Professional Documents
Culture Documents
Oligohidramnion
A. Definisi Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari
normal, yaitu kurang dari 500 cc.
Oligohidramnion adalah kondisi di mana cairan ketuban terlalu sedikit,
yang didefinisikan sebagai indeks cairan amnion (AFI) di bawah persentil
5. Volume cairan ketuban meningkat selama masa kehamilan, dengan volume
sekitar 30 ml pada 10 minggu kehamilan dan puncaknya sekitar 1 L di 34-36
minggu kehamilan.
B. Etiologi Oligohidramnion
Penyebab oligohydramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas
wanita hamil yang mengalami tidak tau pasti apa penyebabnya. Penyebab
oligohydramnion yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan
bocornya kantung/ membran cairan ketuban yang mengelilingi janin dalam
rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita yang mengalami oligohydramnion
mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal dan saluran kemih karena
jumlah urin yang diproduksi janin berkurang.
Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan
oligohidramnion adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah
pada plasenta. Serangkaian pengobatan yang dilakukan untuk menangani
tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan namaangiotensin-converting
enxyme inhibitor (mis captopril), dapat merusak ginjal janin dan
menyebabkan oligohydramnion parah dan kematian janin. Wanita yang
memiliki penyakit tekanan darah tinggi yang kronis seharusnya berkonsultasi
terlebih dahulu dengan ahli kesehatan sebelum merencanakan kehamilan
untuk memastikan bahwa tekanan darah mereka tetap terawasi baik dan
pengobatan yang mereka lalui adalah aman selama kehamilan mereka.
C. Patofisiologi Oligohidramnion
Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat dikaitkan
dengan adanya sindroma potter dan fenotip pottern, dimana, Sindroma Potter
dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan
gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan
ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru
lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada.
Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding
rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas
(wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota
gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada
posisi abnormal.
Fase Antenatal
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru
(paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah
Belum cukup bulan Cukup bulan / lebih
gagal ginjal
(<37 minggu) bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis
(37 minggu)
ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan
Ruang terbatas
Janin dalam presentasi bokong
Pergerakan kurang
leluasa
Risiko cedera
Terhadap maternal Koping tidak
efektif
E. Epidemiologi Oligohidramnion
Sekitar 8% wanita hamil memiliki cairan ketuban terlalu sedikit.
Olygohydramnion dapat terjadi kapan saja selama masa kehamilan, walau
pada umumnya sering terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Sekitar
12% wanita yang masa kehamilannya melampaui batas waktu perkiraan lahir
(usia kehamilan 42 minggu) juga mengalami olygohydrasmnion, karena
jumlah cairan ketuban yang berkurang hamper setengah dari jumlah normal
pada masa kehamilan 42 minggu.
F. Faktor Resiko Oligohidramnion
Wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion yang
tinggi :
1. Anomali kongenital ( misalnya : agenosis ginjal,sindrom patter ).
2. Retardasi pertumbuhan intra uterin.
3. Ketuban pecah dini ( 24-26 minggu).
4. Sindrom pasca maturitas.
H. Pemeriksaan Oligohidramnion
Pemeriksaan dengan USG dapat mendiagnosa apakah cairan ketuban
terlalu sedikit atau terlalu banyak. Umumnya para dokter akan mengukur
ketinggian cairan dalam 4 kuadran di dalam rahim dan menjumlahkannya.
Metode ini dikenal dengan nama Amniotic Fluid Index (AFI). Jika ketinggian
amniotic fluid (cairan ketuban) yang di ukur kurang dari 5 cm, calon ibu
tersebut didiagnosa mengalami oligohydramnion. Jika jumlah cairan tersebut
lebih dari 25 cm, ia di diagnosa mengalami polihydramnion.
I. Prognosis Oligohidramnion
1. Semakin awal oligohidramnion terjadi pada kehamilan, semakin buruk
prognosisnya.
2. Jika terjadi pada trimester II, 80-90% mortalitas.
J. Komplikasi Oligohidramnion
Masalah-masalah yang dihubungkan dengan terlalu sedikitnya cairan
ketuban berbeda-beda tergantung dari usia kehamilan. Oligohydramnion dapat
terjadi di masa kehamilan trimester pertama atau pertengahan usia kehamilan
cenderung berakibat serius dibandingkan jika terjadi di masa kehamilan
trimester terakhir. Terlalu sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan
dapat menekan organ-organ janin dan menyebabkan kecacatan, seperti
kerusakan paru-paru, tungkai dan lengan.
Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga
meningkatka resiko keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam
kandungan. Jika ologohydramnion terjadi di masa kehamilan trimester
terakhir, hal ini mungkin berhubungan dengan pertumbuhan janin yang kurang
baik. Disaat-saat akhir kehamialn, oligohydramnion dapat meningkatkan
resiko komplikasi persalinan dan kelahiran, termasuk kerusakan pada ari-ari
memutuskan saluran oksigen kepada janin dan menyebabkan kematian janin.
Wanita yang mengalami oligohydramnion lebih cenderung harus mengalami
operasi caesar disaat persalinannya.
K. Tindakan Konservatif
1. Tirah baring.
2. Hidrasi.
3. Perbaikan nutrisi.
4. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
5. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6. Amnion infusion.
7. Induksi dan kelahiran.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan pergerakan bayi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. Resiko cedera terhadap janin berhubungan dengan berkurangnya cairan
amnion
4. Ansietas berhubungan dengan resiko kelahiran posterm
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal informasi
C. Intervensi
3. Kaji DJJ; catat adanya aktifitas uterus 3. Tokolitik dapat meningkatkan DJJ.
atau dilatasi serviks. Kelahiran dapat sangat cepat
dengan bayi kecil jika kontraksi
uterus tetap tidak berespon terhadap
tokolitik, atau jika perubahan
serviks kontinu.
Kolaborasi
12. Koordinasikan tim konferehensi 12. Meningkatkan kelanjutan
termasuk klien. Buat rencana perawatan dan pendekatan tim
perawatan terus menerus pada situasi. Bila perawatan
dirumah sakit diperlukan, tingakat
stress cenderung meningkat setelah
dua minggu dan tetap tinggi
selama sisa perawatan dirumah
sakit.
13. Rujuk pada kelompok pendukung
komunitas, atau pada pasangan 13. Menurunkan rasa kesepian dan
yang telah berhasil menyelesaikan dapat membantu pasangan
kehamilan resiko tinggi. mengembangkan pandangan positif
pada kehamilan.
14. Rujuk pada sumber-sumber
konseling lain sesuai indikasi. 14. Konseling atau terapi mungkin
perlu untuk membantu klien
mengungkapkan dengan lebih
bebas dan memeriksa ansietas yang
tidak teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstorm KD. Williams
obstetric. 22nd ed. New York. McGraw-Hill Companies, Inc; 2005.
Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas/E.6. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obsetri, Jilid I, Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa Printer
Rustam, mochtar.1998. Sinopsis Obstetri; obstetri fisiologi, obstetri patologi edisi ke 2.
Jakarta: EGC.
Sulistyawati, Ari. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba
Medika.
Wikojosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Ke2 Cetakan Ke4. Jakarta: YBB- SP.
LAPORAN PENDAHULUAN