You are on page 1of 8

5.

Analisa Ekonomi
Pada prarancangan pabrik asam sulfat ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi
dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang ini menguntungkan dari segi
ekonomi atau tidak. Bagian terpenting dari prarancangan ini adalah estimasi harga dari alat-
alat karena harga digunakan sebagai dasar untuk estimasi analisa ekonomi, di mana analisa
ekonomi dipakai untuk mendapatkan perkiraan atau estimasi tentang kelayakan investasi
modal dalam kegiatan produksi suatu pabrik dengan meninjau kebutuhan modal investasi,
besarnya laba yang akan diperoleh, lamanya modal investasi dapat dikembalikan dalam titik
impas. Selain itu, analisa ekonomi juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah pabrik yang
akan didirikan dapat menguntungkan atau tidak jika didirikan. Maka pada prarancangan pabrik
asam sulfat ini, kelayakan investasi modal pada sebuah pabrik akan dianalisa meliputi :
a) Profitability
b) % Profit on Sales (POS)
c) % Return on Investment (ROI)
d) Pay Out Time (POT)
e) Break Event Point (BEP)
f) Shut Down Point (SDP)
g) Discounted Cash Flow (DCF)
Untuk meninjau faktor-faktor tersebut perlu diadakan penaksiran terhadap beberapa
faktor, yaitu :
1) Penaksiran modal industri ( Total Capital Investment )
Capital Investment adalah banyaknya pengeluaran-pengeluaran yang diperlukan
untuk fasilitasfasilitas produktif dan untuk menjalankannya. Capital Investment
meliputi :
a. Modal Tetap (Fixed Capital Investment)
b. Modal Kerja (Working Capital)
2) Penentuan biaya produksi total (Total Production Costs), terdiri dari :
a. Biaya pengeluaran (Manufacturing Costs)
b. Biaya pengeluaran umum (General Expense)
3) Total pendapatan penjualan produk asam sulfat

5.1. Penaksiran Harga Peralatan


Harga peralatan pabrik dapat diperkirakan dengan metode yang dikonversikan
dengan keadaan yang ada sekarang ini. Penentuan harga peralatan dilakukan dengan
menggunakan data indeks harga.

Tabel 2. Indeks Harga Alat


Cost Indeks Tahun Chemical Engineering Plant Indeks
1998 389,5
1999 390,6
2000 394,1
2001 394,3
2002 390,4

Sumber: Peters dan Timmerhaus, 2003

Tabel 3. Indeks Harga Alat (lanjutan)


Cost Indeks Tahun Chemical Engineering Plant Indeks
2003 402,0
2004 444,2
2005 468,2
2006 499,6
2007 537,2

Sumber: www.processengineeringmanual.it

Gambar. 2 Chemical Engineering Cost Index


Dengan asumsi kenaikan indeks linear, maka dapat diturunkan persamaan least square
sehingga didapatkan persamaan berikut :
Y = 15,9 X - 31416
dengan : Y = indeks harga
X = tahun pembelian
Dari persamaan tersebut diperoleh harga indeks di tahun 2015 adalah 622,50.
Harga alat dan lainnya diperkirakan pada tahun evaluasi (2015) dan dilihat dari
grafik pada referensi. Untuk mengestimasi harga alat tersebut pada masa sekarang
digunakan persamaan :
Nx
Ex = Ey Ny (Aries dan Newton, 1995)

dengan :
Ex : harga pembelian pada tahun 2015
Ey : harga pembelian pada tahun referensi
Nx : indeks harga pada tahun 2015
Ny : indeks harga tahun referens

5.2. Penentuan Total Capital Investment (TCI)


Asumsi-asumsi dan ketentuan yang digunakan dalam perhitungan analisa
ekonomi:
a. Pengoperasian pabrik dimulai tahun 2016
b. Proses yang dijalankan adalah proses kontinyu
c. Kapasitas produksi adalah 100.000 ton/tahun
d. Jumlah hari kerja adalah 330 hari/tahun
e. Shut down pabrik dilaksanakan selama 35 hari dalam satu tahun untuk
f. perbaikan alat-alat pabrik
g. Umur alat-alat pabrik diperkirakan 10 tahun
h. Nilai rongsokan (Salvage Value) adalah nol
i. Situasi pasar, biaya dan lain-lain diperkirakan stabil selama pabrik beroperasi
j. Upah buruh asing US $ 8,5 per manhour
k. Upah buruh lokal Rp. 10.000,00 per manhour
l. Perbandingan jumlah tenaga asing : Indonesia = 5% : 95%
m. Harga bahan baku sulfur US$ 0,18 / kg
n. Harga produk asam sulfat US$ 0,40 / kg
o. Harga katalis vanadium pentoksida US$ 1 / kg
p. Kurs rupiah yang dipakai Rp. 9.135,00 (Kurs pada 27/12/2011, www.bi.go.id)

5.2.1. Modal Tetap (Fixed Capital Investment)


Tabel 4. Modal Tetap
No Keterangan US $ Rp Total Harga (Rp)
1 Harga pembelian peralatan 2.089.668 - 19.089.116.258
2 Instalasi alat-alat 217.602 1.111.773.600 3.099.564.298
3 Pemipaan 846.229 1.353.153.934 9.083.457.212
4 Instrumentasi 419.661 208.458.849 4.042.058.230
5 Isolasi 51.810 182.858.640 656.142.512
6 Listrik 120.890 109.715.184 1.214.044.224
7 Bangunan 518.099 - 4.732.838.742
8 Tanah dan perbaikan lahan 207.240 11.249.000.000 13.142.135.497
9 Utilitas 1.300.837 - 11.883.145.320
Physical Plant Cost 5.772.035 14.214.960.206 66.942.502.293
10 Engineering dan Construction 1.154.407 2.842.992.041 13.338.500.458
Direct Plant Cost 6.926.442 17.057.952.248 80.331.002.752
11 Contractors fee 277.058 628.318.090 3.213.240.110
12 Contingency 692.644 1.705.795.225 8.033.100.275
Fixed Capital Invesment (FCI) 7.896.144 19.446.065.562 91.557.343.137

5.2.2. Modal Kerja (Working Capital Invesment)


Tabel 5. Modal Kerja
No Jenis US $ Rp Total Rp
1 Persediaan bahan baku 598.757 - 5.469.641.356
2 Persediaan bahan dalam proses 6.328 4.267.980 62.078.355
3 Persediaan produk 2.088.388 1.408.433.292 20.485.857.158
4 Extended Credit 3.810.687 - 34.810.623.018
5 Available Cash 2.088.388 1.408.433.292 20.485.857.158
Working Capital Invesment (WCI) 8.592.548 2.821.134.564 81.314.057.044

Total Capital Investment (TCI)


= FCI + WCI
= Rp 91.577.343.137 + Rp 81.314.057.044
= Rp 172.891.400.181

5.3. Biaya Produksi Total (Total Production Cost)


5.3.1. Manufacturing Cost
a. Direct Manufacturing Cost (DMC)

Tabel 6. Direct Manufacturing Cost


No Jenis US $ Rp Total Rp
1 Harga bahan baku 7.185.079 - 65.635.696.269
2 Gaji Pegawai - 3.620.400.000 3.620.400.000
3 Supervisi - 1.584.000.000 1.584.000.000
4 Maintenance 473.769 1.166.763.934 5.494.640.588
5 Plant Supplies 71.065 175.014.590 824.196.088
6 Royalty & Patent 457.282 - 4.177.274.762
7 Utilitas - 5.500.653.768 5.500.653.768
Direct Manufacturing Cost (DMC) 8.187.195 12.046.832.292 86.836.861.476

b. Indirect Manufacturing Cost (IMC)


Tabel 7. Indirect Manufacturing Cost
No Jenis US $ Rp Total Rp
1 Payroll Overhead - 5.43.060.000 543.060.00
2 Laboratory - 362.040.000 362.040.000
3 Plant Overhead 2.088.388 - 1.810.200.000 1.810.200.000
4 Packaging 16.004.884 - 146.204.616.675
Indirect Manufacturing Cost (IMC) 16.004.884 2.715.3000.000 148.919.916.675

c. Fixed Manufacturing Cost (FMC)


Tabel 8. Fixed Manufacturing Cost
No Jenis US $ Rp Total Rp
1 Depresiasi 631.692 1.555.685.245 7.326.187.451
2 Property Tax 157.923 388.921.311 1.831.546.863
3 Asuransi 78.961 194.460.656 915.773.431
Fixed Manufacturing Cost (FMC) 871.061 2.140.717.812 10.073.507.745

Total Manufacturing Cost (TMC)


= DMC + IMC + FMC
= Rp (86.836.861.476 + 148.919.916.675 + 10.073.507.745)
= Rp 245.830.285.895

5.3.2. General Expense (GE)


Tabel 9. General Expense
No Jenis US $ Rp Total Rp
1 Administrasi - 4.888.600.000 4.888.600.000
2 Sales 9.145.648 - 83.545.495.243
3 Research 1.280.391 - 11.696.369.334
4 Finance 841.845 697.736.731 8.387.987.857
General Expense (GE) 11.267.883 5.586.336.731 108.518.452.433

Biaya Produksi Total (TPC)


= TMC + GE
= Rp 245.830.285.895 + Rp 108.518.452.433
= Rp 354.348.738.328
5.4. Keuntungan Produksi
a) Penjualan selama 1 tahun :
Asam sulfat = US $ 45.728.240
Total penjualan = US$ 45.728.240
= Rp 417.727.476.213
Biaya produksi total = Rp 354.348.738.328
Keuntungan sebelum pajak = Rp 63.378.737.884
b) Pajak = 25 % dari keuntungan
= Rp 15.844.684.471 (www.pajak.go.id)
c) Keuntungan setelah pajak = Rp 47.534.053.413

5.5. Analisa Kelayakan


a. % Profit on Sales (POS)
POS adalah persen keuntungan penjualan produk terhadap harga jual produk
itu sendiri. Besarnya POS pabrik asam sulfat ini adalah :
POS sebelum pajak = 15,17%
POS setelah pajak = 11,38%
b. % Return on Investment (ROI)
ROI adalah tingkat pengembalian modal dari pabrik ini, dimana untuk pabrik
yang tergolong high risk, mempunyai batasan ROI minimum sebelum pajak
sebesar 44%.
ROI sebelum pajak = 69,21%
ROI setelah pajak = 51,91%
c. Pay Out Time POT
POT adalah jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan Fixed
Capital Investment berdasarkan profit yang diperoleh. Besarnya POT untuk
pabrik yang beresiko tinggi sebelum pajak adalah maksimal 2 tahun.
POT sebelum pajak= 1,3 tahun
POT setelah pajak = 1,7 tahun
d. Break Event Point (BEP)
BEP adalah titik impas, suatu keadaan dimana besarnya kapasitas produksi
dapat menutupi biaya keseluruhan. Besarnya BEP untuk pabrik asam sulfat ini
adalah 45,14%
e. Shut Down Point (SDP)
SDP adalah suatu titik dimana pabrik mengalami kerugian sebesar Fixed Cost
yang menyebabkan pabrik harus ditutup. Besarnya SDP untuk pabrik asam
sulfat ini adalah 35,45%
f. Discounted Cash Flow (DCF)
DCF adalah perbandingan besarnya persentase keuntungan yang diperoleh
terhadap capital investment dibandingkan dengan tingkat bunga yang berlaku
di bank. Tingkat bunga simpanan dan pinjaman di Bank Mandiri masing-
masing sebesar 6,5% dan 13,5% (www.bankmandiri.co.id, 2011), dari
perhitungan nilai DCF yang diperoleh adalah 31,06%.

Tabel 10. Analisa Kelayakan


No Keterangan Perhitungan Batasan
1 Return On Investment (% ROI) Min 44 % (resiko tinggi)
ROI sebelum pajak 69,21%
ROI setelah pajak 51,91%
2 Pay Out Time (POT) Maks 2 tahun (resiko tinggi)
POT sebelum pajak 1,3 tahun
Pot setelah pajak 1,7 tahun
3 Break Even Point (BEP) 45,14 % 40-60%
4 Shut Down Point (SDP) 35,45 % -
5 Discounted Cash Flow (DCF) 31,06 % 6,5 % (Bunga simpanan)*
13,5 % (Bunga simpanan)*
*Bank Mandiri
Dari analisa ekonomi yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa pendirian
pabrik asam sulfat dengan kapasitas 100.000 ton/tahun layak dipertimbangkan untuk
direalisasikan pembangunannya.

Gambar 3. Grafik Analisa Kelayakan

Keterangan gambar :
Fa : Fixed manufacturing cost
Va : Variable cost
Ra : Regulated cost
Sa : Sales
SDP : Shut down point
BEP : Break even point

You might also like