You are on page 1of 5

Jurnal Iktiologi Indonesia, Volume 3, Nomor 2, Desember 2003

ANALISIS PROKSIMAT TEPUNG HASIL PROSES


EKSTRAKSI MINYAK DARI PUREE IKAN
[The Proximate Analysis of Powdered of Bxtraction
Processed Results From Fish Pureel

Djumhawan R. Permana dan Padmono Citroreksoko


Pusat Penelitian Bioteknologi - LIPI
Jl. Raya Bogor KM 46 Cibinong 1691 I
e-mail dj umhawan@telkom.net
:

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memisahkan minyak dari puree atau tepung ikan dari lkan Sardinella, dan dilakukan analisis
proksimat untuk mengetahui kandungan protein, karbohidrat, lemak, kadar air, abu serta penampilan tepung yang dihasilkan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa puree maupun ampasnya mempunyai kandungan minyak antara 7,42-14,43%, dan kadar air 51,70-
77,00%. Namun apabila puree dan ampas-ampasnya setelah diambil minyaknya dan dikeringkan, maka kandungan minyaknya
meningkat menjadi 29,87-44,07% yang menghasilkan tepung ikan dengan penampilan mulai warna putih sampai coklat tua. Kadar
protein yang sangat tinggi (93,26-96,84%) dari tepung ikan yang berwarna putih memungkinkan tepung ini digunakan sebagai
substitusi atau pencampur susu serbuk dengan kadar protein tertentu. Sedangkan tepung ikan yang memiliki kadar protein 90,i5-
91,84% berwarna coklat, dapat digunakan sebagai sumber protein untuk pakan ternak sesuai dengan kebutuhan kadar protein
tertentu. Kadar karbohidrat relatif sangat rendah pada puree maupun ampas puree yang berwarna putih. Namun ampas plLree yang
berwarna coklat mengandung kadar karbohidrat lebih tinggi. Kadar abunya relatif sangat rendah, karena puree maupun al\pas puree
ikan tidak mengandung tulang ikan maupun bagian kepala dari ikan yang telah dibuat puree. Kadar air pada ampas plree yang
berrvarna coklat tua (penampilan basah) memiliki kadar air tertinggi yaitu77,00yo dibandingkan dengan perlakukin lainnya.

Kata kunci: proses puree ikan, analisis proksimat, tepung ikan.

ABSTRACT
The aim of these research were separation of oils from the fish puree on fish powdered and then proximate analysis of the puree or
defatted powdered, which were protein, carbohydrate, lipid, water, ash contents and also the performance of the powdered fish. The
results showed that the puree or defatted powdered have 7.42-1433% of lipids and, 51.70-77.00o% of water contents. On the other
hands, if fish puree and the extracted fish powdered were dried, resulted increasing oil content about 29.8:'-44.0j% of the
powdered, which were colour perforrnance from white to brownish or brown. The high protein contents (93.26-96,84%) of the
white fish powdered could be substituted or added to milk powder to getting a certain protein contents. The other hand the brownish
or brown fish powdered have 90.35-91.84o/o of protein, could be for animals feed in the certain protein content. The content of
carbohydrates were low for the white fish powdered of puree or the oil extracted powdered, but increasing of carbohydrates
contents in the brown or brown fish powdered of the oil extracted powdered. The ash contents of all samples of the powders were
low, because the puree or the oil extracted powdered without the bones or the head parts oh the fishes. The water contents of the
oil extracted powdered of brown puree (as wet performance) have the highest of water contents about 77.00%o compared with
other treatments.

Key word: fish puree process, proximate analysis, fish powdered.

PENDAHT]LUAN (E ic o s ap ent aen o ic Ac i d) dan DHA (D o cosa hex ae n o ic


Sumber daya ikan merupakan potensi yang AciQ yangmudah bereaksi dengan oksigen dari udara
besar dalam usaha membantu meningkatkan konsumsi (Miwa, 1972).DHA merupakan asam lemah tak jenuh
protein hewani secara nasional. Tingginya kadar lemak ganda rantai panjang yang dikenal sebagai omega-3.
ikan juga merupakan suatu nilai tambah bagi minyak Asam lemak tak jenuh, terutama asam lemak omega-3
yang dihasilkan oleh ikan tersebut. Karena minyak ikan berkhasiat untuk penanggulangan berbagai penyakit
diperoleh dari produk perikanan mengandung asam- jantung koroner, qrtherosclero.riJ, tekanan darah
asam lemak tidakjenuh berantai panjang dengan 14-24 tinggi, diabetes dan kanker (Weaver van Holob, 1988).
atom karbon dan I-6 ikatan rangkap, misalnya EPA Yang lebih penting lagi bahwa asam lemak omega-3

73
-
Permana & Cilroreksoko - Analisis Proksimat Tepung Hasil Proses Ekstraksi Minyak dari puree Ikan

khususnya DHA juga berhubungan dengan minyak ikan yaitu dengan pengukusan, perebusan, dan
perkembangan kecerdasan dan penglihatan manusia dengan penambahan alkali.
(Andersen, 1995). Oleh karena itu pada akhir-akhir ini telah banyak
Minyak ikan di Indonesia pada saat ini belum penelitian yang diarahkan untuk membuat produk
sepenuhnya merupakan industri yang mandiri, karena dengan memanfaatkan minyak ikan yang bertujuan
minyak ikan pada umumnya diperoleh dari hasil sampan untuk mendapatkan khasiatnya. Di dalam makalah ini
pengolahan ikan kaleng dan tepung ikan. Selain itu akan dikemukakan tentang hasil analisis proksimat
bahan mentah sangat beragam jenis, mutu dan puree ikan dibandingkan dengan ampas hasil proses
ukurannya. Minyak ikan yang diperoleh dari industri ekstraksi minyak daripuree rkan.
pengalengan pada umumnya diperoleh dari bahan
mentah yang bermutu tinggi. Sedangkan yang didapat BAHANDANCARAKERIA
dari industri penepungan menggunakan bahan Sampel puree ikan dari kelompok Sardinella
mentahnya berupa ikan utuh yang bermutu rendah atau hasil penangkapan di laut perairan dalam, bagian
limbah dari pengalengan dan ikan bukan ukuran daging dipisahkan dari kulit, jeroan, bagian kepala,
konsumsi (Irianto, 1 998). maupun sirip-siripnya. Puree ikan berupa bubur daging
Minyak ikan (fish oil) dalam penggunaannya ikan Sardinella yang homogen berwarna putih dan
diolah menjadi makanan manusia dan campuran pakan disimpan dalamfreezer untuk keperluan ekspor sebagai
ternak maupun untuk bahan mentah industri non daging ikan segar maupun diambil minyaknya. Sampel
pangan. Kandungan lemak pada ikan tidak selalu sama Arberupa puree ikan yang masih basah dan berkadar
pada setiap waktu. Kandungan lemak maksimal minyak tinggi, sedang sampel A, puree yan1
biasanya tercapai bila ikan telah mencapai keadaan dikeringkan 50"C dan A, merupakan sampel kering yang
untuk bertelur (memijah). Sebaliknya setelah masa telah diekstraksi minyaknya dengan pelarut heksana.
memijah selesai, kandungan lemaknya menurun Berbagai proses pengeluaran minyak dari sel
dengan cepat dan mencapai tingkat yang terendah danekstrasi minyak dengan pelarut heksana, diperoleh
(Andrade & Lima, 1980). berturut-turut ampas I sebagai sampel B, ampas II
Pada pengolahan tepung ikan, minyak ikan sampel C dan ampas III (sampel D).
diperoleh dengan cara memisahkan bagian minyak dari Masing-masing sampelpuree (Ar) dan ampas
cairan hasil pengepresan. Sedangkan pada proses puree yang telah dikeluarkan dan diekstraksi
pengalengan minyak ikan didapat dengan memisahkan minyaknya, kemudian dikeringkan pada suhu 50"C,
dari cairan yang dikeluarkan selama tahap pengukusan diperoleh sampel ampas B, C, dan D, untuk diamati
pendahuluan ( Irianto, 1993). Mutu minyak ikan diduga penampilan serbuk protein ikan. Masing-masing
dipengaruhi oleh mutu bahan mentah yang diolah sampel dilakukan analisis proksimat : kadar air,
misalnya mutu minyak ikan lemuru yang digunakan lemak/lipida, protein, dan abu, sedangkan kadar
untuk memproses ikan kalengan pada umumnya lebih karbohidrat ditentukan berdasarkan hasil analisis
tinggi dibandingkan dengan yang dengan digunakan (AOAC,1971).
untuk memproduksi tepung ikan (Irianto & Fawzya,
1978) dan bahkan tepung ikan juga diolah dengan }IASILDANPEMBAI{ASAN
menggunakan limbah pengalengan sebagai bahan Komposisi proksimat bahan sampel
mentah. Kenyataan inilah yang digunakan dapat Hasil analisis proksimat keseluruhan sampel
menyebabkan perbedaan mulut minyak ikan yang seperti dipertelakan mulai Gamba r 1 -4. P ada Gambar 1
diperoleh dari proses pengalengan dan proses menunjukkan perbedaan kandungan nitrisi puree lkan
penepungan, dimana minyak ikan dari proses dalam bentuk basah (A,), dikeringkan 50"C (A,) dan
pengalengan warnanya cerah, baunyan lebih bisa dikeringkan tanpa minyak (Ar).
diterima dan dikandung asam lemak bebasnya rendah. Puree lkan dalam bentuk basah (A,) memiliki
Menurut (Kulikov, 1978), dikenal tiga cara ekstraksi kadar air 54,88 yo. Kadar minyak tertinggi diperoleh

74
Jurnal Iktiologr Indonesia, Volurne 3, Notnor 2, Desernber 2003

sampelA2 Ql,7 | %) yang dikeringkan pada suhu 50"C pemanasanpuree ikan menjadi tepung ikan akan
dengan sifat fisiknya kering dengan kadar minyak. menyebabkan sebagian pati terhidrolisis dipecah
Pengeringan puree ikan 50"C tampqll{.?,,p.kun menjadi bagian-bagian gula yang sederhana.
meningkatkan kadar lemak, karena memecah molekul- I(adar abu pada sampel A. .A2, dan A, relatif
molekul lemak, memisahkan fraksi lema[.sehingga rendah. Namun, demikian kadar abu sampel A,
rneningkatkan kadar asam lemak bebas. Sementara .menghasilkan tertinggi (2,81%). Daging ikan
pada sampel A, dengan kadar air relative tinggi 54,88 menghasilkan kadar abu yang berasal dari otot-otot
7o menyebabkan terjadinya peningkatan antara tnolekul protein dalam proses pengabuan akan menjadi garam
lernak dan air atau mengakibatkan emulsi. Sebaliknya mineral (Willson dkk, I 961). Hasil analisis pene#tuan
kadar lemak dari hasil ekstraksi berupa ampas kering kadar abu menunjukan bahwa pengaruh pemanasan
tanpa minyak maka hasilnya sama sekali tidak diperoleh puree ikan dapat rneningkatkan kadar abu.
kadar lemak. Kadar protein tertinggi dihasilkan dari Gambar 2 berikut ini menunjukkan bahwa
sampe A, (9 3,26%). Samp el tersebut berbentuk tepung
I perlakuan sampel ampas I :B,(penampilan basah), B,
kering (tanpa minyak) menghasilkan kadar protein (kering dengan minyak) dan B. (kering tanpa minyak),
teftinggi 1,5 kaliA, bahkan tiga kali lebih tinggi dariA,. pada umumnya meningkatkan kadar protein,
Dalam bentuk tepung, tepung ikan gulamah menurut karbohidrat dan abu.
Mardinah et al. (1997) menghasilkan kadar protein I(adar air sampel II (C,) dalam bentuk fisiknya
88,82yo paling tinggi dan sangat tepat untuk dijadikan basah seperti ditunjukkan dalarn Gambar 3, hasil
bahan memperkaya kandungan protein makanan. tertinggi (77,00 %) dibandingkan keseluruhan sampel
Faktor proses pengolahan akan rlenentukan kadar lainnya.
protein yang tidak terbebaskan berupa residu molekul Namun sebaliknya meningkatnya kadar air pada
protein dalam proses analisis. Sebab terjadinya sampel C, (tertinggi 17,00 %) ada kolerasi terhadap
denaturasi protein akan kehilangan protein 10-21 % lnenllrunnya kadar protein pada sampel basah.
(Robert, 1987). I(enyataan ini menunujukan bahwa, kadar air
Kadar karbohidrat pada tepung ikan kering (A,) maksimurn 77,00 "/opada sampel C, rnenghasilkan kadar
diperoleh hasiltertinggi (3,87 %) dibandingkan Ar yang protein rendah yaitu 7 ,42 %. Sedangkan pada tingkat
hanya 1,19 o%
maupunA, (2,64 %). Disini terlihat adanya o menghasilkan
kadar air minimum B, sebesar 51,10
pengaruh proses pengolahan dari puree lkan rnenjadi kadar protein tertinggi sebesar 14,53%.
tepung dapat meningkatkan kadar karbohidrat. Terkonsentrasinya kadar protein yang tinggi (C,)
I(arbohidrat dalarn bentuk pati tersirnpan dalam jaringan berbanding terbalik dengan berkurangnya kadar air
ikan dan hati ikan. I(emungkinan melalui proses sampel. Hal ini rnungkin disebabkan rnolekul protein

140 1AO

It
8A BO

t0 7t)
is 64 : 6{]

g 50 E 50
8) 4al
3
t1 o
30 3A

2A

'I !! 10

a
t
41 Ai A:] El il2 il-1

:-ii f :!a ir !iri< 9rlrio*l $i{irt flsil.i Grmp.i

Garnbar 1. Kandungan nutrisi ptree ikan Gambar 2. I(andungan nutrisipalree ikan.

75
Perntana & Citroreksoko - Analisis Proksimat Tepung Hasil Proses Ekstraksi Minyak dari Puree |kan

masih terikat pada kadar air yang tinggi dan baru Tepung ikan yang dihasilkan dari puree ikan dan ampas

terpisa.bkan saat mengalami pemanasan. Kondisi kadar ikan sangat memungkinkan tepung ini diguniLkan
lemakjuga dipengaruhi oleh tinggkat kekringan dengan sebagai subtitusi susu serbuk maupun pakan ternak
minyak. Kadar lemak tertinggi diperoleh pada sampel sesuai dengan kadar protein tertentu.

D, berikut Gambar 4 dibawah ini, dengan sifat fisiknya


kering dengan minyak yafui 44,07 %o. Sernentara pada KESIMPIJLANDANSARAN
sampel D, (basah) menghasilkan kadar lemak 12,39 % Dari hasil penelitian ini beberapa hal yang dapat
sejalan dengan menurunnya kadar air dibandingkan disimpulkan sebagai berikut:
sampel C, (basah). Masing-masing kadar karbohidrat l. Hasil analisis kandungan proksimat dari puree ikan
pada sampel D (ampas III), D r 0,37 "h), D 2 @8,86 %)' dan tepung ikan dapat dijadikan standar bagi
Dr (8,68 merupakan hasil tefiinggi dari keseluruhan
%o) penetapan nilai nutrisinya untuk kebutuhan
perlakuan. Sementara kadar abunya menunjukkan hasrl substitusi pangan maupun pakan ternak.
terendah (Gambar 4). 2. Penelitian tentang pemanfaatan tepung ikan yang
Setelah mengalami pengeringan suhu 5OoC kaya akan kadar protein dan asam lemaktakjenuh
maupun proses ekstraksi, selain diperoleh sifat fisik seperti EPA-DHA (asam lemak omega-3) perlu
yang berbeda (basah, kering dengan minyak, kering dikembangkan.
tanpa m inyak) juga rnengal am i per.ubahan warna seperti 3. Untuk meningkatkan mutu kimiawi dan
ampas I (B) berwarna putih, ampas II (C) berwarna organoleptis minyak agar layak konsumsi perlu
coklat muda dan ampas III (D) berwarna coklat tua. dilakukan percobaan melalui proses pemurnian

t0$
100
9t?
9t,
BD
80
7(J
70
6A
:-il 6A
s
l: 50
r s0

40 40
it, L
30 3t)

20 20

1A la
a 0
c1 D1 D:] D3
lat tisik sampel

Gambar 3 Kandungan nutrisi plrree ikan Gambar 4. Kandungan nutrisi tepung ikan (ampas dll)

a Tepung puree ikan berwarna


putih
b Tepung hasil ekstraksi
berwarna coklat muda
Tepung ikan hasil ekstraksi
berwarna coklat tua

Gambar 5. Penampilan warna tepung ikan

76
Jurnal Iktiologi Indonesia, Volume 3, Nomor 2, Desember 2003

dengan alkali dan penambahan antioksidan yang optimumnya pada pemurnian minyak ikan
disertai sistem vakum. lemuru, J. Pen. Perik. Ind. lQ): l-12.
Irianto, H.E., 1998. Perkembangan penelitian minyak
DAT'IARPUSTAKA ikan untuk konsumsi manusia. pros. Sim. perik.
Andersen, S. 1995. Microencapsulated marine omega- Ind. II Ujung Pandang,2-3 Des 1997, pusat
3 fatty acids for use in the food industry food Penelitian dan Pengembangan perikanan
Technology Europe, Dec. 1994/Ian 1995 : 104- Jakarta.403.
106. Kalikow, P.T.,1998. Production ofMeal, oil and protein
Andrade, M.O de & U de A. Lima, 1980. The effects of - vitamin preparation in the fishing Industry,
season and processing on the lipids ofMandy American Publish, Co. Put Ltd. New Delhi.
(Pinomelodus claries Bloch) a Brazilian Fish Bombay, Colombo, New-York, I 60 -2I4.
water fish. Advances in fish Science and Miwa, K., 1972.Fish oil and Fish liver oils, utilization
Technology, Ed. By JJ. Cornel, Fish News of marine, Products overseas technical
(Books) Ltd. Parham Suney, England,387. cooperation agency. Gor,t, ofJapan, I 1 l-1 17
AOAC, 1970 & 1975, Official Methods of analysis Murdinah, dkk. 1997. Fortifikasi tepung ikan pada
Association of Analytical Chemist, makanan ekstruksi dari campuran beras dan
Washington DC. kacang hijau, Pros Sem. perik. lnd. II Ujung
Astiti, D, 1994. Hidrolisis minyak lemuru dan analisis Pandang, 2-3 Des 1997. Pusat penel. dar.r
khomatrografi, skipsi-S l, Jurusan Kimia, Fak. Pengemb. Perikanan, J akarta, 3 I 6.
MIPA, Univ, Pakuan Bogor. RobertK.S., 1987. Protein purification, principles and
Irianto. H.E, 1993, I(emungkinan Pemanfaatan Minyak practice, Second Ed. Springer- Veer-s lag New-
Ikan Indonesia untuk konsumsi manusia: York,64-65.
Jurnal Fak. Perikanan, 2(2). Wilson E.D.K.H Fisher dan ME. Fuqua. l96l . principle
Irianto, H.E,Y.N Faw4zadanR. Peranginangin 1995. Seleksi of nutrition, fourth print, John Wiley & Son,
jenis antioksidan dan penentuan konsentrasi Inc. Publisher USA, I 12.

You might also like