ibu dengan Rh(-) yang memiliki janin Rh(+) pada saat kehamilan
pertama, setalah ibu terpapar darah janin maka ibu secara otomatis akan membentuk antibody
terhadap Rh(+), sehingga pada kehamilan yang kedua anti Rh ibu akan menghancurkan darah
bayi dan bayi akan mengalami anemia yang hebat hingga meninggal.
4) Hemolisis karena malaria atau reaksi dengan obat-obatan.
e) Nutrional anemia
- Anemia defisiensi besi (Fe)
- Anemia defisiensi asam folat (akibat kekurangan asupan atau gangguan absorbsi GI track)
f) Anemia pernisiosa
Vitamin B12 penting untuk sintesa DNA yang berperan dalam penggandaan dan pematangan sel.
Faktor instrinsik berikatan dengan B12 sebagai transport khusus absorbs B12 dari usus. Anemia
pernisiosa bukan karena kekurangan intake B12 melainkan karena defisiensi factor instrinsik
yang mengakibatkan absorbsi B12 terganggu.
g) Renal anemia
Terjadi karena sekresi eritropoitein dari ginjal berkurang akibat penyakit ginjal.
2. Leukemia
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a) Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan
kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconis Anemia, sindroma
Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome,
sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis ( Wiernik, 1985; Wilson, 1991 ) . Kelainan-
kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada
kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada
aneuploidy.
b) Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus-
kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran . Hal ini berlaku juga pada keluarga
dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi ( Wiernik,1985 ) .
c) Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom dapatan,
misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat
pada leukemia akut, khususnya ANLL ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 ).
d) Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA
dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan
enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia
pada hewan. ( Wiernik, 1985 ) . Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia
pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T-
Cell Leukemia . Virus ini ditemukan oleh Takatsuki dkk ( Kumala, 19990).
e) Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan peningkatan
insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. ( Wiernik,1985;
Wilson, 1991 ) Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML,
antara lain : produk produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang
elektromagnetik ( Fauci, et. al, 1998 ) .
f) Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II ) dapat
mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML . Kloramfenikol,
fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang
lambat laun menjadi AML ( Fauci, et. al, 1998 ).
3. Hemofilia
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang paling sering
dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten. Hemofilia disebabkan oleh
mutasi gen faktor VIII (FVIII) atau faktor IX (FIX), dikelompokkan sebagai hemofolia A dan
hemofiliaB. Kedua gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif
terkait-X (Ginsberg,2008). Oleh karena itu, semua anak perempuan dari laki-laki yang
menderita hemofilia adalah karier penyakit, dan anak laki-laki tidak terkena.Anak laki-laki dari
perempuan yang karier memiliki kemungkinan 50% untuk menderita penyakit hemofilia.Dapat
terjadi wanita homozigot dengan hemofilia (ayah hemofilia, ibu karier), tetapi keadaan ini sangat
jarang terjadi.Kira-kira 33% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin akibat mutasi
spontan (Hoffbrand, Pettit, 1993).
4. Thalasemia
Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang dimaksud
dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerah
sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA
yang bernama Thomas B. Cooley pada tahun 1925. Beliau menjumpai anak-anak yang menderita
anemia dengan pembesaran limpa setelah berusia satu tahun. Selanjutnya, anemia ini dinamakan
anemia splenic atau eritroblastosis atau anemia mediteranean atau anemia Cooley sesuai dengan
nama penemunya.
Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari
ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk
hemoglobin (komponen darah).
Hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, mengandung zat besi (Fe).
Kerusakan sel darah merah pada penderita thalasemia mengakibatkan zat besi akan tertinggal di
dalam tubuh. Pada manusia normal, zat besi yang tertinggal dalam tubuh digunakan untuk
membentuk sel darah merah baru.
Pada penderita thalasemia, zat besi yang ditinggalkan sel darah merah yang rusak itu
menumpuk dalam organ tubuh seperti jantung dan hati (lever). Jumlah zat besi yang menumpuk
dalam tubuh atau iron overload ini akan mengganggu fungsi organ tubuh.Penumpukan zat besi
terjadi karena penderita thalasemia memperoleh suplai darah merah dari transfusi darah.
Penumpukan zat besi ini, bila tidak dikeluarkan, akan sangat membahayakan karena dapat
merusak jantung, hati, dan organ tubuh lainnya, yang pada akhirnya bisa berujung pada
kematian.
5. Trombositopenia
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan dari pembekuan
darah pada orang normal jumlah trombosit didalam sirkulasi berkisar antara 150.00-450.00/ul,
rata rata berumur 7-10 hari kira kira 1/3 dari jumlah trombosit didalam sirkulasi darah
mengalami penghancuran didalam limpa oleh karena itu untuk mempertahankan jumlah
trombosit supaya tetap normal di produksi 150.000- 450000 sel trombosit perhari. Jika
jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun biasanya
gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari 10.000/mL (Sudoyo, dkk ,
2006). Trombositopenia dapat bersifat kongenital atau di dapat, dan terjadi akibat penurunan
reproduksi trombosit, seperti pada anemiaaplastik, mielofibrosis, terapi radiasi atau
leukimia, peningkatan penghancuran trombosit, seperti pada infeksi tertentu ; toksisitas obat,
atau koagulasi intravaskuler, diseminasi (DIC); distribusi abnormal atausekuestrasi pada
limpa atau trombositopenia dilusional setelah hemoragiatau tranfusi sel darah merah (Sandara,
2003).
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi untuk
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-
bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler (bagian
padat darah), Plasma Darah (bagian cair darah) terdiri dari plasma. Korpuskuler (bagian padat
darah) terdiri dari :
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
2. Sel Darah Putih (Leukosit)
3. Keping Darah (Trombosit)
Darah didalam tubuh kita mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan, oksigen, zat-zat sisa
metabolisme, hormon, dan air.
2. Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh yang aktif ke organ
tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap stabil, yaitu berkisar antara 36 37oC.
3. Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh oleh sel darah putih.
4. Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit)
B. Saran
Dari pemaparan diatas, diharapkan agar dalam ilmu kesehatan mapupun ilmu keperawatan
penting sekali memahami anatomi system hematologic secara tepat agar terhindar dari kesalahan
dalam tindakan baik dirumahsakit maupun di alam yang berkaitan dengan perubahan fungsi
tubuh akibat kurangnya aktifitas positif untuk memberikan kesehatan terhadap jantung sebagai
pusat kehidupan dan berhubungan pula dengan darah.
DAFTAR PUSTAKA
Arvin, Kliegman Behrman.2012. Nelson Ilmu Keperawatan Anaked. 15, alih bahasa Indonesia, A.Samik
Wahab.Jakarta: EGC.
Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.ed.10, alih bahasa,Yasmin
Asih.Jakarta: EGC.
Doenges,M.E.2007.Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien.ed. 4.Jakarta:EGC
Handayani, Wiwik & Sulistyo Andi. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.Hofbrand,A.V,Pettit, J.E & Moss,
P.A.H. 2005. Kapita Selekta
Hematologi. Jakarta: EGCKimberly, A. J. 2011. Kapita selekta Penyakit. Alih bahasa, Dwi Widiarti.
Jakarta : EGC.Kiswari, Rukman. 2014.
Hematologi dan Tranfusi.Jakarta: Erlangga.Kozier, B., Berman, A. And Shirlee, alih bahasa Pamilih Eko
Karyuni, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik edisi VII
Volume 1. Jakarta : EGC
Kumar. 2013. Dasar-Dasar Patofisiologi Penyakit. Jakarta: EGC