Professional Documents
Culture Documents
SISTEM REPRODUKSI
Molahidatidosa dan Hiporemesis
Oleh : Kelompok 6
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang masih memberikan
nikmat serta hidayahNya, sehingga makalah Molahidatidosa dan Hiporemesis ini dapat
terselesaikan dengan baik.Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Hj. Anis Satus S.,
S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku dosen Mata Kuliah Pengantar Study Sistem Reproduksi STIKES
Pemkab Jombangyang memberikan pengarahan serta pengajaran dalam pembuatan.
Terimakasih juga kami sampaikan kepada semua teman-teman S1 Keperawatan yang tak
henti-henti memberikan bantuan, baik berupa materi maupun semangat. Teman-teman yang
tak pernah lelah menyemangati guna pendidikan yang akan membawa kepada kehidupan
yang lebih baik.
Makalah ini disusun guna memberikan informasi dan ilmu pengetahuan tambahan
tentang Molahidatidosa dan Hiporemesis dalam kehidupan masyarakat serta menerapkannya
di lingkungan tersebut. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Tentunya tidak lepas dari kesulitan ataupun permasalahan yang harus diselesaikan. Namun
dengan kebersamaan dan mengerahkan kemampuan, kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah ini dengan baik. Akhirnya kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfat bagi kita semua.
Halaman Judul...................................................................................................................... i
Kata pengantar .....................................................................................................................
Daftar isi............................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi........................................................................ 4
2.2Etiologi................................................................................................................ 7
2.3 Patofisiolog................................................................................................................. 7
2.4 Pathway/WOC............................................................................................................ 8
2.5 ManifestasiKlinis....................................................................................................... 9
2.6 Komplikasi.................................................................................................................. 10
2.7 PemeriksaanPenunjang.............................................................................................. 10
2.8 Penatalaksanaan.......................................................................................................... 11
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................................. 21
4.2 Saran........................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 23
DAFTAR ISI (Hiporemesis)
Halaman Judul...................................................................................................................... i
Kata pengantar .....................................................................................................................
Daftar isi............................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi........................................................................ 4
2.2Etiologi................................................................................................................ 7
2.3 Patofisiolog................................................................................................................. 7
2.4 Pathway/WOC............................................................................................................ 8
2.5 ManifestasiKlinis....................................................................................................... 9
2.6 Komplikasi.................................................................................................................. 10
2.7 PemeriksaanPenunjang.............................................................................................. 10
2.8 Penatalaksanaan.......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 23
BAB 1
PENDAHULUAN
(Molahidatidosa)
Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan sasaran prioritas dalam pembangunan
bidang kesehatan. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan
derajat kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu hal ini merupakan prioritas dalam upaya
peningkatan status kesehatan masyarat yang utama dinegara kita. Upaya kesehatan
reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil dan
bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah trias klasik yaitu
perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum. Salah satu penyebab perdarahan saat kehamilan
adalah mola hidatidosa. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita pada masa reproduksi
(usia 15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan
menderita mola hidatidosa dan lebih besar dan mola hidatidosa adalah salah satu penyakit
trofoblast yang jinak (Manuaba, 2008:424)
Insiden mola hidatidosa dilaporkan Moore dkk (2005) pada bagian barat Amerika Serikat,
terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1000-1500 kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan
kurang lebih dari 600 kasus abortus medisinalis. Di Asia insidensi mola 15 kali lebih tinggi
daripada di Amerika serikat, dengan Jepang yang melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian
kehamilan mola dari 1000 kehamilan. Di negara-negara Timur jauh beberapa sumber
memperkirakan insidensi mola lebih tinggi lagi yakni 1:120 kehamilan mola saja, tetapi juga
membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk memastikan prognosis
penyakit tersebut.
Mola hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang
meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola hidatidosa parsial dan
komplet, koriokarsinoma, mola invasif dan plancental site trophoblastic tumors. Para ahli
ginekologi dan onkologi sependapat untuk mempertimbangkan kondisi ini sebagai
kemungkinan terjadinya keganasan,dengan mola hidatosa berprognosis jinak, dan
koriokarsinoma yang ganas, sedangkan mola hidatidosa invasif sebagai borderline keganasan.
Mola hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna) dari
chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-sel
trofoblastikterus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang invasif, kemudian
edema dan membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola hidatidosa bentuk komplet
dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada jaringan embrio.
Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya
tidak ada janin, hanya pada mola parsialis kadang-kadang ada janin. Gelembung itu sebesar
butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi gelembung
kavum uteri. Dibawah mikroskop nampak degenerasi hidrotopik dari stoma jonjot, tidak
adanya pembuluh darah dan proliferasi trofoblas. Pada bagian pemeriksaan kromosom
didapatkan poliploidi dan hampir pada semua kasus mola susunan sex kromatin adalah
wanita.
Pada mola hidatidosa, ovaria dapat mengandung kistalutein kadang- kadang hanya pada
satu ovarium, kadang- kadang pada kedua-duanya. Kista ini berdinding tipis dan berisi cairan
kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar sarung tinju atau kepala bayi. Kista
lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi,
kista ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan.
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi dari mola hidatidosa
2. Agar mahasiswa mengetahui etiologi dari mola hidatidosa
3. Agar mahasiswa mengetahui patofisiologi dari mola hidatidosa
4. Agar mahasiswa mengetahui pathway (WOC)dari mola hidatidosa
5. Agar mahasiswa mengetahui manifestasi klinisdari mola hidtidosa
6. Agar mahasiswa mengetahui komplikasi yang terjadi pada pasien molahidatidosa
7. Agar mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien mola hidatidosa
8. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan pada pasien mola hidatidosa
9. Agar mahasiswa mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien mola hidatidosa
1.4 Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis,
sehingga dapat memenuhi tugas mata kuliah Sistem Reproduksi yang diberikan. Secara
teoritis makalah ini berguna sebagai ilmu pengetahuan mengenai Molahidatidosa.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kehamilan mola merupakan komplikasi dan penyulit kehamilan pada trimester 1. Hasil
konsepsi pada kehamilan mola tidak berkembang menjadi embrio setelah pembuahan tetapi
terjadi villi koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Rahim menjadi lunak dan
berkembang lebih cepat dari usia kehamilan yang normal. Tidak dijumpai adanya janin, dan
rongga rahim hanya terisi oleh jaringan seperti buah anggur. Kehamilan mola hidatidosa
disebut juga kehamilan anggur.
Kehamilan mola hidatidosa adalah suatu kondisi tidak normal dari plasenta akibat
kesalahan pertemuan ovum dan sperma suatu vertilisasi (Sarwono Prawirohardjo, 2003).
Mola hidatidosa adalah penyakit neoplasma yang jinak berasal dari kelainan pertumbuhan
trofoblast plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kristik villi dan
perubahan hidropik sehingga tampak membengkak, edomatous, dan vaksikuler (benigna).
Mola hidatidosa ditandai oleh kelainan villi korialis, yang terdiri dari proliferasi
trofoblastikdengan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya menempati
kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba falopi dan bahkan dalam
ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan ada tidaknya jaringan
janin telah digunakan untuk menggolongkannya menjadibentuk mola yang komplet (klasik)
dan parsial (inkomplet).
Jika perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih terdapat
janin atau sedikitnya kantong amnion, keadaan ini digolongkan sebagai mola hidatidosa
parsial. Pada sebagian villi yang biasanya avaskuler terjadi pembengkakan hidatidisa
yang berjalan lambat, sementara villi lainya yang vaskuler dengan sirkulasi darah fetus
plasenta yang masih berfungsi tidak mengalami perubahan. Hyperplasia trofoblastik yang
terjadi, lebih bersifat fokaldari pada generalisata. Katiotipe secara khas berupa triploid,
yang biasa 69XXY atau 69XYY dengan satu komplemen maternal tapi biasanya dengan
dua komplemen haploid paternal. Janin secara khas menunjukkan stigmata triploid yang
mencakup malformasi
kongenita l multiple dan
retardasi pertumbuhan.
Karakteristik Molahidatidosa bentuk komplet dan parsial
Keterangan :
Kekurangan vitamin A diduga kuat menjadi salah satu penyebab terjadinya mola
hidatidosa, pulihnya kadar vitamin A akan menyebabkan penderita hamil anggur terhindar
dari kanker dan memulihkan kesehatan, sehingga peluang untuk hamil lebih besar meskipun
penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dan tropoblast : yaitu dengan kematiam fetus, pembuluh darah pada
stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi
hyperplasia.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah : keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh
terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembentukan
ovum abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola hidatidosa.
4. Paritas tinggi: ibu dengan paritas tinggi memiliki kemungkinan terjadinya
abnormalitas pada kehamilan berikutnya, sehingga ada kemungkinan kehamilan
berkembang menjadi mola hidatidosa.
5. Kekuranangan protein : sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan
atau fetus sehingga apabila terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan
gangguan pembentukan fetus secara sempurna yang menimbulkan jonjot-jonjot
orion.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
2.3 Patofisiologi
Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dengan adanya sel
sinsisial giantik (Syncytial Giant Cells). Pada kasus mola banyak kita jumpai ovarium dengan
kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan berangsur-angsur
mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa hilang.
2.4 Pathway (WOC)
Faktor Ovum
Mengalami degenerasi
Molahidatidosa
Tindakan invasive
Jaringan terdapat
ulkus
Kuretase Kurang informasi tentang
Bakteri mudah masuk prosedur
Perdarahan
2.6 Komplikasi
Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi sebagai berikut :
1. Anemia
2. Syok
3. Preeklampsi atau eklampsia
4. Tirotoksikosis
5. Infeksi sekunder
6. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan
7. Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20% kasus, akan menjadi mola destruens
atau kariokarsinoma.
1. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yan tinggi maka uji biologik dan uji
imunologik (galli mainini dan planotest) akan positif setelah pengenceran (titrasi):
a. Galli mainini 1/300(+), maka suspek mola hidatidosa.
b. Galli mainini 1/200(+), maka kemunkinan mola hidatidosa atau hamil kembar.
Bahkan pada mola atau kariokarsinima, uji biologik atau imunologik cairan
serebrospinal dapat menjadi positif.
2. Pemeriksaan dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin, tedapat
perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta evalusi keadaan
servik.
3. Uji sonde
Sonde (penduga rahim) dimasukan pelan-pelan dan hati-hati kedalam kanalis
servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit,
bila tetap tidak ada tahanan. kemungkinan mola (cara Acosta-Sison).
4. Foto rongent abdomen : Tidak telihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan)
5. Arteiogram khusus pelvis
6. Ultrasonografi : pada mola akan kelihatan bayangan badan salju dan tidak telihat
janin
2.8 Penatalaksanaan
1 Terapi
a. Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan perbaiki
keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Tindakan
pertama adalah melakukan manual digital untuk pengeluaran sebanyak mungkin
jaringan dengan bekuan darah, barulah dengan tenang dan hati-hati evaluasi
sisanya dengan kuretase.
Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai kontrasepsi pil.
Kehamilan, dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan menyulitkan observasi. Juga
dinasehatkan untuk mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :
Kalau reaksi titer tetap (+), maka harus dicurigai adanya keganasan. Keganasan
masih dapat timbul setelah 3 tahun pasca terkenanya mola hidatidosa. Menurut Harahap
(2009) tumor timbul 34,5 % dalam 6 minggu ; 62,1 % dalam 12 minggu dan 79,4 %
dalam 24 minggu serta 97,2 %dalam 1 tahun setelah mola keluar.
3.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien
Mengkaji data identitas pasien dan penanggung jawab pasien yang meliputi : nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, pernikahan ke-,
lamanya pernikahan, dan alamat.
B. Riwayat Keperawatan
1 Keluhan Utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancer dan adanya perdarahan pervagina berulang.
Keluhan sampai saat pasien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti perdarahan pervagina di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan.
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh pasien misalnya Diabetes Miletus,
penyakit jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya.
Dapat dikaji melalui data genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam
keluarga.
5 Riwayat Kesehatan Reproduksi
Kaji tentang menorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna, dan adanya dismenorhoe.
6 Riwayat Kehamilan
Kaji bagaimana keadaan kehamilan mulai dari awal kehamilan sampai sekarang,
kaji adanya pembesaran abdomen dan tanda-tanda janin.
7 Riwayat Seksual
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis, dan jenis obat
lainnya yang pernah dikonsumsi oleh pasien.
9 Riwayat Pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dilakukan oleh pasien, jenis pembedahan,
kapan, oleh siapa, dan dimana tindakan tersebut berlangsung.
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAK dan BAB), pola
istirahat dan tidur, hygiene, ketergantungan baik sebelum maupun saat sakit, pasien
mengalami kelelahan atau tidak, serta mengalami kesulitan ambulasi atau tidak.
C. Pemeriksaan Fisik
1 Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
2 Palpasi
Palpasi adalah menyentuh dan menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
3 Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan
tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada, kemudian dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi (Reflex Hammer) : ketuk lutut dan amati ada
tidaknya reflekx/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
4 Auskultasi
a. Eliminasi
Ketidakmampuan defekasi dan flatus
Diare (kadang-kadang)
Cegukan, distensi abdomen
Penurunan haluan urin, warna gelap
Penurunan/tak ada bising usus (ileus), bunyi keras hilang timbul, bising
usus kasar (obstruksi), kekuatan abdomen, nyeri tekan.
Hiperresonan/timpani (ileus); hilang suara pekak diatas hati (udara bebas
dalam abdomen).
b. Cairan
Anoreksia, mual/muntah;haus
Muntah proyektil
Membrane mukosa kering, lidah bengkak, turgor kulit buruk
c. Kenyamanan/Nyeri
Nyeri abdomen, distensi, kaku, nyeri tekan
d. Pernafasan
Pernafasan dangkal, takipnea
e. Keamanan
Riwayat inflamasi organ pelvic (salpingitis); infeksi pasca melahirkan,
abses retropertoneal
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Manajemen - Timbang BB dan Defisit volume cairan Tekanan
cairan (4120) monitor setiap hari Darah
Denyut nadi
Definisi : - Catat intake dan output
radial
Penongkatan - Monitor status hidrasi Tekanan
keseimbangan (membrane mukosa, arteri rata-rata
Tekanan
cairan dan nadi, tekanan darah)
venosus pusat
pencegahan - Monitor tanda vital Tekanan
komplikasi - Monitor masukan pulmonal
Denyut
cairan dan kalori
perifer
- Beri terapi IV 24 jam intak
- Monitor status nutrisi dan output
seimbang
- Beri cairan
Turgor kulit
- Nasihati tanda dan Membran
gejala kelebihan cairan mukosa
lembab
Cairan
elektrolit
3.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini
perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada pasien,
tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut
juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara
terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang
disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai
keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam
mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan
format SOAP. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana
keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil
perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008).
Kasus
Pada tanggal 23 Mei 2017 pada jam 15.00 WIB Ny. Z,G3P1A2 yang berusia 39 tahun
dibawa keluargannya ke RSUDJombangkarena mengalami pendarahan sejak 6 hari yang lalu
dan disertai dengan nyeri pada bagian bawah abdomen, nyeri semakin bertambah saat
bergerak.. Dari hasil pemeriksaan didapatkan RR26 x/menit, suhu 38 C, TD 100/90 mmHg,
Nadi 110x/menit, BB 57 kg, pendarahan 500 cc, ekspresi wajah pasien menyeringai, pasien
nampak memegangi perut bagian bawah, terlihat gelisah, bingung, lemah, membrane mukosa
kering, vulva kotor dan lembab, warna perinenum kemerahan dan keluar cairan putih
kekuningan serta berbau.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Agama : Islam
B. Riwayat keperawatan
Keluhan utama
Pasien mengalami perdarahan pervagina dan disertai dengan nyeri pada bagian abdomen.
Riwayat masuk Rumah Sakit
Pada tanggal 23 Mei 2017 pada jam 15.00 WIB Ny. Z,G3P1A2 yang berusia 39 tahun dibawa
keluargannya ke RSUDJombangkarena mengalami pendarahan sejak 6 hari yang lalu dan
disertai dengan nyeri pada bagian bawah abdomen, nyeri semakin bertambah saat bergerak.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengalami pendarahan sejak 6 hari yang laludan disertai dengan nyeri pada bagian
bawah abdomen, nyeri semakin bertambah saat bergerak lalu dibawa ke RSUD Jombang.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah masuk rumah sakit
Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga pasien tidak pernah mengalami sakit yang sama dengan
yang dirasakan pasien saat ini.
Riwayat lingkungan
Lingkungan rumah disekitar cukup bersih
Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 14 tahun, siklus teratur (28 hari) dengan jumlah relatif sedikit selama 6-7
hari. Klien tidak mengalami dismenorchea. Hari pertama haid terakhir tangal 27maret 2017,
tanggal 18 mei 2017terjadi perdarahan, di bawa ke bidan tanggal20 mei 2017, tanggal 22
mei 2017 terjadi perdarahan kembali, dan baru di bawa ke RSUD Jombang pada
tanggal 23 mei 2017.
b. Riwayat Kehamilan / nifas sebelumnya
Klien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit seperti sekarang.
Klien sudah memiliki 1 anak. Klien pernah mengalami abortus sebelumnya 2 kali.
Riwayat KB
Tidak menggunakan KB sejak melahirkan anak pertamanya.
Pemeriksaan fisik
TTV
a. Suhu : 380 C
b. TD : 100/90 mmHg
c. Nadi : 110 x/menit
d. RR :26 x/menit
e. BB : 57 Kg
f. Pendarahan : 500cc
Persistem
a. Sistem pernafasan
Anamnesa :tidak mengalami keluhan
Hidung:
Mulut
Sinus paranasalis
Leher
Faring :
Area dada:
Inspeksi: Pola nafas cepat, pergerakan dada simetris, bentuk dada normal, tidak ada
trauma dada, tidak ada pembengkakan
Palpasi: Nyeri tekan, tidak ada kelainan pada dinding thorax, tidak ada bengkak
Perkusi : Tympani
Leher
Dada
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : Sianosis
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : Tidak ada varises, tidak mengalami sianosis, clubbing finger, maupun
oedem
Palpasi : Suhu akral dingin
c. Sistem Persyarafan
Anamnesa :Mual dan muntah
a. Uji nervus I olfaktorius ( pembau) : Pasien dapat membedakan bau bauan
b. Uji nervus II opticus ( penglihatan) : Tidak ada katarak, infeksi konjungtiva atau
infeksi lainya, pasien dapat melihat dengan jelas tanpa menggunakan kaca mata
c. Uji nervus III oculomotorius : Tidak ada edema kelopak mata, hipermi
konjungtiva,hipermi sklera kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit
(endophthalmus), dan bola mata menonjol (exophthalmus)
d. Nervus IV toklearis :Ukuran pupil normal
e. Nervus V trigeminus ( sensasi kulit wajah) : Pasien dapat membuka dan
menutup mulut
f. Nervus VI abdusen : Tidak ada strabismus (juling), gerakan mata normal
g. Uji nervus VII facialis : Pasien dapat menggembungkan pipi, dan menaikkan
dan menurunkan alis mata
h. Nervus VIII auditorius/AKUSTIKUS : Pasien dapat mendengar kata kata
dengan baik
i. Nervus IX glosoparingeal : Terdapat reflek muntah
j. Nervus X vagus : Dapat menggerakan lidah
k. Nervus XI aksesorius : Dapat menggeleng dan menoleh kekiri kanan, dan
mengangkat bahu
l. Nervus XII NucosalNsal/ hipoglosum : Dapat menjulurkan lidah.
Pemeriksaan Reflek fisiologis : Normal, tidak ada gangguan.
Pemeriksaan reflek patologis : Normal, tidak ada gangguan.
GCS (Glasgow Coma Scale) :
- Eye/membuka mata (E) : 4
- Motorik (M) : 6
- Verbal/bicara (V) : 5
d. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa :tidak ada keluhan
Perempuan :
Genetalia eksterna
Inspeksi : ada kemerahan, ada tandatanda infeksi, ada pengeluaran per vagina
(cairan)
Kandung kemih:
Inspeksi : tidak adanya massa/ benjolan, tidak ada pembesaran kandung kemih dan
keteganganya
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan
Ginjal :
Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang (karena hidronefrosis atau tumor di
daerah retroperitoneum).
Palpasi : tidak ada adanya nyeri tekan abdomen kuadran I dan II diatas umbilikus,
suhu kulit, massa
Mulut
Lidah
Faring Esofagus
Perkusi: Tymphani
Palpasi:Tidak ada perbesaran serta nyeri tekan pada kuadan I, II, III, IV
55
1. Kulit :
Palpasi : Kulit lembab
Inspeksi :tidak ada Petekie
2. Otot dan tulang :
Palpasi :tidak Nyeri otot dan tulang
C. DIAGNOSIS
ANALISA DATA
Ns. Diagnosis
(NANDA-I)
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 5 : Hidrasi
DEFINITION
Penurunan cairan intravascular, interstisial, dan/atau intraselular. Ini mengacu pada dehidrasi
kehilangan cairan saja tanpa perubahan natrium
DEFINING
CERATERISTICS
RELATED TO
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Manajemen - Timbang BB dan Defisit volume cairan Tekanan
cairan (4120) monitor setiap hari Darah
- Catat intake dan output Denyut nadi
Definisi :
- Monitor status hidrasi 24 jam intak
Penongkatan dan output
(membrane mukosa,
keseimbangan seimbang
nadi, tekanan darah) Membran
cairan dan - Monitor tanda vital
mukosa
- Monitor masukan
pencegahan lembab
cairan dan kalori Cairan
komplikasi
- Beri terapi IV elektrolit
- Monitor status nutrisi
- Beri cairan
- Nasihati tanda dan
gejala kelebihan cairan
E. IMPLEMENTASI
1. Memonitor status
hidrasi (membrane mukosa, nadi,
tekanan darah)
2. Memonitor tanda
16.00
vital
3. Memonitor masukan cairan dan kalori
4. Memonitor status nutrisi
1. Menasihati
tanda dan gejala kelebihan cairan
F. EVALUASI
O:
RR 24 x/menit
Suhu 37 C
TD 110/70 mmHg
Nadi 80x/menit
BB 57 kg
Ekspresi wajah sedikit
tenang
Pasien sudah tidak
nampak memegangi perut
bagian bawah
Terlihat sudah tidak
gelisah, bingung, lemah
Membrane mukosa kering
Vulva kotor dan lembab
Warna perinenum
kemerahan dan keluar
cairan putih kekuningan
serta berbau.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
E : RR : 24 x/menit
T : 37 C
TD : 110/70 mmHg
Nadi :80x/menit
BB 57
Membrane mukosa lembab
Sudah tidak terjadi perdarahan
pada vagina
Vulva bersih
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kehamilan mola merupakan komplikasi dan penyulit kehamilan pada trimester 1. Hasil
konsepsi pada kehamilan mola tidak berkembang menjadi embrio setelah pembuahan tetapi
terjadi villi koriales disertai dengan degenerasi hidropik.Kehamilan mola hidatidosa adalah
suatu kondisi tidak normal dari plasenta akibat kesalahan pertemuan ovum dan sperma suatu
vertilisasi (Sarwono Prawirohardjo, 2003). Mola hidatidosa ditandai oleh kelainan villi
korialis, yang terdiri dari proliferasi trofoblastikdengan derajat yang bervariasi dan edema
sroma vilus. Ada tidaknya jaringan janin telah digunakan untuk menggolongkannya
menjadibentuk mola yang komplet (klasik) dan parsial (inkomplet).
Kekurangan vitamin A diduga kuat menjadi salah satu penyebab terjadinya mola
hidatidosa. Namun faktor penyebabnya adalah faktor ovum,imunoselektif dan tropoblast,
keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi, kekuranangan protein, infeksi virus dan
faktor kromosom yang belum jelas. Pada penderita mola dapat ditemukan beberapa gejala-
gejala seperti terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari
kehamilan biasa dan amenore, terdapat perdarahan per vagina yang sedikit atau banyak, tidak
teratur, warna tungguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak, pembesaran uterus tidak
sesuai (lebih besar) dengan tua kehamilan seharusnya, tidak teraba bagian-bagian janin dan
balotemen, juga gerakan janin serta tidak terdengar bunyi jantung janin.
Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi seperti anemia, syok,
preeklampsi atau eklampsia, tirotoksikosis, infeksi sekunder, perforasi karena keganasan dan
karena tindakan, menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20% kasus, akan menjadi mola
destruens atau kariokarsinoma. Pemeriksaan penunjang yan dapat dilakukan adalah dilihat
dari reaksi kehamilan, dilakukan pemeriksaan dalam, dan uji sonde, sedangkan
penatalaksanaan yang dilakukan berupa terapi, periksa ulang (follow-up), sitostatika
profilaksis pada mola hidatidosa
4.2 Saran
PENDAHULUAN
(HIPOREMESIS)
1 Latar Belakang
Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling
menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Akan tetapi, dokter obstetri dan
dokter umum menganggap mual dan muntah hanya semata-mata merupakan sebuah
gejala fisiologis, dan sebuah masalah yang sering kali membuat mereka merasa tidak
berdaya untuk membantu mengatasinya. Mual dan muntah sering kali diabaikan karena
dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa mengakui dampak
hebat yang ditimbulkannya pada wanita dan keluarga mereka (Denise Tiran, 2008).
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama.
Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-mual dan 44%
mengalami muntah-muntah.
Bila wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri,
keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit.
Perbandingan insiden hiperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan. Sindrom ini ditandai
dengan adanya muntah yang sering, penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis karena
kelaparan, alkalosis, yang disebabkan menurunnya asam HCl lambung dan hipokalemia.
Dampak yang ditimbulkan pada ibu yaitu kekurangan nutrisi dan cairan sehingga
keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam
basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang
menyebabakn peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan
memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang
tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah
janin berkurang (setiawan, 2007). Pada janin/bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di
awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu
menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami BBLR,
IUGR, Premtur hingga menjadi abortus (Wiknjosastro, 2005).
2 Rumusan Masalah
1 Apa definisi dari mola hiperemesis?
2 Apakah etiologi dari hipemeresis?
3 Bagaimana patofisiologi hiperemesis ?
4 Bagaimana pathway (WOC) dari hiperemesis ?
5 Apa manifestasi klinis dari hiperemesis?
6 Apa komplikasi dari hiperemesis ?
3 Tujuan
1 Agar mahasiswa mengetahui definisi dari hiperemesis
2 Agar mahasiswa mengetahui etiologi dari hiperemesis
3 Agar mahasiswa mengetahui patofisiologi dari hiperemesis
4 Agar mahasiswa mengetahui pathway (WOC)dari hiperemesis
5 Agar mahasiswa mengetahui manifestasi klinis dari hiperemesis
6 Agar mahasiswa mengetahui komplikasi yang terjadi pada pasien hiperemesis
7 Agar mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien hiperemesis
8 Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan pada pasien mola hiperemesis
4 Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis,
sehingga dapat memenuhi tugas mata kuliah Sistem Reproduksi yang diberikan. Secara
teoritis makalah ini berguna sebagai ilmu pengetahuan mengenai Hiperemesis
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan
sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi
buruk. (Sarwono Prawirohardjo, lmu Kebidanan 1999)
2 Etiologi
3. Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini,
rumah tangga retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan,takut terhadap tanggug jawab sebagai
ibu
3 Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil
muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
2.11 Komplikasi
1. Dehidrasi berat,
2. Penurunun berat badan yang cukup banyak.
3. Gangguan keseimbangan asam basa.
4. suhu meningkat,
5. Kerusakan retina, saraf, dan renal.
6. kelaparan gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan
dan hubungan keluarga,
7. menarik diri dan depresi
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad. (2008). Obstetri Patologi, Elstar Offset,
Bandung.
Wong, Dona L & Perry, Shanon W. (2011). Material Child Nursing Care, Mosby Year Book
Co., Philadelphia.