You are on page 1of 10

Makalah Gangguan Sistem Hematologi

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk
darah. Darah merupak bagian penting dari system transport. Darah merupakan jaringan yang
berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskuli.
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang mengandung
elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang terfikasi dalam tubuh dan
lingkaran luar (Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson: 2005). Spesimen darah sering digunakan
untuk pemeriksaan hematologi rutin. Hematologi rutin adalah pemeriksaan rutin dan lengkap
yang mencakup sel-sel darah dan bagian-bagian lain dari darah, yang meliputi pemeriksaan
haemoglobin,jumlah eritrosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, RDW, leukosit, hitung jenis dan
trombosit (Niki Diagnostic Center, 2011). Pada pemeriksaan hematologi rutin (darah lengkap)
selalu menggunakan sampel darah segar.
Darah segar ( fresh whole blood ) merupakan kontrol yang ideal untuk pemeriksaan darah
lengkap karena secara fisik dan biologi identik dengan material yang akan diperiksa (Van Dun,
2007). Darah sebagai sistem transportasi tidak hanya mendistribusikan zat-zat nutrisi ke jaringan
tubuh, lebih dari itu darah berfungsi mendistribusikan O2 dari paru-paru ke seluruh tubuh dan
sebaliknya membawa CO2 dari seluruh tubuh ke paru-paru, serta membawa sisa-sisa
metabolisme ke organ ekskresi. Fungsi ini dijalankan oleh elemen sel darah yang disebut
eritrosit. Elemen berikutnya, trombosit, berfungsi dalam sistem hemostasis, yakni sistem
pembekuan yang berfungsi mempertahankan tubuh dari resiko kehilangan cairan akibat
perdarahan. Elemen lainnya yakni lekosit berfungsi sebagai salah satu sistem imun yang
mempertahankan tubuh dari serangan patogen dan lingkungan luar yang bersifat mengganggu.
Kelainan pada setiap elemen darah dapat menimbulkan gangguan pada fungsi-fungsi terkait
di atas. Pada blok sistem hematologi ini mahasiswa akan mempelajari lebih jauh tentang
komposisi, pembentukan dan fungsi dari setiap elemen darah, termasuk berbagai
gangguan/penyakit yang disebabkan oleh defisiensi atau malformasi elemen-elemen tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana anatomi pada sistem hematologi ?
2. Bagaimana fisiologi pada sistem hematologi ?
3. Bagaimana Patofisiologi pada sistem hematologi ?

C. TUJUAN
1. Memahami anatomi pada sistem hematologi.
2. Memahami fisiologi pada sistem hematologi.
3. Memahami Patofisiologi pada sistem hematologi.

D. MANFAAT
Makalah ini dibuat untuk menjadi bahan belajar bagi rekan-rekan serta teman sejawat serta
untuk meminimalisir kesalahan tindakan praktik keperawatan yang disebabkan oleh
ketidakpahaman dalam anatomi fisiologi serta patofisiologi dalam sistem hematologi sehingga
berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.

BAB II
ANATOMI SISTEM HEMATOLOGI
A. Komposisi Darah
Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler (bagian
padat darah).
Gambar 1.1 Skema susunan darah manusia
B. Plasma Darah (Bagian Cair Darah)
Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta mempengaruhi
sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki warana kekuning-kuningan yang
didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9% mineral, oksigen, enzim, dan antigen.
Sisanya berisi bahan organik, seperti lemak, kolestrol, urea, asam amino, dan glukosa.
Plasma darah merupakan cairan darah yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh manusia, dan mengangkut zat sisa
metabolisme dari sel-sel tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh ke organ pengeluaran.
Di dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut yaitu:
1. Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotik
2. Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibodi
Pada gambar 1.2 mekanisme pembekuan darah, disebutkan bahwa plasma darah terdiri atas
serum dan fibrinogen. Seperti yang telah dijelaskan diatas, fibrinogen adalah sumber fibrin yang
berfungsi dalam proses pembekuan darah, sedangkan serum adalah suatu cairan berwarna
kuning. Serum berfungsi sebagai penghasil zat antibodi yang dapat membunuh bakteri atau
benda asing yang masuk ke dalam tubuh kita.

C. Korpuskuler (Bagian Padat Darah)


Korpuskuler terdiri dari tiga bagian:
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa Yunani yaitu, erythos
yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel. Eritrosit merupakan bagian sel darah
yang mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah biomolekul yang mengikat oksigen.
Sedangkan darah yang berwarna merah cerah dipengaruhi oleh oksigen yang diserap dari paru-
paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan
mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam
100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel darah merah
memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam amino dan memerlukan pula zat besi,
sehinnga diperlukan diet seimbang zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa
berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya
berkurang maka keadaan ini disebut animea, yang biasanya disebabkan oleh pendarahan hebat,
penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit terganggu.
Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau berbentuk piringan pipih
seperti donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 m dan tebalnya sekitar
2 m, eritrosit termasuk sel paling kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh
manusia. Jumlah sel darah merah adalah jumlah yang paling banyak dibandingkan jumlah sel
darah lainnya. Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25 trilliun sel
darah merah atau setiap satu milimeter kubik (1 mm3) darah trdapat 5 juta sel darah merah. Pada
perempuan dewasa, jumlah sel darah merah per milimeter kubiknya sebanyak 4,5 juta.
Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. Proses dimana eritrosit
diproduksi dimaksud eritropoiesies. Sel darah merah yang rusak akhirnya akan pecah menjadi
partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang rusak dihancurkan oleh
limpa dan yang lolos akan dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari
hemoglobin yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang untuk membentuk sel
darah merah yang baru. Sumsum merah tulang memproduksi eritrosit, dengan laju produksi
sekitar 2 juta eritrosit per detik. Produksi dapat distimulasi oleh hormon eritoprotein (EPO) yang
disintesa ginjal. Hormon ini sering digunakan para atlet dalam suatu pertandingan sebagai
doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang berkembang
ini dinamakan retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari semua darah yang beredar.
Fungsi dari sel darah merah :
Mengantarkan Oksigen ke Seluruh Tubuh : setelah dibentuk oleh tumbuh sumsum merah
tulang, sel darah merah akan menyebar ke seluruh jaringan-jaringan tubuh dengan membawa
oksigen dari paru-paru lalu mengedarkannya dan membawanya kembali ke paru-paru untuk
dikeluarkan.
Penentuan Golongan Darah : Penentuan golongan darah ini dapat terjadi karena ditentukan
oleh ada tidaknya antigen aglutinogen dalam sel darah merah. Golongan sel darah adalah A, B,
AB, dan O
Menjaga Sistem Kekebalan Tubuh (Antibodi) : Menjaga sistem kekebalan tubuh ini dapat
terjadi karna adanya peran serta hemoglobin yang menangkal patogen atau bakteri melalui proses
lisis dengan mengeluarkan radikal bebas yang dapat menghancurkan dinding dan membran sel
patogen dan membunuh bakteri
Pelebaran Pembuluh Darah : Pelebaran pembuluh darah dapat terjadi karena eritrosit
melepaskan senyawa dinamakan S-Nithrosothiol yang dilepaskan saat hemoglobain mengalami
terdeogsigenerasi sehingga akan melebarkan pembuluh darah dan melancarkan darah menuju ke
seluruh tubuh khususnya pada daerah yang kekurangan darah.

Gambar 1.2 Sel darah merah (eritrosit)


2. Sel Darah Putih (Leukosit)
Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah merah. Namun jumlah sel
darah putih jauh lebih sedikit daripada sel darah merah. Pada orang dewasa setiap 1 mm3 darah
terdapat 6.0009.000 sel darah putih. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti
(nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak seperti Amoeba dan dapat menembus
dinding kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum merah, kelenjar limfa, dan limpa (kura).
Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening), bentuk tidak tetap
(ameboid), berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel darah merah.
Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:
a. Leukosit Bergranula (Granulosit)
1) Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu sekitar 60%. Plasmanya bersifat
netral, inti selnya banyak dengan bentuk yang bermacam-macam dan berwarna merah kebiruan.
Neutrofil bertugas untuk memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula
mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera melepaskan zat kimia untuk mencegah
bakteri berkembang biak serta menghancurkannya
2) Eosinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit. Jumlahnya sekitar 5%. Eosinofil akan
bertambah jumlahnya apabila terjadi infeksi yang disebabkan oleh cacing. Plasmanya bersifat
asam. Itulah sebabnya eosinofil akan menjadi merah tua apabila ditetesi dengan eosin. Eosinofil
memiliki granula kemerahan. Fungsi dari eosinofil adalah untuk memerangi bakteri, mengatur
pelepasan zat kimia, dan membuang sisasisa sel yang rusak.
3) Basofil adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan. Jumlahnya hanya sekitar 1%.
Plasmanya bersikap basa, itulah sebabnya apabila basofil ditetesi dengan larutan basa, maka akan
berwarna biru. Sel darah putih ini juga bersifat fagositosis. Selain itu, basofil mengandung zat
kimia anti penggumpalan yang disebut heparin.

b. Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)


1) Limfosit adalah leukosit yang tidak memiliki bergranula. Intiselnya hampir bundar dan terdapat
dua macam limfosit kecil dan limfosit besar. 20% sampai 30% penyusun sel darah putih adalah
limfosit. Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Berfungsi sebagai pembentuk antibodi.
2) Monosit adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar dan berbentuk bulat atau bulat
panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa dan bersifat fagosit.
Antigen adalah apabila ada benda asing ataupun mikroba masuk ke dalam tubuh, maka
tubuh akan menganggap benda yang masuk tersebut adalah benda asing. Akibatnya tubuh
memproduksi zat antibodi melalu sel darah putih untuk menghancurkan antigen. Glikoprotein
yang terdapat pada hati kita, dapat menjadi antigen bagi orang lain apabila glikoprotein tersebut
disuntikkan kepada orang lain. Hal ini membuktikan bahwa suatu bahan dapat dianggap sebagai
antigen untuk orang lain tetapi belum tentu sebagai antigen untuk diri kita sendiri. Hal tersebut
juga berlaku sebaliknya.
Leukosit yang berperan penting terhadap kekebalan tubuh ada dua macam:
1) Sel Fagosit akan menghancurkan benda asing dengan cara menelan (fagositosis). Fagosit terdiri
dari dua macam:
a) Neutrofil, terdapat dalam darah.
b) Makrofag, dapat meninggalkan peredaran darah untuk masuk kedalam jaringan atau rongga
tubuh.
2) Sel Limfosit
Limfosit terdiri dari:
a) T Limfosit (T sel), yang bergerak ke kelenjar timus (kelenjar limfa di dasar leher)
b) B Limfosit (B Sel) Keduanya dihasilkan oleh sumsum tulang dan diedarkan ke seluruh tubuh
melalui pembuluh darah, menghasilkan antibodi yang disesuaikan dengan antigen yang masuk ke
dalam tubuh. Seringkali virus memasuki tubuh tidak melalui pembuluh darah tetapi melalui kulit
dan selaput lendir agar terhindar dari lukosit. Namun selsel tubuh tersebut tidak berdiam diri.
Sel-sel tersebut akan menghasilkan interferon suatu protein yang dapat memproduksi zat
penghalang terbentuknya virus baru (replikasi). Adanya kemampuan ini dapat mencengah
terjadinya serangan virus.
Fungsi dari sel darah putih :

Berfungsi menjaga kekebalan tubuh sehingga tak mudah terserang penyakit


Melindungi badan dari serangan mikroorganisme pada jenis sel darah putih granulosit dan
monosit
Mengepung darah yang sedang terkena cidera atau infeksi
Menangkap dan menghancurkan organisme hidup
Menghilangkan atau menyingkirkan benda-benda lain atau bahan lain seperti kotoran, serpihan-
serpihan dan lainnya.
Mempunyai enzim yang dapat memecah protein yang merugikan tubuh dengan menghancurkan
dan membuangnya
Menyediakan pertahanan yang cepat dan juga kuat terhadap penyakit yang menyerang.
Sebagai pengangkut zat lemak yang berasal dari dinding usus melalui limpa lalu menuju ke
pembuluh darah
Pembentukan Antibodi di dalam tubuh.

Gambar 1.3 Sel darah putih (leukosit)

3. Keping Darah (Trombosit)


Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran yang paling
kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping darah dibuat di dalam sumsum
merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang pendek. Setiap 1 mm3 darah terdapat 200.000
300.000 butir keping darah. Trombosit yang lebih dari 300.000 disebut trombositosis,
sedangkan apabila kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit hanya mampu
bertahan 8 hari. Meskipun demikian trombosit mempunyai peranan yang sangat penting dalam
proses pembekuan darah.
Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi kasar. Jika
trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit akan pecah. Pecahnya
trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim trombokinase yang terkandung di dalamnya.
Enzim trombokinase dengan bantuan mineral kalsium (Ca) dan vitamin K yang terdapat di dalam
tubuh dapat mengubah protombin menjadi trombin. Selanjutnya, trombin merangsang fibrinogen
untuk membuat fibrin atau benang-benag. Benang-benang fibrin segera membentuk anyaman
untuk menutup luka sehingga darah tidak keluar lagi. Fungsi trombosit adalah berperan dalam
proses pembekuan darah. Bila terdapat luka, trombosit akan berkumpul ke tempat luka kemudian
memicu pembuluh darah untuk mengkerut (supaya tidak banyak darah yang keluar) dan memicu
pembentukan benang-benang pembekuan darah yang disebut dengan benag-benang fibrin.
Benang-benang fibrin tersebut akan membentuk formasi seperti jaring-jaring yang akan
menutupi daerah luka sehingga menghentikan perdarah aktif yang terjadi pada luka. Selain itu,
ternyata trombosit juga mempunyai peran dalam melawan infeksi virus dan bakteri dengan
memakan virus dan bakteri yang masuk dalam tubuh kemudian dengan bantuan sel-sel kekebalan
tubuh lainnya menghancurkan virus dan bakteri di dalam trombosit tersebut.

BAB III
FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI
Darah memiliki bagian yang cair (plasma darah) dan bagian yang padat (sel darah). Bagian
bagian tersebut memiliki fungsi tertentu dalam tubuh. Secara garis besar, fungsi utama darah
adalah sebagai berikut:
1. Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan, oksigen, zat-zat sisa
metabolisme, hormon, dan air.
2. Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh yang aktif ke organ
tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap stabil, yaitu berkisar antara 36 37oC.
3. Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh oleh sel darah putih.
4. Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit).

BAB IV
PATOFISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI
Banyak penyakit serta kelainan yang disebabkan oleh sistem peredaran darah manusia. Di bawah
ini adalah beberapa penyakit ataupun kelainan yang disebabkan oleh sel sel darah :
1. Anemia
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar
tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan
Haribowo, 2008).
Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah eritrosit per
milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer,2006).
Macam-macam anemia antara lain :
a) Anemia hemoragis
Anemia akibat kehilangan darah secara berlebihan. Secara normal cairan plasma yang hilang
akan diganti dalam waktu 1-3 hari namun dengan konsentrasi sel darah merah yang tetap rendah.
Sel darah merah akan kembali normal dalam waktu 3-6 minggu.
b) Anemia aplastik
Sumsum tukang yang tidak berfungsi sehingga produksi sel darah merah terhambat. Dapat
dikarenakan oleh radiasi sinar gamma (bom atom), sinar X yang berlebihan. Bahan-bahan kimia
tertentu, obat-obatan pada orang dengan keganasan.
c) Anemia megaboblastik
Vitamin B12, asam folat dan factor instrinsik (terdapat pada mukosa lambung) merupakan factor
yang berpengaruh terhadap pembentukan sel darah merah. Bila salah satu factor diatas tidak ada
maka produksi eritroblas dalam sumsum tulang akan bermasalah. Akibatnya sel darah tumbuh
terlampau besar dengan bentuk yang aneh, memiliki membrane yang rapuh dan mudah pecah.
d) Anemia hemolitik
Sel darah merah yang abnormal ditandai dengan rapuhnya sel dan masa hidup yang pendek
(biasanya ada factor keturunan)
Contoh :
1) Sterositosis, sel darah merah kecil, bentuk sferis, tidak mempunyai struktur bikonkaf yang
elastic (mudah sobek)
2) Anemia sel sabit, 0,3-10% orang hitam di afrika barat dan amerika sel-selnya mengandung tipe
Hb yang abnormal (HbS), bila terpapar dengan O2 kadar rendah Hb akan mengendap menjadi
Kristal panjang didalam sel darah merah, sehingga sel darah merah menjadi lebih panjang dan
berbentuk mirip seperti bulan sabit. Endapan Hb merusak membrane sel. Tekanan O2 jaringan
yang rendah menghasilkan bentuk sabit dan mudah sobek. Penurunan tekanan O2 lebih lanjut
membentuk sel darah semakin sabit dan penghancuran sel darah merah meningkat hebat.
3) Eritroblastosis Fetalis,ibu dengan Rh(-) yang memiliki janin Rh(+) pada saat kehamilan
pertama, setalah ibu terpapar darah janin maka ibu secara otomatis akan membentuk antibody
terhadap Rh(+), sehingga pada kehamilan yang kedua anti Rh ibu akan menghancurkan darah
bayi dan bayi akan mengalami anemia yang hebat hingga meninggal.
4) Hemolisis karena malaria atau reaksi dengan obat-obatan.
e) Nutrional anemia
- Anemia defisiensi besi (Fe)
- Anemia defisiensi asam folat (akibat kekurangan asupan atau gangguan absorbsi GI track)
f) Anemia pernisiosa
Vitamin B12 penting untuk sintesa DNA yang berperan dalam penggandaan dan pematangan sel.
Faktor instrinsik berikatan dengan B12 sebagai transport khusus absorbs B12 dari usus. Anemia
pernisiosa bukan karena kekurangan intake B12 melainkan karena defisiensi factor instrinsik
yang mengakibatkan absorbsi B12 terganggu.

g) Renal anemia
Terjadi karena sekresi eritropoitein dari ginjal berkurang akibat penyakit ginjal.

2. Leukemia
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a) Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan
kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconis Anemia, sindroma
Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome,
sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis ( Wiernik, 1985; Wilson, 1991 ) . Kelainan-
kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada
kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada
aneuploidy.
b) Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus-
kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran . Hal ini berlaku juga pada keluarga
dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi ( Wiernik,1985 ) .
c) Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom dapatan,
misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat
pada leukemia akut, khususnya ANLL ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 ).
d) Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA
dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan
enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia
pada hewan. ( Wiernik, 1985 ) . Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia
pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T-
Cell Leukemia . Virus ini ditemukan oleh Takatsuki dkk ( Kumala, 19990).
e) Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan peningkatan
insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. ( Wiernik,1985;
Wilson, 1991 ) Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML,
antara lain : produk produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang
elektromagnetik ( Fauci, et. al, 1998 ) .
f) Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II ) dapat
mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML . Kloramfenikol,
fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang
lambat laun menjadi AML ( Fauci, et. al, 1998 ).
3. Hemofilia
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang paling sering
dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten. Hemofilia disebabkan oleh
mutasi gen faktor VIII (FVIII) atau faktor IX (FIX), dikelompokkan sebagai hemofolia A dan
hemofiliaB. Kedua gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif
terkait-X (Ginsberg,2008). Oleh karena itu, semua anak perempuan dari laki-laki yang
menderita hemofilia adalah karier penyakit, dan anak laki-laki tidak terkena.Anak laki-laki dari
perempuan yang karier memiliki kemungkinan 50% untuk menderita penyakit hemofilia.Dapat
terjadi wanita homozigot dengan hemofilia (ayah hemofilia, ibu karier), tetapi keadaan ini sangat
jarang terjadi.Kira-kira 33% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin akibat mutasi
spontan (Hoffbrand, Pettit, 1993).
4. Thalasemia
Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang dimaksud
dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerah
sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA
yang bernama Thomas B. Cooley pada tahun 1925. Beliau menjumpai anak-anak yang menderita
anemia dengan pembesaran limpa setelah berusia satu tahun. Selanjutnya, anemia ini dinamakan
anemia splenic atau eritroblastosis atau anemia mediteranean atau anemia Cooley sesuai dengan
nama penemunya.
Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari
ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk
hemoglobin (komponen darah).
Hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, mengandung zat besi (Fe).
Kerusakan sel darah merah pada penderita thalasemia mengakibatkan zat besi akan tertinggal di
dalam tubuh. Pada manusia normal, zat besi yang tertinggal dalam tubuh digunakan untuk
membentuk sel darah merah baru.
Pada penderita thalasemia, zat besi yang ditinggalkan sel darah merah yang rusak itu
menumpuk dalam organ tubuh seperti jantung dan hati (lever). Jumlah zat besi yang menumpuk
dalam tubuh atau iron overload ini akan mengganggu fungsi organ tubuh.Penumpukan zat besi
terjadi karena penderita thalasemia memperoleh suplai darah merah dari transfusi darah.
Penumpukan zat besi ini, bila tidak dikeluarkan, akan sangat membahayakan karena dapat
merusak jantung, hati, dan organ tubuh lainnya, yang pada akhirnya bisa berujung pada
kematian.

5. Trombositopenia
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan dari pembekuan
darah pada orang normal jumlah trombosit didalam sirkulasi berkisar antara 150.00-450.00/ul,
rata rata berumur 7-10 hari kira kira 1/3 dari jumlah trombosit didalam sirkulasi darah
mengalami penghancuran didalam limpa oleh karena itu untuk mempertahankan jumlah
trombosit supaya tetap normal di produksi 150.000- 450000 sel trombosit perhari. Jika
jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun biasanya
gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari 10.000/mL (Sudoyo, dkk ,
2006). Trombositopenia dapat bersifat kongenital atau di dapat, dan terjadi akibat penurunan
reproduksi trombosit, seperti pada anemiaaplastik, mielofibrosis, terapi radiasi atau
leukimia, peningkatan penghancuran trombosit, seperti pada infeksi tertentu ; toksisitas obat,
atau koagulasi intravaskuler, diseminasi (DIC); distribusi abnormal atausekuestrasi pada
limpa atau trombositopenia dilusional setelah hemoragiatau tranfusi sel darah merah (Sandara,
2003).

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi untuk
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-
bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler (bagian
padat darah), Plasma Darah (bagian cair darah) terdiri dari plasma. Korpuskuler (bagian padat
darah) terdiri dari :
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
2. Sel Darah Putih (Leukosit)
3. Keping Darah (Trombosit)
Darah didalam tubuh kita mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan, oksigen, zat-zat sisa
metabolisme, hormon, dan air.
2. Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh yang aktif ke organ
tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap stabil, yaitu berkisar antara 36 37oC.
3. Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh oleh sel darah putih.
4. Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit)

B. Saran
Dari pemaparan diatas, diharapkan agar dalam ilmu kesehatan mapupun ilmu keperawatan
penting sekali memahami anatomi system hematologic secara tepat agar terhindar dari kesalahan
dalam tindakan baik dirumahsakit maupun di alam yang berkaitan dengan perubahan fungsi
tubuh akibat kurangnya aktifitas positif untuk memberikan kesehatan terhadap jantung sebagai
pusat kehidupan dan berhubungan pula dengan darah.

DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Kliegman Behrman.2012. Nelson Ilmu Keperawatan Anaked. 15, alih bahasa Indonesia, A.Samik
Wahab.Jakarta: EGC.
Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.ed.10, alih bahasa,Yasmin
Asih.Jakarta: EGC.
Doenges,M.E.2007.Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien.ed. 4.Jakarta:EGC
Handayani, Wiwik & Sulistyo Andi. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.Hofbrand,A.V,Pettit, J.E & Moss,
P.A.H. 2005. Kapita Selekta
Hematologi. Jakarta: EGCKimberly, A. J. 2011. Kapita selekta Penyakit. Alih bahasa, Dwi Widiarti.
Jakarta : EGC.Kiswari, Rukman. 2014.
Hematologi dan Tranfusi.Jakarta: Erlangga.Kozier, B., Berman, A. And Shirlee, alih bahasa Pamilih Eko
Karyuni, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik edisi VII
Volume 1. Jakarta : EGC
Kumar. 2013. Dasar-Dasar Patofisiologi Penyakit. Jakarta: EGC

You might also like