You are on page 1of 14

Ryamirzad Ryacudu Jelaskan Program Bela

Negara Adalah Modal Sosial


in Nasional 25/08/2016 340 Views

Jakarta Terorisme kini menjadi momok tersendiri di tanah air. Karena itu, seluruh pihak diminta untuk
memerangi hal tersebut. Nah, Menteri Pertahanan Ryamirzad Ryacudu berkomentar. Menurut dia,
program bela negara bisa menjadi modal sosial untuk mengatasi ancaman terorisme.
Bela negara adalah modal sosial dari ancaman terorisme dan gerakan radikal, ujarnya di Jakarta Pusat
pada Kamis (25/8/2016).
Selain itu, alasan program bela negara dimasukkan pada kurikukum tingkat TK hingga perguruan tinggi
untuk menjadi pondasi bangsa 10-20 tahun ke depan. Mantan KSAD itu menyebut, meski saat ini
populasi Indonesia tergolong besar, tetapi masih rapuh jiwa kebangsaannya.
Pendidikan dari TK-PT (taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi) kita harapkan 20 tahun ke depan
bangsa ini kokoh. Sekarang banyak tapi tidak kokoh, karena jiwa kebangsaannya tipis, tipis sekali,
tambahnya.
Karena itu, lantaran Kemhan tidak bisa bekerja sendiri, Ryamirzad mengaku perlu untuk
menyempurnakan kembali program bela negara. Terlebih untuk tujuan penguatan identitas kebangsaan
dan keaadaran pancasila.
Bela negara disempurnakan lagi biar seragam. Hanya satu kekuatan kita adalah dengan memperkuat
identitas diri bangsa dan penanaman kesadaran bangsa dan pancasila. Kalau sudah bisa begitu,
Indonesia hebat. Kita mulai dari bela negara. Kita bakar dengan bela negara agar bangsa ini menjadi
kuat, tutupnya. (Tita Yanuantari harianindo.com)
http://www.harianindo.com/2016/08/25/131432/ryamirzad-ryacudu-jelaskan-program-bela-
negara-adalah-modal-sosial/

Menhan Sebut Bela Negara Modal Sosial


Antisipasi Terorisme dan Radikalisme
FACHRI FACHRUDIN
Kompas.com - 25/08/2016, 12:46 WIB

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu saat ditemui di silang Monas, Jakarta Pusat, Selasa
(23/8/2016).(Kristian Erdianto)

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Ryamirzad Ryacudu mengatakan


bahwa Program bela negara adalah modal sosial sebagai antisipasi ancaman terorisme
dan gerakan radikal yang terus berkembang.

Bela negara, kata dia, menjadi landasan bersikap dan berperilaku bangsa Indonesia
yang sejalan dengan upaya pembentukan revolusi mental.

Hal itu disampaikan Ryamizard saat membuka Rapat Koordinasi Pembentukan Kader
Pembina Bela Negara dengan Satuan Pelaksana yang di hadiri oleh Gubernur dan
Rektor Perguruan Tinggi seluruh Indonesia TA. 2016 di Aula Bhinneka Tunggal Ika,
Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016).

"Sebagai sebuah landasan sikap dan perilaku Indonesia dalam revolusi mental maka
dinamika bela negara adalah modal sosial dari ancaman terorisme dan gerakan
radikal," ujar Ryamizard.

Menurut dia, bela negara sebagai sebuah pendidikan tidak secara instan dapat diresapi
oleh masyarakat.

Dalam penerapannya, kata dia, harus dilakukan secara bertahap dan konsisten.
Apalagi, di tengah situasi saat ini, rasa kebangsaan yang melekat pada tiap generasi
muda kian tipis. Maka dari itu, diperlukan kerja sama berbagai pihak dalam
penerapannya.

"Sejak usia dini bahkan sampai perguruan tinggi yang kami harapkan 20 tahun ke
depan bangsa ini lebih kokoh," kata dia.

(Baca: Menhan Sebut Semangat Bela Negara Tak Bertentangan dengan Islam)

Kerja sama itu juga, lanjut dia, guna menyempurnakan program bela negara agar lebih
seragam. Melalui keseragaman itu menunjukkan identitas diri bangsa Indonesia.

Disamping itu, tertanam kesadaran nilai-nilai pancasila.

"Kalau sudah bisa begitu Indonesia hebat. Kita mulai dari bela negara, Kita bakar
dengan bela negara agar bangsa ini menjadi kuat," tutur dia.

Sementara itu, Direktur Bela Negara, Laksamana Pertama (Laksma) M Faisal


mengatakan bahwa penanaman nilai-nilai bela negara di sekolah-sekolah dapat
menumbuhkan rasa Cinta Tanah Air agar lebih kuat.

Pemahaman Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia pun menjadi lebih matang
dikemudian hari. Dengan demikian, Menurut dia, program bela negara menjadi
antisipasi atas gerakan radikal yang saat ini semakin tumbuh di sejumlah kampus.
Bahkan, sudah merasuk ke sejumlah pesantren.

"Radikalisme banyak muncul di kampus-kampus baik radikal kanan maupun kiri.


Radikalisme juga muncul di Islamic boarding school dan pesantren-pesantren," kata
dia.

PenulisFachri Fachrudin
EditorKrisiandi
http://nasional.kompas.com/read/2016/08/25/12464251/menhan.sebut.bela.negara.modal.sosial.a
ntisipasi.terorisme.dan.radikalisme

Kamis, 25 Agustus 2016 | 15:47

Menhan: Bela Negara Tumbuhkan Nasionalisme


Ryamizard Ryacudu (Beritasatu.com)

Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengemukakan program bela negara untuk
menumbuhkan rasa nasionalisme pada seluruh anak bangsa. Pasalnya, saat ini sudah ada kelenturan dan
kekurangan atas rasa nasionalisme terhadap bangsa ini.
"Sekarang banyak jiwa kebangsaannya tipis, tipis sekali," kata Ryamizard dalam mengikuti rapat koordinasi (Rakor)
bela negara di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (25/8).

Ia menjelaskan bela negara sebagai efek getar untuk menumbuhkan semangat nasionalisime. Ancaman terhadap
bangsa ini bukan hanya masalah peperangan. Masalah radikalisme dan terorisme adalah ancaman serius saat ini.
Masalah narkoba, pencurian sumber daya alam, bencana alam, proxy war, dan sebagainya adalah ancaman nyata
saat ini yang harus dihadapi. Jika rasa nasionalisme dan bela negara berkurang maka ancaman-ancaman yang ada
itu bisa menjadi masalah serius yang tidak bisa ditangani di kemudian hari.
"Bela negara beri efek 'getar' dan modal sosial. Kita buat program ini mulai Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan
Tinggi. Kita harapkan 20 tahun kedepan, bangsa ini sudah kokoh," tuturnya.

Menurutnya, program bela negara juga akan merekrut anak jalanan, para preman, anak terlantar dan komunitas
sosialnya. Pihaknya siap membolisasi seluruh lapisan masyarakat agar kembali bangkit rasa nasionalisme dan bela
negaranya.

"Kita bina anak jalanan, preman. Jangan dibiarkan begitu saja. Saya menyusun pertahanan dengan melihat
ancaman pertahanan negara," tutupnya.

Robertus Wardi/YUD

Suara Pembaruan

http://www.beritasatu.com/nasional/381742-menhan-bela-negara-tumbuhkan-nasionalisme.html

Senin, 17 April 2017 | 15:35

Kegiatan Ospek Akan Diganti Program Bela Negara


Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, meresmikan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bela Negara Badan Pendidikan dan
Pelatihan Kementrian Pertahanan (Pusdiklat Bela Negara Badiklat Kemhan) di Desa Cibodas, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor, Selasa, 28 Februari 2017. (Beritasatu.com/Vento Saudale)
Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu, mengatakan, kegiatan orientasi pengenalan sekolah
atau kampus (Ospek) yang diterima murid atau mahasiswa akan digantikan oleh program bela negara.
"Saya sudah ngomong dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Ospek gitu akan diganti,"
kata Ryamizard di Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta, Senin (17/4).
Menurut Ryamizard, pihaknya juga telah melapor ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai hal tersebut.
Presiden merespon hal tersebut dengan positif.

Menurutnya, dalam program bela negara, akan dilakukan kegiatan lapangan dan kelas. Kegiatan lapangan seperti
latih bari-berbaris, hormat bendera dan pengetahuan tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

Sementara, kata Ryamizard, program di kelas seperti menjelaskan ideologi negara yaitu Pancasila, pemahaman
akan sikap dan tindakan melawan korupsi serta pengetahuan deradikalisasi.

"Ini untuk membentuk identitas bangsa. Identitas kita adalah kepatuhan pada Pancasila dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," jelasnya.

Ryamizard mengaku sangat simpatik dengan bangsa Jepang. Di sana, masyarakatnya sudah dikenal umum dengan
identitasnya yaitu pekerja keras, jujur dan rela mati untuk bangsanya.

Dia berharap anak-anak Indonesia juga memiliki idenitas khusus yang berbeda dengan bangsa lain. Identitas bangsa
ini adalah termuat dalam Pancasila yang saling hormat-menghormati dalam keberagaman.

"Kita punya budaya sendiri yaitu Pancasila. Kita kembali kesitu," tegasnya.

Robertus Wardi/FER

Suara Pembaruan

http://www.beritasatu.com/kesra/425646-kegiatan-ospek-akan-diganti-program-bela-negara.html

Rabu, 24 Mei 2017 | 10:57

Seluruh Komponen Bangsa Wajib Perkuat Konsep


Bela Negara
Ryamizard Ryacudu. (SP/Joanito de Saojoao)

Jakarta- Segenap komponen masyarakat diwajibkan berpartisipasi aktif untuk memperkuat pertahanan bangsa dan
negara. Semua dilakukan semata-mata guna mencapai masyarakat yang adil, aman, makmur, adil dan sejahtera.
Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menegaskan, semangat bangsa Indonesia untuk menjaga
keutuhan adalah tugas bersama seluruh rakyat. Setiap warga negara harus turut serta melakukan bela negara dalam
rangka memperkuat pertahanan nasional.

"Bela negara menjadi penting karena juga diatur oleh UU. Salah satunya Pasal 27 UUD 1945," kata Menhan, saat
membuka diskus panel tentang Analisis Ancaman (Threat Assessment) dalam Kehidupan Nasional Indonesia
Perspektif Ketahanan Nasional (Fokus Aspek Hankam) bekerja sama dengan Ikatan Keluarga Lemhannas (lKAL),
Rabu (24/5) di Jakarta.
Diakui Menhan, kondisi ketahanan Indonesia saat ini sudah masuk dalam taraf mengkhawatirkan. Apalagi sejak
reformasi, nilai-nilai Pancasila yang menjadi landasan utama kekuatan pertahanan sudah mulai luntur.

"Sejak reformasi nilai-nilai Pancasila mulai luntur dan tidak lagi jadi landasan utama, tidak jadi acuan berpikir dan
bertingkah laku. Padahal nilai-nilai Pancasila digali dari nilai-nilai luhur," ucap Menhan.

Kondisi tersebut, menurut Menhan, juga diperparah dengan situasi politik dalam negeri yang juga memprihatinkan.
Semuanya sangat mempengaruhi kondisi pertahanan dan persatuan nasional. "Politik dalam negeri yang
memprihatinkan, pengurus (partai politik) gontok-gontokan. Politik yang dimainkan bukan politik negara, tapi
kepentingan tertentu dan pribadi," ujar Menhan.
Belum lagi tegas Menhan, kondisi sosial budaya (sosbud), geografis serta gesekan antarpemeluk agama di tingkat
bawah. Hal itu sedikit banyak mengganggu strategi pertahanan nasional. Satu-satunya anti dari segala
permasalahan tersebut adalah dengan cara mengamalkan nilai-nilai Pancasila serta meningkatkan pemahaman bela
negara

Yeremia Sukoyo/WBP

Suara Pembaruan

http://www.beritasatu.com/nasional/432576-seluruh-komponen-bangsa-wajib-perkuat-konsep-
bela-negara.html

Senin, 17 April 2017 | 17:10

Menhan: Ormas Radikal Boleh Ikuti Pelatihan Bela


Negara
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu (Antara/M Agung Rajasa)

Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu, menyatakan, pihaknya tidak mempermasalahkan
organisasi masyarakat (Ormas) radikal seperti Front Pembela Islam (FPI) mengikuti program bela negara. Justru
ormas tersebut harus dirangkul agar tidak terus membawa pemahaman radikal.
"Tidak masalah. Siapa saja kita latih. Supaya tidak tidak terus radikal," kata Ryamizard, di Kementerian Pertahanan
(Kemhan), Jakarta, Senin (17/4).

Menhan diminta komentarnya terkait pelatihan bela negara oleh aparat TNI di Lebak, Banten, beberapa waktu lalu.
Saat itu, banyak masyarakat yang protes. Akhirnya pelatihan kepada FPI itu dihentikan.

Ryamizard berpandangan, jangan menambah banyak musuh. Menurutnya, jangan karena dianggap ormas radikal,
lalu mereka dilarang ikut program bela negara. Terlebih, kata dia, mereka juga warga negara Indonesia (WNI).
Sebagai warga negara, mereka harus diajak supaya sama-sama membela negara dan meninggalkan pikiran radikal.

"Bila perlu yang baru pulang dari Suriah atau Afganistan kita latih. Semua diajak supaya bisa berubah," tegasnya.
Sementara itu, pada Kamis (20/4) mendatang, Ryamizard akan membuka program bela negara di Manado, Sulawesi
Utara (Sulut). Sulut dipilih karena merupakan gerbang bagi Indonesia bagian timur.

"Program bela negara sebagai bentuk revolusi mental sekaligus membangun daya tangkal bangsa dalam
menghadapi kompleksitas dinamika ancaman. Bela negara meletakan nilai-nilai dasar bangsa ini," ungkap
Ryamizard.

Robertus Wardi/FER

Suara Pembaruan

http://www.beritasatu.com/nasional/425675-menhan-ormas-radikal-boleh-ikuti-pelatihan-bela-
negara.html

Senin, 10 April 2017 | 20:57

Bela Negara Tangkal Perang Modern


Jakarta - Perang modern yang bersifat nonmiliter hingga saat ini belum diatur oleh Konvensi Jenewa. Sebagai
akibatnya, negara-negara yang runtuh akibat serangan yang dilancarkan oleh negara-negara lain, tidak bisa mengadu
kepada lembaga internasional manapun atas nasib malang yang dialaminya. Padahal banyak contoh negara runtuh
akibat serangan tersebut.

Perang modern misalnya adalah information and ideological welfare. Perang ini menyebabkan ditinggalkannya
ideology dan dasar negara dan didudukinya wilayah suatu negara secara de facto oleh kekuasaan negara asing
dengan berbagai alasan. Financial welfare adalah perang yang menyebabkan kacaubalaunya berbagai data yang
digunakan negara yang bersangkutan, dikuasainya sebagian besar sumber daya alam melalui manipulasi
perizinanoleh berbagai korporasi asing. Dipengaruhinya proses legislasi, kebijakan eksekutif atau putusan pengadilan
oleh para pelobi yang bekerja untuk kepentingan asing.
Sayangnya kondisi ini belum mendapat perhatian penuh dari pemerintah, terbukti paket undang-undang pertahanan
yang berlaku sekarang sudah out of dated, sebab bersal dari tahun 2002 dan 2004. Berbagai perang modern seperti
information and ideological welfare, financial welfare, dan cyber welfare, juga belum mendapat perhatian bersama,
sekalipun kini mulai tumbuh kesadaran bahayanya kondisi tersebut.
Menurut Pembina YSNB, Aliansi Kebangsaan, dan FKPPI Pontjo Sutowo, kondisi krusial tersebut seharusnya menjadi
momen untuk menghimpun seluruh pemikiran kita sebagai bangsa untuk mengambil langkah yang dianggap perlu agar
Ketahanan Nasional semakin kokoh. Selain itu segala kerentanan dapat ditanggulangi agar kelangsungan hidup
bangsa dapat terjamin.

Kita sebenarnya memiliki seluruh perangkat lunak yang mampu menahan perang modern, seperti Pancasila sebagai
dasar dan ideologi negara dijabarkan dalam Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Perangkat lunak tersebut,
penggunaannya sepenuhnya dipundak pemerintah. Pemerintah seharusnya aktif memaksimalkannya. Namun
mengingat UUD 1945 menyatakan jika pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara, maka
diperlukan keterpaduan keduanya, kata Pontjo Sutowo dalam Pembukaan DPS Pertama di JCC.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Republik Indonesia Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu menyatakan jika
kekuatan bersenjata hanya dapat menyumbangkan 1 persen di dalam masalah perang modern, yang 99 persen
sisanya adalah dengan kekuatan soft power yaitu dengan memenangkan hati nurani rakyat. Kekuatan hati nurani
rakyat tersebut adalah membangun kekuatan idealisme rakyat.

Strategi pertahanan khas Indonesia dalam menghadapi perang modern adalah membangun kekuatan Idealis Hati
Nurani, yang merupakan penggabungan antara kekuatan soft power keluar (Melalui Diplomasi Pertahanan Kawasan)
dan penyiapan kekuatan hard power ke dalam dengan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta. Konsep-konsep tersebut,
yang harus lebih mengedepankan penguatan jiwa dan idealis bangsa sebagai kekuatan utama tersebut, dapat
dilaksanakan melalui penanaman nilai-nilai dan Semangat Kesadaran Bela Negara. Kesadaran Bela Negara ini
merupakan metode yang telah terbukti ampuh dan handal guna menangkal seluruh bentuk ancaman terhadap
keutuhan dan integritas bangsa dan negara Indonesia, kata Ryamizard Ryacudu.

Lebih lanjut Ryamizard Ryacudu berharap agar membangun idealisme rakyat tersebut tidak menjadi retorika, namun
harus mampu diwujudkan dan diimplementasikan secara nyata dalam produk kebijakan yang ada, serta di seluruh
aktifitas komponen anak bangsa.

Euis Rita Hartati/ERH

Investor Daily

http://www.beritasatu.com/nasional/424393-bela-negara-tangkal-perang-modern.html

Selasa, 11 April 2017 | 09:52

Tangkal Radikalisme, Mahasiswa Harus Dibekali


Pemahaman Bela Negara
lustrasi peserta pelatihan bela negara (youtube.com) (youtube.com)

Jakarta - Memasuki era globalisasi, tantangan yang dihadapi generasi muda semakin berat. Salah satu tantangan
yang harus menjadi perhatian adalah meningkatnya paham radikalisme yang mengancam eksistensi Pancasila.
Ketua STIE Kasih Bangsa, Ekawahyu Kasih, mengatakan, upaya menumbuhkan rasa cinta Tanah Air kepada
generasi penerus khususnya mahasiswa merupakan hal yang sangat penting. Pasalnya, belakangan semakin
mencuat paham radikalisme yang dikhawatirkan dapat mengancam keutuhan bangsa.

"Saat ini, bela negara tidak hanya identik dengan mengangkat senjata, tetapi juga diwujudkan dengan meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia dan keahlian. Paling penting, generasi muda bisa terus meningkatkan toleransi
dalam berbangsa dan bernegara," ujar Ekawahyu, dalam keterangan persnya, Selasa (11/4).

Ekawahyu mengatakan, pihaknya berupaya meningkatkan kesadaran mahasiswa-mahasiswi STIE Kasih Bangsa
akan pentingnya rasa cinta tanah air. "Dengan begitu, mereka tidak akan mudah terbawa arus kepada paham atau
ideologi yang mencoba menggantikan Pancasila sebagai ideologi negara," lanjutnya.
Para mahasiswa yang mengikuti program ini, kata Ekawahyu, merupakan mahasiswa yang akan segera diwisuda.
Artinya, lanjut dia, sebentar lagi mereka akan segera menginggalkan dunia kampus untuk menuju kehidupan
sebenarnya.

"Kami berharap, program ini bisa menjadi bekal mereka nantinya. Bisa toleran terhadap sesama dan menghargai
kebhinekaan," tambah salah satu lulusan terbaik PPRA ke-54 Lemhanas itu.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Pemantapan Nilai Kebangsaan Lemhannas, Paulina Theresia Ekowati,
menambahkan, selama ini generasi muda kerap melupakan nilai luhur dari Pancasila. Mereka tidak lagi menjadikan
Pancasila sebagai pedoman kehidupan bermasayarakat. Akibatnya, tidak jarang munculnya gesekan-gesekan yang
memicu perdebatan menyangkut Suku Ras Agama dan Antar golongan (SARA).

"Seharusnya, sudah tidak ada lagi perdebatan tentang SARA, kalau kita semua berpegang teguh terhadap
Pancasila. Karena Pancasila mengajarkan kepada kita bagaimana toleransi bisa diimplementasikan ke kehidupan
sehari-hari. Saya yakin tidak akan ada lagi perpecahan kalau kita kembali ke Pancasila," pungkasnya.

Feriawan Hidayat/FER

BeritaSatu.com

http://www.beritasatu.com/kesra/424455-tangkal-radikalisme-mahasiswa-harus-dibekali-
pemahaman-bela-negara.html

30th August 2016, 00:51 #1

gundalasatria Menyamakan Visi dan Misi Bela Negara Dalam Rakor


Addict Member Pembentukan Kader Bela Negara

Kementerian Pertahanan (Kemhan) menyelenggarakan Rapat Koordinasi


(Rakor) Kementerian, Pimpinan Daerah dan Perguruan Tinggi. Rakor
Join Date: Sep 2013
dihadiri Gubernur seluruh propinsi dan Rektor Perguruan Tinggi, di Aula
Send PM
Bhineka Tunggal Ika (BTI) Kemhan, Jakarta, Kamis, 25 Agustus 2016
Posts: 388
Rakor mengambil tema Melalui Rapat Koordinasi Pembinaan Kesadaran
Bela Negara Kita Tingkatkan Keterpaduan, Sinergisitas dan Integritas
antar Lembaga/Kementerian Daerah, Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta
di Seluruh Indonesia bertujuan untuk menyamakan persepsi Pembentukan
Kader Pembina Bela Negara di tingkat Kabupaten/Kota di seluruh
Indonesia,

Dalam acara tersebut, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu,


tampil sebagai keynote speech dan dilanjutkan penyampaian sejumlah
materi antara lain dari Dirjen Pothan Kemhan Dr Timbul Siahaan tentang
Industri Pertahanan. Kemudian Mendagri Tjahjo Kumolo tentang Program
yang Dibangun dalam Meningkatkan Pembentukan Kader Bela Negara di
Masyarakat serta Menristek Dikti Prof H Mohamad Nasir tentang Program
dan Sistem yang dibangun Dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran Bela
Negara bagi Mahasiswa dan Civitas Akademika di Perguruan Tinggi.
Moderator dalam acara ini adalah Dr Andi Wijayanto.

Menteri Petahanan Ryamizard Ryacudu, meminta kepada pimpinan daerah


dan pimpinan akademisi untuk menyamakan visi dan misi, terkait
penanaman nilai-nilai patrotisme cinta tanah air dan pembinaan Bela
Negara di tingkat daerah di Indonesia. Untuk itu Menhan mengundang
para Rektor perguruan tinggi serta para Gubernur daerah dalam rakor Bela
Negara untuk bertukar pikiran dan menyempurnakan pondasi kebangsaan

Selain untuk membangun kesamaan pemahaman pembinaan kesadaran


Bela Negara, Rakor ini juga sebagai salah satu upaya revolusi mental
melalui pembangunan karakter bangsa, sebagaimana menjadi program
prioritas pemerintah yang tertuang dalam Nawa Cita ke-8, yang
dilaksanakan melalui penanaman nilai-nilai patriotisme, cinta tanah air dan
Bela Negara
Kesadaran Bela Negara merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pembangunan nasional, sehingga pelaksanaannya tidak hanya menjadi
tanggungjawab Kementerian Pertahanan semata, tetapi menjadi
tanggungjawab bersama melalui Kementerian/Lembaga dan pemerintah
daerah serta segenap komponen bangsa termasuk TNI dan Polri.Salah satu
faktor penting yang harus dipahami, Bela Negara merupakan program
penting dari Kemhan tapi untuk menyempurnakannya kita tidak bisa
bekerja sendiri.

Pendidikan sejak usia dini bahkan sampai perguruan tinggi yang kita
harapkan dapat menanamkan jiwa kebangsaan yang perlahan makin tipis
sekali, ujar Menhan Ryamizard

Pemahaman Bela Negara sebagai sebuah pendidikan tidak secara instan


dapat diresapi oleh masyarakat. Dalam penerapannya, harus dilakukan
secara bertahap dan konsisten. Apalagi, di tengah situasi saat ini, rasa
kebangsaan yang melekat pada tiap generasi muda kian tipis.

Maka dari itu, diperlukan kerja sama berbagai pihak dalam penerapannya.
Kerja sama itu juga, nantinya berguna menyempurnakan program Bela
Negara agar lebih seragam. Melalui keseragaman itu menunjukkan
identitas diri bangsa Indonesia dan tertanam kesadaran nilai-nilai
Pancasila.

Program Bela Negara adalah modal sosial sebagai antisipasi ancaman


terorisme dan gerakan radikal yang terus berkembang. Bela Negara,
menjadi landasan bersikap dan berperilaku bangsa Indonesia yang sejalan
dengan upaya pembentukan revolusi mental. Sebagai sebuah landasan
sikap dan perilaku Indonesia dalam revolusi mental maka dinamika Bela
Negara adalah modal sosial dari ancaman terorisme dan gerakan radikal.

Tujuan diselenggarakan Rakor ini sebagai perwujudan yang diamanatkan


dalam Pasal 30 Ayat (1) Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi Tiap-tiap warganegara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, yang
dijabarkan lebih lanjut tentang hak dan kewajiban dalam pembelaan negara
tertuang dalam UU RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
yang berbunyi Pertahanan Indonesia diselenggarakan dengan Sistem
Pertahanan Semesta yang melibatkan seluruh sumber daya nasional.

http://forum.detik.com/showthread.php?p=34377736

Menhan: Ratusan Juta Kader Bela Negara

Dibentuk 29 Oktober 2015 07:43:36 Diperbarui: 29 Oktober 2015 08:36:40 Dibaca : 212 Komentar :
0 Nilai : 1 Durasi Baca : 4 menit Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak pembentukan
sampai dengan pembangunannya adalah hasil perjuangan dan kerja keras seluruh komponen bangsa.
Masing-masing telah berkontribusi dan mengambil peran sesuai dengan kemampuan dan
kapasitasnya. Sebelum merdeka kontribusi tersebut lebih fokus pada perjuangan untuk melawan
penjajah dengan sukarela dan tanpa pamrih. Setelah kemerdekaan, kontribusi warga negara dalam
membela negara untuk mengisi pembangunan yang telah dituangkan dalam UUD 1945, dilakukan
dalam berbagai bentuk pengabdian yang seyogyanya juga dilaksanakan atas kesadaran yang tinggi.
Dihadapkan kepada perkembangan dewasa ini, kita bersama-sama menyadari bahwa telah terjadi
fenomena degradasi wawasan kebangsaan generasi bangsa yang sangat dipengaruhi oleh kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi. Kita menyambut baik dampak positif dari kemajuan tersebut bagi
pembangunan bangsa, namun kita tidak boleh menutup mata dan harus mewaspadai dampak negatif
yang ditimbulkan. Oleh karena itu, upaya menangkal dampak negatif tersebut harus dilakukan agar
pola sikap dan pola tindak setiap warga negara tetap berlangsung sesuai dengan kearifan bangsa
Indonesia yang sangat majemuk ini. Melalui upaya tersebut, diharapkan akan tercipta wawasan
kebangsaan dan kesadaran setiap warga negara untuk melakukan yang terbaik bagi bangsa dan
negaranya dalam bentuk kesadaran membela negara yang selalu tercermin dan teraktualisasikan
dalam kehidupan sehari-hari sesuai peran dan profesi masing-masing. Hal ini akan menjadi modal
sosial bangsa dalam membangun untuk menjadi negara yang maju, berkepribadian, berkebudayaan
Indonesia dan sejajar dengan negara maju lainnya dalam peradaban dunia. Untuk memahami arti
penting pembentukan kader Bela Negara, kita perlu memperhatikan kompleksitas ancaman terhadap
eksistensi bangsa dan negara agar kita dapat mempersiakan diri untuk memperkokoh ketahanan
bangsa disegala bidang. Sesuai dengan analisa ancaman terhadap pertahanan, negara-negara di
dunia menghadapi ancaman militer, non militer dan ancaman hibrida (hybrid warfare) atau gabungan
ancaman militer dan non militer. Bagi bangsa Indonesia yang cinta damai dan lebih mencintai
kemerdekaannya, ketiga persepsi ancaman tersebut dikategorikan sebagai ancaman "belum nyata"
dan ancaman nyata, ujar Menhan Ryamizard Ryacudu saat memberikan sambutan pada
pembukaan pembentukan kader Bela Negara Tingkat Nasional di Badiklat Kemhan RI, di Jakarta, 22
Oktober. Ancaman belum nyata, kata Menhan, adalah konflik terbuka atau perang konvensional di
mana yang berhadapan adalah kekuatan alutsista antar Negara, yang pada saat ini dan dalam dekade
kedepan kemungkinannya kecil terjadi di Indonesia. Karena Indonesia berada dalam kawasan ASEAN,
kita sudah sepakat antar negara-negara anggota ASEAN apabila terjadi perselisihan maka
penyelesaiannya tidak boleh dengan kekerasan bersenjata, namun harus dilakukan dengan cara dialog
untuk mencari penyelesaian masalah secara persaudaraan, hal ini sudah teruji selama 48 tahun sejak
pembentukan ASEAN. Mungkin ada yang bertanya bagaimana dengan Australia? Menurut Menhan
Ryamizard, sebagai negara terdekat setelah ASEAN, Australia bukan merupakan ancaman kita, hanya
orang-orang saja yang menyimpulkan dan menilai bahwa Australia merupakan ancaman. Namun
demikian, kita harus tetap waspada mengingat potensi konflik militer dapat saja terjadi khususnya
ketika sangat mengganggu kepentingan nasional. Sementara ancaman nyata, adalah ancaman yang
saat ini sedang kita hadapi dan sewaktu-waktu dapat terjadi, serta berpengaruh terhadap ketahanan
nasional seperti Terorisme dan Radikalisme; Separatis dan Pemberontakan; Bencana Alam;
Pelanggaran Perbatasan; Perompakan dan Pencurian Sumber Daya Alam; Wabah Penyakit; Perang
Siber dan Intelijen serta Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba. Dari ancaman nyata tersebut ada
beberapa hal yang harus disoroti karena berkaitan erat dengan perhatian kita saat ini yaitu: Terorisme
dan Radikalisme, Perang Siber dan Intelijen serta Penyalahgunaan Narkoba. Ancaman inilah yang
sangat berpotensi melemahkan nilai-nilai wawasan kebangsaan suatu negara. Sebagai contoh,
penyebaran faham radikalisme yang dilakukan melalui dunia siber atau media sosial untuk
mempengaruhi pola pikir yang lebih tepatnya proses pencucian otak. Penggunaan Narkoba dengan
sasaran generasi muda yang telah merusak mental bahkan membinasakan setiap hari 50 orang
meninggal. Untuk itulah, kita harus melakukan upaya pencegahan dan penangkalan agar bangsa ini
memiliki ketahanan terhadap ancaman-ancaman tersebut. Sumber daya manusia merupakan faktor
yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup suatu negara. Dan sumber daya manusia
harus dibina agar memiliki jiwa dan raga yang sehat sehingga tidak mudah di adu domba. Mengapa
hal ini penting? Karena harus disadari bahwa sasaran perang kedepan lebih tertuju pada pikiran
manusia (perang cuci otak), sehingga pembinaan kesadaran bela negara sangat penting bagi negara
dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia ini. Sasaran yang ingin dicapai melalui
pembinaan kesadaran Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang cinta tanah air, sadar
berbangsa dan bernegara, setia pada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa
dan negara, serta mempunyai kemampuan awal bela negara, dan memiliki karakter bangsa,
optimisme, disiplin, kerja sama serta kepemimpinan. Jadi kesadaran inilah yang ingin saya tekankan
untuk ditanamkan sebagai landasan sikap dan perilaku bangsa Indonesia sebagai bagian dari revolusi
mental untuk membangun daya tangkal bangsa dan negara Indonesia. Saya juga meyakini jika
setiap warga negara memiliki kesadaran Bela Negara dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan
sehari-hari maka secara kolektif akan memberi efek penggentar (detterence effect) bagi bangsa dan
negara lain yang ingin mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap
bangsa Indonesia, ujar Menhan Ryamizard. Hak dan kewajiban warga negara dalam upaya bela
negara telah diatur dalam konstitusi kita. Bela negara merupakan tanggung jawab dan kehormatan
setiap warga negara, sehingga tidak seorangpun warga negara menghindar dari kewajiban ikut serta
dalam pembelaan negara kecuali ditentukan dengan Undang-Undang. Bela Negara memiliki spektrum
yang sangat luas, mulai wujud yang paling halus sampai yang paling keras, mulai hubungan baik
sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata maupun musuh bersenjata.
Dihadapan peserta Bela Negara Tingkat Nasional, Menhan Ryamizard Ryacudu, memberikan beberapa
penekanan sebagai pedoman kita semua dalam menyamakan persepsi agar makna hakiki Bela Negara
tersebut dapat dipahami dengan sebenar-benarnya. Pertama, hakikatnya Bela Negara sudah ada
sebelum negara ini berdiri, kemudian setelah kemerdekaan Bela Negara tersebut dicantumkan dalam
UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dalam pelaksanaan bela negara bagi warga negara.
Program PKBN dilaksanakan untuk menyadarkan akan hak dan kewajiban warga negara terhadap
pembelaan negara. Upaya yang dilakukan saat ini adalah dalam rangka memenuhi hak warga negara,
yang dilakukan untuk menumbuh kembangkan kecintaan kepada negara dan bangsa, bukan
pemaksaan kewajiban warga negara tetapi lebih kepada pembinaan kesadaran. Kedua, Program
Pembinaan Kesadaran Bela Negara merupakan program tahunan Kemhan, dituangkan dalam
pelaksanaan Tugas dan Fungsi Direktur Bela Negara Ditjen Pothan. Sehingga kegiatan dilakukan
menggunakan anggaran rutin untuk TA. 2015. Selanjutnya pada Tahun 2016 direncanakan
pembentukan Kader Bela Negara dilakukan di Kab/Kota masing-masing dengan menggunakan potensi
Pembina Kader Bela Negara yang telah dibentuk, sementara penganggarannya menggunakan dana
APBN dan APBD masing-masing Kab/Kota, dan Kementerian/Lembaga terkait. Ketiga, Kegiatan Kader
Pembinaan Kesadaran Bela Negara bukan merupakan wajib militer, karena kegiatan Pembinaan
Kesadaran Bela Negara dilakukan untuk membangun karakter bangsa dan kesadaran warga negara
dalam mengamalkan nilai-nilai bela negara dalam segala aspek kehidupan. Program ini adalah upaya
pemerintah dalam rangka memfasilitasi akan hak warga negara dalam pembelaan negara, bukan
dalam rangka memfasilitasi kewajiban warga negara dalam pembelaan terhadap negara yang harus
diatur oleh Undang-Undang. Oleh karena itu, Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan telah
mencanangkan terbentuknya 100 juta Kader Bela Negara di seluruh Indonesia. Merekalah yang
diharapkan akan menjadi kader yang mampu mensosialisasikan dan mengaktualisasikan kepada
lingkungannya sekaligus sebagai agen perubahan untuk mewujudkan gerakan nasional bela negara.
Kesadaran dan aktualisasi sikap mental bela negara itulah yang secara langsung dan tidak langsung
mendukung usaha terbangunnya sistem pertahanan negara yang bersifat semesta.

Mirza Gemilang Gemilang /120673 Berteman dengan pena dan kertas.. Selengkapnya... IKUTI Share
Share 0 0 JADIKAN FAVORIT KOMPASIANA ADALAH PLATFORM BLOG, SETIAP ARTIKEL MENJADI
TANGGUNGJAWAB PENULIS.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/120673/menhan-ratusan-juta-kader-bela-negara-
dibentuk_56316bb8337b617d048b4569

Bela Negara Diperlukan Untuk


Mendukung Pertahanan Negara
15 Oktober 2015, 12:37 WIB

Oleh: Ika

Kementerian Pertahanan dan Keamanan RI berencana meluncurkan program bela


negara pada 19 Oktober 2015 mendatang. Nantinya, akan dibentuk 4.500 kader
pembina bela negara di 45 kabupaten/kota Indonesia. Dalam 10 tahun ditargetkan ada
100 juta rakyat yang mengikuti program bela negara ini.

Pengamat pertahanan UGM, Prof. Dr. Armaidy Armawi merespon positif program bela
negara yang digagas Kementerian Pertahanan. Program tersebut dinilai mampu
menumbuhkan kepedulian dan nasionalisme generasi muda terhadap negara. Selain
itu, juga dapat mendukung upaya pertahanan negara.

Program ini diperlukan sebagai bagian dari proses mewujudkan ketanahan nasional,
apalagi melihat luas wilayah dan penduduk yang banyak. Hanya saja implementasinya
harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah,katanya di Kampus UGM.

Kewajiban bela negara, kata Armaidy telah termuat dalam Pasal 27 ayat 3 UUD 1945.
Pada pasal tersebut mengatur setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara. Menurutnya, pelaksanaan fungsi pertahanan negara
merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa, tidak terkecuali warga negar
sehingga sebagai bagian dari kekuatan nasional, sudah sepatutnya rakyat turut serta
dalam upaya pertahanan negara. Pelibatan warga negara secara langsung dalam
program bela negara ini diharapkan dapat mendukung optimalisiasi pertahanan negara
di masa mendatang.

Rakyat bisa menjadi kekuatan pengganda bagi komponen utama pertahanan negara,
yaitu TNI dan bukan sebagai wajib militer. Fokusnya pada penanaman cinta tanah air
dan patriotisme, bukan persiapan militer untuk perang, jelasnya.

Melalui program bela negara ini, Armaidy mengatakan dapat menjadi solusi dalam
memperkuat pertahanan ditengah keterbatasan jumlah personel TNI. Keberadaan
rakyat sebagai pengganda kekuatan ini akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar.
Pasalnya, saat ini Indonesia hanya memiliki sekitar 500 ribu tentara aktif dalam
pertahanan negara. Sementara idealnya sebuah negara memiliki pasukan keamanan
sebanyak 1-2 persen dari total jumlah penduduknya.

Untuk mencapai jumlah itu tentunya membutuhkan biaya besar, tetapi melalui
program bela negara ini rakyat sebagai komponen cadangan bisa mendukung kekuatan
utama pertahanan negara. Lewat langkah ini operasional pertahanan negara pun bisa
lebih murah,urai Kepala Prodi Ketahanan Nasional Sekolah Pascasarjana UGM ini.

Dalam pelaksanaan program Kemenhan dapat menggandeng berbagai institusi maupun


perguruan tinggi untuk pemberian pelatihan bela negara. Konsep pelatihan fokus pada
upaya pengembangan wawasan kebangsaan, nasionalisme, dan lainnya.

Menurutnya, program bela negara dalam tingkat awal telah dilaksanakan di setiap
jenjang pendidikan Indonesia antara lain dengan penanaman nilai-nilai cinta tanah air
dan kebangsaan melalui pendidikan kewarganegaran, kegiatan pramuka, serta kegiatan
menwa.

Sangat disayangkan, kenapa baru sekarang program ini dilakukan. Berbeda jika sudah
diterapkan 32 tahun silam pasti akan jauh lebih hebat,tandasnya.

Program bela negara telah diterapkan di berbagai negara seperti Singapura, Israel,
Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, dan Malaysia. Pelaksanaanya disesuaikan
dengan sistem pertahanan masing-masing negara.

Dengan program bela negara ini bisa untuk mendukung kegiatan pembangunan dan
kemanusiaan, bukan hanya pertahanan negara saja,terangnya.
Sementara Sosiolog UGM Muhammad Najib Asca, Ph.D., menilai pemerintah terlalu
terburu-buru meluncurkan program bela negara ini. Menurutnya, pemerintah harus
menyiapkan payung hukum program tersebut berupa undang-undang sebelum
implementasi program.

Program ini belum disusun dengan cermat dan komperehensif. Seharusnya dilengkapi
dulu dengan perangkat hukum sebagai pilarnya agar memudahkan dalam
pelaksanaan,tegasnya.

Najib berharap pemerintah perlu memberikan penjelasan kepada publik terkait arah
kewajiban dari program bela negara. Dengan demikian diharapkan tidak ada salah
persepsi terhadap program ini.

Selama ini timbul resistensi pada program ini karena pemerintah tidak membuka
dialog dengan masyarakat sipil. Tidak sedikit yang mengira bela negara ini sama
dengan wajib militer,katanya.

Program bela negara telah banyak dilakukan oleh sejumlah negara di dunia. Namun,
akibat proses penyusunan program yang tidak lengkap dan tanpa melibatkan
masyarakat sipil akhirnya menimbulkan kesalahpahaman.

Semestinya penyusunan program dilakukan secara partisipatif dan inklusif melibatkan


kalangan sipil. Dengan begitu ada kesepahaman terkait arah program ini,pungkasnya
(Humas UGM/Ika)

https://ugm.ac.id/id/berita/10531-bela.negara.diperlukan.untuk.mendukung.pertahanan.negara

You might also like