You are on page 1of 14

mix design metode(AVCI,SNI,PCA,DEO)

Mix Design Beton American Association (ACI) Metode Absolute Volume

Metode American Concrete Institute (ACI) mensyaratkan suatu campuran


perancangan beton dengan mempertimbangkan sisi ekonomisnya dengan
memperhatikan ketersediaan bahan-bahan di lapangan, kemudahan pekerjaan,
serta keawetan kekuatan dan pekerja beton. Cara ACI melihat bahwa dengan
ukuran agregat tertentu, jumlah air perkubik akan menentukan tingkat konsistensi
dari campuran beton yang pada akhirnya akan mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan (workability).
1. Perancangan
Sebelum melakukan perancangan, data-data yang dibutuhkan harus dicari. Jika
data-data yang dibutuhkan tidak ada, dapat diambil data dari tabel-tabel yang telah
dibuat untuk membantu penyelesaian perancangan cara ACI ini. Bagian alir
perancangan dengan metode ACI dapat dilihat pada gambar 8.2.
Pada metode ini, input data perancangan meliputi data standar deviasi hasil
pengujian yang berlaku untuk pekrjaan yang sejenis dengan karakteristik yang
sama. Selanjutnya data tentang kuat tekan rencana, data butir nominal agregat
yang digunakan, data slump, (jika diinginkan dengan nilai tertentu), berat jenis
agregat, serta karakteristik lingkungan yang diinginkan.

2. Langkah Perancangan
1) Hitung kuat tekan rata-rata beton, berdasarkan kuat tekan rencana dan
margin, fcr = m + fc
a. m = 1.64*Sd, standar deviasi diambil berdasarkan data yang lalu, jika tidak ada
diambil dari Tabel 8.1 berdasarkan mutu pelaksanaan yang diinginkan.
b. Kuat tekan rencana (fc) ditentukan berdasarkan rencana atau dari hasil uji yang
lalu.

Mutu Pelaksanaan (Mpa)


Volume Pekerjaan
Baik Sekali Baik Cukup
Kecil (< 1000 m3) 4.5 < sd <5.5 5.5 < sd <6.5 6.5 < sd <8.5
Sedang (1000 - 3000 m3) 3.5 < sd <4.5 4.5 < sd <5.5 5.5 < sd <7.5
Besar ( > 3000 m3) 2.5 < sd <3.5 3.5 < sd <4.5 4.5 < sd <6.5
Tabel 8.1 Nilai Standar Deviasi
2) Tetapkan nilai slump, dan butir maksimum agregat
a. Slump ditentukan. Jika tidak dapat, data diambil dari Tabel 8.2
Slump (mm)
Jenis Konstruksi
Maksimum Minimum
- Dinding Penahan dan Pondasi 76.2 25.4
- Pondasi sederhana, sumuran, dan dinding 76.2 25.4
sub struktur
- Balok dan dinding beton 101.6 25.4
- Kolom struktural 101.6 25.4
- Perkerasan dan slab 76.2 25.4
- Beton masal 50.8 25.4
Tabel 8.2 Slump yang disyaratkan untuk berbagai konsentrasi kenurut ACI.
b. Ukuran maksimum agregat dihitung dari 1/3 tebal plate dan atau 3/4 jarak bersih
antar baja tulangan, tendon, bundle bar, atau ducting dan atau 1/5 jarak terkecil
bidang bekisting ambil yang terkecil, jika tidak diambil dari Tabel 8.3.

Dimensi Minimim, mm Balok / kolom Plat


62.5 12.5 mm 20 mm
150 40 mm 40 mm
300 40 mm 80 mm
750 80 mm 80 mm
Tabel 8.3 Ukuran Maksimum Agregat
3) Tetapkan jumlah air yang dibuhkan berdasarkan ukuran maksimum agregat dan
nilai slump dari Tabel 8.4

Air (lt/m3)
Slump (mm) 9.5 12.7 19.1 25.4 38.1 50.8 76.2 152.4
mm mm mm mm mm mm mm mm
25.4 s/d 50.8
210 201 189 180 165 156 132 114
76.2 s/d 127
231 219 204 195 180 171 147 126
152.4 s/d 177.8
246 231 216 204 189 180 162 -
Mendekati
jumlah
kandungan udara
dalam beton air
3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.3 0.2
entrained (%)
25.4 s/d 50.8 183 177 168 162 150 144 123 108
76.2 s/d 127 204 195 183 177 165 159 135 120
152.4 s/d 177.8 219 207 195 186 174 168 156 -
Kandungan
udara total rata-
rata yang
disetujui (%)
Diekspose 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0
sedikit 6.0 5.5 5.0 4.5 4.5 4.0 3.5 3.0
Diekspose
menengah 7.5 7.0 6.0 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0
Sangan ekspose
Tabel 8.4 Perkiraan Air Campuran dan Persyaratan Kandungan Udara untuk
Berbagai Slump dan Ukuran Nominal Agregat Masimum
4) Tetapkan nilai Faktor Air Semen dari 8.5. Untuk nilai kuat tekan dalam Mpa
yang berada di antara nilai yang diberikan dilakukan interpolasi.

FAS
Kekuatan Tekan
28 hari (Mpa) Beton Beton
Air-entrained Non Air-entrained
41.4 0.41 -
34.5 0.48 0.4
27.6 0.57 0.48
20.7 0.68 0.59
13.8 0.62 0.74
Tabel 8.5 Nilai Faktor Air Semen
5) Hitung semen yang diperlukan, yaitu jumlah air dibagi dengan factor air semen.
6) Tetapkan volume agregat kasar berdasarkan agregat maksimum dan Modulus
Halus Butir (MHB) agregat halusnya sehingga didapat persen agregat kasar
(Tabel 8.6). Jika nilai Modulus Halus Butirnya berada di antaranya, maka
dilakukan interpolasi. Volume agregat kasar=persen agregat dikalikan dengan
berat kering agregat kasar.
7) Estimasikan berat beton segar berdasarkan Tabel 8.7, kemudian hitung agregat
halus, yaitu berat beton segar (berat air + berat semen + berat agregat kasar).
8) Hitung proporsi bahan, semen, air, agregat kasar dan agregat halus, kemudian
koreksi berdasarkan nilai daya serap air pada agregat.
9) Koreksi Proporsi Campurannya.
Ukuran Volume Agregat kasar kering * persatuan volume
Agregat untuk berbagai modulus halus butir
Maks (mm) 2.40 2.60 2.80 3.00
9.5 0.50 0.48 0.46 0.44
12.7 0.59 0.57 0.55 0.53
19.1 0.66 0.64 0.62 0.60
25.4 0.71 0.69 0.67 0.65
38.1 0.75 0.73 0.71 0.69
50.8 0.78 0.76 0.74 0.72
76.2 0.82 0.80 0.78 0.76
152.4 0.87 0.85 0.83 0.81
Tabel 8.6 Volume Agregat Kasar Per satuan Volume Beton
3. Kekurangan dan Kelebihan
1) Cara ini merupakan cara coba-coba untuk memperoleh proporsi bahan yang
menghasilkan konsistensi. Jika dipakai agregat yang berbeda akan menyebabkan
konsistensi yang berbeda juga.
2) Nilai Modulus Halus Butir (MHB) sebenarnya kurang menggambarkan gradasi
agregat yang tepat. Untuk agregat dengan berat jenis yang berbeda, perlu
dilakukan koreksi lagi.
Mix Design Metode Portland Cement Association (PCA)

Metode desain campuran Portland Cement Association (PCA) pada


dasarnya serupa dengan metode ACI sehingga secara umum hasilnya akan saling
mendekati. Penjelasan lebih detail dapat dilihat dalam Publikasi PCA, Portland
Cement Association, Design and Control of Concrete Mixtures.12thedition, Skokie,
Illinois, USA: PCA, 1979, 140 pp.
1. Proporsi
Kunci untuk mencapai tahan lama, beton yang kuat terletak pada proporsi
hati-hati dan pencampuran bahan. Sebuah campuran beton yang tidak memiliki
paste cukup untuk mengisi semua rongga antara agregat akan sulit untuk
menempatkan dan akan menghasilkan kasar, permukaan sarang lebah dan beton
berpori. Campuran dengan kelebihan pasta semen akan mudah ke tempat dan akan
menghasilkan permukaan halus, namun beton yang dihasilkan cenderung lebih
banyak menyusut dan tidak ekonomis.
Sebuah campuran beton yang dirancang dengan baik akan memiliki
workability yang diinginkan untuk beton segar dan ketahanan yang diperlukan
dan kekuatan untuk beton mengeras. Biasanya, campuran adalah sekitar 10 hingga
15 persen semen, agregat 60 sampai 75 persen dan 15 sampai 20 persen air.
Kimia semen Portland datang untuk hidup dalam keberadaan air. Semen dan
air akan membentuk pasta yang melapisi setiap partikel batu dan pasir. Melalui
reaksi kimia yang disebut hidrasi, pasta semen mengeras dan kekuatan
keuntungan. Karakter beton ditentukan oleh kualitas paste. Kekuatan paste, pada
gilirannya, tergantung pada rasio air semen. rasio semen air adalah berat air
pencampuran dibagi dengan berat semen. Beton berkualitas tinggi dihasilkan
dengan menurunkan rasio semen-air sebanyak mungkin tanpa mengorbankan
workability beton segar. Umumnya, menggunakan air kurang menghasilkan
kualitas yang lebih tinggi diberikan beton beton ditempatkan dengan benar,
konsolidasi, dan sembuh
2. Bahan lain
Meskipun air minum yang paling cocok untuk digunakan dalam beton,
agregat tersebut dipilih secara teliti. Agregat terdiri dari 60 sampai 75 persen dari
total volume beton. Jenis dan ukuran campuran agregat tergantung pada ketebalan
dan tujuan dari produk beton akhir. Hampir semua air alami yang diminum dan
tidak memiliki rasa diucapkan atau bau dapat digunakan sebagai air pencampuran
untuk beton. Namun, beberapa perairan yang tidak sesuai untuk minum mungkin
tidak cocok untuk beton.
Kotoran yang berlebihan di pencampuran air tidak hanya dapat
mempengaruhi setting time dan kekuatan beton, tetapi juga dapat menyebabkan
pembungaan, pewarnaan, korosi tulangan, ketidakstabilan volume, dan daya tahan
berkurang. Spesifikasi biasanya menetapkan batas klorida, sulfat, alkali, dan
padatan dalam air pencampuran kecuali tes dapat dilakukan untuk mengetahui
pengaruh ketidakmurnian telah di berbagai properti. bagian bangunan yang relatif
tipis panggilan untuk agregat kasar yang kecil, meskipun agregat sampai enam
inci (150 mm) dengan diameter telah digunakan dalam bendungan besar. Sebuah
gradasi kontinu ukuran partikel yang diinginkan untuk efisiensi penggunaan pasta.
Selain itu, agregat harus bersih dan bebas dari segala hal yang mungkin
mempengaruhi kualitas beton.

Mix Design Beton Metode SNI (Standar Nasional Indonesia)


1. Semua bahan beton harus diaduk secara seksama dan harus dituangkan seluruhnya
sebelum pencampur diisi kembali.
2. Beton siap pakai harus dicampur dan diantarkan sesuai persyaratan SNI 03-
4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai atau Spesifikasi untuk beton yang dibuat
melalui penakaran volume dan pencampuran menerus (ASTM C 685).
3. Adukan beton yang dicampur di lapangan harus dibuat sebagai berikut:
a. Pencampuran harus dilakukan dengan menggunakan jenis pencampur yang telah
disetujui.
b. Mesin pencampur harus diputar dengan kecepatan yang disarankan oleh pabrik
pembuat.
c. Pencampuran harus dilakukan secara terus menerus selama sekurang-kurangnya
1 menit setelah semua bahan berada dalam wadah pencampur, kecuali bila dapat
diperlihatkan bahwa waktu yang lebih singkat dapat memenuhi persyaratan uji
keseragaman campuran SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai.
4. Pengolahan, penakaran, dan pencampuran bahan harus memenuhi aturan yang
berlaku pada SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai.
5. Catatan rinci harus disimpan dengan data-data yang meliputi:
a. Jumlah adukan yang dihasilkan.
b. Proporsi bahan yang digunakan.
c. Perkiraan lokasi pengecoran pada struktur.
d. Tanggal dan waktu pencampuran dan pengecoran.

Mix Design Metode DEO

1. Mix Desain Tahapan


Desain campuran dilakukan sesuai dengan Metode DOE pada tahap berikut lima.
a. Tahap (I). Tentukan Air Gratis / Rasio Semen Diperlukan untuk Kekuatan
1) Entah menggunakan tertentu margin atau perhitungan margin untuk
diberikan proporsi barang cacat dan deviasi standar statistik .
2) Dapatkan target berarti kekuatan dengan menambahkan marjin untuk yang
dibutuhkan kekuatan karakteristik .
3) Jika entrainment udara ditentukan, menghitung artifisial menaikkan target
diubah berarti kekuatan .
4) Entah menerima tertentu air bebas / semen atau mendapatkan air gratis
maksimum / semen yang akan memberikan target berarti kekuatan untuk beton
yang dibuat dari diberikan jenis agregat kasar dan dari semen dengan yang
diberikan sifat .
b. Tahap (II). Menentukan Kadar Air Gratis Diperlukan untuk workability
1) Entah menggunakan ditentukan kadar air bebas atau memperoleh kadar air
bebas minimum, yang akan memberikan yang diinginkan workability untuk beton
dibuat dengan diberikan jenis agregat halus, agregat kasar jenis dan ukuran
maksimum agregat kasar.
2) Jika kadar air bebas telah ditentukan untuk workability, menyesuaikan kadar air
bebas diperlukan jika entrainment udara yang ditentukan, dan menyesuaikan lebih
lanjut jika mengurangi bahan tambahan air ditentukan.
c. Tahap (III). Menentukan Kadar Semen Diperlukan
1) Dapatkan minimum konten semen , yang diperlukan untuk kekuatan, dengan
membagi kadar air bebas diperoleh pada Tahap (II) dengan air bebas / semen
diperoleh di Tahap (I).
2) Periksa isi semen minimum, yang diperlukan untuk kekuatan, terhadap isi
semen maksimum yang diizinkan, dan memberikan peringatan jika mantan
melebihi kedua.
3) Periksa isi semen minimum, yang diperlukan untuk kekuatan, terhadap isi
semen minimum , yang diperbolehkan untuk daya tahan, dan mengadopsi mana
yang lebih besar untuk menjadi kadar semen dalam campuran.
4) Bagilah kadar air bebas oleh kandungan semen yang digunakan dalam
campuran untuk mendapatkan air bebas dimodifikasi / semen .
d. Tahap (IV). Menentukan Konten Agregat Jumlah
1) Mendapatkan nilai untuk keseluruhan kepadatan agregat .
2) Dapatkan fraksional volume agregat dengan mengurangi volume air
proporsional bebas dan semen dari satuan volume.
3) Hitung total agregat dengan membagi volume agregat dengan kepadatan
agregat.
e. Tahap (V). Menentukan Konten Fine Agregat
1) Baik menggunakan nilai yang ditentukan dari persentase agregat halus , atau
mendapatkan persentase agregat halus, yang akan memberikan yang
diinginkan workability untuk beton dibuat dengan yang diberikan gradasi agregat
halus , ukuran maksimum agregat kasar dan air bebas / semen diperoleh Tahap
(III).
2) Hitung isi agregat kasar dan halus dari total agregat diperoleh pada Tahap (IV)
dan persentase agregat halus.
Mix Design Metode ROAD NOTE NO. 4

Cara perancangan ini disimpulkan dari hasil penelitian Glanville.,et.al, yang


ditekankan pada pengaruh gradasi agregat terhadap kemudahan pengerjaan.
1. Langkah Perancangan
Secara umum langkah perancangan dengan menggunakan metode ini adalah
sebagai berikut:
a. Hitung kuat tekan rata-rata rencana, berdasarkan kekuatan tekan rencana dan
nilai margin.
1) Nilai margin (m)=1.64*Standar Deviasi
2) Nilai standar deviasi ditentukan dari data yang lalu atau diambil dari Tabel 8.10
berdasarkan tingkat pengendalian mutu pekerjaan.

Tingkat pengendalian mutu pekerjaan S (Mpa)


Memuaskan 2.8
Sangat Baik 3.5
Baik 4.2
Cukup 5.6
Jelek 7.0
Tanpa Kendali 8.4
Tabel 8.7 Deviasi Standar
b. Tentukan FAS dari Grafik dan berdasarkan keawetan Tabel 8.8. Pilih nilai yang
terkecil
Jenis Beton Kondisi Lingkungan FAS Maks
Ringan 0.65
Beton Bertulang Biasa Sedang 0.55
Berat 0.45
Ringan 0.65
Pra-Tegang Sedang 0.55
Berat 0.45
Ringan 0.70
Beton Tak Bertulang Sedang 0.60
Berat 0.50
Tabel 8.8 Persyaratan FAS
c. Buat proporsi agregat dari masing-masing fraksi (perbandingan antara agregat
halus dengan agregat kasar), sehingga masuk dalam salah satu kurfa dalan grafik
8.3.1 sampai 8.3.4 ASTM C-33.
d. Tetapkan proporsi antara agregat dengan semen berdasarkan tingkat kemudahan
pengerjaan, diameter maksimum agregat, bentuk dan FAS ( Tabel 8.9).
e. Hitung proporsi antara semen, air, dan agregat dengan dasar FAS dan proporsi
antara agregat semen.
JenisAgregat Ukuran Agrefat/Cement
FAS
Kasar Maksimum (A/C)
0.35 2.9
0.40 4.3
Alami 40 mm 0.45 5.7
0.50 7.1
0.55 8.1
0.40 3.2
0.45 3.9
0.50 4.7
Di Pecah 40 mm
0.55 5.4
0.60 6.1
0.65 6.8
0.35 2.8
0.40 3.9
0.45 5.0
Alami 20 mm
0.50 5.9
0.55 7.4
0.60 8.0
Di Pecah 20 mm 0.35 2.3
0.40 2.9
0.45 3.4
0.50 3.9
0.55 4.5
0.60 4.9
0.65 5.4
0.70 5.8
Table 8.9 Program Agregat dengan Semen (berat)
f. Kebutuhan dasar dari beton dihitung dari volume absolute, prinsip hitungan
ialah volume beton padat sama dengan jumlah absolute kbahan-bahan dasarnya.
Proporsi campuran dapat dihitung jika diketahui:
gs = Berat jenis semen gair = Berat jenis air
gag.h = Berat jenis agregat v = Prosentase udara dalam beton
halus S = Berat semen yang diperlukan dalam I
gag.k = Berat jenis agregat m3.
kasar

2. Kekurangan dan kelebihan


a. Gradasi yang tersedia pada kenyataan sulit untuk dipenuhi di lapangan.
b. Bentuk agregat pada langkah ke empat agak sulit dibedakan (antara yang bulat
dengan tidak teratur). Kesulitan lain jika digunakan campuran antara agregat
alami dengan batu pecah.

Mix Design Metode Campuran Coba-Coba

Selain ketiga cara di atas cara lain dalam merancang beton dengan cara
coba-coba. Cara ini akan lebih ekonomis namun membutuhkan waktu yang cukup
lama. Cara coba-coba biasanya dikembangkan berdasarkan cara-cara di atas,
setelah dilakukan utuhan pelaksanaan dan evaluasi. Cara ini berusaha
mendapatkan pori-pori yang minimum atau kepadatan beton yang maksimum
artinya bahwa kebutuhan agregat halus maksimum untuk mendapatkan kebutuhan
semen yang minimum.
1. Langkah Percobaan
a. Tetapkan FAS dengan cara yang dikenal.
b. Tentukan proporsi agregat campuran, caranya antara lain dengan pengujian berat
satuan, hingga didapatkan proporsi campuran antara agregat halus dengan agtregat
kasar yang akan menghasilkan kepadatan yang maksimum.
c. Cari proporsi antara pasta semen dengan agregat campuran sehingga diperoleh
kelecakan yang baik. Percobaannya dilakukan dengan cara memasukkan FAS
yang sesuai dengan langkah 1 ke dalam campuran agregat langkah 2.
d. Uji kuat tekannya pada umur 28 hari.
e. Jika kuat tekannya tidak sesuai, ulangi lagi dengan koreksi proporsinya.
2. Kekurangan Dan Kelebihan
Cara ini memiliki kelemahan dalam pencampuran agregat. Jika pemadatan terlalu
kuat, agtegat akan lari sehingga agregat halus akan turun ke bawah
dan interlocking yang baik tidak tercapai.

The British Mix Design Method

Mix desain metode menurut cara Inggris ("The British Mix Design Method") di
Indonesia ini dikenal dengan cara DOE yang dipakai sebagai standar perencanaan
oleh Departemen Pekerjaan Umum dan dimuat dalam Standar SNI.T-15-190-03
("Tata Cara Pembuatan Rencana campuran Beton Normal"). Adapun langkah-
langkahnya secara garis besarnya adalah sebagai berikut:
1. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (f'c) pada umur tertentu.
2. Penetapan nilai standar deviasi (Sd). Standar deviasi ditetapkan berdasarkan
tingkat mutu pengendalian pelaksanaan campuran beton-nya. Makin baik mutu
pelaksanaan makin kecil nilai standar deviasinya.
3. Perhitungan nilai tambah ('Margin/M')
4. Jika nilai tambah sudah ditetapkan sebesar 12 MPa, maka langsung ke langkah
5. Jika nilai tambah dihitung berdasarkan nilai standar deviasi Sd, maka margin
dihitung dengan rumus:
M = k. Sd
dimana:
M : Nilai tambah (MPa)
K : 1.64
Sd : Standar deviasi (MPa)
6. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan, dihitung dengan rumus:
f'cr = f'c + M
dimana:
F-12
f'cr : Kuat tekan rata-rata (MPa)
f'c : Kuat tekan yang disyaratkan (MPa)
M : Nilai tambah (MPa)
7. Penetapan jenis semen Portland.
8. Penetapan jenis agregat, memakai jenis pasir atau kerikil yang alami atau
agregat jenis batu pecah.
9. Menetapkan faktor air semen.
10. Penetapan faktor air semen maksimum, dari fas maksimum yang diperoleh
dibandingkan dengan fas langkah 8, dicari nilai yang terkecil.
11. Penetapan nilai slump, ditetapkan berdasar-kan pelaksanaan pembuatan,
pengangkutan, penuangan, pemadatan maupun jenis strukturnya.
12. Penetapan ukuran maksimum agregat kasar.
13. Menentukan jumlah air per meter kubik beton berdasarkan ukuran maksimum
agregat, jenis agregat dan nilai slump.
14. Hitung berat semen yang dibutuhkan. Berat semen per kubik dihitung dengan
membagi jumlah air (langkah 12) dengan faktor air semen (langkah 8)
15. Kebutuhan semen minimum.
16. Penyesuaian kebutuhan semen. Apabila kebutuhan semen pada langkah 13 lebih
kecil dari kebutuhan semen minimum (langkah 14), maka kebutuhan semen harus
dipakai yang minimum.
17. Penyesuain jumlah air dan faktor air semen.
18. Penentuan daerah gradasi agregat halus. Gradasi agregat halus dibagi menjadi 4
daerah : daerah I, II, III dan IV.
19. Perbandingan agregat halus dan agregat kasar. Dicari berdasarkan besar butir
maksimum, nilai slump, faktor air semen dan daerah gradasi agregat halus,
berdasarkan data tersebut dapat dicari perbandingan agregat halus dan agregat
kasar.
20. Berat jenis agregat campuran, dihitung dengan:
Bj agr.ksrs 100 K x Bj agr.hls 100 = P Bj camp
dimana:
Bj camp : Berat jenis agregat campuran
Bj agr.hls : Berat jenis agregat halus
Bj agr.ksr : Berat jenis agregat kasar
P : Persentase agregat halus terhadap agregat campuran
K : Persentase agregat kasar terhadap agregat campuran
21. Penentuan berat jenis beton. Dengam data berat jenis agregat campuran (langkah
18) dan kebutuhan air tiap meter kubik beton, maka dapat diperkirakan berat jenis
betonnya.
22. Kebutuhan agregat campuran. Diperoleh dengan mengurangi berat beton per
meter kubikdengan kebutuhan air dan semen.
23. Hitung berat agregat halus, dengan cara mengalikan kebutuhan agregat campuran
(langkah 20)dengan prosentase berat agregat halusnya (langkah 17)
24. Hitung berat agregat kasar, dengan cara mengurangi kebutuhan agregat
campuran (langkah 20) dengan kebutuhan agregat halus (langkah 21).

You might also like