Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Keselamatan kerja adalah suatu keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan
pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan
selama bekerja. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan terjadinya
kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk, dan
lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan (Buntarto, 2015).
Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja mengingat risiko bahaya
adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan mutakhir.
Keselamatan kerja adala tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja
adalah dari, oleh, untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga
masyarakat pada umumnya. Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang
mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa material maupun
non material. Keselamatan kerja mencakup pencegahan kecelakaan kerja dan
perlindungan terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan
sebagai akibat dari kondisi kerja yang tidak aman dan atau tidak sehat (Buntarto,
2015).
2. Bagi Pengusaha
3. Bagi Pemerintah
Dengan adanya dan ditaatinya peraturan keselamatan kerja, maka apa yang
direncanakan pemerintah untuk menyejahterakan masyarakat akan tercapai
dengan meningkatnya produksi perusahaan baik kualitas maupun
kuantitasnya.
Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada
penyebabnya, kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya
dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya
preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak
berulang kembali (Sumamur, 2009). World Health Organization (WHO)
mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan
penanggulangan sebelumnya sehingga menghasilkan cedera yang riil.
Ada tiga penyebab utama kecelakaan kerja yaitu (Triwibowo dan Erlisya, 2013):
1. Peralatan kerja dan perlengkapannya, tidak tersedianya alat pengaman dan
pelindung bagi tenaga kerja;
a. Terjatuh;
a. Mesin;
c. Peralatan lain;
e. Lingkungan kerja.
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik jasmani, rohani,
maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja
maupun penyakit umum (Triwibowo dan Erlisya, 2013).
Kecelakaan akibat kerja pada dasarnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor
manusia, pekerjaannya, dan faktor lingkungan di tempat kerja (Triwibowo dan
Erlisya, 2013).
1. Faktor Manusia
a. Umur
Golongan umur tua mempunyai kecendrungan yang lebih tinggi untuk
mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan golongan umur
muda karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih
tinggi. Namun dari hasil penelitian di Amerika Serikat diungkapkan bahwa
pekerja usia muda lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan
dengan pekerja yang lebih tua. Pekerja usia muda biasanya kurang
berpengalaman dalam pekerjaannya. Beberapa faktor yang mempengaruhi
tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda
antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti
kata hati, ceroboh dan tergesa-gesa.
b. Tingkat Pendidikan
Dapat berupa bahan baku suatu produksi, hasil suatu produksi dari suatu
proses, proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu produksi.
c. Lingkungan Biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga atau
binatang lain yang ada di tempat kerja. Berbagai macam penyakit dapat
timbul seperti infeksi, alergi, dan gigitan serangga serta bisa menyebabkan
kematian.
Mengganti bahan, material atau proses yang berisiko tinggi terhadap bahan,
material atau proses kerja yang berpotensi risiko rendah.
3. Pengendalian Rekayasa
Mengubah struktural terhadap lingkungan kerja atau proses kerja untuk
menghambat atau menutup jalannya transisi antara pekerja dan bahaya.
4. Pengendalian Administrasi
Mengurangi atau menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi
prosedur atau instruksi. Pengendalian tersebut tergantung pada perilaku
manusia untuk mencapai keberhasilan.
5. Alat Pelindung Diri
Pemakaian alat pelindung diri adalah sebagai upaya pengendalian terakhir
yang berfungsi untuk mengurangi keparahan akibat dari bahaya yang
ditimbulkan.
APD adalah alat keselamatan yang digunakan pekerja untuk melindungi tubuhnya
dari adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).
APD adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan
risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya. Peraturan APD dibuat oleh pemerintah sebagai pelaksanaan
ketentuan perundang-undangan tentang keselamatan kerja. Perusahaan atau
pelaku usaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh memiliki kewajiban
menyediakan APD di tempat kerja sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau
standar yang berlaku. Selain itu perusahaan harus mengumumkan secara tertulis
dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD serta
melaksanakan manajemen APD di tempat kerja (Buntarto, 2015).
Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan
pendek, tidak longgar pada dada atau punggung, tidak terdapat lipatan-
lipatan. Pakaian kerja wanita sebaiknya memakai celana panjang, tutup
kepala dan tidak memakai perhiasan. Pakaian pelindung dapat berbentuk:
a. Apron yang menutupi sebagian tubuh yaitu mulai dari dada sampai lutut.
Apron dapat dibuat dari kain dril, kulit, plastik/PVC/polyethylene, karet,
asbes, atau kain yang dilapisi aluminium;
2. Pelindung Kepala
Tujuan dari pemakaian alat pelindung kepala adalah untuk mencegah rambut
pekerja terjerat oleh mesin yang berputar, melindungi kepala dari bahaya
terbentur oleh benda tajam atau keras dan dapat menyebabkan luka gores,
potong atau tusuk, bahaya kejatuhan benda-benda atau terpukul oleh benda-
benda yang melayang atau meluncur di udara, panas radiasi, api dan percikan
bahan-bahan kimia korosif. Alat pelindung kepala menurut bentuknya dapat
dibedakan menjadi:
c. Tutup kepala (Hair Cap), berfungsi untuk melindungi kepala dari kotoran
debu dan melindungi rambut dari bahaya terjerat oleh mesin-mesin yang
berputar. Biasanya terbuat dari bahan katun atau bahan lain yang mudah
dicuci.
3. Pelindung Mata
Pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari percikan korosif,
radiasi gelombang elektromagnetik, dan benturan atau pukulan benda-benda
keras atau tajam. Alat ini juga untuk mencegah masuknya debu-debu ke
dalam mata serta mencegah iritasi mata akibat pemaparan gas atau uap. Alat
pelindung mata terdiri dari kacamata (spectacles) dengan atau tanpa
pelindung samping (shide shield), googles (cup type/boxtype) dan tameng
muka (face shield). Untuk melindungi mata dari radiasi elektromagnetik yang
tidak mengion (inframerah, ultraviolet) lensa dari kacamata pengaman
dilapisi dengan oksida dari kobalt dan diberi warna biru atau hijau yang selain
untuk melindungi mata dari bahaya radiasi tetapi juga untuk mengurangi
kesilauan. Kemampuan filter untuk menyerap panjang gelombang tertentu
tergantung dari kepadatannya dan jenis bahan kimia yng digunakan untuk
membuat lensa tersebut. Untuk melindungi mata dari bahaya radiasi sinar X
dapat dipakai kacamata pengaman dimana lensa dari kacamata tersebut
dilapisi oleh timah hitam (Pb).
4. Pelindung Telinga
a. Sumbat Telinga (Ear Plug)
Ear plug dapat dibuat dari kapas, malam (wax), plastik, karet alami dan
sintetik. Ear plug dapat dibedakan (menurut cara pemakaiannya)
menjadi:
1) Semi insert-type ear plug, yang hanya menyumbat liang telinga luar
saja;
2) Insert-type ear plug, yang menutupi seluruh bagian dari saluran
telinga.
Keuntungan ear plug:
1) Mudah dibawa karena ukurannya yang kecil;
2) Relatif lebih nyaman dipakai di tempat kerja yang panas;
3) Tidak membatasi gerak kepala;
4) Harganya relatif murah;
5) Mudah dicari bila hilang karena ukuran ear muff yang relatif besar.
Kerugian ear muff:
1) Tidak nyaman digunakan di tempat kerja yang panas;
2) Efektivitas dari ear muff dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup
kepala, anting-anting dan rambut yang menutupi telinga;
3) Penyimpanan relatif sulit dari ear plug;
4) Dapat membatasi gerakan kepala bila digunakan di tempat kerja yang
sempit atau sangat sempit;
5) Harganya relatif mahal dari ear plug;
6) Pada pemakaian yang terlalu sering atau bila headband yang berpegas
sering ditekuk oleh pemakainya, hal ini akan menyebabkan intensitas
suara yang direduksi ear muff menurun.
5. Pelindung Pernapasan
a. Respirator Pemurni Udara (Air Purifying Respirator)
1) Chemical Respirator
Respirator berfungsi untuk membersihkan udara dengan cara adsorbsi
dan absorbsi. Adsorbsi adalah suatu proses dimana kontaminan
melekat pada permukaan zat padat (adsorben), sedangkan absorbsi
adalah suatu proses dimana gas-gas atau uap-uap mengadakan
penetrasi ke struktur bagian dalam suatu zat (absorber). Respirator ini
tidak boleh digunakan di tempat kerja yang terdapat gas-gas atau uap-
uap yang ekstrim, kadar gas/uap dalam udara tempat kerja cukup
tinggi atau mengalami kekurangan oksigen.
2) Mechanical Filter Respirator
Filter ini digunakan untuk melindungi dari pemaparan aerosol zat
padat dan aerosol zat cair melalui proses filtrasi. Efisiensi filter ini
tergantung pada ukuran dan jenis filter. Semakin kecil diameter dari
pori-pori filter semakin besar tahanan terhadap aliran udara.
Tali dan sabuk pengaman digunakan untuk menolong kecelakaan. Selain itu,
sabuk pengaman juga digunakan pada pekerjaan mendaki dan memanjat
konstruksi bangunan.
SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian, dan pemeliharaan, kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tenaga kerja yang sehat, aman, efisien, dan produktif. Masalah-masalah
keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari kegiatan secara keseluruhan,
maka pola-pola yang harus dikembangkan di dalam penanganan K3 dan
pengendalian potensi bahaya harus mengikuti pendekatan sistem yaitu dengan
menerapkan SMK3 (ILO, 2013).
Adapun tujuan dan sasaran SMK3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan
dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga
kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman, nyaman, efisien dan produktif (ILO, 2013).
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
Alasan utama suatu perusahaan untuk secara aktif mengatasi keselamatan dan
kesehatan di tempat kerja diantaranya adalah (ILO, 2013) :
1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
manusia;
2. Meningkatkan komitmen pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga
kerja;
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi
perdagangan global;
4. Proteksi terhadap industri dalam negeri;
5. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional;
6. Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor;
7. Meningkatkan pelaksanaan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan
sistem;
8. Perlunya upaya pencegahan terhadap masalah sosial dan ekonomi yang tekait
dengan penerapan K3;
9. Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh kecelakaan kerja dan kematian;
10. Agar karyawan peduli tentang keselamatan dan kesehatan mereka;
11. Melindungi investasi pada karyawan melalui perekrutan dan pelatihan;
12. Mengurangi absensi karena sakit dan cedera, kesalahan dan interupsi kerja;
13. Membantu dalam menjaga kualitas produk atau jasa;
14. Menghemat biaya yang berkaitan dengan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja;
Penjelasan secara rinci terhadap kelima prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Kebijakan K3
Kebijakan K3 paling sedikit memuat:
a. Visi;
b. Tujuan perusahaan;
c. Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan;
b. Skala Prioritas
Merupakan urutan pekerjaan berdasarkan tingkat risiko, dimana pekerjaan
yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi diprioritaskan dalam
perencanaan.
c. Upaya Pengendalian Bahaya
Dilakukan berdasarkan hasil penilaian risiko melalui pengendalian teknis,
administratif dan penggunaan alat pelindung diri.
d. Penetapan Sumber Daya
Dilaksanakan untuk menjamin tersedianya sumber daya manusia yang
kompeten, sarana dan prasarana serta dana yang memadai agar
pelaksanaan K3 dapat berjalan.
SMK3 menurut PP RI No. 50 Tahun 2012 memiliki 5 prinsip, 12 elemen dan 166
kriteria dengan 3 tingkatan yaitu 64 kriteria tingkat awal, 122 kriteria tingkat
transisi dan 166 kriteria tingkat lanjutan. Dalam menerapkan SMK3 tersebut
perusahaan wajib berpedoman pada peraturan ini dan juga ketentuan peraturan
perundangan-undangan lain yang terkait, serta dengan memperhatikan konvensi
atau standar internasional.
PDCA yaitu siklus peningkatan proses yang berkesinambungan atau secara terus
menerus seperti lingkaran yang tidak ada akhirnya. Konsep siklus PDCA ini
pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli manajemen kualitas dari Amerika
Serikat yang bernama Dr. William Edwards Deming.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai siklus PDCA (PDCA Cycle) :
1. Plan (Merencanakan)
Tahap plan adalah tahap untuk menetapkan target atau sasaran yang ingin
dicapai dalam peningkatan proses ataupun permasalahan yang ingin
dipecahkan, kemudian menentukan metode yang akan digunakan untuk
mencapai target atau sasaran yang telah ditetapkan tersebut. Dalam tahap plan
ini juga meliputi pembentukan Tim Peningkatan Proses (Process Improvement
Team) dan melakukan pelatihan-pelatihan terhadap sumber daya manusia yang
berada didalam tim tersebut serta batas-batas waktu (jadwal) yang diperlukan
untuk melakukan perencanaan-perencanaan yang telah ditentukan.
Perencanaan terhadap penggunaan sumber daya lainnya seperti biaya dan
mesin juga diperlukan dan dipertimbangkan dalam tahap plan ini.
2. Do (Melaksanakan)
Tahap do adalah tahap penerapan atau melaksanakan semua yang telah
direncanakan di tahap plan termasuk menjalankan prosesnya, memproduksi
serta melakukan pengumpulan data (data collection) yang kemudian akan
digunakan untuk tahap check dan act.
3. Check (Memeriksa)
Tahap check adalah tahap pemeriksaan dan peninjauan ulang serta
mempelajari hasil-hasil dari penerapan di tahap do. Melakukan perbandingan
antara hasil aktual yang telah dicapai dengan target yang ditetapkan dan juga
ketepatan jadwal yang telah ditentukan.
4. Action (Menindak)
Tahap action adalah tahap untuk mengambil tindakan yang seperlunya
terhadap hasil-hasil dari tahap check. Terdapat 2 jenis tindakan yang harus
dilakukan berdasarkan hasil yang dicapainya, antara lain :
Siklus tersebut akan kembali lagi ke tahap plan untuk melakukan peningkatan
proses selanjutnya sehingga terjadi siklus peningkatan proses yang terus menerus.