You are on page 1of 8

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN MOBILISASI

I. Konsep Kebutuhan Mobilisasi


A. Defenisi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi
menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi
kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan
tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam (Mubarak,
2008). Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Aziz AA, 2006).
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan
dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan
gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko mengalami
keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang
mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang
kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik (kehilangan fungsi
motorik, klien dengan stroke, klien pengguna kursi roda), penggunaan alat
eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan gerakan volunter.
B. Fisiologi Sistem

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi


sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot
Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua
tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi
berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat
tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem
skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu
mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah
merah.
Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:
Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan
stabilitas
Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi
elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya.
Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan
tulang disatukan dengan ligamen atau membran.
Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat
digerakkan secara bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan
dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh
membran sinovial.
Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat,
fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan
tulang dan kartilago.
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang
menghubungkan otot dengan tulang.
Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai
vaskuler.
Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh
Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian
tubuh tertentudan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan
posisi tubuh secaraberkesinambungan.

a. Koordinasi Pergerakan tubuh Otot ialah Jaringan yang mempunyai


kemampuan khusus yaitu berkontraksi, dan dengan jalan demikian maka
gerakan terlaksana. Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat
yang sama dengan sel dari jaringan yang lain, semua ini di ikat menjadi
berkas berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung
unsure kontraktil ( Evelyn C Pearce, 2002 ).
b. Sistem Skeletal Osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang
dewasa. Dingah osteon terdapat kapiler. Disekeliling kapiler tersebut
merupakan matriks tulang yang dinamakan lamela. Tulang diselimuti
dibagian luar oleh membran ibrus padat dinamakan
periosteum.Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya
tumbuh, selain sebagai temat pelekatan tendon dan lugamen
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi
1. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang
dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan
kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan
mobilisasi dengan cara yang sehat. Misalnya seorang ABRI akan berjalan
dengan gaya yang berbeda dengan seorang petani.
2. Proses dari suatu penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang didrita seseorang akan memepengaruhi
mobilitasnya, misalnya seseorang yang patah tulang akan kesulitan untuk
melakukan mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru
menjalani operasi. Karena adanya nyeri, mereka akan cenderung bergerak
lebih lamban.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan
aktivitas, misalnya seorang anak desa dengan anak kota. Anak desa biasa
bepergian dengan berjalan kaki, berbeda dengan anak kota yang bepergian
menggunakan mobil. Sehingga mobiltasnya sangat berbeda.
4. Tingkat energi
Setiap orang dalam melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi,
orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dengan orang yang
sehat.
5. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat mobilitasnya dengan dewasa. Anak
yang sering sakit juga mobiltasnya akan berbeda dengan anak yang sehat.
D. Macam - macam gangguan yang mungkin terjadi
1. Immobilisasi fisik :
kondisi dimana seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan
oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang itu itu sendiri.
2. Immobilisasi intelektual :
kondisi yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Immobilisasi emosional :
terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan.
4. Immobilsasi sosial :
kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering
terjadi akibat penyakit.
II. Rencana Asuhan Klien dengan gangguan kebutuhan mobilisasi
A. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
a. adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal
b. ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas
c. jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien, dan lain-lain.
2. Pengkajian fisik
a. Meliputi rentang gerak
b. kekuatan otot,
c. sikap tubuh
d. dampak immobilisasi terhadap sistem tubuh.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X tulang Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur tulang
b. LaPboratorium
Darah rutin, faktor pembekuan darah crostet dan analisa
c. Radiologis
o Dua gambar antero posterior (AP) dan lateral
o Memuat 2 sendi diroksimal dan distol fraktur
o Memuat gambar foto 2 ekstremitas yaitu : ekstremitas yang
terkena cidera dan ekstremitas yang tidak terkena cidera. Pada
anak dilakukan 2 kali yaitu sebelum dan sesudah tindakan)
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1: Gangguan mobilitas fisik
1. Defenisi : Keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik tertentu
pada bagian tubuh atau satu atau lebih ekstremitas
2. Batasan karakteristik :

Postur tubuh yang tidak stabil selama melakukan kegiatan rutin harian
Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik kasar
Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus
Tidak ada koordinasi atau pergerakan yang tersentak-sentak
Keterbatasan ROM
Kesulitan berbalik (belok)

3. Faktor yang berhubungan :


Tidak nyaman, nyeri
Pengobatan
Diagnosa 2 : Intoleransi Aktivitas
1. Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun psikologis
untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas
sehari hari.
2. Batasan karakteristik :

Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.


Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.

3. Faktor factor yang berhubungan :

Tirah Baring atau imobilisasi


Kelemahan menyeluruh
Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan
Gaya hidup yang dipertahankan

C. Perencanaan
Diagnosa 1 : Gangguan mobilitas fisik
Tujuan: Setelah dilakukan asuha keperawatan selama 4 x 24 jam masalah teratasi
Kriteria Hasil :
Klien akan mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya tahan
ekstremitaskatkan
Mampu mengidentifikasi beberapa alternatif untuk membantu
mempertahankan tingkat aktivitas saat sekarang
Berpartisipasi dalam program rehabilitasi untuk meningkatkan kemampuan
untuk beraktivitas
Intervensi Rasional
1) Identifikasi factor-faktor yang mempengaruhi 1) Memberikan kesempatan untuk
kemampuan untuk aktif, seperti temperature memecahkan masalah untuk
yang sangat tinggi, insomnia, pemasukan mempertahankan atau meningkatkan
makanan yang tidak adekuat. mobilitas.

2) Anjurkan klien untuk melakukan perawatan 2) Meningkatkan kemandirian dan rasa


diri sendiri, sesuai dengan kemampuan control diri, dapat menurunkan perasaan
maksimal yang dimiliki klien. tidak berdaya.

3) Lakukan perubahan posisi secara teratur 3) Menurunkan tekanan terus menerus pada
ketika klien tirah baring di tempat tidur atau daerah yang sama, mencegah kerusakan
dikursi. kulit. Meminimalkan spasme fleksor lutut
dan panggul.

4) Konsultasikan dengan ahli terapi fisik atau 4) Bermanfaat dalam mengembangkan

terapi kerja program latihan individual dan


mengidentifikasi kebutuhan alat untuk
menghilangkan spasme otot,
meningkatkan fungsi motorik,
menurunkan atrofi, dan kontraktur pada
system musculoskeletal.

Diagnosa 2 : Intoleransi Aktivitas

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah


teratasi
Kriteria Hasil :
berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur
menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
Intervensi Rasional
1) kaji respon klien terhadap aktivitas, 1) Membantu dalam respon fisiologi terhadap
perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali stress aktivitas dan, bila ada merupakan
per menit diatas frekuensi istirahat ; indicator dari kelebihan kerja yang
peningkatan TD yang nyata selama/sesudah berkaitan dengan tingkat aktivitas.
aktivitas (tekanan sistolik meningkat 40
mmHg atau tekanan diastolic meningkat 20
mmHg) ; dispnea atu nyeri dada ; keletihan
dan kelemahan yang berlebihan ;
diaphoresis ; pusing/pingsan.

2) Instruksikan pasien tentang teknik 2) Teknik menghemat energi mengurangi


penghematan energi, mis : penggunaan pengurangan energi, juga membantu
kursi roda saat mandi, dduduk ssat menyisir keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
rambut,melakukan aktivitas dengan oksigen.
perlahan.

3) Berikan dorongan untuk melakukan 3) Kemajuan aktivitas bertahap mencegah


aktivitas / perawatan diri bertahap jika dapat peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai Memberikan bantuan hanya sebatas
kebutuhan. kebutuhan akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas

D. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkanpadapasiendenganfrakturadalah :
Nyeridapatberkurangatauhilang
Pasienakanmenunjukkantingkatmobilitas optimal
infeksitidakterjadi / terkontrol

You might also like