Cekaman kekeringan dan salinitas menyebabkan perubahan hubungan
source-sink yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman serta adaptasi terhadap cekaman yang akan mempengaruhi produktivitas tanaman. Penuruhan hasil disebabkan oleh penurunan jumlah dan ukuran organ sink yang disebabkan oleh organ source yang tidak dapat mempertahankan ketersediaan asimilat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, pengisian jaringan produktif dan adaptasi terhadap cekaman. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang optimal dibutuhkan optimalisasi hubungan source-sink untuk mempertahankan partisi asimilat pada struktur reproduksi dan meminimalkan kebutuhan organ lain sebagai proses adaptasi. Cekaman kekeringan dan salinitas awalnya akan menyebabkan terganggunya proses fotosintesis yang menyebabkan terjadinya penuaan dini karena terjadi akumulasi asimilat pada organ source dan menurunkan kemampuan organ sink. Proses tersebut diduga menyebabkan gangguan pengikatan NADH dalam siklus Calvin sehingga terjadi proses fotoinhibisi dan fotooksidasi yang akan menghasilkan ROS (Reactive Oxigen Species) yang bersifat toksik yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Umumnya untuk mendapatkan hasil yang optimal pada kondisi tercekam dan menghindari terhambatnya proses fotosintesis, umumnya terjadi realokasi asimilat antara organ source dan sink serta memungkinkan tanaman mampu beradaptasi pada cekaman biotik dan abiotik, contohnya peningkatan rasio akar-tunas karena meningkatnya pertumbuhan akar dan terhambatnya pertumbuhan tunas yang dapat dianggap sebagai respon adaptif untuk mendapatkan air lebih banyak, dimana hormon tumbuhan sangat berperan dalam proses tersebut. Zat pengatur tumbuh yang berperan pada adaptasi terhadap cekaman kekeringan dan salinitas adalah asam absisat (ABA) dan etilen. Disamping itu, hormon lain seperti giberelin (GA), auksin dan sitokinin (CK) juga terlibat dalam proses adaptasi terhadap cekaman. kesetimbangan fitohormon sangat berpengaruh terhadap kemampuan tanaman dengan cara mempengaruhi hubungan source-sink dan metabolism yang akhirnya akan mempengaruhi proses adaptasi terhadap cekaman dan hasil. Keberlangsungan produktivitas tanaman pada kondisi tercekam memerlukan pengelolaan terhadap produksi asmilat pada organ source dan juga proses pengangkutan serta penyimpanan pada organ sink, dimana respon yang akan ditunjukkan tanaman akan berbeda pada masing-masing kondisi cekaman. oleh karena itu, menemukan jenis toleransi terhadap berbagai cekaman dengan cara mengeksploitasi respon adaptif yang umum terjadi pada tanaman mungkin dapat menjadi strategi penting untuk meninkatkan hasil. Pada review ini akan ditekankan pada keberlanjutan peningkatan hasil dengan cara meningkatkan kekuatan source (efisiensi fotosintesis) dalam jangka panjang, kekuatan sink dalam menyimpan asimilat dan pembetukan organ vital tanaman (daun dan akar). Regulasi homeostatis dari fitohormon dan/atau senyawa metabolit sangat berpengaruh terhadap regulasi aktivitas source-sink dan hubungan serta manipulasinya dapat memberikan kesempatan baru untuk keberlanjutan peningkatan hasil tanaman pada kondisi tercekam. MENINGKATKAN KEKUATAN SOURCE Penundaan Penuaan Daun Penuaan daun adalah proses alamiah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor endogen dan eksogen, seperti tahap perkembangan tanaman, umur daun, kadar fitohormon dan kondisi cahaya. Hal ini menyebabkan berkurangnya ketersediaan asimilat yang akan membatasi pertumbuhan dan produktivitas tanaman apabila terjadi secara dini akibat dari berbagai kondisi lingkungan seperti kekeringan dan salinitas. Penuaan daun akibat cekaman disebabkan oleh perubahan hormon endogen seperti peningkatan kadar etilen dan/atau prekursornya asam 1- aminosiklopropan-1-karboksilat (ACC), ABA dan asam jasmonat (JA) atau penurunan kadar CK. Selain tu, penuaan daun juga mungkin disebabkan oleh akumulasi karbohidrat atau ketersediaan karbon yang berlebih dan kadar nitrogen yang rendah.
Genotip Tetap Hijau
Hubungan antara penuaan dan produktivitas tanaman sangat komplek, namun secara genetik proses penuaan dapat mempengaruhi produktivitas tanaman pada kondisi optimal dan/atau suboptimal. Penelitian sebelumnya diketahui bahwa terdapat korelasi positif antara laju fotosintesis dengan hasil tanaman pada kondisi kekeringan pada jagung, sorghum, gandum dan barley. Oleh karena itu analisis genetik terhadap genotip fungsional tetap hijau sangat bernilai bagi pendekatan pembenihan secara konvensional dan bioteknologi. Contohnya, genotip fungsional tetap hijau pada gandum CN17 menunjukkan secara signifikan memiliki efisiensi fotokimia yang lebih tinggi untuk fotosistem II (PSII) dan efisiensi yang lebih tinggi dalam menangkap cahaya pada pusat reaksi PSII 21 hari setelah pembungaan sehingga waktu pengisian biji menjadi lebih lama yang akan meningkatkan hasil panen. Selain itu, degradasi klorofil terjadi lebih lambat sekitar 14 hari, namun mekanisme antara warna daun yang hijau dengan kemampuan fotosintesis masih belum jelas. Homeostatis dan Sinyal Hormon Metabolisme Karbon MENINGKATKAN KEKUATAN SINK KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA