You are on page 1of 15

Tugas kelompok

MAKALAH BIOFARMASI
EVALUASI FARMASETIKA SEDIAAN ORAL

Kelompok I
Anggota :
Muh. fadli
Fahmiati sarudin
Sutriana
Rita sulistia ningsi
Nanindayani
Sitti hajar
Arlina
Hernawati mashud
Nurul sul afni

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATE-MATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2013
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Adanya berbagai bentuk sediaan dari jenis dan berbagai jenis obat

memudahkan masyarakat, tenaga farmasi maupun dokter untuk memilih

pengobatan yang sesuai kenyamanan, tujuan pengobatan maupun kecepatan

efek yang dibutuhkan. Bentuk sediaan dari suatu obat sangat menentukan

tujuan-tujuan tersebut, oleh karena itu semua bentuk sediaan harus memiliki

kestabilan yang baik agar dapat memberikan hasil yang sesuai terutama dalam

hal efek farmakologi dari zat aktif yang terkandung dalam sediaan. adanya

formulasi yang baik dari suatu sediaan obat, baik dari segi bahan-bahan

tambahan formulasi maupun metode yang digunakan dalam formulasi sangat

mempengaruhi kestabilan dari sediaan tersebut termasuk kestabilan dari zat

aktifnya.

Adanya suatu evaluasi sediaan yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur

terhadap kestabilan sediaan farmasi dapat memberikan gambaran mengenai

tingkat keamanan dan keefektifan dari suatu sediaan obat yang diformulasi

sehingga tujuan pengobatan yang diharapkan dapat tercapai.


I.2. Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran

umum tahap-tahap evaluasi dari berbagai bentuk sediaan oral bagi

mahasiswa farmasi serta dapat menjadi sumber informasi kepada masyarakat

tentang ciri-ciri sediaan obat yang layak untuk dikonsumsi khususnya sediaan

oral yang beredar dipasaran.

I.2.2 Tujuan

Mengetahui tahap-tahap evaluasi sediaan tablet


Mengetahui tahap-tahap evaluasi sediaan kapsul
Mengetahui tahap-tahap evaluasi sediaan suspensi oral
Mengetahui tahap-tahap evaluasi sediaan emulsi oral

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tablet
- Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau

tanpa bahan pengisi. (1)


Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet

cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan

tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat
dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah

ke dalam lubang cetakan.


Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi

dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa

keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat,

mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan

yang lain.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung

bahan tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang

umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang,

bahan pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan

pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat

dalam keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu.


Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka

diperlukan serangkaian evaluasi atau pengujian terhadap sediaan tersebut.

Karena sebagian besar diantara kita tidak mengetahui karakteristik tablet

yang kita gunakan. Untuk itu beberapa parameter-parameter uji sediaan

tablet perlu untuk diketahui.


- Evaluasi Sediaan Tablet
Beberapa evaluasi yang dilakukan untuk menguji stabilitas sediaan

tablet adalah sebagai berikut


1. Keseragaman bobot

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari

dua metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan.

Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan

sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif.

Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk

kapsul lunak berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif
50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan

sediaan. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan

padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau

inaktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan

dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket

dicantumkan cara penyiapan ini.

Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman

bobot yang ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot

rata rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2

tablet yang masing masing bobotnya menyimpang dari bobot rata

ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu

tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata ratanya lebih dari

harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat

digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang

lebih besar dari bobot rata rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu

tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata rata

yang ditetapkan kolom B.

Penyimpanan bobot
Bobot rata-rata rata-rata (%)
A B
25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg s/d 150 mg 10% 20%


151 s/d 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%

Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara

keseragaman bobot, pilih tidak kurang dari 30 satuan, dan lakukan


sebagai berikut untuk sediaan yang dimaksud. Untuk tablet tidak bersalut,

timbang saksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata. Dari

hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-

masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10

tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.

Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,

persyaratan keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam

masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara

keseragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara

85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku

relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.

Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti

yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang

75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan

baku relatif lebih besar dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi,

lakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari

1 satuan dari 30 terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang

tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang

75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku

relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%.

2. Uji kekerasan

Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan

tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang

diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus

mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari


berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan

transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester.

Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet

dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi

keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian.

Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.

Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet

diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness

tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan

kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai

ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan

saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya

tablet yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur)

dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada

umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10

kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil

dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih

dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang

diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki

kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat

pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg

masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu

hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan. Uji

kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari

tiap batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur


kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable

adalah 10-20 kg/cm2.

3. Uji kerapuhan (friabilitas) tablet

Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk

mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang

dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur

dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari

sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu.

Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25

putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit.

Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih

dahulu dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet

tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar

sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25

putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan

dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase

kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik

bila kerapuhan tidak lebih dari 1% . Uji kerapuhan berhubungan dengan

kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet.

Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa

tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi

konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet

dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil),

adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat

aktif yang masih terdapat dalam tablet.


Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah

jika dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau

terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan.

Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka

pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai

rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan.

4. Uji disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan

persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk

sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet

harus dikunyah. Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk uji

disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol digunakan alat jenis 2

dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian alat dilakukan

pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi

FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan

disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam

rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari

Kalibrator yang bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL

larutan dapar fosfat pH 5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah

parasetamol yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat larutan uji dan

larutan baku pembanding parasetamol BPFI dalam media yang sama

pada panjang gelombang maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit

harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera

pada etiket.
5. Waktu hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet

untuk hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati

ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan

adalah disintegration tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai 6

tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah

dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan

tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap

granul. Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan

penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan

bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke

dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet.

Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit.

Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam

tiap tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut

dalam medium air dengan suhu 37 C. Dalam monografi yang lain

disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid).

Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.

Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari

15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30

menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam

waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam

medium basa.

Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera

dalam masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut


pengujian dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing

tabung dari keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan

jalankan alat, gunakan air bersuhu 37 2 sebagai media kecuali

dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi.

Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat

keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna.

Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian

dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus

hancur sempurna.

B. Kapsul
- Definisi

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang

keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin;

tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (1)

- Macam-macam kapsul: (2)

a. Hard capsule (cangkang kapsul keras)

Kapsul cangkang keras terdiri atas wadah dan tutup yang dibuat

dari campuran gelatin, gula dan air, jernih tidak berwarna dan pada

dasarnya tidak mempunyai rasa. Biasanya cangkang ini diisi dengan bahan

padat atau serbuk, butiran atau granul. Ukuran kapsul mulai dari yang

besar sampai yang kecil yaitu 000, 00, 1, 2, 3, 4, 5. Gelatin bersifat stabil

diudara bila dalam keadaan kering, akan tetapi mudah mengalami

peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau disimpan dalam

larutan berair.
b. Soft capsule (cangkang kapsul lunak)

Kapsul gelatin lunak dibuat dari gelatin dimana gliserin atau alkohol

polivalen dan sorbitol ditambahkan supaya gelatin bersifat elastis seperti

plastik. Kapsul-kapsul ini mungkin bentuknya membujur seperti elips atau

seperti bola dapat digunakan untuk diisi cairan, suspensi, bahan berbentuk

pasta atau serbuk kering (Ansel, 1989).

- Pengujian Sediaan Kapsul

Kapsul yang diproduksi harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut

1. Keseragaman Bobot (1)

Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul

sekaligus dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian

timbang seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung

bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi

tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi

dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih

dari yang ditetapkan pada kolom B.

Perbedaan bobot rata-rata isi kapsul


Bobot rata-rata isi
dalam %
kapsul
A B
120mg atau lebih 10 % 20 %
Kurang dari 120 mg 7,5 % 15 %
Cara untuk apsul yang berisi bahan obat cair atau pasta yaitu :

10 kapsul ditimbang kemudian timbang kembali kapsul tersebut satu

persatu. Keluarkan semua isi kapsul kemudian cangkangnya dicuci

dengan eter P, selanjutnya cairan eter dibuar dan diamkan cangkap

kapsul hingga tidak berbau eter kemudian ditimbang kembali secara

keseluruhan . bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul dihitung,

perbedaan dalam bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi

kapsul tidak lebih dari 7,5 %.

2. Waktu hancur (1)

Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu

hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Uji waktu hancur

tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna.

Waktu hancur setiap tablet atau kapsul dicatat dan memenuhi persyaratan

spesifikasi waktu (dalam 15 menit).

3. Disolusi

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak

persentasi zat aktif dalam obat yang terabsorpsi dan masuk ke dalam

peredaran darah untuk memberikan efek terapi. Persyaratan dalam waktu

30 menit harus larut tidak kurang dari 85% (Q) dari jumlah yang tertera

pada etiket.

4. Kadar

Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan

zat berkhasiat yang terdapat dalam kapsul telah memenuhi syarat dan
sesuai dengan yang tertera pada etiket. Metode penetapan kadar yang

digunakan sesuai dengan zat aktif yang terkandung dalam sediaan

kapsul. Caranya ditimbang 10-20 kapsul, isinya di gerus dan bahan aktif

yang larut diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai menurut

Disolusi Obat Secara In Vitro

Disolusi didefinisikan sebagai proses suatu zat padat masuk kedalam pelarut

menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses zat

padat

melarut. Secara prinsip, proses ini dikendalikan oleh afinitas antara zat padat

dan pelarut

(Abdou, 1989).

Apabila suatu sediaan padat berada dalam saluran cerna, ada dua

kemungkinan

yang akan berfungsi sebagai pembatas kecepatan. Bahan berkhasiat dari

sediaan

padat tersebut pertama-tama harus terlarut, sesudah itu barulah obat yang

berada
dalam larutan melewati membran saluran cerna (Hanson, 1991).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi dari bentuk sediaan biasanya

diklasifikasikan atas tiga kategori (Abdou, 1989): (a) faktor yang berkaitan

dengan sifat

fisikokimia obat, (b) faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan dan (c)

LOGIKA, Vol. 3, No. 2, Juli 2006 ISSN: 1410-2315

Yandi Syukri, dkk, Peningkatan Laju Disolusi Furosemida Melalui

Pembentukan Dispersi...

faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan parameter uji.

C. Suspensi oral
D. Emulasi oral

You might also like