You are on page 1of 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kanker Serviks


Carsinoma serviks adalah pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel
epithel yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan
metastasis.(Dorland, 1998)
Kanker serviks adalah karsinoma pada leher rahim dan menempati urutan
pertama di dunia.(Sjamjuhidayat, 2005)
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di
daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan
mukosa kanalis servikalis.
Kanker serviks adalah keganaasan nomor tiga paling sering dari alat
kandungan dan menempati urutan ke delapan dari keganasan pada perempuan di
Amerika.(Yatim F, 2005)
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan serviks.
Kanker serviks merupakan kanker leher rahim yang paling ganas dari beberapa
kanker pada wanita yang lain.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Uterus

Rahim (uterus) adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya
ditutupi oleh peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim.
Dalam keadaan tidak hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil di antara
kandung kemih dan dubur. Rahim berbentuk seperti bola lampu pijar atau buah

4
pear, mempunyai rongga yang terdiri dari tiga bagian besar yaitu, badan rahim
(korpkus uteri) berbentuk segitiga, leher rahim (serviks uteri) berbentuk silinder,
dan rongga rahim (kavum uteri). Bagian rahim antara kedua pangkal tuba, yang
disebut fundus uteri, merupakan bagian proksimal rahim. Besar rahim berbed-
beda, bergntung pada usia dan pernah melahirkan anak atau belum. Ukurannya
kira-kira sebesar telur ayam kampong.
Pada multipara ukurannya 5,5-8 cm x 3,5-4 cm x 2-2,5 cm, multipara 9-9,5
cm x 5,5-6 cm x 3-3,5 cm. Beratnya 40-50 gram pada nulipara dan 60-70 gram
pada multipara. Letak rahim dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi.
Letak-letak lainnya adalah antefleksi (tengah ke depan), retrofleksi (tengah ke
belakang), anteversi (terdorong ke depan), retroversi (terdorong ke belakang).
Suplai darah rahim dialiri oleh arteri uterine yang berasal dari arteri iliaka interna
(arteri hipogastrika) dan arteri ovarika.
Fungsi utama rahim adalah setip bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat
janin tumbuh kembang, dan berkontraksi terutama sewaktu beralin dan sesudah
bersalin.

2.3 Etiologi
Penyebab dari kanker serviks belum diketahhui dengan pasti tetapi sebagian
besar data epidemologik memasukkan factor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku seksual. Penyebab terutama kanker serciks adalah infeksi virus HPV
(human papilloma virus). Lebih dari 90% kanker serviks jenis skuamosa
mengandung DNA virus HPV dan 50% kanker serviks berhubungan dengan HPV
tipe 16. Penyebaran virus ini terutama melalui hubungan seksual. Dari banyak tipe
HPV, tipe 16 dan 18 mempunyai peranan yang penting melalui sekuensi gen E 6
akan mengikat dan menjadikan gen penekan tumor (p53) menjadi tidak aktif,
seangkan onkoprotein E7 akan berikatan dan menjadikan produk gen
retinoblastona (pRb) menjadi tidak aktif.
Ada beberapa factor predisposisi yaitu:
a. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. Penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual maka semakin

5
besar kemungkinan mendapatkan kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda.
b. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat kanker serviks.
c. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai factor resiko yang sangat besar terhadap kanker serviks
d. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kandiloma akuinata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks.
e. Sosial ekonomi
Kanker servik banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah.
Mungkin factor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas, dan
kebersihan perorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuintitas dan kualitas makanan kurang. Hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Hygine dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini dikarenakan pada pria non
sirkumsisi higine penis tidak terawatt sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
g. Merokok dan AKDR(Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker sedangkan pemakaian
AKDR akan terpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
servik yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.(Yatim,
Faisal, 2005)

2.4 Klasifikasi Kanker Serviks


Tahapan stadium klinis dari kanker servik menurut The International
Federation of Gynecologic and Obstetrics (FIGO), tahun 1978, yang
berdasarkan pada pemeriksaan klinis, radiologi, kuretasi endoserviks dan
biopsi, (Wiknjosastro,et.al,1999) yaitu;
a. Karsinoma Preinvasive

6
Stadium 0 : Karsinoma in situ ( KIS ), karsinoma intraepitel,
membrane basalis masih utuh
b. Karsinoma Invasive
Stadium I Karsinoma terbatas pada serviks.
Stadium I a Karsinoma microinvasive; bila membrane basalis
sudah rusak dan sel tumor sudah memasuki stroma tak
> 3 mm, dan sel tumor tidak terdapat dalam pembuluh
limfa atau pembuluh darah.
Stadium I b occ Stadium sebelum terdeteksi OCC atau Occult
Cancer Should / tersembunyi.
Stadium I b Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang
histologik menunjukkan invasi ke dalam stroma
serviks uteri
Stadium II Karsinoma meluas kebawah servik, tetapi tidak
melibatkan dinding panggung. Melibatkan dinding
vagina 2/3 proksimal.
Stadium II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih
terbebas dari infiltrate tumor
Stadium II b Penyebaran ke parametrium, uni / bilateral
Stadium III Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina
atau parametrium sampai dinding panggul
Stadium III a Penyebaran sampai 1/3 bagain distal vagina, sedang ke
parametrium tidak persoalkan asal idak sampai dinding
panggul
Stadium III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, sudah ada
gangguan fungsi ginjal
Stadium IV Meluas ke mukosa kandung kemih & rektum
Stadium IV a Kanker menyebar ke daerah lain sekitarnya
Stadium IV b Kanker menyebar ke organ lain yang lebih jauh seperti,
paru - paru, otak, tulang, dan hepar.

2.5 Patofisiologi
Kanker serviks dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti menikah diusia
muda maupun jarak kehamilah yang dekat. Hal ini dapat menimbulkan suatu

7
kerentanan terhadap keganasan pada serviks karena keadaan serviks yang belum
sempurna. Selain itu, dapat kanker serviks dapat dipicu juga oleh virus HIV / HPV
yang didapat sebagai penularan penyakit kelamin, virus ini dapat menyebabkan
defisiensi imun sehingga terjadi keganasan oportunistik dimana kuman hidup dan
berkembang sehingga menginfeksi sel epitel yang menyebabkan gangguan
proliferasi sel epitel serviks. Hal tersebut juga terjadi jika hygiene seseorang itu
jelek, pasangan yang tidak sunat ataupun ganti-ganti pasangan. Kebiasaan
merokok juga dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks, zat karsinogenik
yang terdapat pada rokok dapat menyebabkan mutasi sel dan berkembang menjadi
sel dysplasia. Faktor keturunan atau genetik juga menjadi faktor lain penyebab
kanker serviks pada seseorang.

Kanker serviks akan memicu peningkatan metabolism yang menyebabkan


cadangan energy tubuh menurun sehingga menimbulkan masalah keperawatannya
risiko cidera. Infeksi local serabut saraf didaerah panggul akibat kanker serviks
dapat menimbulkan rasa nyeri. Kanker serviks ini juga memicu produksi
keputihan yang berlebih sehingga menjadi sarang bakteri dan menimbulkan bau
khas kanker serviks itu sendiri, dari bau yang ditimbulkan dari keputihan tersebut
mempengaruhi nafsu makan sehingga pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh dan gangguan eliminasi fekal karena kurangnya asupan cairan dan serat bagi
tubuh. Selain menyebabkan produksi keputihan yang berlebih, kerusakan struktur
jaringan serviks oleh kanker serviks ini juga menyebabkan terjadinya ulserasi
sehingga terjadi perdarahan spontan setelah coitus dan menimbulkan rasa cemas
pada penderita, bila perdarahan ini terjadi berulang dapat menimbulkan masalah
deficit volume cairan yang menyebabkan terjadinya anemia pada penderita dan
terjadi masalah keperawatan yaitu risiko cidera.

Kanker serviks dapat pula bermetastase ke berbagai organ seperti pada


sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem pernapasan, dan bahkan pada otak.
Pada sistem perkemihan dapat terjadi penyumbatan pada ureter dan vesika urinaria
menjadi penuh sehingga menyebabkan anuria/oliguria dan poliuria. Sedangkan

8
pada sistem pencernaan terbentuk ulkus yang menyebabkan terajdinya perdarahan
dan juga terjadinya peningkatan asam lambung yang menimbulkan mual muntah.
Pada sistem pernapasan terjadinya gangguan pada pengembangan paru sehingga
pertukaran O2 dan CO2 ikut terganggu dan menimbulkan masalah keperawatan
gangguan pola napas. Dan pada otak terjadi kerusakan saraf pada otak yang
menyebabkan terjadinya stroke dan bila tidak ditangani secara cepat dan tepat
dapat menyebabkan kematian.

Kanker serviks dapat diobati dengan beberapa terapi seperti salah satunya
adalah dengan malakukan kemoterapi. Pada kemoterapi dapat menimbulkan
supresi sumsum tulang sebagai konsekuensi dilakukannya terapi ini, supresi
sumsum tulang menyebabkan penurunan leukosit yang mempengaruhi terhadap
kerentanan tubuh terkena infeksi sehingga menimbulkan masalah keperawatan
risiko tinggi infeksi.

2.6 Woc (terlampir)


2.7 Manifestasi Klinis
Pada penderita kanker serviks biasanya dapat ditemukan gejala - gejala
sebagai berikut (Wiknjosastro,et.al,1999) ;

a. Keputihan, berbau busuk


b. Siklus menstruasi tidak teratur.
c. Tidak menstruasi sama sekali.
d. Pengeluaran dari vagina yang tidak normal.
e. Perdarahan pada post senggama.
f. Nyeri ; rasa nyeri yang berawal dari lumbal kemudian menjalar ke
panggul bagian depan dan belakang paha, lutut, sampai pergelangan kaki.
g. Perdarahan pada saat buang air kecil.
h. Perdarahan pada anus.
2.8 Komplikasi
Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah sangat
menurun yang berhubungan dengan peningkatan teknik-teknik pembedahan

9
tersebut. Komplikasi tersebut meliputi fistula uretra, disfungsi kandung kemih,
emboli pulmonal, limfosit, infeksi pelvis, obstruksi usus dan fistula rektovaginal.
Komplikasi yang dialami segera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit,
sistitis radiasi dan enteritis. Komplikasi berkaitan pada kemoterapi tergantung
pada kombinasi obat yang digunakan. Masalah efek samping yang sering terjadi
adalah supresi sumsum tulang, mual dan muntah karena penggunaan kemoterapi
yang mengandung siplatin.

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan pada klien tergantung pada jenis
atau klasifikasi dari kanker serviks yaitu ;
Stadium 0 : Dilakukan pengobatan berupa Histerektomi total
dengan vaginektomi parsial.

: Dilakukan pengobatan berupa Histerektomi total dan


Stadium I
radiasi.

: Dilakukan pengobatan berupa Histerektomi dan


Stadium II a
radiasi

: Pengobatan berupa radiasi.


Stadium II b
: Pengobatan berupa radiasi
Stadium III
:
Dilakukan pengobatan berupa radiasi dan pembedahan
Stadium IV
bila terjadi gangguan akibat perluasan kanker serviks.

1. Pengobatan
a. Pemeriksaan Pap Smear
Adalah sesuatu pemeriksaan sel leher rahim sampai mengarah pada
pertumbuhan sel kanker sejak dini. Pemeriksaan sel leher rahim dengan
cara ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 40an. Berkat teknik
pemeriksaan ini, angka kematian karena kenker rahim menurun sampai
75%.

10
b. Operasi
Pada prinsipnya, operasi sebagai pengobatan kanker leher rahim dilakukan
apabila kanker belum menyebar. Bila tumor masih berada didalam
jaringan service dan ukurannyan masih kurang dari 3mm. maka dilakukan
operasi ekstra facial histerektomi. Biasanya operasi dengan cara ini pada
penderita tingkat klinik seperti ini. Resiko kambuh dan penyebaran ke
kelenjar getah bening adalah kurang dari 1%. Kanker servik tingkat 1 A2,
1B, atau dilakukan operasi pengangkatan leher rahim secara total berikut
kelenjar getah bening sekitarnya (radikal histerektomi).
Secara umum, pengangkatan kanker leher rahim adalah:
Penyinaran (radioterapi)
Pengobatan dengan zat kimia
Cara operasi
Ketiga cara pengobatan tersebut bisa dilakukan salah satu atau
kombinasi. Tidak semua kanker rahim berhasil baik dengan cara
pengobatan tersebut. Pada kanker rahim stadium lanjut, 1/3 penderita
kankernya tumbuh lagi setelah pengobatan. Kekambuhan terjadi pada
1-2 tahun setelah pengobatan terhenti. Penyebaran kanker biasanya ke
bagian atas rahim dan organ lain di rongga panggul. Kanker ini
tumbuh lagi pada bagian atas vagina setelah dilakukan operasi
pengangkatan rahim (histerektomi)
c. Terapi
Setelah diagnosis kanker serviks ditegakkan, harus ditemukan terapi
yang tepat untuk setiap kasus. Secara umum jenis terapi yang dapat
diberikan bergantung pada usia dan keadaan umum penderita, luasnya
penyebaran, dan komplikasi lain yang menyertai. Untuk ini diperlukan
pemeriksaan fisik yang seksama. Juga diperlukan kerja sama yang baik
antara genikologi dan onkologi dengan radio terapi dan patologi anatomi.
Pada umumnya kasus stadium lanjut (stadium IIb, III, IV) dipilih
pengobatan radiasi yang diberikan secara intrakaviter dan eksternal,
sedangkan stadium awal dapat diobati melalui pembedahan atau radiasi.
Terapi tunggal apakah berupa radiasi atau operasi merupakan pilihan
bila kanker serviks dapat didiagnosis dalam stadium dini. Namun, sayang

11
tidak sedikit penderita kanker serviks datang berobat setelah stadium
lanjut dimana terapi yang efektif menjadi persoalan.
Pada dasarnya untuk stadium lanjut (IIb, III, IV) diobati dengan
kombinasi radiasi eksterna dan intrakaviter (brakhiterapi). Kombinasi
terapi ini untuk menandapatkan dosis yang cukup pada titik A.berbagai
perangkat radiasi dapat digunakan untuk menghasilkan kekuatan radiasi
sesuai dengan kebutuhan. Teknologi radiasi eskema dimulai 1954 dengan
ditemukannya alat radiasi Cobalt 60 yang sudah memberikan energi 1 cm
di bawah ulit. Akhir-akhir ini lebih disenangi linear accelerator yang
menghasilkan energi foton dan mulai memberi energi 3-4 cm di bawah
kulit.
Kombinasi pemberian sisplatin mingguan bersamaan denag radiasi
memberikan respons yang cukup baik. Akan tetapi, bila terjadi
kekambuhan baik lokal maupun jauh, setelah terapi komoradiasi ini
biasanya usaha pengobatan lain sering gagal.
Banyak penelitian tentang pemberian kemoterapi baik tunggal
maupun kombinasi utuk mengobati penderita kanker serviks stadium
lanjut atau kasus berulang yang tidak mungkin dilakukan terapi operatif
atau radiasi. Kombinasi antara bleomisin, sisplatin, dan ifosfamid
tampaknya memberi respons yang lebih baik, tetapi efek samping pada
sistem syaraf pusat cukup mengganggu.
2. Pencegahan
a. Penggunaan kondom bila berhubungan seks dapat mencegah penularan
penyakit infeksi menular seperti gonorrhe, clamidia, dan HIV/AIDS.
b. Menghindari merokok, meningkatkan derajat kesehatan secara umum dan
mencegah CIN(cervical intra epithel neoplasia) atau pertumbuhan sel
epitel kea rah ganas dan kanker leher rahim.

12

You might also like