You are on page 1of 41

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) juga dikenal sebagai penyakit kencing

manis, penyakit gula darah yang ditandai dengan hiperglikemia. Diabetes

Mellitus disebabkan oleh interaksi yang komplex pada genetik, faktor

lingkungan dan gaya hidup. Faktor yang mengakibatkan peningkatan kadar

gula adalah kadar penggunaan glukosa dalam tubuh menurun, kadar

penghasilan glukosa meningkat dan juga kadar sekresi insulin menurun dalam

tubuh. Gangguan metabolisme yang berhubungan dengan Diabetes Mellitus

akan menyebabkan perubahan patofisiologi sekunder pada sistem organ pada

tubuh kita (Tinsley, R, Harrison, 2005)


Obesitas terutama yang bersifat sentral merupakan salah satu factor yang

mempengaruhi timbulnya penyakit DM Tipe 2. Timbunan lemak yang

berlebihan di dalam tubuh dapat mengakibatkan resistensi insulin yang

berpengaruh terhadap kadar gula darah penderita diabetes mellitus (Waspadji,

2004). Diagnosa penyakit DM adalah jika kadar gula darah sewaktu > 120

mg/dl, kadar gula darah puasa > 110 mg/dl dan kadar gula darah 2 jam

setelah makan > 145 mg/dl (Almatsier, 2007).


Upaya untuk menurunkan kadar gula darah penderita DM salah satunya

dengan pencapaian status gizi yang baik. Antropometri merupakan salah satu

cara penentuan status gizi yang sering digunakan yaitu pembagian berat

badan dalam kg oleh tinggi badan dalam meter pangkat 2 yang dinyatakan

dalam indeks massa tubuh atau IMT. IMT merupakan salah satu cara

penentuan status gizi yang digunakan untuk mengetahui apakah seseorang


2

dikatakan obesitas atau tidak. IMT memiliki kaitan dengan kadar gula darah

penderita DM (Hartono, 2006).


Pola yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian

masyarakat perkotaan. Pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh

dapat menjadi penyebab Diabetes Mellitus, misalnya makanan gorengan yang

mengandung nilai gizi yang minim. Perubahan pola hidup manusia seperti

gaya hidup, sosial ekonomi, urbanisasi dan industrialisasi pada akhirnya akan

meningkatkan prevalensi penyakit tidak menular, khususnya penyakit

degeneratif. Kecenderungan untuk beralih dari makanan tradisional menjadi

makanan cepat saji dan berlemak, terutama di daerah urban mengakibatkan

perubahan penyakit yaitu menurunnya penyakit infeksi dan meningkatnya

penyakit non infeksi (degeneratif).


Sekitar 15-20 % penderita NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes

Mellitus) mempunyai riwayat keluarga Diabetes Mellitus, sedangkan IDDM

(Insulin Dependen Diabetes Mellitus) sebanyak 57 % berasal dari keluarga

Diabetes.
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe II di berbagai penjuru

dunia. WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes

yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan

jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi

sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International

Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah

penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun

2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya


3

menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali

lipat pada tahun 2030.


Di dunia Indonesia menduduki rangking ke 4 (empat) dunia setelah

Amerika Serikat, China, dan India dalam prevalensi diabetes (Diabetes Care,

2004). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2003,

diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133

juta jiwa. Dengan prevalensi diabetes sebesar 14,7 % pada daerah urban dan

7,2 % pada daerah rural, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat

sejumlah 8,2 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 5,5 juta di daerah

rural. Selanjutnya berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan

pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk di Indonesia yang berusia

diatas 20 tahun dengan asumsi prevalensi diabetes pada daerah urban (14,7%)

dan rural ( 7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang diabetes di

daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural.


Data Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM)

Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi

penyakit diabetes mellitus di Sulawesi Utara senilai 8,1 %, jauh di atas angka

nasional yaitu 5,7 %. Begitu juga dengan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa

Terganggu) di Sulawesi Utara senilai 17,3 % jauh di atas angka nasional

yaitu 10,2%. Lebih mengkhawatirkan lagi jika kita melihat angka prevalensi

Obesitas Umum yaitu 19,1% dan angka prevalensi Obesitas Sentral 31,5%, di

mana Sulawesi Utara menduduki rangking pertama jika dibanding provinsi

lainnya di Indonesia. Jadi, di Sulawesi Utara banyak orang yang gemuk dan

juga banyak orang yang memiliki kadar gula darah tinggi.(Dirjen PPTM,

2010).
4

Laporan dari hasil penilitian di berbagai daerah di Indonesia yang

dilakukan pada dekade 2000-an menunjukkan sebaran prevalensi DM tipe 2

antara 0,8% di Tanah Toraja, sampai 6,1% yang didapatkan di Manado

(PERKENI, 2011).
Dari hasil pra survey yang dilakukan peneliti di BLU RSUP. PROF

DR.R.D. KANDOU MANADO terdapat 1454 pasien askes yang berkunjung di

periode bulan maret sampai mei. Berdasarkan permasalahan di atas peneliti

tertarik mengangkat judul pada penelitian ini ialah faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian Diabetes Militus Tipe II pada pasien ASKES di

Poliklinik Endokrin BLU RSUP. PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah

penelitian adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes

Militus Tipe II pada pasien ASKES di Poliklinik Endokrin BLU RSUP. PROF

DR .R.D. KANDOU MANADO.


C. Tujuan Penelitian
1. Tujuaan Umum
Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

diabetes mellitus tipe II pada pasien ASKES di Polikinik Endokrin BLU

RSUP. PROF. DR.R.D. KANDOU MANADO.

2. Tujuan Khusus
a. Diidentifikasi hubungan obesitas terhadap kejadian diabetes mellitus

tipe II pada pasien ASKES di Poliklinik Endokrin, BLU RSUP. PROF.

DR.R.D. KANDOU MANADO.


b. Diidentifikasi hubungan pola makan terhadap kejadian diabetes

mellitus tipe II pada pasien ASKES di Poliklinik Endokrin. BLU

RSUP. PROF DR.R.D. KANDOU MANADO.


5

c. Diidentifikasi hubungan riwayat keluarga terhadap kejadian diabetes

mellitus tipe II pada pasien ASKES di Poliklinik Endokrin, BLU

RSUP. PROF DR.R.D. KANDOU MANADO.


D. Manfaat Penelitian
1 Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe II pada pasien ASKES di Poliklinik

Endokrin, BLU RSUP. PROF DR.R.D. KANDOU MANADO, sehingga dapat di

gunakan sebagai bahan informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan

di bidang keperawatan.
2 Praktis
a. Bagi instansi kesehatan
Diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat dalam memberikan

pendidikan kesehatan bagi pasien yang berkunjung.


b. Bagi instansi pendidikan
Diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan menambah wawasan diri

pada bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa ilmu keperawatan.

c. Bagi peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kemampuan menggali

tentang permasalahan dan perawatan pada pasien Diabetes Mellitus Tipe


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus
1. Definisi Diabetes Mellitus
Menurut American Diabetes Association (ADA, 2003) dalam

Soegondo (2004), diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.


Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu

mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini

menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan gula darah yang tingginya

sudah membahayakan (Setiabudi, 2008).


2. Etiologi Diabetes Mellitus
7

Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan

pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah

penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan penting.

a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut

Juvenille Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan adanya

hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah) (Bare&Suzanne,2002).

Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM.

Oleh karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari

lingkungan) misalnya coxsackievirus B dan streptococcus sehingga

pengaruh lingkungan dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya

DM ( Bare & Suzanne, 2002).

Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau pulau

langerhans pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin.

Dapat pula akibat respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan

menyerang sel bata pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya

memainkan peran munculnya penyakit ini (Bare & Suzanne, 2002).

b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran

terjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat

besar. Riset melaporkan bahwa obesitas salah satu faktor determinan

terjadinya NIDDM sekitar 80% klien NIDDM adalah kegemukan.

Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme.

Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan


8

insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin

menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada

klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang besar.

Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan

ideal. Pencegahan sekunder berupa program penurunan berat badan,

olah raga dan diet. Oleh karena DM tidak selalu dapat dicegah maka

sebaiknya sudah dideteksi pada tahap awal tanda-tanda atau gejala

yang ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan,

lapar, diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat

badan normal, memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun,

bila ditemukan peningkatan gula darah ( Bare & Suzanne, 2002)

3. Patofisiologi Diabetes Mellitus


a. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas

menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau

langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan

hiperglikemia post prandial (Corwin, 2000).


Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka

akan muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini

akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan

(diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami peningkatan

dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia) (Corwin,

2000).
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan

lemak sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala

peningkatan selera makan (polifagia). Akibat yang lain yaitu


9

terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang

disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya

berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton yangdapat

mengganggu keseimbangan asam basa dan mangarah terjadinya

ketoasidosis (Corwin, 2000).

b. DM Tipe II

Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi

insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan

berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin tinggi

dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel

sehingga sel akan kekurangan glukosa (Corwin, 2000). Mekanisme

inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi

resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah

yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin

yang disekresikan.Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu

mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan

terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000)

4. Klasifikasi

American Diabetis Association (ADA) memperkenalkan sistem

klasifikasi berbasis etiologi dan kriteria diagnosa untuk diabetes yang

diperbaharui pada tahun 2010. Sistem klasifikasi ini mengelaskan tipe

diabetes, antaranya :

a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (IDDM)


10

b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (NIDDM)

c. Diabetes Autoimun Fase Laten

d. Maturity-Onset diabetes of youth

e. Lain-lain sebab. ( Barclay L, 2010)

5. Manifestasi Klinik Diabetes Mellitus


a. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui

membrane dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum

plasma meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan

intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran

darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan

akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria) ( Bare &

Suzanne, 2002).

b. Polidipsia

Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam

vaskuler menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga

efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut

menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang

haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia) ( Bare & Suzanne,

2002).

c. Poliphagia

Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari

menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun,


11

penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang

terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia)

( Bare & Suzanne, 2002).

d. Penurunan berat badan


Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel

kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme,

akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan

terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis

(Bare & Suzanne, 2002).


e. Malaise atau kelemahan ( Bare & Suzanne, 2002).
6. Komplikasi Diabetes Mellitus
a. Komplikasi akut diabetes mellitus
1) Hipoglikemia
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau

preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu

sedikit. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada siang atau

malam hari ( Bare & Suzanne, 2002).


2) Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin

atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini

mengakibatkan ganguan pada metabolism karbohidrat, protein,

dan lemak ( Bare & Suzanne, 2002).


b. Komplikasi kronik diabetes mellitus
1) Retinopati
Berbagai kelainan akibat DM dapat terjadi pada retina, mulai

dari retinopati diabetik non-proliferatifbsampai pendarahan

retina, kemudian juga ablasio retina dan lebih lanjut lagi dapat

mengakibatkan kebutaan (Sudoyo dkk, 2006).


12

2) Nefropati
Kelainan yang terjadi pada ginjal penyandang DM dimulai

dengan adanya mikroalbuminuria, dan kemudian berkembang

menjadiproteinuria secara klinis, berlanjut dengan penurunan

fungsi laju glomerular dan berakhir dengan keadaan gagal

ginjal yang memerlukan pengolaan dengan pengobatan

substitusi. Pemeriksaan untuk mencarimikroalbuminuria selalu

dilakukan pada saat diagnosis DM diteggakan dan setelah itu

diulang setiap tahun ( Sudoyo dkk, 2006)


3) Penyakit jantung koroner
Kewaspadaan untuk kemungkinan terjadinya pembuluh darah

koroner harus ditingkatkan terutama untuk mereka yang

mempunyai risiko terjadinya kelainan aterosklerosis seperti

mereka yang mempunyai riwayat keluarga penyakit pembuluh

darah koroner atau pun riwayat keluarga DM yang kuat

(Sudoyo dkk, 2006)


4) Penyakit pembuluh darah perifer
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada

ekstremitas bawah merupakan penyebab meningkatnya

insidens penyakit pembuluh darah perifer ( Bare & Suzanne,

2002).

7. Penatalaksanaan diabetes mellitus


a. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan

perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang

diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan

masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju

perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan


13

perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya

peningkatan motivasi ( PERKENI, 2010)


b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)

selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan

kemampuan dan kondisi penyakit penyerta (Iwan S, 2010).


Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat

menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,

sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan

jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat

aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.

Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status

kesegaran jasmani.
c. Terapi nutrisi medis
Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari

penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM

adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter,

ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan

keluarganya).
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama

dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan

yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi

masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu

ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,

jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang

menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.


d. Terapi farmakologis
14

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan

dan latihan jasmani (gaya hidup sehat).


8. Pencegahan Diabetes Mellitus
a. Lakukan lebih banyak aktivitas fisik
Ada banyak manfaat berolahraga secara teratur. Latihan olahraga

dapat membantu meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin,

yang membantu menjaga kadar gula darah dalam kisaran normal.


Dengan meningkatkan olahraga tubuh menggunakan insulin lebih

efisien sampai 70 jam setelah latihan. Jadi, berolahraga 3-4 kali

seminggu akan bermanfaat pada banyak orang.


b. Dapatkan banyak serat dalam makanan
Makanan berserat tidak hanya mengurangi risiko diabetes dengan

meningkatkan control gula darah tetapi juga menurunkan risiko

penyakit jantung dan menjaga berat badan ideal.


c. Menurunkan berat badan
Sekitar 80% penderita diabetes mengalami kegemukan dan

kelebihan berat badan. Dalam sebuah penelitian, orang dewasa

yang kegemukan mengurang risiko diabetes mereka sebesar 16%

untuk setiap kilogram berat badan yang hilang.


d. Kurangi lemak hewani
Dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 42.000 orang, diet

tinggi daging merah, daging olahan, produk susu tinggi lemak, dan

permen, dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes hamper dua

kali dari mereka yang makan diet sehat.


e. Kurangi konsumsi gula
Konsumsi gula saja tidak terkait dengan pengembangan diabetes

tipe II. Namun setelah disesuaikan denga berat badan dan variabel

lainnya, tampaknya ada hubungan antara minum-minuman sarat

gula dan pengembangan diabetes tipe II.


f. Berhenti Merokok
15

Merokok tidak hanya berkontribusi pada penyakit jantung dan

menyebabkan kanker paru-paru, tetapi juga terkait dengan

perkembangan diabetes. Merokok lebih dari 20 batang sehari dapat

meningkatkan risiko diabetes lebih dari tiga kali dari orang yang

tidak merokok.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diabetes mellitus tipe II


1. Obesitas
Obesitas dan diabetes terkait erat, sehingga dalam banyak kasus,

ketika baru saja mengurangi derajat obesitas, rendah atau menghilang

dari diabetes. . Obesitas adalah faktor risiko utama untuk diabetes

mellitus. Berat badan yang lebih dapat membuat dan menggunakan

hormon insulin dengan baik. Diabetes Program Prevention (DPP)

menunjukkan bahwa berkurangnya berat badan dapat membantu

mengurangi risiko peningkatan diabetes mellitus karena hal itu akan

membantu hormon insulin yang digunakan oleh tubuh lebih efektif.

Orang-orang yang berat badannya turun antara 5-7% akan mengurangi

risiko terkena diabetes mellitus sebesar 58%.


Moore, et.al (2003) menunjukkan bahwa penurunan berat badan

3,7 6,8 kg pada individu yang berusia 30-50 tahun mengurangi risiko

diabetes mellitus sebesar 33% dibandingkan dengan berat badan yang

tetap gemuk. Hal ini menunjukkan faktor risiko obesitas merupakan

faktor utama untuk terjadinya penyakit diabetes mellitus. Pada orang

gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot menurun sehingga dapat

memicu munculnya Diabetes Mellitus.


2. Riwayat keluarga
16

Pada banyak keluarga dan studi kembar, komponen yang besar dari

faktor genetik pada etiologi diabetes mellitus. Rata-rata penderita

diabetes mellitus dengan kembar monozygot sebesar 70-80%, kembar

dizygot sebesar 10-20%.


Hal yang menarik tentang diabetes mellitus dari beberapa studi

menunjukkan bahwa ibu kandung yang menderita diabetes mellitus

lebih menurunkan kepada anak dari pada bapaknya yang menderita

diabetes mellitus (The Diabetes preventation Research Group, 2003).


3. Pola makan
Pola yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh

sebagian masyarakat perkotaan. Pola makan yang tidak sesuai dengan

kebutuhan tubuh dapat menjadi penyebab Diabetes Mellitus, misalnya

makanan gorengan yang mengandung nilai gizi yang minim.


Diet merupakan salah satu determinan penting penyebab obesitas

dan banyak hal penting dalam perkembangan diabetes mellitus. Suatu

studi historical menunjukkan diabetes mellitus diantara orang-orang

yang terpapar dengan makanan yang kurang dan makanan yang lebih

pada populasi yang banyak di Nauruans, dengan masukan kalori yang

tinggi dan tingkat obesitas yang tinggi, mendukung hubungan yang

signifikan untuk terjadinya diabetes mellitus.


Heather, et.al., (2001) menunjukkan bahwa karbohidrat yang

berbeda akan memberikan efek berbeda pada kadar glukosa darah dan

respon insulin, walaupun diberikan dalam jumlah sama. Jumlah

karbohidrat bukan dasar yang cukup untuk mengendalikan kadar

glukosa darah. Hasil penelitian bahwa pangan dengan Index Glicemi

rendah dapat memperbaiki pengendalian metabolik pada penderita

diabetes mellitus (Rimbawan, 2004).


17

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Independen Dependen

Obesitas

Pola
Makan
Riwayat
Keluarga
Kejadian Diabetes
Usia Mellitus Tipe II pada
pasien ASKES
Aktivitas
Fisik

Hipertensi

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

Diabetes Mellitus Tipe II pada pasien ASKES

Keterangan :

Yang Diteliti :

Tidak Di Teliti :

B. Hipotesis
18

1. Ada hubungan obesitas terhadap kejadian diabetes mellitus tipe II pada

pasien ASKES di Poliklinik Endokrin. BLU RSUP. PROF DR .R.D. KANDOU

MANADO.
2. Ada hubungan pola makan terhadap kejadian diabetes mellitus tipe II pada

pasien ASKES di Poliklinik Endokrin. BLU RSUP. PROF DR .R.D. KANDOU

MANADO.
3. Ada hubungan riwayat keluarga terhadap kejadian diabetes mellitus tipe II

pada pasien ASKES di Poliklinik Endokrin. BLU RSUP. PROF DR .R.D.

KANDOU MANADO

C. Variabel Penelitian

Variabel Independen/Bebas : - Obesitas

- Pola Makan

- Riwayat Keluarga

Variabel Dependen/Terikat : Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II

D. Definisi Operasional

Skala
Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skore
Ukur
Independen:
Obesitas Kelebihan Mengukur Kuesioner Nominal Obesitas
masa tubuh - Berat Badan jika IMT
yang didapat - Tinggi Badan 26, Tidak
berdasarkan Obesitas <
perhitungan 26
berat badan
dan tinggi
badan

Pola Makan Kebiasaan - Frekuensi Makan Kuisoner Nominal Buruk jika


mengkonsums - Jumlah makan nilai 9
i makanan tiap hari Tidak Buruk
ditinjau dari - Jenis makanan jika nilai <
frekuensi, 9
jumlah dan
19

jenis makanan
setiap hari
- Anggota
keluarga
sebelumnya
Riwayat dari
Riwayat yang Kuisoner Nominal Memiliki
keluarga yang
keluarga mengalami riwayat DM
mengalami
diabetes jika nilai 6
Diabetes
mellitus Tidak
Mellitus Tipe
Memiliki
II
riwayat DM
jika < 6
Dependen:

Kejadian Penyakit yang - Hasil Kuisoner Nominal Menderita


Diabetes di diagnose Pemeriksaan DM Jika
Mellitus Tipe oleh dokter Medis nilai 9
II dimana - Manifestasi Tidak
pankreas klinis Menderita
gagal DM jika < 9
memproduksi
insulin atau
terjadi
misfungsi
tubuh yang
tidak bisa
menggunakan
insulin secara
tepat
20

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan

cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk

faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus

pada waktu yang sama (Notoatmojo S, 2005).


B. Populasi dan Sampel Penelitian
1Populasi
Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi karakteristik populasi

yang ditentukan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini

berjumlah 103 penderita Diabetes Mellitus Tipe II yang memakai jaminan

ASKES dan berkunjung di poliklinik endokrin BLU RSUP. PROF.R.D.

KANDOU.

2. Sampel

Sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih berdasarkan

kemampuan yang mewakilinya (Setiadi, 2007).

Sampel ditentukan pada jumlah responden dengan jumlah sampel

sebanyak 81 pasien yang datang berkunjung di poliklinik endokrin BLU

RSUP. PROF.R.D. KANDOU yang telah bersedia diambil data identitasnya

dan memenuhi kriteria inklusi. Rumus pengambilan sampel sebagai

berikut :

N n : perkiraan jumlah sampel


n= N : perkiraan besar populasi
1 + N (d)2 d : tingkat signifikansi

103
n=
21

1 + 103 (0,05)2

103
n=
1 + 103 (0.05)2

103
n=
1 + 0,26

103
n=
1,26

n = 81

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu

cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu, dimana teknik penetapan

sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang

dikehendaki oleh peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Hidayat, 2007).

Kriteria Inklusi dan Eksklusi :

Dengan kriteria inklusi :

1. Pasien diabetes mellitus tipe II


2. Pasien bersedia dilakukan wawancara dan siap untuk menjadi responden.
3. Peserta askes
4. Pasien yang berkunjung ke poliklinik endokrin BLU RSUP. PROF.R.D.

KANDOU
5. Penderita dalam keadaan compos mentis, tidak memiliki kelainan mental

dan kecacatan jiwa.

Dengan kriteria eksklusi :

1. Bukan pasien diabetes mellitus tipe II


2. Pasien yang tidak bersedia di wawancara
3. Bukan peserta askes
22

4. Pasien yang tidak berkunjung ke poliklinik endokrin BLU RSUP.

PROF.R.D. KANDOU
5. Penderita yang kelainan mental dan kecatatan jiwa
C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan September tahun

2011. Rancangan waktu penelitian mulai dari penyusunan proposal sampai

dengan penyusunan skripsi dapat dilihat secara lebih rinci pada jadwal

kegiatan penelitian (lampiran 9).

2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di poliklinik endokrin BLU RSUP. PROF.R.D.

KANDOU
D. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Lembar kuesioner
Kuisoner terdiri dari tiga kuisoner :
a. Kuisoner Obesitas dimana mengukur berat ban dan tinggi badan
b. Kuisoner pola makan. Dimana terdapat 6 pertanyaan dengan

memakai skala Guttman yaitu skala pengukuran dengan jawaban

Ya atau Tidak dengan skor 1 untuk jawaban yang salah dan

skor 2 untuk jawaban yang benar. Dan untuk menentukan skor

mennggunakan rumus :
Me = nilai terendah+ nilai tertinggi
2
= 6 + 12
2
=9
Jadi nilai yang didapat adalah = 9

c. Kuisoner riwayat keluarga. Dimana terdapat 4 pertanyaan dengan

memakai skala Guttman yaitu skala pengukuran dengan jawaban

Ya atau Tidak dengan skor 1 untuk jawaban yang salah dan


23

skor 2 untuk jawaban yang benar. Dan untuk menentukan skor

mennggunakan rumus :
Me nilai terendah+ nilai tertinggi
2
= 4+8
2
=6
Jadi nilai yang didapat adalah = 6
d. Kuisoner Diabetes. Dimana terdapat 6 pertanyaan dengan memakai

skala Guttman yaitu skala pengukuran dengan jawaban Ya atau

Tidak dengan skor 1 untuk jawaban yang salah dan skor 2

untuk jawaban yang benar. Dan untuk menentukan skor

mennggunakan rumus :
Me nilai terendah+ nilai tertinggi
2
= 6 + 12
2
=9
Jadi nilai yang didapat adalah = 9

2. Lembar persetujuan
3. Lembar Informed Concent (informasi untuk responden)
E. Prosedur Pengumpulan Data
1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan dengan cara melakukan

wawancara dan observasi langsung kepada responden penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder terdiri dari jumlah pasien dengan diabetes mellitus tipe II

dengan jaminan askes yang berkunjung ke poliklinik endokrim rsup, Prof,

Kandou

F. Pengolahan Data
24

1. Editing yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh

para pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini

dilakukan terhadap :
a. Kelengkapan jawaban
b. Keterbacaan tulisan
c. Relevansi jawaban
2. Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden

kedalam kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara member

tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.


3. Entry data yaitu jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori

kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara manual dan melalui

pengolahan komputer.
4. Cleaning yaitu pembersihan data, apakah data sudah benar atau belum.
5. Penyajian data disajikan dalam bentuk yang mudah dibaca dan dimengerti

serta memberikan informasi dan memudahkan interprestasi hasil analisis.

Dari hasil penelitian deskriptif didapatkan faktor-faktor kejadian

diabetes mellitus tipe II pada pasien dengan jaminan askes. Dari hasil

didapatkan faktor risiko sebagai bahan uji penelitian analisis kejadian diabetes

mellitus tipe II pada pasien dengan jaminan askes.

G. Teknik Analisis Data


Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan uji statistik Chi Square

dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Program for Social

Science).
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memperhatikan masalah etika

penelitian. Etika penelitian meliputi. (Alimul,2003) :


1. Informed Concent (informasi untuk responden)
Sebelum melakukan tindakan, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan

riset yang akan dilakukan. Jika responden bersedia untuk di teliti maka
25

responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut dan tidak

memaksa.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden dalam penelitian, maka peneliti

tidak mencantumkan namanya pada lembar dan kuisioner data,cukup

dengan member nomor kode pada masing-masing lembar yang hanya

diketahui oleh peneliti.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data

tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.


I. Keterbatasan Penelitian
a. Keterbatasan Instrumen Pengumpulan Data
Alat ukur yang dipakai berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti

yang walaupun sudah diuji validitas dan reliabilitas namun masih perlu

pengujian lebih lanjut agar dapat digunakan pada tingkatan lebih luas lagi.
b. Keterbatasan Waktu
Penelitian hanya dilakukan dalam waktu yang singkat hingga peneliti tidak

dapat meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubngan

dengan kejadian diabetes mellitus tipe II pada pasien askes di poliklinik

endokrin BLU RSUP. PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO.


c. Keterbatasan Peneliti
Peneliti merupakan peneliti pemula sehingga dalam melakukan penelitian

masih mempuyai keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.

BAB V
26

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Sejarah
Tahun 1936 awal berdirinya rumah sakit, pada zaman hindia belanda dengan

nama KONINGEN WILHELMINA ZIEKENHEUIS (KWS). Tahun 1942 bulan

januari diganti namanya menjadi KAIUGUN BIOIN. Kemudian pada tahun 1946

bulan februari RS. KAIUGUN BIOIN, tahun 1976 tanggal 1 desember, peresmian

rumah sakit umum gunung wenang mando sebagai rumah sakit kelas B yang

dimanfaatkan untuk pendidikan calon dokter dan dokter spesialis oleh menteri

Kesehatan RI. Tahun 1995 tanggal 9 februari, secara resmi dipindahkan di

kecamatan malalayang manado dan diberi nama Rumah Sakit Umum Pusat

Malalayang Manado. Sesuai dengan SK menteri Kesehatan RI No.

1000/MenKes/SK/X/1995 dan tanggal 18 oktober ditetapkan sebagai rumah sakit

Unit Swadana Pengguna Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Tahun 2004

tanggal 17 juni, ditetapkan pemberian nama Rumah Sakit Umum Prof. Dr. R.D.

Kandou Manado. Sesuai surat keputusan No. 730/MenKes/SK/VI/2004. Tahun

2005 tanggal 9 agustus, peresmian nama rumah sakit umum prof. Dr. R.D.

Kandou Manado oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik atas nama Menteri

Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2007 tanggal 26 juni, RSUP Prof. Dr. R.D.

Kandou Manado ditetapkan sebagai instansi yang menerapkan PPK-BLU dengan

keputusan Menteri Kesehatan No. 756/MenKes/SK/VI/2007 dan keputusan

Menteri Keuangan No. 272/Keu.05.2007 tanggal 21 juni 2007. Sampai saat ini

digunakan sebagai Rumah Sakit Pendidikan dimana sumber daya manusia baik
27

dokter spesialis, perawat, bidan bahkan tenaga kesehatan lain dan non medis

lainnya yang menunjang pelayanan prima.

2. Sarana dan Kapasitas

Jumlah ruangan yang dimilki di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado yaitu

30 ruangan, terdiri dari :

1. Kantor BLU RSUP. Prof. Dr. 16. Irina Nyiur Melambai

R.D. Kandou Manado 17. Rumah Dinas

2. Poliklinik / Rawat Jalan 18. Gedung Baru Cardiac Centre

3. Radiology, Laboratorium, 19. MEE

Farmasi 20. IPSRS

4. Instalasi Gawat Darurat 21. Gedung Baru Instalasi

5. Rehabilitasi Medik, ICU, Darurat

ICCU, 22. Ambulance

6. Irina A 23. Kamar Jenazah

7. Irina B 24. Gudang Barang

8. Irina C 25. BAK Kantin

9. Irina D 26. Gedung Sanitasi

10. Irina E 27. Billing System

11. Irina F 28. SMF OBS / GYN

12. Instalsi Binatu 29. Guest House / Estella

13. Instalasi Gizi 30. Kantor PPNI

14. Pusat Kanker Anak / Estella 31. Pos

15. Irina Anggrek


3. Ketenagaan

No Jenis Tenaga Jumlah


1. Medis 33
a. Dokter Umum 355
b. Dokter PPDS 171
c. Dokter Spesialis 6
d. Dokter Gigi 722
2. Perawat 120
3. Non Perawat 11
4. Pasca Sarjana 133
5. Sarjana 9
6. Diploma 450
TOTAL 2000

Sumber : Data Primer Agustus 2012

B. Karakteristik Responden
1. Distribusi Menurut Jenis Kelamin Responden
70
60
50
40
30 64.2
20 35.8
10
0
Laki-laki Perempuan

Diagram 5.1 : Distribusi Menurut Jenis Kelamin Responden


Berdasarkan data diatas jenis kelamin terbanyak dalam penelitian ini adalah laki-laki

52 responden (64,2%), dan terkecil perempuan 29 responden (35,8%).

C. Analisis Univariat
1. Distribusi Menurut Obesitas Responden

70
60
50
40
30 63
20 37
10
0
Obesitas Tidak Obesitas

Diagram 5.2 : Distribusi Menurut Obesitas Responden


Berdasarkan data diatas obesitas responden terbanyak dalam penelitian ini adalah

tidak obesitas 51 responden (63,0%), dan terkecil obesitas 30 responden (37,0%).

2. Distribusi Menurut Pola Makan Responden


70
60
50
40
30 60.5
20 39.5
10
0
Buruk Tidak Buruk

Diagram 5.3 : Distribusi Menurut Pola Makan Responden


Berdasarkan data diatas pola makan responden terbanyak dalam penelitian ini adalah

buruk 49 responden (60,5%), dan terkecil tidak buruk 33 responden (39,5%).

3.Distribusi Menurut Riwayat Kelurga Responden

80

60

40
59.3
20 40.7

0
Memiliki Tidak Memiliki

Diagram 5.4 : Distribusi Menurut Riwayat Keluarga Responden


Berdasarkan data diatas Riwayat Keluarga responden terbanyak dalam penelitian ini

adalah memiliki 48 responden (59,3%), dan terkecil tidak memiliki 33 responden

(40,7%).
4. Distribusi Menurut Diabetes Responden

100
80
60
40 91.4

20
0 8.6
Mendukung Tidak Mendukung

Diagram 5.5 : Distribusi Menurut Diabetes Responden


Berdasarkan data diatas Diabetes responden terbanyak dalam penelitian ini adalah

mendukung 74 responden (91,4%), dan terkecil tidak mendukung 7 responden

(8,6%).

D. Analisis Bivariat
Tabel 5.1 : Hubungan Faktor Obestitas Dengan Diabetes

Diabetes
Tidak
Obesitas Mendukung Total OR P
Mendukung
N % N %
Obesitas 44 54,3 0 0,0 44
Tidak
30 37,0 7 8,6 37 11,164 0,043
Obesitas
Total 74 91,4 7 8,6 81

Hasil analisis menunjukkan, dari 44 responden yang memiliki memiliki

obesitas yang mendukung kejadian diabetes, 44 responden (54,3%) menderita

diabetes dan 0 responden (0,0%) tidak terkena diabetes. Dari 37 responden yang tidak

memilki obesitas dengan kejadian diabetes, 30 responden (37,0%) diabetes dan 7


responden (8,6%) tidak menderita diabetes. Hasil uji Fisher Exact pada tingkat

kepercayaan 95% menunjukkan nilai p=0,043. Nilai p ini lebih kecil dari nilai =

0,05, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor obesitas dengan kejadian

diabetes di Poli Endokrin RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.

Tabel 5.2 : Hubungan Faktor Pola Makan Dengan Diabetes

Diabetes
Pola Tidak
Mendukung Total OR P
Makan Mendukung
N % N %
Buruk 49 60,5 0 0,0 49
Tidak
25 30,9 7 8,6 32 12,766 0,001
Buruk
Total 74 91,4 7 8,6 81

Hasil analisis menunjukkan, dari 49 responden yang memiliki memiliki pola

makan yang buruk mendukung kejadian diabetes, 49 responden (60,5%) menderita

diabetes dan 0 responden (0,0%) tidak terkena diabetes. Dari 32 responden yang tidak

mendukung pola makan dengan kejadian diabetes, 25 responden (30,9%) yang

diabetes dan 7 responden (8,6%) tidak menderita diabetes. Hasil uji Fisher Exact

pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan nilai p=0,001. Nilai p ini lebih kecil dari

nilai = 0,05, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor Pola Makan

dengan kejadian diabetes di Poli Endokrin RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.
Tabel 5.3 : Hubungan Faktor Riwayat Keluarga Dengan Diabetes

Diabetes
Riwayat Tidak
Mendukung Total OR P
Keluarga Mendukung
N % N %
Memiliki 48 59,3 0 0,0 48
Tidak
26 32,1 7 8,6 33 14,107 0,001
Memiliki
Total 74 91,4 7 8,6 81

Hasil analisis menunjukkan, dari 48 responden yang memiliki riwayat keluarga

yang mendukung kejadian diabetes, 48 responden (59,3%) menderita diabetes dan 0

responden (0,0%) tidak terkena diabetes. Dari 33 responden yang tidak mendukung

riwayat keluarga dengan kejadian diabetes, 26 responden (32,1%) diabetes dan 7

responden (8,6%) tidak menderita diabetes. Hasil uji Fisher Exact pada tingkat

kepercayaan 95% menunjukkan nilai p=0,043. Nilai p ini lebih kecil dari nilai

=0,05, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor riwayat keluarga

dengan kejadian diabetes di Poli Endokrin RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.

E. Pembahasan
1. Faktor Obesitas Dengan Kejadian Diabetes
Mengkonsumsi makanan berlemak dan mengandung kadar gula tinggi dalam

jumlah besar akan mengakibatkan obesitas atau kegemukan. Setelah anda didiagnosis

menderita obesitas, besar kemungkinannya anda terkena diabetes karena faktor utama

penyebab diabetes adalah terdapatnya kadar gula yang tinggi dalam darah melebihi

batasan wajar. Dari hasil penelitian yang dilakukan di poli endokrin RSUP Prof. Dr.
R.D. Kandou dengan menggunakan uji Fisher Exact dengan tingkat kepercayaan 95%

menunjukkan nilai p=0,043. Nilai p ini lebih kecil dari nilai = 0,05, menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara faktor obesitas dengan kejadian diabetes di

Poliklinik Endokrin RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Hal ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan Ishwarlal Jialal, profesor bidang endikronologi, diabetes,

dan metabolisme UC Davis, seperti dikutipTimes of India.Mereka melakukan

penelitian dengan melihat secara spesifik kemungkinan sindroma metabolisme pada

orang gemuk. Sindroma ini umumnya ditandai gejala peningkatan tekanan darah,

naiknya gula darah, kelebihan lemak pada perut dan tingkat kolesterol di luar batas.

Dalam penelitian itu, mereka menemukan sel lemak melepaskan indikator yang

berhubungan dengan kekebalan insulin serta peradangan kronis.

Hasil penelitian yang dilakukan juga olehYumuk et al., (2005) menunjukkan

bahwa ada hubungan antara obesitas atau kegemukan dengan penyakit diabetes

bahkan hubungannya sangat erat. Hal ini mungkin terjadi karena pada penderita

diabetes II insulin yang dihasilkan oleh pankreasnya tidak bekerja normal,

komplikasi-komplikasi obesitas menyebabkan insulin-insulin tersebut tidak dapat

membantu sel tubuh dalam menyerap glukosa. Karena insulin tidak dapat bekerja

efektif dalam membantu penyerapan glukosa, pankreas akan berusaha menghasilkan

lebih banyak lagi insulin. Jika berlangsung lama kinerja pankreas dalam

menghasilkan insulin akan menurun, pada saat inilah penderita rentan terkena

diabetes melitus tipe II.


Menurut peneliti seseorang yang obesitas gampang terkena penyakit diabetes,

dengan melihat secara spesifik kemungkinan sindroma metabolisme pada orang

gemuk umumnya ditandai gejala peningkatan tekanan darah, naiknya gula darah,

kelebihan lemak pada perut dan tingkat kolesterol di luar batas. Maka dari itu kita

harus menjaga berat badan kita dan tidak terlalu banyak mengkomsumsi makanan

yang berlemak agar kita bisa terhindar dari segala macam penyakit. Dalam penelitian

ini juga peneliti merasa belum mendapatkan hasil secara keseluruhan karena

keterbatasan waktu dan biaya yang mahal menjadi penghalang peneliti untuk

melakukan penelitian lebih mendalam lagi tentang obesitas dengan kejadian diabetes.

2. Pola Makan Dengan Kejadian Diabetes


Pola yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian

masyarakat perkotaan. Pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat

menjadi penyebab Diabetes Mellitus, misalnya makanan gorengan yang mengandung

nilai gizi yang minim. dari hasil penelitian yang dilakukan menggunakan hasil uji

Fisher Exact pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan nilai p=0,001. Nilai p ini

lebih kecil dari nilai = 0,05, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor

Pola Makan dengan kejadian diabetes di Poli Endokrin RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou

Manado. penelitian ini didukung juga oleh peneliti Heather, et.al., (2001)

menunjukkan bahwa karbohidrat yang berbeda akan memberikan efek berbeda pada

kadar glukosa darah dan respon insulin, walaupun diberikan dalam jumlah sama. hal

ini juga didukung Rimbawan, (2004), Jumlah karbohidrat bukan dasar yang cukup

untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Hasil penelitian bahwa pangan dengan
Index Glicemi rendah dapat memperbaiki pengendalian metabolik pada penderita

diabetes mellitus. Dari pengamatan peneliti ternyata sebagian besar penderita diabetes

di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado mempunyai pola makan yang dapat

memicu akan terjadinya kejadian diabetes. Beberapa faktor yang mungkin berperan

pola makan setempat adalah kota manado yang cenderung lebih banyak

mengonsumsi daging dan kurang memperhatikan pola makan dan asupan nutrisi yang

baik.

3. Hubungan Riwayat Keluarga Dengan Diabetes Militus

Salah satu kelompok yang berisiko tinggi menderita DM jika ada salah satu

yang mempunyai keturunan baik pada orang tuanya atau kakeknya, saudaranya dan

lain-lain yang menderita DM. dari hasil uji Fisher Exact pada tingkat kepercayaan

95% menunjukkan nilai p=0,043. Nilai p ini lebih kecil dari nilai =0,05,

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor riwayat keluarga dengan

kejadian diabetes di Poliklinik Endokrin RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. hal

ini didukung dari (The Diabetes preventation Research Group, 2003), Hal yang

menarik tentang diabetes mellitus dari beberapa studi menunjukkan bahwa ibu

kandung yang menderita diabetes mellitus lebih menurunkan kepada anak dari pada

bapaknya yang menderita diabetes mellitus. hal ini juga didukung oleh penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Soegondo (2004), keluarga menderita DM dan ada

riwayat keluarga adalah lebih kurang 1 banding 4 dengan asumsi sekitar 73% kasus

DM dapat dicegah dengan memperhatikan faktor risiko adanya riwayat keluarga

menderita DM.
menurut peneliti riwayat penyakit diabetes juga bisa terjadi apabila dalam anggota

keluarga kita ada yang mengalami diabetes ini dikarenakan faktor genetik. Bagi

penelitian-penelitian selanjutkan yang akan meneliti agar meneliti lebih jauh lagi

tentang faktor riwayat keluarga dengan kejadian diabetes.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Poli Endokrin RSUP Prof. Dr. R.D.

Kandou Manado dan telah diuji dengan menggunakan uji fisher exact, dapat

disimpulkan bahwa :

1. Orang yang terkena obesitas lebih beresiko terkena penyakit diabetes mllitus

tipe II daripada orang yang tidak obesitas.


2. Orang yang memiliki pola makan yang buruk lebih beresiko terkena penyakit

diabetes mellitus tipe II daripada orang yang memiliki pola makan yang tidak

buruk.
3. Orang yang memiliki riwayat keluarga lebih beresiko terkena penyakit diabetes

mellitus tipe II daripada orang yang tidak memiliki riwayat keluarga denga

diabetes melitus tipe II.

B. Saran
1. Bagi masyarakat disarankan untuk lebih sering berolahraga agar menjaga berat

badan lebih ideal agar terhindar dari penyakit diabetes mellitus tipe II.

2. Perawat sebagai tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan pengetahuan

tentang pentingnya pola hidup yang sehat, agar dapat memberikan pendidikan

kesehatan terhadap pasien untuk melaksanakan pola hidup yang sehat.


3. Bagi yang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes mellitus dianjurkan agar

melakukan pola hidup yang sehat dan melakukan aktivitas olahraga agar

meminimalkan resiko terkena penyakit diabetes mellitus.

4. Bagi peneliti berikutnya agar melakukan penyuluhan kesehatan tentang pola

hidup yang berhubungan dengan diabetes mellitus.


Daftar Pustaka

Alimul Hidayat. 2007. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta;
Salemba Medika.
Alimul, A. 2003. Riset keperawatan & teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika
Almatsier, S, 2007. Penuntun Diet. Jakarta : GPU
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8),
EGC Jakarta
Barclay L, 2010. Diabetes Diagnosis & Screening Criteria Reviewed. Available
from : http://www. medscape.com.
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Diabetes Care, 2004. Di akses di www.google.com
DIRJEN PPTM, 2010. Di akses di http://www.manadopost.co.id/index.php?
mib=berita.detail&id=77045
Hartono. 2006. Asuhan Gizi Rumah sakit. Jakarta: EGC.
Heather, et.al., 2001. Di akses di www.google.com
Iwan S, 2010. Askep Klien dengan gangguan Sistem Endokrin:Diabetes Mellitus,
Available from: http://ahmadyozi.blogspot.com/2012/06/askep-klien-dengan-
gangguan-sistem.html
Moore, et.al 2003. Di akses di www.google.com
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Jakarta : Salemba Medika.
PERKENI 2010. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe II di Indonesia,
2010. Jakarta : PB PERKENI
, 2011. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe II di Indonesia, 2011.
Jakarta : PB PERKENI
Rimbawan dan A. Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta: Penebar Swadaya
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Soegondo S, 2004. Diagnosis dan klasifikasi diabetes mellitus terkini, cetakan IV.
Jakarta: FKUI
Sudoyo dkk, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
The Diabetes preventation Research Group, 2003. Di akses di www.google.com

Tinsley, R., Harrison, 2005. Harrisons 16th Edition Principles Of InternalnMedicine.


In: Alvin C. Powers, Diabetes Mellitus
Waspadji, dkk. 2004. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

You might also like