Dari Redaksi

Assalamualaykum wr wb adik-adik mahasiswa baru FK

Untan angkatan 2014! Apa kabar? Semoga masih luar biasa dan
tetap semangat, ya. Forum Keluarga Mahasiswa Islam (FKMI) Ibnu
Sina Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura mengucapkan
selamat datang di kampus putih kepada adik-adik sekalian.

Pada edisi kali ini, buletin Ibnu Sina mengangkat tema

seputar kegiatan pembinaan yang akan adik-adik ikuti. Terkadang
kegiatan pembinaan tersebut membuat para junior merasa takut
kepada senior. Apakah ketakutan seperti itu diperlukan? Jawabannya
simple saja, itu tidak perlu. Senior juga manusia. Maka junior cukup
menghormati senior, dan seniorpun harus membina junior dengan
Edisi II, Agustus 2014. Bidang Syiar dan Pelayanan Fakultas FKMI Ibnu Sina FK Untan
sebaik-baiknya.

Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah,

mereka takut kepada-Nya dan mereka tidak merasa takut kepada
seorangpun selain Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat
perhitungan. (Q.S. 33:39)

Selamat membaca!

Takut Itu Hanya pada Allah Swt,
Bukan pada Senior
Dalam kegiatan ospek, ketakutan senantiasa menjadi komoditas
paling utama dalam mengolah dinamika para peserta didik baru.
Masih haruskah junior takut pada senior?
Takut itu merupakan hal alamiah yang pasti ada disetiap kita sebagai
manusia. Bahkan dalam pemahaman teoritis akademiknya, persoalan
takut tidak terbatas pada manusia saja, melainkan juga melingkupi
hewan-hewan lain yang dilengkapi dengan kemampuan beremosi.
Ketakutan akan Ketidakpastian
Fenomena unik terjadi dalam sebuah survey tahun 2005 yang
dilakukan oleh lembaga polling terkemuka Amerika serikat, Gallup,
diketahui bahwa berbagai bentuk ketakutan seperti ketakutan atas
masa depan, ketakutan atas kegagalan, serta ketakutan atas
kesendirian berada diantara sepuluh hal yang paling ditakuti oleh
remaja di Amerika Serikat.
Secara manusiawi, ketakutan itu muncul karena berbagai hal. Arne
Ohman, salah seorang psikolog terkenal asal Swedia,
mengemukakan bahwa umumnya faktor terbesar penyebab
ketakutan adalah kepastian akan bahaya yang akan kita hadapi dari
suatu hal, perbuatan, atau kondisi tertentu. Sekalipun bisa jadi hal-
hal yang dimaksud bukan merupakan sesuatu yang secara pasti dan
langsung pasti berbahaya.
Takut Yang Tidak Berdasar
Irasionalitas dalam ketakutan inilah yang menggiring kita dalam
suatu lubang persoalan takut yang tidak biasa, kerap kita dilingkupi
ketakutan tak berdasar atas hal-hal yang sebenarnya masih bisa kita
pahami secara sadar sebagai suatu hal yang tidak perlu ditakuti sama
sekali.
Dalam konteks paling sederhana yang bisa kita temukan di berbagai
lembaga pendidikan yang ada, baik yang publik atau swasta,
ataupun pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Pola kegiatan
ospek kerap menjadi ajang takut massal para junior terhadap
seniornya. Senior yang menganggap penekanan junior sebagai
sebuah tradisi, sering kehilangan kendali ketika para junior terjebak
pada ketakutan yang pada hakikatnya tidak berdasar. Kenapa tidak
berdasar? Bukankah pada kenyataannya yang membedakan antara
sang junior dan senior adalah usia dan pengalaman saja?
Sikap saling menghargai sangat penting di antara keduanya, namun
tetap tidak perlu ada sikap ketakutan yang berlebihan dari para
junior terhadap para senior.
Kemana kita seharusnya Takut?
Kita perlu secara sadar mengembalikan ketakutan kita pada yang
berhak, yaitu Allah SWT. Dengan begitu, proses ospek yang sering
menguji kualitas para junior dapat dihindarkan dari tindakan
perploncoan tanpa pembelaan karena masih adanya ketakutan junior.
Para junior harus berani dalam menempatkan dirinya dan
berargumentasi dalam memperjuangkan haknya. Melalui itu, ospek
dapat menjadi bagian dari proses pembelajaran sikap mental yang
tangguh dan tidak cengeng. Maka masih perlukah junior takut
terhadap seniornya? Jawabannya sederhana dan berani, yaitu tidak.
(Adnan Mubarok/Wasathon.com)