You are on page 1of 13

STATUS PASIEN

A. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. R
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jua-Jua
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
MRS : 20 Mei 2017

B. ANAMNESIS (autoanamnesis tanggal 20 Mei 2017)


Keluhan Utama :
Perut mulas dengan hamil kurang bulan

Riwayat perjalanan penyakit :


2 bulan SMRS os mengeluh perut mulas yang menjalar hingga ke
pinggang, makin lama makin sering (+). Riwayat keluar lendir darah (-). Riwayat
keluar air-air (-). Riwayat trauma (-). Riwayat keputihan (+) sejak awal bulan
kehamilan. Riwayat demam (-). Riwayat post coital (-). Riwayat perut diurut-urut
(-). Os lalu berobat ke bidan dan diberi Duvadilan dan vitamin. Keluhan perut
mulas menghilang.
3 jam SMRS os mengeluh perut mulas yang menjalar ke pinggang, makin
lama makin sering (+). Riwayat keluar lendir darah (-). Riwayat keluar air-air (-).
Riwayat trauma (-). Riwayat keputihan (+) sejak awal bulan kehamilan. Riwayat
demam (-). Riwayat post coital (+). Riwayat perut diurut-urut (-). Os mengaku
hamil kurang bulan dan gerakan janin masih dirasakan.

Riwayat Perkawinan : 1 x lamanya 7 tahun.

Riwayat Reproduksi : Menarche umur 15 tahun, haid teratur, siklus 28 hari,


lamanya 7 hari.
Riwayat Obstetri : G3P1A0
No Tempat Tahun Hasil Jenis Penyulit Nifas Anak
Bersalin kehamilan Persalinan BB KU
1. Bidan 2006 Postterm Spontan - - 2800 +/+
(12 bulan)
2. Bidan 2008 Aterm Spontan - - 2900 +/+
3. Hamil
ini

Riwayat sosial ekonomi : Sedang


Riwayat gizi : Nafsu makan baik dan tidak ada gangguan pada
miksi maupun defekasi.
Riwayat penyakit yang pernah diderita :
R/ DM disangkal.
R/ Hipertensi disangkal.
R/ Penyakit jantung disangkal.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 160 cm
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37,2oC
Anemia : -/-
Gizi : Sedang
Jantung : HR 80x/m,Bunyi jantung I dan II normal, Reguler,
Murmur (-), gallop (-)
Paru : Vesikuler (+) Normal, Wheezing (-), Ronkhi (-)
Hati/limfa : Sulit dinilai
Refleks fisiologis : +/+
Refleks patologis : -/-
BAK : Biasa
BAB : Biasa
Turgor kulit : Biasa
Mata cekung : -/-
Edema pretibial : -/-

Status Obstetri (20 Mei 2017)


Hari pertama haid terakhir (HPHT) 15 Oktober 2016
Pemeriksaan luar:
Tinggi fundus uteri 28 cm, detak jantung janin 124 kali/menit teratur, letak janin
memanjang, punggung kiri, terbawah kepala, penurunan 5/5, His 1x/10/30,
Tafsiran berat janin : 1700 gram.
Pemeriksaan Dalam:
VT : portio lunak, anterior, pembukaan 2 cm, pendataran 50%, ketuban
(+), terbawah kepala, penurunan floating, penunjuk belum dapat dinilai.
Pemeriksaan panggul:
Tidak dilakukan

D. DIAGNOSIS KERJA
G3P2A0 hamil 32 minggu dengan partus prematurus imminens, janin tunggal hidup
presentasi kepala.

E. PROGNOSIS
Ibu dan janin: dubia ad bonam.

F. PENATALAKSANAAN
1. R/ Konservatif
2. Observasi his, denyut jantung janin, tanda vital ibu.
3. Batasi aktivitas / tirah baring.
4. Tokolitik : MgSO4 40% 4 gram IV bolus pelan-pelan (20-30 menit)
dilanjutkan dengan 10 gram MgSO4 40% dalam D5% 500 cc gtt XXV/menit.
5. Injeksi Cefotaxim 2 x 1 gram IV (skin test) hari ke-1.
6. Nifedipine 3 x 10 mg peroral.
7. Injeksi Dexamethasone 4 x 5 mg IV dengan jarak pemberian 6 jam.
8. Pemeriksaan laboratorium darah rutin, urin rutin.
9. Rencana pemeriksaan USG.
10. Rencana pemeriksaan kultur urin dan bakteriologis vagina.

Hasil pemeriksaan laboratorium (tanggal 20 Mei 2017) :


Darah rutin :
Hb : 11 gr%
Eritrosit : 4.3jt/mm3
Leukosit : 5400/mm3
Hematokrit : 32 %
Hitung jenis : 1/-/1/53/32/7
Urin rutin :
Protein (-)
Glukosa (-)
Keton (-)
Leukosit (++)
Eritrosit (-)
Epitel (-)

G. FOLLOW UP
Keluhan Pemeriksaan Fisik & Diagnosis Penatalaksanaan
21 Mei 2017
S : Perut Mulas O: P:
Status present: Terapi:
KU : Baik 1. R/ Konservatif
Sense : CM 2. Observasi HIS, DJJ, TVI
TD : 120/80 mmHg 3. Batasi aktivitas / tirah baring.
N : 80 x/menit 4. IVFD D5% 500cc + MgSO4 40% 10
T : 37,0oC gram gtt XXV/menit.
RR : 20 x/menit 5. Injeksi Cefotaxim 2 x 1 gram IV
Status Obstetrikus hari ke-2.
Pemeriksaan Luar: 6. Nifedipine 3 x 10 mg peroral.
Tinggi fundus uteri 28 cm, detak jantung janin 124
kali/menit teratur, letak janin memanjang, punggung kiri,
terbawah kepala, penurunan 5/5, his 1x/10/30.
Hasil USG :
Tampak JTH preskep
Biometri : BPD ~ AC 32 minggu; FL ~ 33
minggu
Ketuban cukup
Plasenta letak normal

A:
G3P2A0 hamil 32 minggu dengan partus prematurus
imminens, janin tunggal hidup presentasi kepala

22 Mei 2017
S : Perut Mulas O: Terapi:
berkurang Status present: R/ Konservatif
KU : Baik 1. Observasi HIS, DJJ, TVI
Sense : CM 2. Batasi aktivitas / tirah baring.
TD : 110/80 mmHg 3. IVFD D5% 500cc + MgSO4 40% 10
N : 84 x/menit gram gtt XXV/menit.
T : 37,0oC 4. Injeksi Cefotaxim 2 x 1 gram IV
RR : 22 x/menit hari ke-2.
Status Obstetrikus 5. Nifedipine 3 x 10 mg peroral.
Pemeriksaan Luar:
Tinggi fundus uteri 28 cm, detak jantung janin 120
kali/menit teratur, letak janin memanjang, punggung kiri,
terbawah kepala, penurunan 5/5, his 1x/10/30.
Hasil USG :
Tampak JTH preskep
Biometri : BPD ~ AC 32 minggu; FL ~ 33
minggu
Ketuban cukup
Plasenta letak normal

A:
G3P2A0 hamil 32 minggu dengan partus prematurus
imminens, janin tunggal hidup presentasi kepala

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari
37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram. Persalinan prematur merupakan
hal yang berbahaya karena berpotensi meningkatkan kematian perinatal sebesar
70%. Pada persalinan ini, seringkali bayi prematur mengalami gangguan tumbuh
kembang organ-organ vital yang menyebabkan ia masih belum mampu untuk
hidup di luar kandungan, sehingga sering mengalami kegagalan adaptasi yang
dapat menimbulkan morbiditas bahkan mortalitas yang tinggi.1
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan prematur tidak diketahui.
Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan
preterm, seperti: solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus,
polihidramnion, kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain.
Penyebab persalinan preterm bukan tunggal tetapi multikompleks, antara lain
karena infeksi. Infeksi pada kehamilan akan menyebabkan suatu respon
imunologik spesifik melalui aktifasi sel limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat
yang menginisiasi kontraksi uterus. Terdapat makin banyak bukti yang
menunjukkan bahwa mungkin sepertiga kasus persalinan preterm berkaitan
dengan infeksi membran korioamnion. Dari penelitian Lettieri dkk.(1993),
didapati 38% persalinan preterm disebabkan akibat infeksi korioamnion. Knox
dan Hoerner (1950) telah mengetahui hubungan antara infeksi jalan lahir dengan
kelahiran prematur.

B. Faktor Risiko Prematuritas


Mayor
1. Kehamilan multipel
2. Hidramnion
3. Anomali uterus
4. Serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
5. Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
6. Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali
7. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
8. Operasi abdominal pada kehamilan preterm
9. Riwayat operasi konisasi
10. Iritabilitas uterus

Minor
1. Penyakit yang disertai demam
2. Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
3. Riwayat pielonefritis
4. Merokok lebih dari 10 batang perhari
5. Riwayat abortus pada trimester II
6. Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor;
atau dua atau lebih faktor risiko minor; atau keduanya.

C. Kriteria Diagnosis
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259
hari
2. Sebelum persalinan berlangsung dapat dirasakan tanda sebagai berikut:
nyeri pinggang belakang
rasa tertekan pada perut bagian bawah
terdapat kontraksi irreguler sejak sekitar 24-48 jam
terdapat pembawa tanda seperti bertambahnya cairan vagina atau
terdapat
lendir bercampur darah.

Jika proses persalinan prematur berkelanjutan, terjadi gejala klinik sbb:


1. kontraksi uterus 4x/20menit atau 8x/60menit
2. terjadi perubahan progresif serviks:
pembukaan lebih dari 1 cm
perlunakan sekitar 75-80%
penipisan serviks
D. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan kultur urine
Pemeriksaan gas dan pH darah janin
Pemeriksaan darah tepi ibu
Jumlah lekosit
C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi
akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi
fraksi polisakarida somatik nonspesifik kuman Pneumococcus yang
disebut fraksi C. CRP dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1,
IL-6, TNF.
2. Pemeriksaan ultrasonografi
Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks < 3
cm (USG) , dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi serviks
transperineal lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi intravagina
terutama pada kasus-kasus KPD dan plasenta previa.

E. Penatalaksanaan
Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm dan yang
mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama untuk
meningkatkan keluaran neonatal.
1. Akselerasi pematangan fungsi paru
Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg im. 2 x
selang 24 jam. Atau dexamethasone 5 mg tiap 12 jam (im) sampai 4 dosis.
Thyrotropin releasing hormone 400 ug iv, akan meningkatkan kadar tri-
iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan. Suplemen inositol
juga merupakan pilihan karena inositol merupakan komponen membran
fosfolipid yang berperan dalam pembentukan surfaktan.
2. Pemberian tokolitik
Indeks tokolitik > 8 menunjukkan kontraindikasi pemberian tokolitik
0 1 2 3 4
Kontraksi Tidak ada Irregular Regular - -
Ketuban Tidak ada - Tinggi/tidak - Rendah/pecah
pecah jelas
Perdarahan Tidak ada Spotting Perdarahan - -
Pembukaan Tidak ada 1 cm 2 cm 3 cm 4 cm

Nifedipin 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam.


Umumnya hanya diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3 x 10 mg.
Golongan beta-mimetik
Salbutamol Perinfus : 20-50 g/menit Per oral : 4 mg, 2-4 kali/hari
(maintenance) atau :
Terbutalin Per infuse : 10-15 g/menit, Subkutan: 250 g setiap 6 jam.
Per oral : 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance)
Efek samping : Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi
miokardial, edema paru
3. Magnesium sulfat
Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus 2-4gr/jam
(maintenance)
Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada
ibu dan bayi)

F. Kontraindikasi penundaan persalinan


Mutlak
Gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak.
Relatif
Gestosis; diabetes mellitus (beta-mimetik), pertumbuhan janin terhambat,
pembukaan serviks lebih dari 4 cm.

G. Cara persalinan
1. Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi lebar dan
perlindungan forseps terutama pada bayi < 35 minggu.
2. Indikasi seksio sesarea :
Janin sungsang
Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)
Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi
Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah,
ologohidramnion, dan cairan amnion berbau. bila syarat pervaginam
tidak terpenuhi
Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa,
dan sebagainya).
Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37 C ( rawat intensif di
bagian NICU ), perlu dibahas dengan dokter bagian anak.
Bila bayi ternyata tidak mempunyai kesulitan (minum, nafas, tanpa cacat) maka
perawatan cara kangguru dapat diberikan agar lama perawatan di rumah sakit
berkurang.

H. Penyulit
1. Sindroma gawat nafas (RDS)
2. Perdarahan intrakranial
3. Trauma persalinan
4. Paten duktus arteriosus
5. Sepsis
6. Gangguan neurologi

I. Komplikasi
1. Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering
terjadi mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi.
Bayi-bayi preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Morales
(1987) menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita
anmionitis memiliki risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan risiko distres
pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan
intraventrikuler 3 kali lebih besar.
2. Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).
Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa
bernafas dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat
terisi oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena
adanya suatu bahan yang disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru
dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Bayi prematur seringkali
tidak menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang memadai, sehingga
alveolinya tidak tetap terbuka.
Diantara saat-saat bernafas, paru-paru benar-benar mengempis, akibatnya
terjadi Sindroma Distres Pernafasan. Sindroma ini bisa menyebabkan
kelainan lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada bayi
diberikan oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin mereka perlu
ditempatkan dalam sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan (bisa
diteteskan secara langsung melalui sebuah selang yang dihubungkan dengan
trakea bayi).
3. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan
refleks menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak
atau serangan apneu. Selain paru-paru yang belum berkembang, seorang
bayi prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini bisa
menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di otak mungkin
belum matang. Untuk mengurangi mengurangi frekuensi serangan apneu
bisa digunakan obat-obatan. Jika oksigen maupun aliran darahnya
terganggu. otak yang sangat tidak matang sangat rentan terhadap perdarahan
(perdarahan intraventrikuler) atau cedera .
4. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian
makanan. Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan
membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian
susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah. Pada awalnya,
lambung yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah
makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu
banyak dapat menyebabkan bayi muntah.
5. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)
6. Displasia bronkopulmoner.
7. Penyakit jantung.
8. Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal
untuk membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah
merah) dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang lahir
prematur, memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat (yang bersifat
sementara), yang dapat menyebabkan sakit kuning (jaundice).
Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan
karena kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih belum
sempurna. Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang
sejalan dengan perbaikan fungsi pencernaan bayi.
9. Infeksi atau septikemia.
10. Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna.
Mereka belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya
melewati plasenta.
Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih
tinggi. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi
(peradangan pada usus).
11. Anemia .
12. Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah,
bisa tinggi (hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
13. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.
14. Keterbelakangan mental dan motorik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham M.D, et all. 2005. Preterm Birth. In: Williams Obstetrics. 23 nd


ed.McGraw- Hill.
2. Goepfert A.R. 2001. Preterm Delivery. In: Obstetrics and Gynecology Principle
for Practise. McGraw-Hill.
3. Iams J.D. 2004. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine. 5 th
ed.Saunders.
4. Jafferson Rompas. 2004.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/145-
11Persalinanpreterm.pdf/145.30
5. Medlinux. 2007.http://medlinux.blogspot.com/2007/11/ruptur membran - pre-
persalinan.html

You might also like