You are on page 1of 6

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER SERVIKS

3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama: No RM:
Usia: Tanggal Masuk:
Penanggungjawab:
Alamat:
Tanggal partus:
Jenis partus:
Komplikasi:

b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai
keputihan menyerupai air.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada intra servikal, merasa lelah, letih, ada
anemia, pasien seorang perokok & meminum alcohol, ada perubahan
pola defekasi ( konstipasi ) serta nyeri saat berkemih, nyeri pada saat
senggama dan terjadi pendarahan saat senggama, keputihan yang cair
dan banyak serta bau yang khas, ada rasa kurang nafsu makan,
penurunan berat badan, nyeri panggul.
3. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami kelainan menstruasi, lama,
jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas,
apakah darah keluar setelah koitus ( bersenggama ), apakah pekerjaan
yang dilakukan pasien
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin
ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat
keluarga dengan kanker serviks / leher rahim.
5. Riwayat psikososial

14
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di
rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker
serviks.

c. Pola Fungsional Gordon


1. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Menanyakan apakah klien sudah mengetahui tentang kanker
serviks dan sudah pernah mendengar tentang hal itu. Serta bagaimana
penanganan yang pernah dilakukan.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Perhatikan pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi
snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, serta jumlahnya.
Makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup
kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah buahan.
3. Pola Eliminasi
Perhatikan apakah pasien mengalami gangguan dalam pola
eliminasi urin maupun BAB, seperti konstipasi dan poliuria.
4. Pola Aktivitas Latihan
Lihat kemampuan pasien dalam melakukan perawatan terhadap
dirinya sendiri.
5. Pola Istirahat dan tidur
Seberapa lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang
mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang
atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara- suara, posisi saat tidur.

6. Pola Kognitif dan Sensori


Biasanya pada pola ini klien tidak mengalami gangguan, karena
klien masih dapat berkomunikasi.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu untuk
kembali sehat seperti dulu.
8. Pola Hubungan dan Peran
Peran klien sebagai ibu biasanya akan terganggu . Karena penyakit
yang dideritanya. Begitu juga hubungannya dengan orang lain
disekitarnya.
9. Pola Seksual dan Reproduksi

15
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi
frekuensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks,
keyakinan, kesulitan melakukan seks, kontiniutas hubungan seksual.
10. Pola Koping dan Toleransi Stress
Perubahan peran, respon keluarga, yang bervariasi dapat menjadi
pendukung berkurang rasa sakit atau nyeri yang dialami pasien.
11.Pola Nilai dan Kepercayaan
Tanyakan pada klien tentang nilai dan kepercayaan yang
diyakininya. Ini sering kali berpengaruh terhadap intervensi yang akan kita
berikan nantinya
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan kanker serviks / leher rahim
meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan
umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3
(Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
Pernafasan B1 (breath)
Pada kasus kanker serviks stadium lanjut atau ketika sel abnormal
sudah mulai menyebar ke organ-organ lain ( tahap stadium 4 ), dapat
menimbulkan sesak nafas.
Kardiovaskular B2 (blood)
Adanya nyeri dada ( pada stadium lanjut ), bradikardi, dan tekanan
darah rendah dikarenakan pendarahan pada daerah intra-servikal
Persyarafan B3 (brain)
Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, penglihatan menurun
dikarenakan hemoglobin yang menurun, karena anemia, konjungtiva
anemis.
Penciuman (hidung) :Mengeluh bau pada keputihan yang banyak.
Perkemihan B4 (bladder)
Biasanya pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil, adanya
pendarahan.
Pencernaan B5 (bowel)
Biasanya nafsu makan menurun, porsi makan kurang, berat badan
menurun, adanya konstipasi sehingga terjadi perubahan pola defekasi
pada pasien.
Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Biasanya ada nyeri pada bagian panggul sehingga sulit dalam bergerak
dan beraktivitas.

16
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembengkakan
kelenjar limfe supraklavikuler dan pembesaran hepar. Pada pemeriksaan
spekulum didapatkan lapisan-lapisan besar selaput lendir mudah lepas
dan mudah berdarah waktu disuap spatel. Adanya warna kemerahan di
sekitar ostium eksternum servikalis uteri.
a. Inspeksi
Perdarahan
Keputihan
b. Palpasi
Nyeri abdomen
Nyeri punggung bawah

Kepala
Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
Wajah : tidak ada oedema
Mata : konjunctiva tidak anemis
Hidung : simetris, tidak ada sputum
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab,
tidak terdapat lesi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjer getah bening

Dada
Inspeksi : simetris
Perkusi : sonor seluruh lap paru
Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
Auskultasi : vesikuler

Cardiac
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi : tidak ada bising

Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ascites
Palapasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus normal
Genetalia Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau

17
Ekstremitas Tidak oedema

e. Pemeriksaan Penunjang
1. Pap smear
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara
akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka
kematian akibat kanker servikspun menurun sampai lebih dari 50%.
Tes Pap merupakan salah satu pemeriksaan sel serviks untuk
mengetahui perubahan sel, sampai mengarah pada pertumbuhan sel
kanker sejak dini. Apusan sitologi pap diterima secara universal
sebagai alat skrining kanker serviks. Metode ini peka terhadap
pemantauan derajat perubahan pertumbuhan epitel serviks. Setiap
wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18
tahun, sebaiknya menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun.
Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, Pap
smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun. (Rasjidi Imam, 2008). Hasil
pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks :
a. Normal
b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
d. Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar)
b. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang
lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).
2. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika Pap smear menunjukkan
suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi memerlukan prosedur
diagnostik yang penting sekalipun sitologi apusan serviks
menunjukkan karsinoma. Spesimen diambil dari daerah tumor yang
berbatasan dengan jaringan normal. Jaringan yang diambil diawetkan
dengan formalin selanjutnya diproses melalui beberapa tahapan hingga
jaringan menjadi sediaan yang siap untuk diperiksa secara
mikroskopis. (Aziz, M.F., 2002)
3. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)

18
Kolposkopi adalah alat ginekologi yang digunakan untuk melihat
perubahan stadium dan luas pertumbuhan abnormal epitel serviks.
Metode ini mampu mendeteksi pra karsinoma serviks dengan akurasi
diagnostik cukup tinggi (Erich B., 1991). Kolposkopi hanya digunakan
selektif pada sitologi Tes Pap abnormal yaitu displasia dan karsinoma
in situ atau kasus yang mencurigakan maligna. Kombinasi kolposkopi
dan tes Pap memberikan ketepatan diagnostic lebih kuat. Sensitivitas
tes Pap dan kolposkopi masing-masing 55% dan 95% dan spesifisitas
masing-masing 78,1% dan 99,7% (Erich B.,1991).
4. Tes Schiller
Serviks diolesi dengan lauran yodium, sel yang sehat warnanya akan
berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya
menjadi putih atau kuning.
5. Konisasi
Jika pemeriksaan kolposkopi tidak memuaskan maka konisasi harus
dilakukan yaitu pengawasan endoserviks dengan serat asetat selulosa
di mana daerah abnormal ternyata masuk ke dalam kanalis servikalis
(Erich B., 1991).

19

You might also like