Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat
dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun
masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling
berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada
diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa
yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian
pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi segi yang ada pengaruhnya
terhadap masalah sehat sakit atau kesehatan tersebut.
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan
interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang
tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area
atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai
interest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan
khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat
secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial,
perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang
lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana
hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan
komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan
masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat.
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan
tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu,
berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam
ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu
ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk
di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk
kelompok siswa di sekolah. Dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas
pelajar intervensi dibuat untuk seluruh pelajar dan lingkungan sekolah sehingga
diharapkan suatu hasil yang berarti untuk civitas akademika sendiri.
Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia
dalam perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan
bantuan yang lebih besar dalam identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang
mempengaruhi mereka. Insiden masalah kesehatan kronis yang lebih besar,
kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan kesehatan kontemporer
masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus pada
peningkatan harapan dan kualitas hidup.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang
kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH
mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain
menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk
usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh
keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan
dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut
individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual
yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan
kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur
dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia
mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18%
diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori
fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai
paling tidak satu masalah kesehatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari lansia?
2. Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia?
3. Permasalahan apa yang timbul pada lansia?
4. Bagaimana peran perawat terhadap lansia?
C. TUJUAN
a) Tujuan umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
memperoleh informasi dan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Komunitas
Pada Kelompok Khusus Lansia.
b) Tujuan khusus
Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.
Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan
masalah yang ada.
Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok
khusus lansia.
Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia.
Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok khusus lansia.
Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
D. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Lansia dan Masyarakat Umum
Memberikan gambaran kesehatan guna meningkatkan status kesehatan lansia
di komunitas.
2. Mahasiswa / Penyusun
Menambah pengetahuan dan mampu membuat serta memberikan asuhan
keperawatan lansia sehingga nantinya diharapkan mampu mengembangkan
asuhan keperawatan terhadap lansia dimasa mendatang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia
65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli
demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus
menigkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi,
penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai
sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak
lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan
bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai
beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia
pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut
(elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah
kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok
usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena
perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi
pada tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota
komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah
kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak
diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan
mereka.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi
dan sebagai sahabat yang akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan
dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan
sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi
tubuh, dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk
etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada
lanjut usia yag dirawat (Kushariyadi, 2010).
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan
pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan
subsistem yang mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang
pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang
subsistem sebagai berikut :.
1. Data inti
a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik
Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk
lansia dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik, pekerjaan,
agama, nilai nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas
yang dapat dicontohkan sebagai berikut :
Jumlah penduduk : 987 jiwa
a) Laki laki : 523 jiwa
b) Perempuan : 464 jiwa
Pendidikan penduduk : Para penduduk mayoritas berpendidikan hingga lulus
SLTA dan beberapa diantaranya perguruan tinggi.
Suku Bangsa : Suku Jawa
Status perkawinan : Menikah dan kebanyakan penduduk di komunitas
tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya meninggal.
Nilai dan kepercayaan : Nilai dan norma para masyarakat masih mengenal
nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal ini dapat
dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang masih terus berjalan.
Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah.
Agama : Mayoritas beragama Islam dan beberapa
diantaranya beragama nasrani
2. Data subsistem
a. Lingkungan fisik
1) Kualitas udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau panas, apakah
terdapat polusi udara yang dapat mengganggu pernafasan warga atau tidak.
2) Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
keadaan saluran air disekitar rumah.
3) Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan lansia, contohnya
seperti pabrik.
4) Jarak antar rumah/ kepadatan
Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling berdempetan.
b. Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana pendidikan
yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan warga.
c. Keamanan dan transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam atau
polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak. Sarana
transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi sehari menggunakan
kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
d. Politik dan pemerintahan
Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.
e. Pelayanan social dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau
apabila gangguan sudah terjadi serta karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan
kesehatan.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk
saling berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan informasi dari luar
misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
g. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau tidak,
bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau
oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk
mengurangi stress.
B.Analisis data
a. Diagnosa keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan
diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari :
Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi.
Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, lingkungan
fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku dengan
lingkungan.
Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian
petunjuk timbulnya masalah.
No. Data Problem Etiologi
1 Ds: Diabetes pada lansia Kebiasaan hidup lansia yang
- Kader posyandu terkontrol
mengatakan 35% lansia
menderita diabetes
namun jarang
memeriksakan
kondisinya.
Do:
- Lansia menkonsumsi
makanan dengan tidak
terkontrol dan hanya
berada di rumah setiap
harinya
2 DS: Bidan desa Hipertensi Ketidakpatuhan lansia dalam men
mengatakan lansia posyandu lansia
banyak yang menderita
hipertensi dan lansia
malas mengikuti
posyandu lansia yang
diselengarakan setiap
bulannya.
3. Ds: Resiko kerusakan Perubahan status kesehatan
- Banyak warga yang integritas kulit
mengeluh gatal-gatal
pada tubuhnya.
Do:
- Tubuh terlihat bintik-
bintik merah.
Diagnosa :
1. Diabetes berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak terkontrol.
2. Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti posyandu
lansia.
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status
kesehatan.
b. Kriteria Penapisan
Dx. Kep Kriteria penapisan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Dx. 1 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 42
Dx. 2 4 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 40
Dx.3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4 39
Keterangan :
1. Sesuai degan peran perawat komunitas.
2. Jumlah yang beresiko
3. Besarnya resiko
4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5. Minat masyarakat
6. Kemungkinan untuk diatasi
7. Sesuai program pemerintah
8. Sumber daya tempat
9. Sumber daya waktu
10. Sumber daya dana
11. Sumber daya peralatan
12. Sumber daya manusia
Skor :
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = tinggi
5 = sangat tinggi
Jumlah skor 121
c. Rencana Tindakan
Diagnosa Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang
Diabetes berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
dengan kebiasaan hidup tindakan keperawatan tindakan keperawatan
lansia yang tidak selama 4 minggu, selama 8 minggu,
terkontrol ditandai komunitas diharapkan: komunitas diharapkan
dengan 35 % lansia
1. Lansia mampu angka diabetes (kadar
menderita diabetes mengontrol asupan glukosa) pada lansia
makanan sehari harinya dapat menurun
dan dapat melakukan
sedikit aktivitas.
2. Lansia rutin setiap
bulannya menghadiri
kegiatan posyandu lansia
yang diadakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.
Basford, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan Integral pada
Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid) Pada Lansia. Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Kushariyadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan Demensia pada Home Care.
Universita Muhammadiyah Malang
Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika
Potter, Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan Praktik. Jakarta: EGC
Stanlet, Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi kedua.
Jakarta : EGC
iklan1
9 Penyuluhan Kesehatan.
N
Data
o Masalah Penyebab
Wawancara :
Wawancara dengan
Petugas kesehatan di desa
usul belum terbentuk
posyandu lansia
Wawancara dengan Lansia
mengatakan malas
memeriksakan kesehatan
karena jarak ke pelayanan
kesehatan jauh
Observasi :
Berdasarkan hasil
observasi saat pengkajian
ditemukan 3 lansia
menderita stroke
Tidak terdapatnya
posyandu lansia
A Pendahuluan
B Pengertian
Perubahan Fisik
Sel
1. lebih sedikit jumlahnya
2. lebih besar ukurannya
3. berkurangnya jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler
Sistem Persyarafan
1. hubungan persyarafan menurun
2. lambat dalam merespon dan beraksi khususnya dengan stress
3. mengecilnya syaraf panca indra
Sistem Pendengaran
1. hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga, terutama bunyi atau suara-suara
yang tinggi, suara yang tidak jelas dan sulit mengerti kata-kata.
2. membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
3. terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
System penglihatan
1. spingter pupil timbul skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
2. kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3. lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
4. daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya
gelap.
5. hilangnya daya akomodasi
6. menurunnya lapang pandang.
7. menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
System kardiovaskuler
1. katup jantung menebal dan menjadi kaku
2. kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun.
3. kehilangan elastisitas pembuluh darah : kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk bias menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmhg---mengakibatkan pusing mendadak.
4. tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya retensi dari pembuluh
darah perifer.
System respirasi
1. otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
2. menurunnya aktifitas dari silia.
3. paru-paru kehilngan elastisitas, kapasitas residu meningkat, napas lebih berat,
kapasitas pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernapas menurun
4. alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
5. O2 pada arteri menjadi 75 mmhg
6. CO2 pada arteri tidak berganti
7. kemampuan untuk batuk berkurang
system gastrointestinal
1. kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disesase yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun
2. indera pengecap menurun. Adanya iritasi yang kronis dari selaput lender, atrofi
indera pengecap (80%), hilangnya sensitivitas saari saraf pengecap di lidah
terutama rasa manis, rasa asin, rasa asam, dan rasa pahit.
3. esophagus melbar
4. lambung. Rasa lapar menurun(sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu pengosongan menurun.
5. peristaltic melemah dan biasanya timbul konstipasi.
6. fungsi absorpsi melemah.
7. hati/lever. Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan berkurangnya
aliran darah.
System genitor urinaria
1. ginjal
mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%,
penyaringan diglomerulus menurun sampai 50%.
2. vesika urinary
otot menjadi lemah, kapsitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan
frekuensi berkemih meningkat. Vesika urinary susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga menyebabkan retensi urin.
3. pembesaran prostate 75% dialami oleh pria usia 65 tahun
4. atropi vulva
5. vagina, selaput lender menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi kurang.
6. daya seksual
orang-orang yang makin menua masih juga membutuhkannya. Tidak ada batasan
umur tertentu dimana fungsi seksual cenderung menurun secara bertahap setiap
tahun, tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
System endokrin
1. produksi dari hampir semua hormone menurun
2. fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
3. menurnnya aktifitas tiroid
4. menurunnya produksi aldosteron
5. menurunnya sekresi hormone kelamin.
System integument
1. kulit mengkerut akibat kehilangan jaringan lemak
2. kulit kpala dan rambut menipis berwarna kelabu
3. rambut dalam hidung dan telinga menebal
4. berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi kuku
jari menjadi keras dan rapuh
5. kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
6. kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
System muskuloskletal
1. tulang kehilngan density(cairan) dan makin rapuh
2. kifosis
3. pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbats
4. discus invertebralis menipis dan menjadi pendek
5. persendian membesar dan menjadi kaku
6. tendon mengkerut dan mengalami sceloris
7. atrofi serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot kram dan
menjadi tremor
Perubahan-Perubahan Mental
Factor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
1. perubahan fisik, khusunya organ perasa
2. kesehatan umum
3. tingkat pendidikan
4. keturunan
5. lingkungan
Yang mengalami perubahan :
Ingatan jangka pendek cenderung berkurang,Tidak ada perubahan pada
kemampuan matematika dan verbalisasi, Sensitivitas emosi meningkat.
Perubahan-Perubahan Psikososial
1. memasuki masa pension
2. merasakan sadar akan kematian
3. perubahan dalam cara hidup
4. meningktanya biaya-biaya hidup pada penghasilan sulit akibat pemberhentian dari
jabatan, bertambahnya biaya pengobatan
5. penyakit kronis dan ketidakmampuan
6. kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social
7. rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilngan hubungan dengan teman-teman dan
family
8. hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik. Perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
Perubahan pada spiritual
1.Lebih mendalami agama
2.Makin dewasa dalam berfikir dan bertindak
1. INDEPENDEN
2. DEPENDEN
3. HUMANISTIK
4. HOLISTIK
F Model pemberian pelayanan/asuhan keperawatan gerontik
1. MODEL KASUS
2. MODEL TIM
3. MODEL PRIMER
A. PENGERTIAN
ASKEP Lansia ad/ su/ rangkaian kegiatan dari proses keperawatan yang ditujukan
pada lansia.
Kegiatan Perawat : melakukan pengkajian(biofisik, psikologis, kultural, dan
spiritual)membuat Dx.Kep,intervensi, implementasi, evaluasi!
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pemberian asuhan keperawatan :
Agar lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dgn upaya
promosi,preventif, rehabilitatif
Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dengan jalan perawatan dan
pencegahan
Membantu mempertahankan serta membesarkan semangat hidup lansia
Menolong dan merawat lansia yang menderita penyakit tertentu
Membantu lansia menghadapi kematian dengan damai dan dalam lingkungan yang
nyaman
Meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan proses keperawatan.
1. PENGKAJIAN
Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik, psikologis,
social dan spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap secara menyeluruh
menyangkut aspek tersebut.
1.1. Fisik / Biologis
Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan lansia dikaji
dengan menanyakan tentang:
- Pandangan lansia tentang kesehatannya
- Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
- Kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan,
pendengaran
- Kebiasaan lansia merawat diri sendiri
- Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar /
kecil
- Kebiasaan gerak badan / olahraga
- Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna
dirasakan
- Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan
minum obat
- Masalah-masalah seksual yang dirasakan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok
dan dengar untuk mengetahui perubahan system tubuh, antara lain : system
integument, muskuloskletal, respirasi, kardiovaskuler, perkemihan, persyarafan,
dan fungsi sensoris misalnya : penglihatan, pendengaran, pengecapan dan
penciuman.
1.2. Psikologis
Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia untuk
melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan juga perlu dikaji
alam perasaan, orientasi terhadap realitas dan kemampuan lansia dalam
penyelesaian masalahnya.
Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun. Proses fikir
yang lambat dan adanya perasaan sedih serta merasa kurang diperhatikan.
Hal-hal yang perlu dikaji pada lansia meliputi :
- Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
- Apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan
- Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
- Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
- Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami
- Apakah mudah untuk menyesuaikan diri
- Apakah lansia sering mengalami kegagalan
- Apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll
1.4 Spiritual
Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki
manusia dan sejauhmana keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan
baik, keyakinan tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari ia akan
lebih mudah menyesuaikan diri terhadap proses penuaan.
Yang perlu dikaji pada lansia :
- Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya
- Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam
kegiatan keagamaan, misalnya penyantunan anak yatim atau
fakir miskin dan lain-lain
- Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan
berdoa jika menghadapi masalah
- Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal
Dari hasil pengkajian atau data-data yang diperoleh dari pertanyaan diatas dapat
dianalisa / disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul pada lansia.
Beberapa masalah keperawatan yang umum ditemukan pada lansia antara
lain :
a. Fisik / biologi
- Gangguan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pemasukan makanan yang tidak
adekuat
- Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan
pendengaran / penglihatan
- Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan
penurunan minat dalam merawat diri
- Resiko cedera fisik : jatuh berhubungan dengan
penyesuaian terhadap penurunan fungsi tubuh tidak
adekuat
- Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola
makan yang tidak efektif
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan
atau nyeri
- Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan
jalan napas atau adanya sekret pada jalan napas
- Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan
sendi dan lain-lain
b. Psikologis - sosial
- Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan
tidak mampu
- Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga
- Depresi berhubungan dengan isolasi sosial
- Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak
- Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan
ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara tepat
- Cemas berhubungan dengan sumber keuangan terbatas.
c. Spiritual
- Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan
ditinggal pasangan
- Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan
dengan ketidaksiapan menghadapi kematian
- Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan
yang dialami
- Perasaan tidak tenang berhubungan dengan
ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat.
II. PERENCANAAN
Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan
tujuan agar lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang
melakukan perawatan di rumah maupun dipanti dapat membantu lansia, sehingga
dapat berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik,
psikologis dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan
kebutuhan dasar antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan
3. Memelihara kebersihan diri
4. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang
efektif
Tindakan Keperawatan :
1.Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan kesehatan dan
kebugaran dan memperlambat timbulnya penyakit degeneratif seperti kerapuhan
tulang (osteoporosis) dan penyakit yang terjadi pada lansia sehingga dapat
menjamin hari tua yang sehat dan tetap aktif. Gangguan nutrisi pada lansia dapat
disebabkan oleh factor fisik, psikologi dan sosial.
Penurunan alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna dan
rasa kurang nyaman saat makan karena gigi geligi kurang lengkap, rasa penuh
diperut dan sukar buang air besar karena melemahnya otot lambung dan usus akan
menyebabkan nafsu makan lansia kurang.
Perubahan peran karena tugas-tugas perkembangan pada lansia menyebabkan
timbulnya kecemasan dan putus asa, dapat menyebabkan lansia menolak makan
atau makan berlebihan.
Seringkali keluarga / lingkungan sangat melindungi lansia, tidak memberi
kesempatan untuk menentukan keinginan lansia, hal inipun menyebabkan ia
menolak makan atau makan berlebihan
III. PELAKSANAAN
Semua tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
lansia.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Berbicara dengan lembut dan sopan
- Memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti
dan dilakukan berulan kali, jika perlu dengan gambar
- Memberikan kesempatan pada lansia untuk bertanya
IV. PENILAIAN
Setiap tindakan yang telah dilakukan perlu dievaluasi / dinilai baik verbal maupun
non verbal untuk mengetahui sejauh mana lansia atau keluarga mampu melakukan
apa yang telah dianjurkan.
~~~Contoh: Aplikasi Asuhan Keperawatan Pada Lansia~~~
Diagnosa keperawatan: resiko terjadi cedera fisik: jatuh berhubungan dengan
penurunan fungsi penglihatan dan pandangan.
Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun
dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti,
perlahan-lahan dan sabar, ulangi penjelasan yang belum
dimengerti.
Evaluasi
Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu
dikaji respon verbal dan non verbal lansia / keluarga
terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
mengacu pada tujuan. Hasil pengkajian digunakan untuk
menyusun rencana tindak lanjut keperawatan.
Selain Asuhan keperawatan individu pada lansia,
dapat dilakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Lansia,
yang ditujukan untuk asuhan keperawatan keluarga di
rumah.
posyandu lansia
C. PERMASALAHAN
Dalam pelaksanaannya masih terdapat masalah-masalah yang
menghambat berkembangnya Posyandu Usila, diantaranya :
1. Pihak Pemerintah/Institusi : Permasalahan yang ada biasanya adalah
belum dijadikannya program ini sebagai program unggulan sehingga di
dalam satu wilayah kecamatan hanya terbentuk 1 atau 2 Posyandu
Usila percobaan saja
2. Masyarakat : tingkat pengethuan masyarakat yang masih kurang
tentang manfaat posyandu usila yang dilihat dari sedikitnya kunjungan
serta pemanfaatan kegiatan posyandu usila ketika di buka /
dilaksanankan.
3. Petugas : Belum siapnya petugas baik kader dan petugas kesehatan
bagaimana bentuk pelaksanaan kegiatan Posyandu Usila dalam hal ini
perlu adanya pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader Posyandu
Usila.
4. Jarak : Jauhnya lokasi Posyandu dengan rumah Lansia akan
mempersulit jangkauan dan memungkinkan kurangnya rasa aman bagi
lansia ketika mencapai lokasi.
5. Dukungan keluarga yang kurang : Keluarga merupakan motivator
untuk keaktifan lansia untuk berkunjung ke Posyandu dengan cara
mengantar mereka ke lokasi Posyandu Lansia.
6. Sarana dan prasarana yang kurang : Peralatan yang minim
memungkinkan kegiatan tidak bisa optimal.
D. REKOMENDASI
Guna kelancaran pelaksanaan Posyandu Usila serta untuk mengatasi
permasalahan tersebut di atas diperlukan :
DAFTAR PUSTAKA
Posyandu Lansia
Sebagai bidan khususnya bidan desa perlu tahu apa itu Posyandu Lansia,
karena bidan adalah ujung tombak dari semua program peningkatan kesehatan
masyarakat, tidak hanya ibu dan anak sebagai sasaran kerja mereka namun
lansia juga turut serta dalam ruang lingkup kerja mereka.
Silahkan dibaca...
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan
kepada lanjut usia di masyarakat,yang proses pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya
masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah,swasta,
organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan
pada upaya promotif dan preventif. Disamping pelayanan kesehatan, di
Posyandu Lanjut Usia juga dapat diberikan pelayanan sosial, agama,pendidikan,
ketrampilan, olah raga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan
para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan
mengembangkan potensi diri.
Lanjut usia terlantar adalah lanjut usia yang mempunyai 3 atau lebih kriteria
keterlantaran.
Lanjut usia tidak terlantar adalah lanjut usia yang hanya mempunyai 1 kriteria
keterlantaran.
Lanjut usia rawan terlantar adalah lanjut usia yang mempunyai 2 kriteria
keterlantaran.
Kriteria keterlantaran
a. Tidak/belum sekolah atau tidak tamat SD
b. Makan makanan pokok kurang dari 21 kali seminggu.
c. Makan lauk pauk berprotein tinggi kurang dari 4 kali seminggu
d. Memiliki pakaian kurang dari 4 stel
e. Tidak mempunyai tempat tinggal tetap untuk tidur
f. Bila sakit tidak diobati
Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia adalah suatu alat untuk mencatat kondisi
kesehatan pribadi lanjut usia baik fisik maupunmental emosional. KMS
digunakan untuk memantau dan menilai kemajuan kesehatan lanjut usia yang
dilaksanakan melalui kegiatan Posyandu lanjut usia.
1. Ketua Posyandu
- Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan posyandu
- Bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stake holder dalam
rangka meningkatkan mutu pelaksanaan posyandu
2. Sekretaris
Mencatat semua aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta
pengendalian posyandu.
3. Bendahara
- Pencatatan pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan keuangan posyandu
4. Kader
Tugas kader dalam posyandu lanjut usia antara lain:
- Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada kegiatan
posyandu.
- Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu.
Pada dasarnya jenis kegiatan posyandu lanjut usia tidak berbeda dengan
kegiatan posyandu balita atau kegiatan upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat lain di masyarakat. Namun posyandu lanjut usia kegiatannya tidak
hanya mencakup upaya kesehatan saja tetapi juga meliputi upaya sosial dan
karya serta pendidikan. Hal tersebut disebabkan karena permasalahan yang
dihadapi lanjut usia bersifat kompleks, tidak hanya masalah kesehatan namun
juga masalah sosial, ekonomi dan pendidikan yang saling terkait dan
mempengaruhi satu sama lainnya. Sebelum kita membicarakan jenis kegiatan
yang dilakukan oleh posyandu, terlebih dahulu para penyelenggara posyandu
diharapkan mengerti tujuan penyelenggaraan posyandu seperti telah dijelaskan
pada bab sebelumnya.
Jenis kegiatan yang dilaksanakan di posyandu lanjut usia yaitu :
1. Kegiatan pengukuran IMT melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Kegiatan ini dilakukan 1 bulan sekali.
2. Kegiatan pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 1 bulan sekali, namun
bagi yang menderita tekanan darah tinggi dianjurkan setiap minggu. Hal ini dapat
dilakukan di puskesmas atau pada tenaga kesehatan terdekat.
3. Kegiatan pemeriksaan kadar haemoglobin darah (Hb),gula darah dan
kolesterol darah. Bagi lanjut usia yang sehat cukup di periksa setiap 6 bulan.
Namun bagi yang mempunyai faktor resiko seperti turunan kencing manis,
gemuk sebaiknya 3 bulan sekali dan bagi yang sudah menderita maka dilakukan
di posyandu setiap bulan. Kegiatan pemeriksaan laboratorium ini dapat dilakukan
oleh tenaga Puskesmas atau dikoordinasikan dengan laboratorium setempat.
Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi harus dilakukan setiap
bulan karena permasalahan lanjut usia akan meningkat dengan seiring waktu,
selain itu dapat memantau faktor risiko penyakit-penyakit degeneratif agar
masyarakat mengetahui dan dapat mengendalikanya.
5. Konseling usaha ekonomi produtif dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
6. Kegiatan aktivitas fisik/senam dilakukan minimal 1 minggu sekali diluar jadwal
penyelenggaraan posyandu.
Tenaga Pelaksana
Tenaga pelaksana pada dasarnya adalah semua pengurus posyandu yang saling
membantu, namun harus ada
penanggung jawab masing-masing sesuai bidangnya. Para lanjut usia yang lebih
muda dan lebih sehat dapat
diberdayakan membantu kegiatan ini sesuai dengan kemampuan masing-
masing. Dengan mengajak mereka ikut membantu penyelenggaraan posyandu
akan memberikan banyak manfaat antara lain:
- Para lanjut usia akan merasa posyandu milik mereka
- Para lanjut usia merasa dihargai/dihormati
- Membuat lanjut usia tersebut tetap aktif dan akan meningkatkan kesehatan dan
mencegah kepikunan.
- Meningkatnya rasa persaudaraan, terbangunnya ikatan emosi yang positif
antar generasi dan akan membuat lanjut usia rajin datang.
- Pekerjaan menjadi ringan, efisien dan efektif, cepat selesai, sehingga akhirnya
tersedia waktu luang yang dapat digunakan untuk kegiatan lainnya.
Pelaksanaan
Pembiayaan
Biaya Posyandu Kegiatan posyandu merupakan kegiatan partisipasi masyarakat,
dari masyarakat untuk masyarakat. Secara umum biaya berasal dari masyarakat
itu sendiri melalui berbagai cara antara lain :
- iuran dari para warga
- donatur tidak tetap atau tetap
- usaha mandiri dari posyandu
- bantuan dari dunia usaha/CSR (corporate social responsibilty)
- bantuan dari kelurahan
- subsidi pemerintah
- dll
Demikian sekilas tentang Posyandu Lansia semoga informasi ini bukan sekedar
bahan bacaan tetapi menjadi pedoman bagi bidan maupun tenaga kesehatan
lainnya dalam hal pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia. Semoga
bermanfaat.